• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

10

1. Disiplin Tata Tertib di Sekolah

a. Pengertian Disiplin Tata Tertib di Sekolah

Kegiatan formal di sekolah tidak lepas dari tata tertib yang mengatur perilaku semua pihak pada lingkungan sekolah, salah satunya untuk peserta didik. Tata tertib yang berlaku berkaitan erat dengan perilaku disiplin yang masih menjadi permasalahan di sekolah. Tujuan utama tata tertib adalah melatih disiplin dan menanamkan disiplinmoral dalam diri individu yang akan membentuk pola perilaku, sehingga tata tertib menjadi sebuah kontrol perilaku agar sesuai dengan peraturan.

Paul (2008: 347) menjelaskan bahwa pengertian disiplin adalah seni menanamkan serangkaian nilai dalam diri yang akan mengajarkan tentang batasan-batasan dari sebuah perilaku yang tepat dan tidak tepat. Paparan tersebut dapat dimaknai bahwa disiplin bukan memerintah tetapi mengajarkan sehingga menjadi suatu kebiasaan yang baik. Disiplin juga diartikan sebagai tindakan yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, artinya perilaku yang mengikuti aturan-aturan, dan adanya konsekuensi apabila terjadi pelanggaran atau penyimpangan (Farida, 2014:67). Disiplin akan menanamkan sebuah rasa tanggungjawab dan pertimbangan, sehingga peserta didik mampu membuat keputusan dengan penuh pertimbangan berkaitan dengan perilaku yang dilakukan.

Disiplin adalah perilaku taat pada peraturan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan penuh kesadaran sehingga membentuk rasa tanggungjawab dalam berperilaku. Individu yang memiliki kedisiplinan yang tinggi akan mampu mengendalikan dorongan

(2)

dalam dirinya serta mampu menjalani kehidupan dengan kontrol internal dan eksternal.

Disiplin adalah pelatihan pola pikir dan karakter, sehingga disiplin sebagai upaya pengembangan dan pengendalian pola pikir dan karakter dengan tujuan untuk menciptakan kepatuhan dan ketaatan kepada perilaku tertib dan taat (Sri Ratna dan Sri Murtini, 2001: 35). Simanjuntak (2001: 51), menjelaskan dua tujuan dalam pelaksanaan perilaku disiplin, yaitu: (1) tindakan disiplin memastikan perilaku yang konsisten dengan aturan, (2) mempertahankan rasa hormat dan saling percaya.

Perilaku disiplin juga berkaitan erat dengan perilaku tidak disiplin yang akan mendasari perilaku tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah. Tidak disiplin adalah perilaku yang melanggar tata tertib atau aturan yang berlaku. Tidak disiplin adalah perilaku yang tidak mentaati ketentuan yang berlaku (Depdikbud, 1992: 3).

Perilaku tidak disiplin dapat diartikan sebagai perilaku yang tidak taat kepada aturan, dan norma yang berlaku di lingkungan. Perilaku tidak disiplin merupakan perilaku tidak bertanggungjawab terhadap diri sendiri atas tindakan yang dilakukan.

Perilaku disiplin berkaitan dengan tata tertib sekolah atau peraturan sebagai batasan norma yang telah ditetapkan dan disepakati. Peserta didik yang menaati tata tertib berarti telah menunjukkan perilaku disiplin. Tata Tertib Peserta Didik adalah segala ketentuan yang ditetapkan oleh sekolah untuk ditaati dan dilaksanakan oleh peserta didik yang bertujuan agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung efektif (Disdikpora, 2014: 282a).

Paparan diatas, memberi kesimpulan bahwa perilaku disiplin tata tertib di sekolah adalah perilaku yang sesuai dengan peraturan dan norma yang ditetapkan oleh pihak sekolah untuk membentuk rasa tanggungjawab dalam berperilaku dilingkungan sekolah.

(3)

b. Macam-Macam Disiplin Tata Tertib Sekolah

Keberagaman karakter peserta didik mempengaruhi kebijakan sekolah dalam penerapan disiplin tata tertib di sekolah. Setiap peserta didik memiliki cara yang berbeda dalam memahami berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah, sehingga perlu adanya tata tertib yang dibuat oleh pihak sekolah dan merupakan bentuk usaha yang dilakukan untuk mengembangkan suasana sekolah yang kondusif.

Keputusan Disdipora tentang tata tertib menetapkan peraturan untuk mengatur perilaku disiplin tata tertib di sekolah bagi SMP Negeri 17 Surakarta. Tata tertib tersebut meliputi 3 jenis, antara lain: 1) Perilaku meliputi berkelahi dengan teman dan orang lain diluar

lingkungan sekolah, membawa barang-barang yang dilarang, melakukan perbuatan asusila, mencuri, berbicara kurang sopan kepada teman, guru atau karyawan, membuat gaduh di kelas, merusak fasilitas sekolah, makan di dalam kelas, mengancam guru atau karyawan.

2) Keaktifan meliputi terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas, tidak mengikuti pelajaran tanpa izin, tidak masuk sekolah tanpa izin, tidak mengikuti ekstrakurikuler, dan meninggalkan sekolah tanpa izin.

