BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah knalpot standart satriafu dan juga knalpot
komposit polymer poliproplena dan Palm oil fly ash
3.2 Parameter Penelitian
Parameter Penelitian ini adalah karakteristik kebisisngan yang akan
dihasilkan oleh knalpot komposit poliproplena dan POFA dan juga kebisingan
dari knalpot standart
3.3 Tempat Dan Waktu
Penelitian di lakukan di laboratorium Noise and vibration research center
Departemen Teknik mesin Universitas Sumatera utara dan waktu penelitian akan
di lakukan adalah pada bulan maret hingga bulan agustus 2017
3.4 Bahan & Alat 3.4.1 Bahan
1. Knalpot standart
Knalpot stadart yang di gunakan di dalam penelitian ini adalah knalpot
standart sepeda motor satria fu dengan kapasitas mesin sebesar 150 cc
2. Knalpot komposit
knalpot komposit yang digunakan dalam penelitian ini adalah komposit
berbahan POFA (palm oil fly ash) atau abu cangkang kelapa sawit untuk
untuk di ketahui tingkat kebisingannya. Knalpot komposit yang digunakan
memiliki uuran sebagai berikut :
Panjang (l) : 395 mm
Diameter luar (d1) : 100 mm
Diameter dalam (d2) : 80 mm
Gambar 3.2 Desain knalpot
Knalpot yang digunakan mempunyai 3 bahan campuran yaitu sebagai
berikut:
1.knalpot dengan campuran 90% PP dan 10% POFA
2. knalpot dengan campuran 85% PP dan15% POFA
3. knalpot dengan campuran 80% PP dan 20% POFA
3.4.2 Alat
1. Sound level meter
Digunakan untuk mengukur kebisisngan yang dihasil kan oleh knalpot
komposit maupun knalpot standart yang akan di uji. Sound level meter yang
digunakan adalah Sound level meter Bruel & Kjaer type 2238 fulfils yang
dapat mengukur kebisingan antara 30 – 130dB
Gambar 3.4 Sound level meter
2. Tripot
Digunakan sebagai tempat kedudukan sound level meter pada saat
melakukan pengujian kebisingan agar jarak pengukuran lebih tepat
3. Meteran
Digunakan untuk mengukur jarak pengukuran antara sumber bising yaitu
knalpot dengan alat ukur yaitu sound level meter
Gambar 3.6 Meteran
4. Tepung
Digunakan untuk menandai jarak pengukuran kebisingan, jarak yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sejauh 1 m pada arah pengukuran
X+,X-,Z+,Z-, dan Y+
5. Kunci pas
Digunakan untuk melepas dan memasang kembali knalpot standart
ataupun knalpot komposit pada saat pengujian berlangsung
Gambar 3.8 Kunci pas
6. Kabel tembaga
Digunakan untuk mengikat knalpot agar lebih kokoh dan tidak terlalu
bergoyang saat dilakukan pengujian, karena sedikit maka tidak terlalu
berpengaruh terhadap kebisingan yang terjadi sehingga dapat diabaikan.
Gamabar 3.9 Kabel tembaga
3.5 Metode Pengumpulan data
• Pengumpulan data di mulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang di
perlukan dalam pembuatan knalpot komposit yaitu berupa polypropylene
• Pengumpulan data kebisingan knalpot komposit dengan alat sound power
level
• Pengumpulan data kebisingan knalpot standart dengan alat sound power level
• Membanding kan data kebisingan knalpot standart dan knalpot komposit
yang telah didapatkan
3.6 Metode Pengujian
Metode pengujian kebisingan knalpot yang digunakan dengan cara
mengukur secara langsung kebisingan yang dihasilkan knalpot komersil dan
komposit polypropylene dan POFA dengan menggunakan alat sound level meter
pada saat knalpot sedang digunakan. Putaran mesin sepeda motor yang
dihidupkan pada saat pengambilan data kebisingan knalpot yang dihitung
dimulai dari 1000 rpm, 2000 rpm, 2500 rpm, 3000 rpm sampai dengan 4000 rpm.
Jarak yang diuji kebisingan adalah 1 meter yang merupakan standar pengukuran
ISO 5130 dengan sumbu X+, X-, Z+, Z- dan Y+. Arah pengukuran dapat dilihat
pada gambar sebagai berikut :
Gambar 3.11 Set up pengukuran
Dapat kita lihat dari gambar set up pengukuran dimana pengambilan data
kebisingan dari penelitian ini adalah memakai pengukuran setengah bola dimana
knalpot sepeda motor sebagai sumber kebisingan harus ditempatkan di tengah
tengah atau pusat daripada ruang setengah bola tersebut. Titik dari alat ukur
kebisingan sound level meter tersebut adalah 1 meter mengelilingi sumber
kebisingan mengikuti arah ukur.
