• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Metode Restrukturisasi Pada Kantor PT. Bank Sumut Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Metode Restrukturisasi Pada Kantor PT. Bank Sumut Medan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat kita terutama yang hidup di perkotaan atau kota-kota besar

sudah tidak asing lagi jika mendengar kata bank. Bahkan sekarang ini sebagian

besar masyarakat pedesaanpun sudah terbiasa mendengar kata bank, terlebih lagi

hingar bingar dunia perbankan semenjak Indonesia dilanda krisis beberapa waktu

yang lalu.

Kegiatan perbankan juga selalu mengikuti kemajuan aneka kegiatan

ekonomi dalam pasar domestik maupun pasar global sehingga fungsi perbankan

itu sendiri juga semakin bertambah dan beraneka ragam. Perkembangan tersebut

tentu saja mengandung kemungkinan pertambahan risiko yang akan

mempengaruhi kesehatan perbankan, misalnya terjadinya kredit bermasalah pada

suatu bank yang dapat merugikan bank.1

1

Gunarto Suhardi, Usaha Perbankan dalam Perspektif Hukum, Kanisius, Yogyakarta, 2003, hal. 5

Dunia perbankan memang memegang peranan penting dalam kehidupan

masyarakat. Hal ini dapat dirasakan bahwa aktivitas yang dijalankan masyarakat

sebenarnya selalu berhubungan dengan bank. Uang dan pinjaman dalam bentuk

uang (kredit) adalah contoh nyata yang merupakan produk bank yang sangat

penting yang semua orang mengenal dan menggunakannya setiap hari sebagai alat

(2)

Perkembangan zaman yang semakin maju membuat uang tidak hanya

sebagai alat pembayaran namun juga sebagai instrumen hutang, dimana apabila

ada orang yang membutuhkan uang maka orang lain yang memiliki kelebihan

uang dapat meminjamkan kepada mereka yang membutuhkan. Dalam kehidupan

bermasyarakat, lambat laun dirasakan perlu adanya hubungan dan kepentingan

timbal balik antara peminjam dengan pemilik uang dalam proses peminjaman

uang tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah bunga (interest) dalam

masyarakat. Dasar pemahaman dari pemberian bunga atas pinjaman uang tersebut

adalah karena uang tersebut dapat dikelola dan memberikan manfaat lebih kepada

pemiliknya apabila tidak dipinjamkan kepada peminjam. Peminjaman uang

tersebut kemudian menjadi menarik minat beberapa orang yang memiliki uang

lebih untuk meminjamkan kepada orang yang membutuhkan. Timbullah

pernyataan apabila ada orang yang memiliki uang lebih tetapi tidak banyak

jumlahnya dan ingin meminjamkan uang tersebut kepada orang lain, serta adanya

orang yang tidak memiliki uang namun ingin meminjam uang kepada orang lain.

Hal inilah yang mendorong tumbuhnya institusi perbankan.Antara perbankan dan

bank merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan karena terdapat dalam

bidang yang sama tetapi masing-masing memiliki definisi dan fungsi yang

berbeda.

”Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya.”2

2

(3)

”Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak.”3

Beberapa fungsi bank yang dikemukakan oleh Nindyo Pramono, adalah

sebagai berikut:4

1. Menghimpun Dana

Dana yang dihimpun oleh bank terutama berasal dari tiga sumber pokok, yaitu:

a. dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, deposito, tabungan, dana endapan L/C, bank garansi, wesel, dan sebagainya;

b. dari lembaga penanam modal atau lembaga keuangan non-bank, seperti dana pensiun, asuransi, koperasi, reksa dana, dan sebagainya;

c. dari dunia usaha dan masyarakat lain. 2. Memberi Kredit

Pelaksanaan fungsi pemberian kredit harus memperhitungkan likuiditas agar tidak membahayakan pemenuhan kewajiban kepada nasabah jika sewaktu-waktu diperlukan. Kredit dapat berupa kredit jangka pendek, menengah, dan panjang. Kredit jangka pendek dapat memberi pengaruh langsung terhadap pasar uang, sedangkan kredit jangka menengah dan jangka panjang dapat mempunyai pengaruh langsung terhadap pasar modal.