3) Kerapian meliputi seragam atau atribut tidak lengkap, berdandan menyolok, memakai perhiasan yang berlebihan, dan bertato.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pengaturan tata tertib yang ditetapkan meliputi tiga hal yaitu perilaku, keaktifan, dan kerapian. Tiga hal tersebut dapat melingkupi semua aspek di sekolah, sehingga ketiga jenis tata tertib tersebut juga dapat secara menyeluruh mengatur perilaku dan penampilan peserta didik di sekolah.

(4)

Anwar Prabu (2008: 129) menjelaskan dua bentuk disiplin tata tertib yang dapat diterapkan bagi peserta didik di sekolah, yaitu disiplin preventif dan disiplin korektif. Dua bentuk disiplin tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Disiplin Preventif

Disiplin preventif merupakan upaya menggerakkan peserta didik untuk mengikuti dan mematuhi pedoman dan aturan-aturan yang telah digariskan oleh sekolah. Tujuannya adalah untuk menggerakkan perilaku disiplin diri peserta didik serta memelihara diri peserta didik terhadap peraturan-peratuan di sekolah.

Masyarakat sekolah antara lain seperti guru, kepala sekolah dan karyawan bertanggungjawab dalam membangun iklim sekolah yang disiplin sebagai contoh bagi peserta didik. Peserta didik juga diwajibkan untuk mengetahui dan memahami segala pedoman dan aturan yang ditetapkan di sekolah. Disiplin preventif merupakan suatu sistem yang saling berhubungan, apabila seluruh masyarakat sekolah bekerjasama dalam menegakkan disiplin, maka disiplin tersebut akan mudah ditegakkan.

b) Disiplin Korektif

Disiplin korektif adalah upaya menggerakkan peserta didik dalam menyatukan peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah. Disiplin Korektif menerapkan sanksi sesuai dengan peraturan bagi peserta didik yang melanggar. Tujuan pemberian sanksi adalah memperbaiki perilaku peserta didik, menjaga peraturan yang ada, dan sebagai pembelajaran bagi peserta didik yang melanggar.

Disiplin korektif memerlukan perhatian khusus dan prosedur yang seharusnya. Keith Davis (1985: 367), berpendapat bahwa disiplin korektif memerlukan perhatian

(5)

terhadap proses yang seharusnya dilakukan, artinya peserta didik ikut terlibat dalam prosedur pelaksanaan aturan tata tertib yang ditetapkan sekolah.

Berdasarkan paparan diatas, maka memberi kesimpulan bahwa bentuk disiplin yang ditetapkan di sekolah merupakan gabungan dari kedua bentuk disiplin tersebut. Tata tertib yang ada di sekolah dibuat dan ditetapkan untuk dipatuhi oleh peserta didik, serta adanya sanksi untuk menjaga perilaku disiplin, menjaga tata tertib yang ada dan sebagai pembelajaran bagi peserta didik yang melanggar.

c. Aspek-Aspek Kedisiplinan

Tata tertib telah menjadi bagian pokok dalam membentuk masyarakat disiplin, taat dan bertanggungjawab diberbagai lingkungan seperti sekolah, kantor, keluarga dan masyarakat. Perilaku disiplin tata tertib memiliki beberapa aspek yang penting dalam membentuk perilaku peserta didik.

Lemhanas (1997: 14) menjelaskan mengenai aspek dalam perilaku disiplin yaitu jenis perilaku yang menyatu dalam segala aspek kepribadian adalah taqwa, patuh, sadar, rasional, mental, teladan, berani dan kejujuran.

Menurut Prijodarminto (1994: 32), disiplin memiliki 3 aspek, yaitu:

1. Sikap mental (mental attitude) yang artinya sikap taat dan tertib merupakan sebuah hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak.

2. Pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma, kriteria, dan standar, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran akan ketaatan terhadap peraturan. Norma dan standar tersebut merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan atau kesuksesan.

(6)

3. Sikap berkelakuan secara wajar dalam menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala peraturan secara cermat dan tertib.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa ketiga aspek tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa indikator dan dijabarkan kembali menjadi kaliman pernyataan untuk digunakan sebagai angket dalam memperoleh data tentang kedisiplinan terhadap tata tertib di sekolah.

d. Faktor Pendukung Perilaku Disiplin

Perilaku disiplin berkaitan erat dengan perilaku tidak disiplin. Banyak faktor penyebab yang mendasari perilaku tidak disiplin bagi peserta didik terhadap tata tertib di sekolah.

Prayitno dan Erman Anti (1994: 61) menjelaskan beberapa faktor penyebab perilaku tidak disiplin tata tertib di sekolah. Faktor penyebab perilaku tidak disiplin tersebut antara lain sebagai berikut :

1) Peserta didik tidak begitu memahami kegunaan masing-masing aturan atau tata tetib yang berlaku di sekolah, karena tidak didiskusikan dengan siswa sehingga peserta didik terpaksa mengikutinya.

2) Peserta didik yang bersangkutan terbiasa hidup terlalu bebas, baik di rumah maupun di masyarakat.

3) Tindakan yang dilakukan terhadap pelanggaran terlalu keras, sehingga peserta didik mereaksi secara negatif. 4) Ciri khusus perkembangan remaja yang belum dapat

mengatur diri sendiri.

5) Sebagai pelampiasan rasa tidak senang terhadap mata pelajaran tertentu.