3.7 Prosedur Pengukuran Kebisingan Pada Knalpot
Langkah-langkah dalam pengukuran kebisingan pada knalpot standar
maupun knalpot komposit sebagai berikut.
1. Siapkan knalpot yang akan dilakukan pengujian kebisingan.
2. Pasang alat ukur kebisingan sound level meter ke tripod dan oprasikan sound
level meter .
3. Ukur jarak antara sound level meter ke ujung silencer menggunakan meteran
dengan jarak 1 meter.
5. Hidupkan sepeda motor.
6. Pada sumbu X lakukan pengambilan data dengan kecepatan putaran 1000 rpm,
2000 rpm, 2500 rpm, 3000 rpm dan 4000 rpm. Lakukan hal yang sama pada
sumbu-X, Z ,-Z dan Y.
7. Ulangi langkah 3 sampai langkah 7 untuk pengambilan data dengam
3.8 Diagram Alir Penelitian
Tidak
Tidak
Gambar 3.12 Diagram alir Penelitian
Kesimpulan
Selesai Mulai
Studi Literartur
Pembuatan Knalpot
Pembuatan Berhasil
Pengujian Kebisingan
Proses Berhasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengujian kebisingan pada knalpot sandart dan knalpot komposit
Metode pengujian kebisingan yang dilakukan pada knalpot standart dan
knalpot komposit adalah dengan mengukur kebisingan knalpot secara langsung
pada arah ukur X+,X-,Z+,Z-, dan Y+. Jarak yang yang dibutuhkan untuk
melakukan pengujian adalah 1 meter dari arah knalpot sesuai dengan standar iso
menggunakan alat pengukur kebisingan yaitu sound level meter dengan putaran
mesin 1000, 2000, 2500, 3000, dan 4000. Berikut adalah hasil data pengukuran
kebisingan yang dilakukan pada knalpot standart dan juga knalpot komposit
dengan variasi campuran POFA 10%, 15%, 20% yang di tampilkan pada Tabel
4.1 sampai Tabel 4.4
Tabel 4.1 Kebisingan pada knalpot standart
Putaran/
Dapat kita lihat pada tabel 4.1 kebisingan vs putaran pada knalpot standart
bahwa kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot standart adalah pada arah
ukur X- dan berada pada putran mesin 4000 rpm dengan tingkat kebisingan yang
terjadi adalah mencapai 82,8 dB dan juga dapat kita lihat pula bahwa kebisingan
pada putaran mesin 1000 rpm dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah 73
Dapat kita lihat pada tabel 4.2 kebisingan vs putaran pada knalpot komposit
10% bahwa kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot komposit 10% adalah
pada arah ukur Y+ dan berada pada putran mesin 4000 rpm dengan tingkat
kebisingan yang terjadi adalah mencapai 86,6 dB dan juga dapat kita lihat pula
bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada komposit 10% adalah pada arah
ukur Z- dan berada pada putaran mesin 1000 rpm dengan tingkat kebisingan yang
terjadi adalah 74,1 dB
Dapat kita lihat pada tabel 4.3 kebisingan vs putaran pada knalpot komposit
15% bahwa kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot komposit 15 % adalah
pada arah ukur X- dan berada pada putran mesin 4000 rpm dengan tingkat
kebisingan yang terjadi adalah mencapai 84,5 dB dan juga dapat kita lihat pula
bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot komposit 15% adalah
pada arah ukur Z- dan berada pada putaran mesin 1000 rpm dengan tingkat
kebisingan yang terjadi adalah 69,3 dB
Tabel 4.4 Kebisingan knalpot komposit POFA 20 %
Putaran/
arah ukur X+ X- Z+ Z- Y+
1000 69,2 70,8 68,8 68,3 69,5
2000 77,8 78,3 77,8 77,2 81,4
250 79,5 80,2 78,4 78,8 82,6
3000 81,1 81,5 80,7 79,2 83,6
4000 85,1 85,4 85,3 81,1 84,1
Keterangan:
noise terendah noise tertinggi
Dapat kita lihat pada tabel 4.4 kebisingan vs putaran pada knalpot komposit
20% bahwa kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot standart adalah pada
arah ukur X- dan berada pada putran mesin 4000 rpm dengan tingkat kebisingan
yang terjadi adalah mencapai 85,4 dB dan juga dapat kita lihat pula bahwa
kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot komposit 20% adalah pada arah
ukur Z- dan berada pada putaran mesin 1000 rpm dengan tingkat kebisingan yang
Gambar 4.1 Grafik Kebisingan knalpot arah ukur x+
Dapat kita lihat pada Gambar 4.1 kebisingan knalpot arah ukur X+ bahwa
kebisingan knalpot terendah berada pada putaran 1000 rpm untuk masing-masing
knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit, dan untuk kebisingan
terendah yang terjadi adalah pada knalpot komposit 20% POFA yaitu 69,2 dB
kemudian terus terjadi peningkatan kebisingan hingga pada putaran mesin 4000
rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot
komposit. Kebisingan yang tertinggi yaitu terjadi pada knalpot komposit 20%
POFA yaitu 85,1 dB.