3. Memperlancar Lalu Lintas Pembayaran

Fungsi ini dilakukan dalam berbagai bentuk, antara lain pemberian jaminan bank, pengiriman uang, pembukaan L/C, dan inkaso.

4. Media Kebijakan Moneter

Bank sebagai penerima simpanan giro sering dikatakan sebagai lembaga yang mempunyai kemampuan menciptakan uang. Dalam konteks demikian bank sering dikatakan berfungsi sebagai media kebijakan moneter.

5. Penyedia Informasi, Pemberian Konsultasi, dan Bantuan Penyelenggaraan Administrasi

Informasi suku bunga (investasi), konsultasi investasi, bantuan administrasi proyek, dan sebagainya sudah lazim dilakukan oleh bank-bank sekarang ini.

3

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Pasal 1 angka 2

4

(4)

Perbankan Indonesia juga mempunyai fungsi dan tujuan dalam kehidupan

ekonomi nasional bangsa Indonesia, yaitu:5

1. Bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan kegiatan usaha pokok menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari penabung kepada peminjam;

2. Penghimpun dan penyaluran dana dari dan kepada masyarakat tersebut bertujuan menunjang sebagian tugas penyelenggaraan negara, yaitu: a. menunjang pembangunan nasional, termasuk pembangunan

daerah, bukan melaksanakan misi pembangunan suatu golongan, apalagi perseorangan. Jadi, perbankan Indonesia diarahkan untuk menjadi agen pembangunan (agent of development);

b. dalam rangka mewujudkan trilogi pembangunan nasional, yaitu: 1) meningkatkan pemerataan kesejahteraan seluruh rakyat

Indonesia tanpa terkecuali;

2) meningkatkan pertumbuhan ekonomi seluruh rakyat Indonesia, termasuk pertumbuhan ekonomi yang diserasikan;

3) meningkatkan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis; 4) meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat banyak; 3. Dalam menjalankan fungsinya tersebut, perbankan Indonesia harus

mampu melindungi secara baik apa yang dititipkan masyarakat kepadanya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking), dengan cara:

a. efisien, sehat, wajar dalam persaingan yang sehat yang semakin mengglobal atau mendunia; dan

b. menyalurkan dana masyarakat tersebut ke bidang-bidang yang produktif, bukan konsumtif;

4. Peningkatan perlindungan dana masyarakat yang dipercayakan pada bank, selain melalui penerapan prinsip kehati-hatian, juga pemenuhan ketentuan persyaratan kesehatan bank, serta sekaligus berfungsi untuk mencegah terjadinya praktik-praktik yang merugikan kepentingan masyarakat luas.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

fungsi perbankan nasional tidak hanya sekedar sebagai wadah penghimpun dan

penyalur dana masyarakat atau perantara penabung dan peminjam (investor),

tetapi fungsinya akan diarahkan kepada peningkatan taraf hidup rakyat banyak,

agar masyarakat menjadi jauh lebih baik dan sejahtera daripada sebelumnya.

5

(5)

Berdasakan peraturan yang diatur dalam undang-undang, jenis bank hanya

dikenal dua jenis, yaitu:6

1. Bank Umum, dan

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

“Bank Umum adalah bank yang dapat melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dan lalu lintas pembayaran.”7

“Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang dapat melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yang

dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”8

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Bank Umum

yang sering disebut bank komersil (Commercial Bank)memberikan jasa yang

bersifat umum dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.

Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah

Indonesia, bahkan keluar negeri (cabang). Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Artinya jasa-jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika

dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.9

6

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Pasal 5

7

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 1 angka 3

8

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 1 angka 4

9

(6)

Bank sebagai lembaga keuangan yang berorientasi bisnis, juga melakukan

berbagai kegiatan yang tidak akan terlepas dari bidang keuangan. Kegiatan

perbankan yang paling pokok adalah membeli uang dengan cara menghimpun

dana dari masyarakat luas. Kemudian menjual uang yang berhasil dihimpun

dengan cara menyalurkan kembali kepada masyarakat melalui pemberian

pinjaman atau kredit.10

“Dalam memberikan Kredit atau Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah

dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara Artinya bahwa Bank Umum maupun Bank Perkreditan

Rakyat secara garis besar mempunyai fungsi yang sama dalam melaksanakan

tugasnya yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Hal ini sesuai

dengan fungsi utama perbankan Indonesia yang disebutkan dalam Pasal 3

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Dengan demikian, baik Bank Umum

maupun Bank Perkreditan Rakyat dalam menjalankan kegiatan usahanya di dalam

memberikan kredit wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang

mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk

melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan

yang diperjanjikan. Hal ini dimaksudkan agar setiap kredit yang diberikan harus

memuat prinsip kehati-hatian (Prudential Principle) yang telah diatur dalam

undang-undang yaitu:

10

(7)

yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang

mempercayakan dananya kepada bank.”11

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi

hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”

Prinsip kehati-hatian tersebut harus diutamakan dalam pemberian kredit

karena dana kredit bersumber dari simpanan masyarakat baik dalam bentuk

tabungan maupun deposito. Adanya pasal tersebut di atas bertujuan agar pihak

bank dalam memberikan kredit diharapkan untuk menyeimbangkan prinsip

profitability dan safety.

Pengertian kredit telah ditetapkan di dalam undang-undang yang

mengaturnya, yaitu sebagai berikut:

12

Peraturan di dalam Buku III KUHPerdata tidak ada ketentuan khusus yang

mengatur mengenai perjanjian kredit, tetapi berdasarkan asas kebebasan

berkontrak maka para pihak bebas untuk menentukan isi dari perjanjian kredit

tersebut asalkan tidak melanggar undang-undang dan tidak bertentangan dengan

norma kesusilaan atau ketertiban umum. Dengan disepakatinya dan

ditandatangani perjanjian kredit tersebut oleh kedua belah pihak, maka sejak saat

11

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 29 ayat (3)

12

(8)

itu perjanjian lahir dan mengikat para pihak dan berlaku sebagai undang-undang

bagi para pihak yang membuatnya.13

Istilah kredit berasal dari kata bahasa latin yaitu “credere” yang artinya

percaya. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit bahwa

kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian.

Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga

mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan

jangka waktunya. Oleh karena itu, untuk meyakinkan bahwa si nasabah

benar-benar dapat dipercaya, maka sebelum kredit diberikan terlebih dahulu bank

mengadakan analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau

perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya.

Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan

benar-benar aman.14

Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dahulu akan sangat

membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan

data-data fiktif, sehingga mungkin saja kredit sebenarnya tidak layak, tetapi masih

diberikan. Kemudian jika salah dalam menganalisis, maka kredit yang disalurkan

yang sebenarnya tidak layak menjadi layak sehingga akan berakibat sulit untuk

ditagih alias macet atau kredit bermasalah. Namun faktor salah analisis ini

bukanlah merupakan penyebab utama kredit bermasalah.15

Permasalahan pada dunia perbankan yang sering terdengar dewasa ini

adalah banyaknya kasus kredit yang bermasalah. Di berbagai media massa

akhir-akhir ini banyak sekali diberitakan ditangkap dan dituntutnya Direktur Utama

13

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2005, hal. 80 14

Kasmir, Op.Cit., hal. 101 15

(9)

bank dan beberapa anggota direksi lainnya dengan tuduhan memberikan kredit

kepada para debiturnya secara tidak layak sehingga memberikan risiko kerugian

kepada bank karena fasilitas kredit tersebut menjadi macet.