(7)

Paparan diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan tata tertib di sekolah diharapkan dapat disosialisasikan secara menyeluruh kepada peserta didik, sehingga peserta didik memahami tujuan dari masing-masing peraturan dan merasa bertanggungjawab atas perilaku yang tidak sesuai dengan tata tertib.

e. Pelaksanaan Sanksi Pelanggaran Disiplin Tata Tertib

Penerapan perilaku disiplin terhadap tata tertib, erat kaitannya dengan sanksi atau hukuman yang ditetapkan. Sanksi atau hukuman bertujuan untuk membatasi perilaku peserta didik dan membangun tanggungjawab peserta didik terhadap konsekuensi perilaku yang dilakukan.

Anwar Prabu (2008: 131) menjelaskan, pelaksanaan sanksi terhadap pelanggaran disiplin tata tertib dilakukan dengan memberikan peringatan yang disegerakan, sangsi harus segera, sangsi harus konsisten dan sangsi harus impersonal.

a. Pemberian Peringatan

Peserta didik yang melanggar disiplin tata tertib diberikan peringatan berupa teguran hingga surat peringatan yang pertama, kedua dan ketiga. Tujuan pemberian peringatan adalah agar peserta didik yang bersangkutan menyadari pelanggaran yang telah dilakukannya serta sebagai pertimbangan dalam pemberian nilai bagi peserta didik.

b. Pemberian Sanksi Harus Segera

Peserta didik yang melanggar tata tertib segera diberikan sanksi yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuannya adalah agar peserta didik yang bersangkutan memahami sanksi pelanggaran yang yang ditetapkan dan berlaku di sekolah tersebut. Kelalaian dalam pemberian sanksi akan memperlemah disiplin yang ada, serta memberi peluang bagi peserta didik untuk melanggar dan mengabaikan tata tertib.

(8)

c. Pemberian Sanksi Harus Konsisten

Pemberian sanksi kepada peserta didik yang tidak disiplin dilakukan secara konsisten. Hal ini bertujuan agar peserta didik sadar dan menghargai peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah. Ketidakonsistenan pemberian sanksi dapat mengakibatkan peserta didik merasa adanya diskriminasi terhadap peserta didik, ringannya sanksi, dan dapat mengabaikan tata tertib.

d. Pemberian Sanksi Harus Impersonal

Pemberian sanksi terhadap pelanggaran tata tertib dilakukan dengan tidak membeda-bedakan tingkat pendidikan, jenis kelamin peserta didik, namun diberlakukan sama sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuannya agar peserta didik menyadari bahwa disiplin taat tertib berlaku untuk semua peserta didik dengan sanksi pelanggaran sesuai dengan peraturan.

Penetapan sanksi di SMP Negeri 17 Surakarta juga telah disebutkandalam surat keputusan Disdikpora (2014: 8) tentang sanksi yang menyatakan bahwa pelanggaran terhadap semua butir tata tertib akan dikenakan sanksi dengan sistem kredit poin, seperti yang tertera pada lampiran tata tertib mengatakan bahwa sanksi adalah teguran terhadap pelanggaran semua butir tata tertib.

Surat keputusan Disdikpora tersebut menjelaskan berbagai bentuk pelanggaran yang ditetapkan di SMP N 17 Surakarta beserta besar kredit poin yang diberikan untuk masing-masing pelanggaran yang dilakukan. Rentangan kredit poin yang ditetapkan adalah 5 hingga 100 poin.

Berikut adalah beberapa contoh pelanggaran perilaku dan bobot poin pelanggaran yang ditetapkan, seperti pada Tabel 2.1:

(9)

Tabel 2.1 Bentuk Pelanggaran di SMP Negeri 17 Surakarta

Jenis Pelanggaran Perilaku Bobot

Berkelahi:

a. Dengan teman sekelas b. Dengan teman antar kelas c. Menggunakan senjata tajam d. Dengan luar sekolah secara masal

5 10 20 25 Membawa:

a. Radio, tape, handphone b. Rokok c. VCD Porno d. Narkoba 5 10 20 30 Melakukan perbuatan:

a. Mengaktifkan handphone saat pembelajaran b. Merokok dilingkungan sekolah

c. Melihat gambar/film porno

d. Minum-minuman keras dilingkungan sekolah e. Menggunakan narkoba 10 15 20 30 50 Mencuri: a. Milik teman b. Milik sekolah

c. Milik orang luar sekolah

10 15 20 Melakukan perbuatan yang mengganggu ketenangan dan

ketertiban belajar:

a. Membuat kegaduhan di kelas atau di sekolah b. Berbicara kurang sopan

c. Mengendarai sepeda motor di sekolah d. Berbuat zina

5 10 15 100 Melakukan perbuatan yang mengganggu kebersihan dan

keamanan sekolah:

a. Makan di dalam kelas b. Melompat pagar sekolah c. Mengompas teman d. Mengancam guru/karyawan e. Menganiaya guru/karyawan 5 10 15 50 100 Kerajinan:

a. Terlambat masuk sekolah/kelas 5 menit tanpa alasan b. Tidak melaksanakan tugas dari guru

c. Tidak mengikuti pelajaran tanpa ijin

5 5 5 Kerapian:

a. Seragam/atribut tidak lengkap b. Berseragam tidak sesuai aturan c. Rambut diwarnai d. Bertato permanen 5 5 10 20 f. Cara Meningkatkan Disiplin Tata Tertib

Tata tertib yang diberikan kepada peserta didik ditanamkan secara terus menerus untuk membentuk kebiasaan. Peserta didik yang dibiasakan mematuhi tata tertib yang berlaku, maka akan

(10)

memberikan kesadaran dalam diri peserta didik dalam bersikap disiplin.