Gambar 4.2 Grafik Kebisingan knalpot arah ukur x-
76,2
1000 2000 2500 3000 4000
k
1000 2000 2500 3000 4000
Dapat kita lihat pada Gambar 4.2 kebisingan knalpot arah ukur X- bahwa
kebisingan knalpot terendah berada pada putaran 1000 rpm untuk masing-masing
knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit, dan untuk kebisingan
terendah yang terjadi adalah pada knalpot komposit 20% POFA yaitu 70,8 dB
kemudian terus terjadi peningkatan kebisingan hingga pada putaran mesin 4000
rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot
komposit. Kebisingan yang tertinggi yaitu terjadi pada knalpot komposit 10%
POFA yaitu 85,3 dB.
Gambar 4.3 Grafik Kebisingan knalpot arah ukur z+
Dapat kita lihat pada Gambar 4.3 kebisingan knalpot arah ukur Z+ bahwa
kebisingan knalpot terendah berada pada putaran 1000 rpm untuk masing-masing
knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit, dan untuk kebisingan
terendah yang terjadi adalah pada knalpot komposit 20% POFA yaitu 68,8 dB
kemudian terus terjadi peningkatan kebisingan hingga pada putaran mesin 4000
rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot
komposit. Kebisingan yang tertinggi yaitu terjadi pada knalpot komposit 10%
POFA yaitu 85,5 dB.
1000 2000 2500 3000 4000
Gambar 4.4 Grafik Kebisingan knalpot arah ukur z-
Dapat kita lihat pada Gambar 4.4 kebisingan knalpot arah ukur Z- bahwa
kebisingan knalpot terendah berada pada putaran 1000 rpm untuk masing-masing
knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit, dan untuk kebisingan
terendah yang terjadi adalah pada knalpot komposit 20% POFA yaitu 68,3 dB
kemudian terus terjadi peningkatan kebisingan hingga pada putaran mesin 4000
rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot
komposit. Kebisingan yang tertinggi yaitu terjadi pada knalpot komposit 10%
POFA yaitu 84,2 dB.
Gambar 4.4 Grafik Kebisingan knalpot arah ukur Y+
74,1
1000 2000 2500 3000 4000
k
1000 2000 2500 3000 4000
Dapat kita lihat pada Gambar 4.5 kebisingan knalpot arah ukur Y+ bahwa
kebisingan knalpot terendah berada pada putaran 1000 rpm untuk masing-masing
knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit, dan untuk kebisingan
terendah yang terjadi adalah pada knalpot komposit 20% POFA yaitu 69,5 dB
kemudian terus terjadi peningkatan kebisingan hingga pada putaran mesin 4000
rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot
komposit. Kebisingan yang tertinggi yaitu terjadi pada knalpot komposit 10%
POFA yaitu 86,6 dB.