Timbulnya kredit-kredit bermasalah tersebut, selain karena adanya

indikasi debitur yang tidak mau membayar kewajibannya, juga terlihat dalam

prosedur pemberian kredit yang ternyata mengalami penyimpangan atau tidak

layak dengan prosedur yang seharusnya diterapkan. Kasus kredit bermasalah

dapat disebabkan oleh beberapa faktor ekstern dan intern bank. Faktor ekstern,

kredit bermasalah yang terjadi pada suatu bank dipengaruhi oleh kondisi ekonomi

secara makro sedangkan faktor intern yang dapat mengakibatkan timbulnya kasus

kredit bermasalah adalah pemisahan wewenang dari para pegawai yang tidak

tegas, prosedur pemberian kredit yang tidak jelas, pegawai yang tidak kompeten,

lemahnya sistem pengawasan dan lain-lain. Seluruh faktor tersebut terjadi

semata-mata karena masih lemahnya profesionalisme para pengelola bank.16

Permasalahan yang biasanya timbul dapat terjadi saat pertama kali

diberikannya kucuran dana oleh bank kepada pihak debitur, seperti pemberian

kredit yang dilakukan tanpa akad perjanjian kredit yang tentunya hal ini sungguh

merupakan suatu kejadian yang sangat tidak jelas dan akan merugikan pihak

kreditur. Atau bisa juga kredit itu bermasalah di tengah masa perkreditan

berlangsung. Kredit yang bermasalah di tengah masa perkreditan misalnya seperti

seorang debitur yang mengalami kesulitan keuangan sehingga pembayaran

kewajiban atas kredit tidak dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah

16

(10)

disepakati bersama sebelumnya. Kemudian dapat juga diakibatkan oleh kondisi di

luar bisnis debitur, seperti kondisi keamanan yang tidak mendukung untuk

berjalannya proses bisnis debitur tersebut atau juga kondisi alam yang tidak

bersahabat seperti terjadinya bencana alam, cuaca yang buruk dan lain-lain yang

tentunya semua kondisi tersebut akan sangat menghambat berjalannya proses

bisnis debitur dan tentunya akan berdampak secara langsung kepada bank sebagai

kreditur dengan tidak dapat dipenuhinya kewajiban debitur kepada kreditur.

Lebih jelasnya yang dinamakan kredit bermasalah adalah suatu keadaan

dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit bank tepat pada

waktunya. Keadaan yang demikian dalam hukum perdata disebut wanprestasi atau

ingkar janji. Sebagaimana telah diketahui bahwa kredit merupakan perjanjian

pinjam uang, maka debitur yang tidak dapat membayar lunas hutangnya setelah

jangka waktunya habis adalahwanprestasi.17

Wanprestasi adalah suatu keadaan dimana seorang debitur (berutang) tidak

memenuhi atau tidak melaksanakan prestasi sebagaimana telah ditetapkan dalam

suatu perjanjian.18

17

Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, Djambatan, Jakarta, 1995, hal. 92 18

Simanjutak, Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1999, hal. 139

Sedangkan berdasarkan Pasal 1238 KUHPerdata, dikatakan wanprestasi

bahwa si berutang lalai, apabila ia dengan surat perintahatau dengan sebuah akta

sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatan sendiri, ialah jika ini

menetapkan bahwa berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang

(11)

Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang debitur dapat berupa 4

(empat) macam, yaitu:19

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.

2. Melaksanakan yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.

3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi telambat.

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh untuk

dilakukan.

Terhadap kredit bermasalah yang timbul diperlukan upaya pencegahan dan

penanganan yang segera dilakukan oleh pihak bank agar kredit macet tidak

berkelanjutan menjadi kredit bermasalah. Oleh karena itu, apabila kredit macet

terus-terusan terjadi tanpa ada upaya pencegahan dan penanganan dapat

mempengaruhi tingkat kesehatan bank yang dapat menyebabkan bank menjadi

bangkrut.