Pembiasaan perilaku disiplin yang diterapkan kepada peserta didik juga dilengkapi dengan pengawasan dan kontrol untuk terus memantau perilaku peserta didik yang masih mudah terpengaruh oleh situasi tertentu. Shoehib (Tololiu, 2005: 16) menjelaskan bahwa disiplin siswa merupakan proses belajar dan perlu ada upaya untuk mendidik, yakni: (1) melatih, (2) membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai berdasarkan acuan moral, (3) ada kontrol diri untuk mengembangkannya. Paparan tersebut dapat diartikan bahwa dalam membentuk sikap disiplin tidak dapat dilakukan secara instan, namun dengan melatih agar menjadi kebiasaan yang positif dan dengan terus dilakukan pemantauan agar peserta didik konsisten dengan perubahan perilaku yang dilakukan.

Selain beberapa cara diatas, terdapat upaya-upaya lain yang dapat meningkatkan kedisiplinan peserta didik terhadap tata tertib sekolah, antara lain:

1) Berusaha secara sadar tentang itikad baik dan rasa tanggung jawab dalam mematuhi semua peraturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.

2) Membiasakan diri hidup disiplin, baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat.

3) Berusaha menepati janji yang telah dibuat atau disepakati. 4) Menghindari ajakan teman untuk berbuat yang melanggar

norma-norma hukum.

5) Semakin meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-perintah-Nya.

6) Berusaha menyimak dan menuruti nasihat orangtua, guru, dan tokoh-tokoh masyarakat.

(11)

7) Aktif dan kreatif mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kedisiplinan pribadi dan sosial.

Berdasarkan upaya-upaya diatas, yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan disiplin adalah mengembangkan kontrol diri dan berusaha secara sadar tentang itikad baik dan rasa tanggungjawab dalam mematuhi semua peraturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga agar kedisiplinan dapat meningkat, perlu sekali adanya kontrol diri dan kesadaran akan tanggungjawab tersebut, itu tiada lain adalah juga merupakan sarana self monitoring.

2. Self Monitoring

a. Pengertian Self Monitoring

Self Monitoring merupakan bentuk pemantauan terhadap diri sendiri agar dapat menumbuhkan tanggungjawab terhadap perilakunya sendiri. Self monitoring merupakan konsep yang berhubungan dengan pengaturan kesan (impression management) atau konsep pengaturan diri (Snyder & Gangestad, 1986: 125) menyatakan. Konsep self monitoring menjelaskan mengenai proses yang dialami setiap individu dalam menampilkan impression management dihadapan orang lain. Paparan tersebut dapat dimaknai bahwa teknik Self Monitoring mendorong kesadaran diri dalam berperilaku yang sesuai dengan aturan yang berlaku dilingkungan masyarakat sehingga mencerminkan perilaku yang bertanggungjawab dan disiplin.

Edward (Terj. Suhardjo Danusastro, 1989)menjelaskan bahwa teknikSelf Monitoring adalah teknik pemantauan atau pencatatan perilaku yang dapat meningkatkan kesadaran peserta didik terhadap perilaku yang sedang dilakukan, dalam hal ini berkaitan dengan perilaku yang dilakukan didalam kelas. Paparan tersebut dapat dimaknai bahwa perilaku peserta didik didalam kelas menjadi lebih

(12)

bertanggungjawab karena peserta didik memantau dan memonitoring perilaku diri sendiri.

Baron dan Byrne (Terj. Ratna Djuwita, 1994: 189), menjelaskan bahwa self monitoring merupakan tingkatanindividu dalam mengatur perilakunya berdasarkan situasi eksternal dan reaksiorang lain atau atas dasar faktor internal sepertikeyakinan, sikap, dan minat. Paparan tersebut dapat dimaknai bahwa self monitoring dapat diterapkan pada individu melalui faktor internal yang berasal dari keyakinan dan kesadaran diri sendiri atau melalui faktor eksternal yaitu adanya respon positif dari lingkungan yang mendukung perubahan perilaku individu.

Penerapan teknik self monitoring bagi peserta didik dilakukan dengan sengaja dan cermat dalam mengamati perilaku diri sendiri dan memberi catatan dari segala kegiatan yang dilakukan. Cormier (dalam Nursalim, 1985) menjelaskan bahwaself monitoring adalah proses individu mengobservasi dan memberikan catatan tentang diri sendiri dan interaksinya dengan lingkungan. Hal tersebut dimaknai bahwa peserta didik memantau dan mencatat perilaku diri di sekolah agar sesuai dengan tata tertib yang berlaku. Thoresen dan Mahoney (dalam Nursalim, 1974) menyatakan bahwa self monitoring adalah tahap pertama dan utama dalam perubahan diri. Paparan tersebut dapat dimaknai bahwa self monitoring menjadi bagian yang penting dalam melakukan perubahan terhadap perilaku diri, karena merupakan tahap pemantauan terhadap perilaku-perilaku yang dilakukan.

Teknik self monitoring merupakan penjabaran dari teknik self management. Self Management adalah proses mengubah perilaku diri dengan menggunakan satu strategi atau kombinasi strategi. Peserta didik secara aktif melakukan perubahan yang diinginkan dan berusaha mengubah aspek lingkungan atau mengatur konsekuensi diri.

