KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : SK.220/Menhut-II/2014
TENTANG
PELIMPAHAN WEWENANG MENTERI KEHUTANAN KEPADA DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN UNTUK ATAS NAMA MENTERI KEHUTANAN MENANDATANGANI KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN
TENTANG PENETAPAN KAWASAN HUTAN
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 22 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan, dan Pasal 44 ayat (1) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.44/Menhut-II/2012 tentang Pedoman Pengukuhan
Kawasan Hutan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.62/Menhut-II/2013, mengatur kawasan hutan yang telah ditata batas temu gelang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan;
b. bahwa berdasarkan Nota Kesepakatan Bersama tanggal 11
Maret 2013, yang ditandatangani oleh 12 (dua belas) Kementerian/Lembaga Non Kementerian dan disaksikan oleh Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pembangunan (UKP4) dan Ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), telah disepakati untuk meningkatkan
kerjasama dan koordinasi Para Pihak dalam percepatan pengukuhan kawasan hutan Indonesia;
c. bahwa dalam rangka mempercepat pelaksanaan pengukuhan
kawasan hutan dalam hal ini penetapan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada huruf b, perlu melimpahkan kewenangan Menteri Kehutanan kepada Direktur Jenderal Planologi Kehutanan untuk atas nama Menteri Kehutanan menandatangani Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penetapan Kawasan Hutan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Pelimpahan Wewenang Menteri Kehutanan kepada Direktur Jenderal Planologi
Kehutanan untuk atas nama Menteri Kehutanan
Menandatangani Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penetapan Kawasan Hutan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004;
-2-
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Perusakan Hutan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang
Perencanaan Kehutanan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang
Perlindungan Hutan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN);
11.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
12.Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang;
13. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara,
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013;
14.Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 5/P Tahun 2013;
15.Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013;
16.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.33/Mehut-II/2012;
17.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.47/Menhut-II/2010
tentang Panitia Tata Batas Kawasan Hutan;
18.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.44/Menhut-II/2012
tentang Pengukuhan Kawasan Hutan, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.62/Menhut-II/2013;
-3-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PELIMPAHAN
WEWENANG MENTERI KEHUTANAN KEPADA DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN UNTUK ATAS NAMA MENTERI KEHUTANAN MENANDATANGANI KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PENETAPAN KAWASAN HUTAN.
KESATU : Melimpahkan kewenangan Menteri Kehutanan kepada Direktur
Jenderal Planologi Kehutanan untuk atas nama Menteri Kehutanan menandatangani Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penetapan Kawasan Hutan.
KEDUA : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan wajib menyampaikan
laporan Penetapan Kawasan Hutan kepada Menteri Kehutanan secara berkala setiap 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu apabila diperlukan Menteri Kehutanan.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Maret 2014 Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd. ttd
KRISNA RYA ZULKIFLI HASAN
Salinan Keputusan disampaikan kepada Yth. :
1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
2. Menteri Dalam Negeri;
3. Menteri Pertanian;
4. Menteri Pekerjaan Umum;
5. Kepala Badan Pertanahan Nasional;
6. Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan;
7. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan;
8. Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan;
9. Direktur Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial;
10. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam;
11. Para Gubernur di seluruh Indonesia;
12. Para Bupati/Walikota di seluruh Indonesia;
13. Direktur Utama Perum Perhutani;
14. Kepala Dinas Provinsi yang membidangi kehutanan di seluruh Indonesia;
15. Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kehutanan di seluruh
Indonesia.