4.2 Kebisingan vs Frekuensi
Berdasarkan data yang di dapat dari hasil pengujian yang di lakukan pada
knalpot standart dan knalpot komposit dengan menggunakan alat ukur sound level
meter adalah berupa data kebisingan (dB) vs putaran mesin (rpm) sedangkan data
yang dibutuh kan adalah berbentuk frekuensi (Hz) maka dari itu data putaran
mesin berupa rpm akan diubah menjadi data frekuensi, Berikut adalah rumus dan
perhitungan yang akan dilakukan untuk mengubah data rpm berubah menjadi
frekuensi (Hz) dengan putran mesin (n)1000 rpm sebagai contoh :
� =2� 60∙ � =2(3,14)
60 ∙1000 = 104,66 ���
�= 2��
� = � 2� =104,66
6,28
Dengan menggunakan perhitungan yang sama seperti diatas berikut
ditampilakan tabel untuk hasil kebisingan vs frekuensi dari knalpot standart dan
juga knalpot komposit :
Tabel 4.5 Frekuensi vs kebisingan knalpot standart
Gambar 4.6 Grafik Frekuensi vs kebisingan knalpot standart
Dapat kita lihat pada Gambar 4.6 frekuensi vs kebisingan pada knalpot
standart bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot standart adalah
pada arah ukur Y+ dan berada pada frekuensi 16,64 Hz dengan tingkat kebisingan
yang terjadi adalah 73 dB kemudian kebisingan terus meningkat hingga pada
frekuensi 66,7 Hz dan kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot standart
73
16,64 33,33 41,67 50 66,67
adalah pada arah ukur X- dimana tingkat kebisingan yang terjadi adalah
Gambar 4.7 Grafik Frekuensi vs kebisingan knalpot komposit POFA 10%
Dapat kita lihat pada Gambar 4.7 frekuensi vs kebisingan pada knalpot
komposit 10 % bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot komposit
POFA 10% adalah pada arah ukur Z- dan berada pada frekuensi 16,64 Hz dengan
tingkat kebisingan yang terjadi adalah 74,1 dB kemudian kebisingan terus
meningkat hingga pada frekuensi 66,7 Hz dan kebisingan terbesar yang terjadi
pada knalpot standart adalah pada arah ukur Y+ dimana tingkat kebisingan yang
terjadi adalah mencapai 86,6 dB
76,2
16,64 33,33 41,67 50 66,67
Tabel 4.7 Frekuensi vs kebisingan knalpot komposit POFA 15%
Gambar 4.8 Grafik Frekuensi vs kebisingan knalpot komposit POFA 15%
Dapat kita lihat pada Gambar 4.8 frekuensi vs kebisingan pada knalpot
komposit 15 % bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot komposit
POFA 15% adalah pada arah ukur Z- dan berada pada frekuensi 16,64 Hz dengan
tingkat kebisingan yang terjadi adalah 69,3 dB kemudian kebisingan terus
meningkat hingga pada frekuensi 66,7 Hz dan kebisingan terbesar yang terjadi
pada knalpot standart adalah pada arah ukur X- dimana tingkat kebisingan yang
terjadi adalah mencapai 84,5 dB
70,4
16,64 33,33 41,67 50 66,67
Tabel 4.8 Frekuensi vs kebisingan knalpot komposit POFA 20%
Gambar 4.9 Grafik Frekuensi vs kebisingan knalpot komposit POFA 20%
Dapat kita lihat pada Gambar 4.9 frekuensi vs kebisingan pada knalpot
komposit 20% bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot komposit
POFA 20% adalah pada arah ukur Z- dan berada pada frekuensi 16,64 Hz dengan
tingkat kebisingan yang terjadi adalah 68,5 dB kemudian kebisingan terus
meningkat hingga pada frekuensi 66,7 Hz dan kebisingan terbesar yang terjadi
pada knalpot komposit POFA 20% adalah pada arah ukur X- dimana tingkat
kebisingan yang terjadi adalah mencapai 85,4 dB
69,2
16,64 33,33 41,67 50 66,67
4.3 Koefisien Absorbsi (α)
Berdasarkan data hasil kebisingan dari knlapot komposit maka akan di cari nilai koefisien absorsi dari knalpot komposit komposisi 10%,15%, dan 20 %
POFA tersebut, berikut adalah perhitungan nilai koefisien absorsi dari knalpot
komposit.