(13)

Nursalim (2013: 149) menyebutkan tiga macam strategiself monitoring, yaitu (1) Self monitoring sebagai upaya mengamati, mencatat tingkah laku tertentu (pikiran, perasan dan tindakan) tentang diri sendiri dan interaksi dengan lingkungan, (2) Stimulus-control sebagai rancangan atau pedoman untuk menambah atau mengurangi tingkah laku diri, (3) Self-Reward adalah pemberian hadiah pada diri sendiri, setelah tercapainya tujuan yang diinginkan.

Ketiga strategi tersebut dikelompokkan sebagai strategi Self Management, karena peserta didik bertanggungjawab untuk mengarahkan, mendorong, mengubah atau mengontrol perilaku untuk menghasilkan perubahan tingkah laku yang diinginkan pada masing-masing prosedur.

Berdasarkan paparan diatas, maka Self Monitoring merupakan teknik untuk memantau dan mencatat perilaku diri sendiri. Teknik Self Monitoring bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemandirian dan tanggungjawab individu dalam berperilaku sehingga meningkatkan kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah.

b. Tahap-Tahap Self Monitoring

Berbagai teknik dalam bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui beberapa tahapan atau langkah. Penerapan langkah-langkah yang urut dan sesuai berpengaruh terhadap keberhasilan teknik yang digunakan. Pelaksanaan strategi self management yang dilakukan pada tahap pertama adalah teknik self monitoring. Thoresen & Mahoney (dalam Nursalin, 1974) menyatakan bahwa self monitoring adalah tahap pertama yang utama dalam program perubahan diri, sehingga peserta didik dapat mengetahui permasalahan diri sebelum melakukan implementasi strategi perubahan diri.

Nursalim (2013: 153) mengatakanlima langkah self monitoring yaitu: (1) rasional, (2) penentuan respon, (3) mencatat respon,

(4) membuat peta respon, (5) memperlihatkan data, (6) analisis data. Lima langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

(14)

1) Rasional

Tahap pertama berisi tujuan dan gambaran secara singkat mengenai pelaksanaan teknik self monitoring. Pembimbing memberikan penjelasan kepada peserta didik berkaitan dengan perilaku diri yang akan diamati oleh peserta didik tersebut. Pembimbing juga menjelaskan waktu pengamatan terhadap perilaku diri sendiri dilakukan dengan rentang waktu yang singkat.

2) Penentuan Respon

Penentukan perilaku yang akan diobservasi, peserta didik memilih perilaku yang akan diamati seperti jenis perilakunya, kekuatan perilaku, dan jumlah maksimal perilaku tersebut dapat dilakukan. Pembimbing membantu peserta didik menentukan usaha yang dapat dilakukan dalam mengurangi perilaku tidak disiplin secara eksplisit, seperti pembimbing dan peserta didik memiliki kesepakatan bahwa terlambat masuk ke dalam kelas adalah perilaku tidak disiplin.

3) Mencatat Respon

Pembimbing mengajarkan peserta didik tentang waktu, metode dan alat-alat untuk mencatat. Waktu yang diperhatikan saat mencatat respon yaitu, (a) Mencatat sebelum dan setelah kemunculan perilaku, (b) Mencatat dengan segera, (c) Mencatat ketika tidak terdapat respon lain yang mengganggu pencatatan. Pencatatan lain yang juga dicatat adalah metode yang digunakan. Metode mencatat yang dilakukan adalah dengan menghitung frekuensi dan mengukur waktu (secara terus menerus atau secara acak).

Pencatatan respon menggunakan beberapa alat mencatat yang dapat membantu seperti tusuk gigi dan krikil (portable) atau tanda-tanda dan bintang (accessible).

(15)

4) Membuat Peta Respon

Setiap minggu peserta didik membuat peta atau grafik dari jumlah perilaku yang telah diamati dan dicatat dari setiap harinya.

5) Memperlihatkan Data

Hasil peta data pada tahap keempat kemudian ditempelkan ditempat yang dapat selalu terlihat, sehingga mendorong peserta didik untuk terus melakukan perubahan perilaku disiplin.

6) Analisis Data

Tahap keenam, peserta didik melakukan evaluasi dengan membandingkan data perilaku sebelumnya dengan hasil data perilaku setelah dilakukan pemantauan diri (perilaku sebelum dan setelah pemberian teknik self monitoring) serta besar tingkat perubahan yang terjadi.

Paparan diatas memberi kesimpulan bahwa setiap tahapan dalam teknik self monitoring saling berhubungan dan masing-masing tahapan memiliki tujuan dan fungsi masing-masing yang berbeda-beda. Pelaksanaan tahapan-tahapan tersebut dengan tujuan agar pelaksanaan teknik self monitoring dapat berjalan dengan efektif dan tepat sasaran.

c. Komponen Self Monitoring

Teknik Self Monitoring terbentuk dari beberapa komponen. Snyder (dalam Shaw dan Constanzo, 1982: 339) mengatakan bahwa self monitoring mempunyai lima komponen, yaitu: (1) Kesesuaian lingkungan sosial dengan keadaan diri, (2) Memperhatikan lingkungan sekitar, (3) Mampu mengontrol diri, (4) Menggunakan kemampuan yang dimiliki, (5) Mampu menyesuaikan diri.