Hal ini tentu saja akan merugikan para pihak di dalam perjanjian tersebut.

Pihak debitur akan membayar bunga dan denda yang lebih besar apabila semakin

lama melunasi hutangnya dan pihak kreditur dikhawatirkan akan terhambat

kerjanya dikarenakan belum menerima piutang dari si debitur. Namun, utang

adalah utang yang tetap harus dibayar oleh debitur kepada kreditur walaupun

nasabah sudah sulit diharapkan untuk memenuhi kewajibannya dengan sukarela

sebagaimana yang diperjanjikan dan di sisi lain juga bank tidak dapat langsung

memaksa kepada nasabah tesebut guna melunasi utangnya. Apabila pihak bank

langsung mengambil tindakan pemaksaan seperti mengambil harta benda nasabah

dan menjualnya maka tindakan tersebut merupakan perbuatan melanggar hukum

19

(12)

dan dapat dipidana karena termasuk kejahatan. Oleh karena itu harus ada

penyelesaian-penyelesaian melalui jalur hukum dalam kasus kredit bermasalah

tersebut dan hal inilah yang akan dibahas oleh penulis.

Berdasarakan uraian latar belakang di atas, penulis sangat tertarik untuk

menulis skripsi yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH DENGAN METODE RESTRUKTURISASI PADA KANTOR PT. BANK SUMUT MEDAN”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dalam penulisan skripsi

ini diambil pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah penyebab terjadinya kredit bermasalah pada PT. Bank Sumut

Medan?

2. Apakah akibat terjadinya kredit bermasalah pada PT. Bank Sumut

Medan?

3. Bagaimanakah upaya yang dilakukan PT. Bank Sumut Medan dalam

penyelesaian kredit bermasalah?

4. Bagaimanakah penyelesaian kredit bermasalah pada PT. Bank Sumut

Medan dengan metode restrukturisasi?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kredit bermasalah pada PT.

(13)

2. Untuk mengetahui akibat terjadinya kredit bermasalah pada PT. Bank

Sumut Medan.

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan PT. Bank Sumut Medan

dalam penyelesaian kredit bermasalah.

4. Untuk mengetahui penyelesaian kredit bermasalah pada PT. Bank

Sumut Medan dengan metode restrukturisasi.

D. Manfaat Penulisan

Selain tujuan yang telah disebutkan di atas, adapun manfaat yang

diharapkan dari penulisan skripsi ini, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

a. Manfaat teoritis dari penulisan skripsi ini yaitu agar memperluas

wawasan dan ilmu pengetahuan masyarakat mengenai

penyelesaian kredit bermasalah melalui hasil penelusuran

teori-teori hukum perbankan yang menjadi dasar hukumnya sehingga di

kemudian hari semakin kecil kemungkinan terjadinya

permasalahan kredit dalam dunia perbankan.

b. Untuk membantu masyarakat dalam memberikan informasi

mengenai gambaran tentang aktivitas bank, khususnya dalam hal

penyelesaian kredit bermasalah yang secara jelas akan dijabarkan

prosedur dan upaya yang dilakukan oleh PT. Bank Sumut Medan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penulisan skripsi ini dapat memperjelas praktik pada

kantor PT. Bank Sumut Medan tentang pelaksanaan penyelesaian

(14)

mempermudah memahami mengenai kebijakan bank dalam upaya

penyelesaian kredit bermasalah.