Dengan perhitungan yang sama berikut di tampilkan hasil dari perhitungan nilai
koefisien absorsi dari knalpot masing-masing komposit pada tabel:
Tabel 4.9 Koefisien absorsi knalpot komposit 10% Putaran/
arah ukur X+ X- Z+ Z- Y+
1000 0,04384 0,019582 0,04101 0,018543 0,01061 2000 0,03891 0,01658 0,01665 0,00765 0,06536 2500 0,03666 0,03405 0,03153 0,02005 0,07912 3000 0,03325 0,04981 0,0559 0,03198 0,08634 4000 0,0319 0,02778 0,04908 0,02808 0,09759
Keterangan:
Koefisien absorsi terendah Koefisien absorsi tertinggi
Dapat kita lihat pada tabel 4.9 Koefisien Absorsi pada knalpot komposit 10 %
POFA bahwa Kofisien absorbsi terbesar yang terjadi pada knalpot komposit 10%
POFA adalah pada arah ukur Y+ dan berada pada putran mesin 4000 rpm dengan
nilai koefisien absorsi adalah 0,09759 dan juga dapat kita lihat pula bahwa
adalah pada arah ukur Z- dan berada pada putaran mesin 1000 rpm dengan nilai
koefisien absorsi adalah 0,00765
Tabel 4.10 Koefisien absorsi knalpot komposit 15% Putaran/
X+ X- Z+ Z- Y+
arah ukur
1000 0,035616 0,070496 0,042328 0,082119 0,037135 2000 0,00778 0 0,010243 0,026786 0,01438 2500 0,003793 0,03657 0,00126 0,02005 0,02983 3000 0 0,01245 0,028571 0,00861 0,07861 4000 0,00613 0,003623 0,02454 0,009768 0,06971
Keterangan:
Koefisien absorsi terendah Koefisien absorsi tertinggi
Dapat kita lihat pada tabel 4.10 Koefisien Absorsi pada knalpot komposit
15% POFA bahwa Kofisien absorbsi terbesar yang terjadi pada knalpot komposit
15% POFA adalah pada arah ukur Z- dan berada pada putran mesin 1000 rpm
dengan nilai koefisien absorsi adalah 0,082119 dan juga dapat kita lihat pula
bahwa koesfisien absorsi terendah yang terjadi pada knalpot komposit 15%
POFA adalah pada arah ukur X+ dan X- berada pada putaran 2000,3000 rpm
dengan nilai koefisien absorsi adalah 0
Tabel 4.11 Koefisien absorsi knalpot komposit 20% Putaran/
X+ X- Z+ Z- Y+
arah ukur
1000 0,052055 0,075718 0,089947 0,095364 0,078249 2000 0,00908 0,001276 0,003841 0,015306 0,06405 2500 0,00506 0,01135 0,011349 0,012531 0,07134 3000 0,001232 0,01494 0,00248 0,02583 0,07732 4000 0,04417 0,03019 0,04785 0,009768 0,06591
Tabel 4.11 Koefisien absorsi knalpot komposit 20%
Keterangan:
Dapat kita lihat pada tabel 4.3 Koefisien Absorsi pada knalpot komposit 20%
POFA bahwa Kofisien absorbsi terbesar yang terjadi pada knalpot komposit 20%
POFA adalah pada arah ukur Z- dan berada pada putran mesin 1000 rpm dengan
nilai koefisien absorsi adalah 0,095364 dan juga dapat kita lihat pula bahwa
koesfisien absorsi terendah yang terjadi pada knalpot komposit 20% POFA
adalah pada arah ukur X+ berada pada putaran 3000 rpm dengan nilai koefisien
absorsi adalah 0,001232
4.4 Transmission loss (TL)
Berdasarkan data yang diproleh maka akan dihitung transmision loss atau
kehilangan daya bunyi yang terjadi di alam knalpot komposit atau pun knalpot
standart berikut adalah perhitungan nya:
TL=10
���
10[1+0.25(
��TL= Transmision Loss
Se= Luas daerah masuk atau keluar =(
¼
) (3.14) (0.045)2= 0,00159 �2Sc= Luas Daerah Knalpot =3.14 ab = 3.14 (0.080)(0.080) = 0,020096 �2 Lc=panjang knalpot = 0,395 �
a = d knalpot terpanjang 0.080 m
b = d knalpot terpanjang 0.080 m λ = panjang gelombang
Berikut ditampilkan data nlai dari transmisinon loss knalpot standart maupun knalpot komposit:
Tabel 4.12 Transmision loss
rpm knalpot komposit
10% 15% 20%
1000 7,488665 7,697385 7,902358 2000 12,14783 12,36105 12,76531 2500 13,44133 13,44133 13,64166 3000 14,33389 14,13912 14,51724 4000 14,91885 14,91885 15,27215