(16)

Lima komponen self monitoring diatas dijabarkan sebagai berikut:

1) Kesesuaian lingkungan sosial dengan keadaan diri artinya menyesuaikan peran seperti yang diharapkan orang lain dalam situasi sosial. Hakikat manusia sebagai makhluk sosial berhubungan dengan individu lain dan menuntut manusia untuk mampu menyesuaikan diri agar dapat diterima oleh lingkungan sekitar. Hal tersebut berkaitan dengan lingkungan sekolah yang menuntut peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan tata tertib yang berlaku di sekolah.

2) Memperhatikan lingkungan sekitarsebagai pedoman dalam berperilaku. Lingkungan sosial masyarakat memiliki pedoman dan aturan yang bertujuan mengatur segala perilaku masyarakat yang ada didalamnya dan terdapat hukuman bagi pelanggaran yang dilakukan. Tata tertib merupakan pedoman dalam mengatur perilaku peserta didik di sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan sikap disiplin dan tanggungjawab atas perilaku yang dilakukan. Sangsi dan hukuman ditetapkan bagi peserta didik yang melanggar tata tertib sekolah.

3) Kemampuan mengontrol dan memodifikasi diri artinya berhubungandengan kemampuan untuk mengontrol dan mengubah perilakunya.Pelanggaran tata tertib sekolah yang banyak dilakukan peserta didik menunjukkan kemampuan mengontrol diri yang rendah. Pemberian teknik self monitoringbertujuan untuk meningkatkan kesadaran peserta didik terhadap sikap disiplin sehingga peserta didik mampu mengubah dan mengontrol perilaku diri sesuai dengan tata tertib sekolah.

4) Kemampuan menggunakan kemampuanyang dimilikinya pada situasi-situasi yang penting. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda dengan individu lain. Peserta didik

(17)

juga terlahir dengan kemampuan yang berbeda-beda dan diharapkan mampu mengolah dan mengembangkan kemampuan diri untuk diterapkan dalam mengatasi berbagai situasi yang berguna bagi peserta didik dan orang lain.

5) Menuntut setiap individu untuk memiliki kemampuan beradaptasi. Adaptasi artinya kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang berbeda-beda untuk membentuk perilaku yang sesuai. Peserta didik dituntut dan diarahkan untuk beradaptasi dengan tata tertib sekolah, sehingga pelanggaran yang dilakukan peserta didik akan berkurang. Kemampuan peserta didik dalam beradaptasi dengan tata tertib sekolah akan membentuk sikap disiplin tata tertib.

Berdasarkan paparan diatas dapat diartikan bahwa keberhasilan teknik self monitoring yang dilakukan diperngaruhi oleh komponen yang ada didalamnya, karena komponen-komponen tersebut merupakan bagian dari self monitoring.

d. Metode Self Monitoring

Pelaksanaan teknik self monitoring dapat dilakukan melalui beberapa metode. Edward (dalam Suhardjo, 1989) menjelaskan bahwa metode pelaksanaan teknik self monitoring dibedakan menjadi dua, yaitu Frekuensi Pemantauan Diri (Frequency Monitoring) dan Rentangan Pemantauan Diri (Interval Self-Monitoring). Perbedaan kedua metode tersebut terdapat pada pelaksanaannya. Metode pertama yaitu frekuensi pemantauan diri, berfokus kepada banyaknya perilaku yang dilakukan dalam waktu yang ditentukan. Metode kedua yaitu rentangan pemantauan diri , berfokus pada perilaku yang dilakukan dalam rentang waktu yang telah ditentukan dan bersifat berkelanjutan. Berikut penjelasan secara lebih rinci mengenai kedua metode tersebut.

(18)

1) Frekuensi Pemantauan Diri (Frequency Self-Monitoring)

Metode ini diawali dengan peserta didik mencatat setiap perilaku yang dilakukan, sehingga peserta didik dapat mengetahui jumlah terjadinya perilaku. Peserta didik mencatat berbagai perilaku disiplin tata tertib dan tidak disiplin tata tertib yang dilakukan berdasarkan kesepakatan, antara lain berpindah ke tempat duduk teman, membuat gaduh, meninggalkan kelas tanpa ijin, masuk kelas tepat waktu, dan mengerjakan tugas tepat waktu.

Peserta didik diajarkan untuk menghitung frekuensi perilaku yang dilakukan berdasarkan pencatatan mekanis yang telah disediakan oleh pembimbing. Hasil tersebut kemudian disimpulkan berdasarkan peningkatan perilaku disiplin yang telah dilakukan peserta didik sebagai dorongan untuk meningkatkan perilaku disiplin.

Pelaksanakan metode frekuensi pemantauan diri terdiri dari beberapa tahap antara lain sebagai berikut:

a) Menentukan perilaku (sebagai target) yang akan diperbaiki.

b) Merencanakan dan memperbanyak lembar catatan yang akan digunakan oleh peserta didik.

c) Memastikan setiap peserta didik memperoleh lembar pencatatan.

d) Menjelaskan kepada peserta didik mengenai perilaku yang dicatat.

e) Menentukan waktu pengamatan perilaku dan menyimpulkan perubahan perilaku peserta didik.

f) Membuat grafik perubahan perilaku berdasarkan waktu yang telah ditentukan.