E. Metode Penelitian

Penelitian pada dasarnya merupakan “suatu upaya pencarian” dan

bukannya sekedar mengamati dengan teliti terhadap suatu objek yang mudah

terpegang di tangan. Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu

research, yang berasal dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Dengan

demikian secara logawiyah berarti “mencari kembali”.20

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian merupakan penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf

keilmuan. Untuk memperoleh suatu keaslian karya ilmiah yang dapat

dipertanggungjawabkan maka penulis harus memakai suatu metode yang tepat,

yaitu dengan cara mempelajari, menganalisa, dan memahami ruang lingkup yang

ada di dalam suatu karya ilmiah tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diperlukan metode penelitian sebagai

suatu pemikiran secara sistematis yang dipergunakan dalam penelitian dan

penilaian skripsi ini, yang mana hal tersebut bertujuan untuk mencapai keilmiahan

dari penulisan skripsi ini. Metode yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah

sebagai berikut :

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian

Yuridis Empiris yaitu jenis penelitian hukum sosiologis dan dapat

disebut pula dengan penelitian lapangan, yaitu mengkaji ketentuan

hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam kenyataan di

20

(15)

masyarakat. Atau dengan kata lain yaitu suatu penelitian yang

dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang

terjadi di masyarakat dengan maksud untuk mengetahui dan

menemukan fakta-fakta dan data yang dibutuhkan, setelah data yang

dibutuhkan terkumpul kemudian menuju kepada identifikasi masalah

yang pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah.21

Sifat penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian yang

bersifat deskriptif. Pandangan mengenai metode penelitian yang

bersifat deskriptif dikemukakan oleh Winarno Surakhmad sebagai

berikut:22

Menurut Hadari Nawawi, metode penelitian deskriptif mempunyai

dua ciri pokok, yaitu:

“Penyelidikan bersifat deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Karena banyak sekali ragam penyelidikan yang demikian, metode penyelidikan deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif. Selanjutnya pelaksanaan metode-metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interprestasi tentang arti data itu.”

23

a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada

saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah

yang bersifat aktual.

b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki

sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional.

21

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hal.15

22

Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hal.22

23

(16)

2. Sumber Data

Penelitian hukum dapat dilakukan dengan menggunakan sumber

data yang memiliki kekuatan mengikat ke dalam, dan dibedakan

dalam:24

a. Bahan hukum primer, yaitubahan-bahan hukum yang mengikat, terdiri dari:

1) Norma atau kaidah dasar, yaitu Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945;

2) Peraturan dasar, yaitu:

a) Batang tubuh UUD 1945; b) Ketetapan-ketetapan MPR; 3) Peraturan Perundang-undangan:

a) Undang-undang atau Perpu; b) Peraturan Pemerintah; c) Keputusan Presiden; d) Keputusan Menteri; e) Peraturan Daerah.

4) Bahan hukum yang tidak dikodifikasikan, misalnya hukum adat;

5) Yurisprudensi; 6) Traktat;

7) Bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku.

Sumber data primer yang digunakan penulis dalam penulisan

skripsi ini adalah sebagai berikut:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan;

3) Peraturan Perundang-undangan lain di bidang perbankan;

serta

4) Ketentuan-ketentuan yang terkait mengenai perkreditan.

24

(17)

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,

misalnya:25

1) Rancangan Undang-Undang;

2) Hasil penelitian hukum;

3) Hasil karya ilmiah dari kalangan hukum dan sebagainya.

3. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui dua

tahap, yaitu:

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang berupa

perundang-undangan, karya ilmiah, majalah, buku, dan

dokumen lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang

akan dibahas dalam skripsi ini.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Selain penelitian kepustakaan, penulis juga melakukan

penelitian lain yaitu penelitian secara langsung ke lapangan

dengan mendatangi objek penelitian yakni Kantor PT. Bank

Sumut Medan melalui pengumpulan data dari PT. Bank Sumut

Medan, melakukan pengamatan dan wawancara terstruktur

dengan informan yaitu Bapak Radius Peranginangin selaku

Pemimpin Bagian Penyelamatan dan Restrukturisasi Kredit dan

Bapak Dicky Frandhika Gutama selaku Seksi Pelaksana

(18)

Penyelamatan Kredit pada kantor Cabang Koordinator PT.

Bank Sumut Medan.