Dapat kita lihat dari tabel bahwa semakin tinggi rpm maka semakin tinggi
pula transmission loss yang terjadi, dimana transmission loss terendah terjadi pada
knalpot komposit 10% dan transmission loss tertinggi terjadi pada knalpot
kompoisit 20 %
4.5 Noise Reduction Rate(NRR)
Setelah transmision loss kita hitung maka selanjutnya adalah menghitung noise reduction. Noise reduction atau penurunan tingkat daya bunyi akibat
penyerapan daya bunyi oleh dinding material , dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
���= ��(�) +��(−�) +��(�) +��(−�) +��(�) 5
a. Knalpot komposit 10 %
���(1000 ���) =�73−76,2�+�76,6−75,1�+�75,6−78,7�+�75,5−74,1�+(75,4−74,6)
5
= 0,52 dB
= 2,24dB
���(2500 ���) =(79,1−82) + (79,3−82) + (79,3−81,8) + (79,8−81,4) + (77,1−83,2) 5
= 3,16 dB
���(3000 ���) =(81,2−83,9) + (80,3−84,3) + (80,5−85) + (81,3−83,9) + (77,6−84,3) 5
= 4,1dB
���(4000 ���) =(81,5−84,1) + (82,8−85,1) + (81,5−85,5) + (81,9−84,2) + (78,9−86,6) 5
= 3,78 dB
��� =0,52 + 2,24 + 4,1 + 3,78
5
=2,76 dB
b. Knalpot Komposit 15 %
���(1000 ���) =(73−70,4) + (76,6−71,2) + (75,6−72,4) + (75,5−69,3) + (75,4−72,6) 5
= 4,04 dB
���(2000 ���) =(77,1−77,7) + (78,4−78,4) + (78,1−77,3) + (78,4−76,3) + (76,5−77,6) 5
= 0,24 dB
���(2500 ���) =(79,1−78,8) + (79,3−82,2) + (79,3−79,4) + (79,8−78,2) + (77,1−79,4) 5
���(3000 ���) =(81,2−81,2) + (80,3−81,3) + (80,5−78,2) + (81,3−80,6) + (77,6−83,7) 5
= 0,82 dB
���(4000 ���) =(81,5−82) + (84,5−82,5) + (81,5−83,5) + (81,9−81,1) + (78,9−82,5) 5
= -1,38 dB
���=4,04 + 0,24 + 0,68 + 0,82 + 1,38
5
= 1,432 dB
c. Knalpot komposit 20%
���(1000 ���) =(73−69,2) + (76,6−70,8) + (75,6−68,8) + (75,5−68,3) + (75,4−69,5) 5
=5,9 dB
���(2000 ���) =(79,1−77,8) + (79,3−78,3) + (79,3−77,8) + (79,8−77,2) + (77,1−81,4) 5
= 0,8 dB
���(2500 ���) =(81,2−79,5) + (80,3−80,2) + (80,5−78,4) + (81,3−78,8) + (77,6−83,782,6) 5
= 0,98 dB
���(3000 ���) =(81,2−81,1) + (80,3−81,5) + (80,5−80,7) + (81,3−79,2) + (77,6−83,6) 5
���(4000 ���) =(81,5−85,1) + (82,8−85,4) + (81,5−85,3) + (81,9−81,1) + (78,9−84,1) 5
= 2,88 dB
���=5,9 + 0,8 + 0,98 + 1,04 + 2,88 5
= 2,32 dB
Dapat kita lihat dari perhitungan NRR Bahwa nilai NRR rata-rata dari
knalpot komposit 10% adalah sebesar 2,76 dB, knalpot komposit 15%adalah 1,43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat di ambil beberapa kesimpulan
diantaranya :
1. Semakin tinggi putaran mesin yang terjadi maka semakin tinggi pula
kebisingan yang terjadi pada knalpot komposit, begitu pula dengan
pengaruh frekuensi semakin tinggi frekuensi yang terjadi maka semakin
tinggi juga kebisingan yang terjadi pada knalpot komposit Polipropylen
dan POFA. Ini terjadi terjadi akibat proses pembakaran dalam silinder
piston, maupun getaran pada sepeda motor. Oleh sebab itu, apabila variasi
putaran pada mesin ditambah, maka kebisingan akan bertambah juga
2. Knalpot komposit yang terbaik adalah knalpot komposit dengan
komposisi 80% PP dan 20% POFA karena memiliki nilai kebisingan
terendah dibandingkan knalpot komposit 90:10, 85:11, maupun knalpot
standart
3. Nilai NRR terendah dari knalpot komposit adalah pada komposisi 85: 15
yaitu 1,43 dB dan tertinggi adalah komposit 80:10 yaitu 2,76 dB
5.2 Saran
1. Dalam melakukan penelitian terhadap kebisingan hendak nya dilakukan
pada tempat dan waktu yang benar-benar sunyi agar mendapatkan data
yang lebih akura
2. Perbandingan dengan beberapa komposisi diharapkan dapat dilakukan
untuk mendapat kan komposisi terbaik dalam mengurangi kebisingan yang
terjadi pada knalpot