(19)

Penjelasan mengenai metode frekuensi pemantauan diri diberikan secara jelas kepada peserta didik, sehingga peserta didik mudah untuk memahami dan berikan hadiah, pujian atau nilai khusus untuk mendorong keakuratan pencatatan.

Peserta didik juga diajarkan untuk membuat grafik terhadap perilaku yang telah dicatat berdasarkan dengan kesepakatan waktu yang telah ditentukan. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada peserta didik berkaitan dengan perubahan perilaku positif yang ditunjukkan dengan grafik yang terus mengalami kenaikan. Grafik tersebut menggambarkan keberhasilan peserta didik dalam merubah perilaku negatif menjadi.

2) Rentangan Pemantauan Diri (Interval Self-Monitoring)

Metode kedua adalah Rentangan Pemantauan Diri yang dilakukan dengan cara mencatat secara mandiri perilaku yang dilakukan peserta didik dalam rentangan waktu tertentu. Metode rentangan pemantauan diri digunakan untuk perilaku yang bersifat berkelanjutan, artinya perilaku tersebut terjadi dalam waktu yang lama. Metode rentangan pemantauan diri pada umumnya digunakan untuk memperkuat “perilaku melaksanakan tugas” (on task behavior) untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pelajaran dan dalam melaksanakan tugas yang diberikan.

Pelaksanakan metode rentangan pemantauan diri, dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:

a) Menentukan rentangan waktu dalam menit untuk mencatat perilaku yang ditargetkan.

b) Memberi tanda setiap berakhirnya rentangan waktu sehingga peserta didik mengetahui waktu untuk mencatat perilaku yang ditargetkan.

(20)

Rentangan waktu yang digunakan untuk mencatat adalah lima menit atau pada rentangan 1-10 menit dan terdapat tanda bagi peserta didik untuk mencatat perilaku yang dilakukan pada lembar pengamatan yang telah diberikan dan menunjukkan format pencatatan perilaku yang ditargetkan. Hasil pencatatan dianalisis dalam sebuah grafik untuk menunjukkan banyak perilaku yang terjadi selama rentangan waktu tertentu.

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode frekuensi pemantauan diri, karena metode tersebut berfokus pada jumlah perilaku tidak disiplin yang dilakukan peserta didik setiap harinya. Hal tersebut dapat memotivasi peserta didik untuk berperilaku disiplin terhadap tata tertib pengamatan terhadap jumlah pelanggaran yang terus berkurang.

3. Peserta Didik Usia Sekolah Menengah Pertama

Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan konsep diri yang sangat kompleks antara masa anak dengan masa dewasa. Stanley Hall menjelaskan bahwa adolense adalah masa storm and-stress, masa penuh konflik yaitu sebagai periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara, dan pemberontakan dengan otoritas orang dewasa.

Anak usia sekolah menengah pertama (SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas dengan usia 10-14 tahun. Karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP, yaitu:

1. Membandingkan kaidah, nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

2. Reaksi dan ekspresi emosi yang labil.

3. Mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.

4. Kecenderungan ambivalensi yaitu antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul serta keinginan untuk bebas dari

(21)

dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orangtua, seperti emosi masih labil dan mudah terpengaruh oleh lingkungan sendiri.

Berdasarkan beberapa karakteristik diatas, peserta didik usia sekolah menengah pertama memiliki kecenderungan dalam melanggar tata tertib sekolah. Peserta didik kurang memiliki kesadaran diri dan tanggungjawab terhadap perilaku yang dilakukan sehingga berakibat pada perilaku peserta didik yang tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah.

4. Teknik Self Monitoring untuk Meningkatkan Disiplin Tata Tertib Sekolah

Tata tertib adalah suatu aturan yang ditetapkan oleh sekolah bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kedisiplinan setiap peserta didik di sekolah tersebut. Peserta didik tidak dapat selalu menaati setiap tata tertib sekolah, banyak peserta didik yang melanggar tata tertib walaupun setiap pelanggaran mendapat hukuman yang diberikan dalam bentuk angka pelanggaran. Angka pelanggaran yang diterapkan di SMP N 17 Surakarta telah berjalan dengan baik dan mampu memberikan efek jera bagi peserta didik, namun kredit poin yang diberikan tidak dapat berjalan dengan efektif tanpa kesadaran dari peserta didik untuk memotivasi diri sendiri dalam berperilaku disiplin terhadap tata tertib sekolah.

Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kedisiplinan tata tertib sekolah. Berdasarkan upaya-upaya yang dibahas sebelumnya, upaya dalam meningkatkan disiplin tata tertib sekolah dapat dilakukan dengan mengembangkan kontrol diri dan berusaha secara sadar tentang itikad baik dan rasa tanggungjawab dalam mematuhi semua peraturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga agar kedisiplinan dapat meningkat, perlu sekali

(22)

adanya kontrol diri dan kesadaran akan tanggungjawab tersebut dengan teknik self monitoring.

Self Monitoring adalah teknik untuk memantau dan mencatat perilaku diri sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemandirian dan tanggungjawab individu dalam berperilaku sehingga meningkatkan kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah. Hasil pemantauan dan pencatatan yang dilakukan peserta didik akan dianalisis dan dibuat grafik agar peserta didik mengetahui perubahan perilakunya dan memotivasi peserta didik untuk meningkatkan perilaku disiplin tata tertib sekolah.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat diartikan bahwa dengan teknik self monitoring diharapkan peserta didik paham dengan perilaku disiplin tata tertib sekolah. Permasalahan disiplin tata tertib sekolah yang rendah dapat diatasi secara tepat, sehingga peserta didik meningkatkan perilaku disiplin tata tertib sekolah.