4. Analisis Data

Data yang diperoleh penulis dikumpulkan menurut pokok

persoalan serta disusun secara sistematis kemudian dianalisis untuk

mendapatkan gambaran umum tentang penyelesaian kredit bermasalah

dalam praktik perbankan.

Metode analisis data yang dilakukan penulis adalah analisa

kualitatif yang merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data

deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis

atau lisan, dan perilaku nyata. Yang diteliti dan dipelajari adalah objek

penelitian yang utuh, sepanjang hal itu mengenai manusia, maka hal

tersebut menyangkut sejarah hidup manusia.26

5. Penarikan Kesimpulan

Akhir penarikan kesimpulan dalam penulisan skripsi ini dilakukan

dengan metode deduksi, yakni menarik kesimpulan dari suatu

permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan yang

konkret dihadapi.27

F. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit

Bermasalah Dengan Metode Restrukturisasi Pada Kantor PT. Bank Sumut

Medan” merupakan hasil karya penulis sendiri yang diperoleh dari pemikiran dan

ide sendiri yang didasarkan pada referensi dari buku-buku, artikel-artikel, serta

26

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-PRESS, Jakarta, 2007, hal. 32 27

(19)

informasi dari media cetak maupun elektronik, serta berdasarkan hasil riset dari

Kantor PT. Bank Sumut Cabang Koordinator Medan.

Judul skripsi ini telah melewati proses pemeriksaan oleh Perpustakaan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atau Pusat Dokumentasi dan

Informasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan hasil

pemeriksaan tersebut bahwa judul skripsi yang telah dibuat oleh penulis tidak

memiliki kesamaan dengan judul skripsi lain yang telah ada sebelumnya. Ada

beberapa penulisan skripsi yang mirip dengan judul penelitian ini dan berkaitan

dengan penyelesaian kredit bermasalah, yaitu:

1. Tanggung Jawab Hukum Bank Dalam Menyelesaikan Kredit Macet

(Studi Pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe) ditulis oleh

Apresya Handayani Sembiring, NIM: 110200490. Metode penelitian

yang digunakan dalam skripsi tersebut adalah yuridis empiris. Adapun

rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Bagaimana pengaturan hak dan kewajiban dalam kontrak BRI dan

nasabah?

b. Siapa saja pihak-pihak yang terlibat terhadap pertanggungjawaban

bank?

c. Bagaimana pertanggungjawaban korporasi bank dalam

menyelesaikan kredit macet?

d. Bagaimana penyelesaian kredit macet di Bank Rakyat Indonesia

(20)

2. Tinjauan Yuridis Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit

Yang Mengakibatkan Kredit Macet (Studi Pada PT. Bank Sumut

Cabang Medan) ditulis oleh Putri Husna SM, NIM: 110200407.

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi tersebut adalah

yuridis normatif. Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam

penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya wanprestasi dalam

perjanjian kredit di Bank Sumut?

b. Apakah akibat terjadinya wanprestasi debitur terhadap Bank Sumut

dan upaya untuk menghindarinya?

c. Bagaimanakah penanggulangan yang dilakukan Bank Sumut untuk

mengatasi kredit macet?

3. Tinjauan Hukum Tentang Penyelesaian Kredit Bermasalah (Studi

kasus pada PT. Bank Sumut Cabang Kisaran), ditulis oleh Elfira

Maliana Pane, NIM: 090200407. Metode penelitian yang digunakan

dalam skripsi tersebut adalah yuridis normatif. Adapun rumusan

masalah yang diangkat dalam penelitian tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Faktor-faktor apa saja yang menimbulkan kredit bermasalah pada

PT. Bank Sumut Cabang Kisaran?

b. Bagaimanakah penyelesaian hukum yang dilakukan oleh PT. Bank

Sumut Cabang Kisaran untuk menyelesaikan kredit-kredit

(21)

c. Bagaimana prosedur dan pelimpahan kredit bermasalah pada PT.