B. Penelitian yang Relevan

Ratih Eka Puspitaningtia (2010) telah melakukan penelitian untuk menguji keefektifan teknik self monitoring dan self reinforcement untuk mengurangi perilaku off task (tidak mengerjakan tugas) peserta didik SMP Negeri 20 Malang. Hasil analisis data menunjukkan bahwa teknik self monitoring dan self reinforcement efektif untuk mengurangi perilaku off task peserta didik SMP Negeri 20 Malang. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan mengenai teknik self monitoring untuk meningkatkan disiplin tata tertib sekolah pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 17 Surakarta.

Zafirah Faris (2014) telah melakukan penelitian dengan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi untuk mengurangi pelanggaran tata tertib sekolah peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 8 Surakarta. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pelanggaran peserta didik terhadap tata tertib mengalami penurunan dengan pemberian layanan bimbingan

(23)

kelompok. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan karena berkaitan dengan meningkatkan disiplin tata tertib sekolah bagi peserta didik kelas VIII SMP Negeri 17 Surakarta.

C. Kerangka Berpikir

Pelanggaran tata tertib masih menjadi permasalahan dilingkungan sekolah, terbukti dengan pelanggaran-pelanggaran yang banyak dilakukan oleh peserta didik terhadap tata tertib sekolah yang telah ditetapkan. Hal tersebut menjadi tugas bagi pihak sekolah untuk melakukan berbagai upaya yang dapat meningkatkan disiplin tata tertib peserta didik di sekolah.

Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pihak sekolah, seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa upaya untuk meningkatkan disiplin tata tertib sekolah adalah dengan mengembangkan kontrol diri dan berusaha secara sadar tentang itikad baik dan rasa tanggungjawab dalam mematuhi semua peraturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Upaya dalam meningkatkan kontrol diri, kesadaran dan rasa tanggungjawab peserta didik dapat dilakukan dengan memberikan teknik self monitoring. Teknik self monitoring yang diberikan dapat melatih peserta didik untuk memantau dan mencatat perilaku yang dilakukan secara mandiri dengan dilakukan pengawasan oleh guru dan orangtua. Hal tersebut akan membuat peserta didik bertanggungjawab atas perilaku yang dilakukan meskipun tanpa pengawasan dari pihak luar seperti guru dan orangtua.

Berikut ini akan dijelaskan kerangka berpikir dalam penelitian ini, seperti pada gambar 2.1:

(24)

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :

“Teknik Self Monitoring efektif untuk meningkatkan disiplin tata tertib di sekolah pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 17 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.”

Teknik Self Monitoring dengan Metode Frekuensi Pemantauan Diri

Untuk meningkatkan tanggungjawab peserta didik dalam memantau dan mencatat perilaku diri sendiri dengan berfokus pada banyaknya perilaku melanggar tata tertib sekolah yang dilakukan dalam waktu yang telah ditentukan.

Disiplin Tata Tertib Sekolah Rendah

Ciri-ciri disiplin tata tertib sekolah rendah :

1. Berperilaku melanggar

peraturan

2. Cuek terhadap peraturan 3. Memiliki tingkat kerapian

yang kurang Akibat nya Disiplin Tata Tertib Rendah Faktor Penyebab Pelanggar an Tata Tertib Sekolah

Peserta Didik SMP Kelas VIII

Disiplin Tata Tertib Sekolah Meningkat

Upaya Meningkatkan Disiplin Menurut Shoehib (Tololiu, 2005: 16) yaitu:

Mengembangkan kontrol diri dan berusaha secara sadar tentang itikad baik dan rasa tanggungjawab dalam mematuhi semua peraturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.

Gambar

Tabel 2.1 Bentuk Pelanggaran di SMP Negeri 17 Surakarta
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan kadar kotoran pada penelitian ini dikarenakan penyemprotan dengan menggunakan larutan Natrium Benzoat dan Kalium Sorbat yang dilarutkan dalam air

Setelah mengetahui permasalahan pada teknik pembuatan motif karawo secara manual serta kebutuhan bahan dan alat yang digunakan pada proses penyulaman karawo, tahapan

Peninggalan masa lalu yang paling awal diperhatikan dalam membantu kajian geografi sejarah adalah yang berupa monumen, dalam bentuk struktur bangunan utuh atau

(3) Dalam hal bukti biaya transportasi tidak disediakan oleh penyedia jasa transportasi, maka Pelaku Perjalanan Dinas membuat daftar pengeluaran riil yang disetujui

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai perilaku korosi, nilai laju korosi dan pengaruh variasi komposisi dan konsentrasi NaCl terhadap

Minat perusahaan akan kebutuhan informasi tambahan juga meningkat seiring diterapkannya kegiatan pertanggungjawaban sosial kepada lingkungan dan masyarakat,

Harga merupakan elemen termudah dalam program pemasaran untuk disesuaikan, fitur produk, saluran dan komunukasi, selainitu dapat dilihat dari perilaku konsumen dalam

Pelayanan Pada awal berdiri dan usaha sendiri kami bermodalkan rumah dimiliki oleh salah satu dari kami. Pemanfaatan rumah tersebut sebagai lokasi kursus bisa dibilang sangat