Bank Sumut Cabang Kisaran kepada pihak KPKNL ?

4. Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah

Bank (Studi kasus pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige), ditulis oleh

Melisa N. Sihotang, NIM: 030200143. Metode penelitian yang

digunakan dalam skripsi tersebut adalah yuridis normatif. Adapun

rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Bagaimana proses pemberian kredit di PT. Bank Mandiri Cabang

Balige?

b. Faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi terjadinya kredit

bermasalah atau kredit macet atas pinjaman nasabah di PT. Bank

Mandiri Cabang Balige?

c. Bagaimanakah proses penyelesaian kredit bermasalah atau kredit

macet atas pinjaman nasabah bank di PT. Bank Mandiri Cabang

Balige?

Dengan demikian isi skripsi ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan oleh

penulis.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi harus tersusun secara sistematis agar memudahkan

pembaca untuk memahami apa yang dijelaskan dan dibahas dalam skripsi

tersebut. Oleh karena itu penulisan skripsi ini terdiri atas 5 (lima) bab dengan

(22)

Bab I Pendahuluan, adalah bab yang menguraikan tentang Latar Belakang,

Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian,

Keaslian Penulisan dan Sistematika Penulisan.

Bab II Tinjauan Umum Perjanjian Kredit Bank, adalah bab yang

menguraikan tentang Pengertian Perjanjian, Syarat Sahnya Perjanjian, Pengertian

Perjanjian Kredit, Jenis Perjanjian Kredit dan Hapusnya Perjanjian Kredit.

Bab III Tinjauan Yuridis Tentang Kredit Bermasalah, adalah bab yang

menguraikan tentang Pengertian Kredit Bermasalah, Hubungan Kredit

Bermasalah Dengan Krisis Ekonomi, Krisis Ekonomi Di Indonesia serta Dampak

Terjadinya Krisis Ekonomi di Indonesia.

Bab IV Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Metode Restrukturisasi

Pada PT. Bank Sumut Medan, merupakan bab yang berisikan pembahasan atas

permasalahan dalam skripsi ini. Dalam bab initerdapat penjelasan tentang

Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Metode Restrukturisasi Pada PT. Bank

Sumut Medan serta menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan deskripsi tentang

PT. Bank Sumut Medan, yaitu mengenai penyebab terjadinya kredit bermasalah

pada PT. Bank Sumut Medan, akibat terjadinya kredit bermasalah pada PT. Bank

Sumut Medan, upaya yang dilakukan PT. Bank Sumut Medan dalam penyelesaian

kredit bermasalah serta penyelesaian kredit bermasalah pada PT. Bank Sumut

Medan dengan metode restrukturisasi.

Bab V Kesimpulan Dan Saran, adalah bab yang merupakan bagian akhir

yang berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penulisan dan kaitannya dengan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melakukan telaah terhadap data hasil penelitian, maka pada bab ini dipaparkan beberapa metode penelitian dengan rincian sebagai berikut: a) rancangan penelitian, b)

[r]

The results of the survey that, firstly, student A adopts unspecific learning process and she is more undirected and reproduction directed type.. Secondly, the

Microsoft Excel dalam mencatat perinciannya, dan kemudian dicatat total keseluruhannya sebagai 'peralatan dan perlengkapan kantor' menggunakan sistem yang sama

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square diperoleh hasil tidak terdapat hubungan signifikan antara faktor risiko (usia ibu, paritas, usia

Pelarut eutektik dalam berbagai karakteristik dengan ILS dan memiliki keunggulan tambahan yaitu harga yang rendah, toksisitas rendah, bio- penguraian, ramah lingkungan,

Pada awal menu nota permintaan terdapat daftar nota ang pernah dibuat, menu input transaksi dan menu untuk melihat kembali nota permintaan

Dari gambar 4.1untuk katalis belimbing wuluh dapat dilihat pada waktu 30 sampai 120 menit pada berbagai suhu tidak terjadi reaksi pembentukan