• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PJKR 0900558 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PJKR 0900558 Chapter1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar untuk

meningkatkan kualitas manusia seutuhnya. Disadari atau tidak pendidikan

telah membuat perubahan terhadap perkembangan bangsa, baik dalam bidang

ilmu pengetahuan maupun teknologi. Seluruh warga Indonesia memiliki hak

dan kedudukan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal tersebut sesuai

dengan UUD 1945 Pasal 30 Ayat 1 yang berbunyi “ Tiap-tiap warga negara

berhak mendapatkan pendidikan yang layak.” Secara ringkas pendidikan pada

hakekatnya memberikan pengaruh secara sengaja dan dilakukan dengan sadar

untuk mengembangkan kepribadian jasmani dan rohani individu agar

mencapai tingkat yang lebih tinggi dan menjadi manusia dewasa yang

bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 yaitu “...untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.”Maka tiap institusi penyelenggara

pendidikan harus mampu memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas,

sehingga tujuan nasional dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dapat

terealisasi secara komperehensif.Pencapaian tujuan tersebut diwujudkan salah

satunya melalui penyajian ragam mata pelajaran yang sesuai kebutuhan

peserta didik.

Belajar merupakan kegiatan atau proses dan didalam proses tersebut

ada yang memberikan stimulus atau penjelasan kepada satu objek atau objek

yang banyak dan objek merespon atau mendengarkan penjelasan atau

(2)

Menurut Juliantine, dkk (2012, hlm. 13) “proses belajar merupakan suatu proses perubahan prilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan”.

Kegiatan belajar tersebut tidak hanya dilakukan didalam ruangan atau di

lembaga-lembaga tertentu saja, bisa dilakukan di rumah dan ditempat lain

yang memungkinkan siswa dan pengajar memberikan pembelajaran kepada

peserta atau siswa. Namun untuk pembelajaran penjas sarana dan prasarana

memang sangat berpengaruh untuk pembelajaran itu bisa berjalan, karena

didalam pembelajaran penjas siswa harus beraktivitas.

Untuk mencapai tujuan pendidikan, (dalam konteks pendidikan

formal) telah dirancang sebuah kurikulum sesuai dengan jenjang dan jenis

pendidikan. Salah satu komponen dalam kurikulum tersebut adalah struktur

kurikulum yang terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dalam setiap mata

pelajarannya telah dirumuskan kompetensi yang harus dimiliki lulusan setelah

mengikuti pembelajaran pada setiap jenjang pendidikannya. Salah satu mata

pelajaran yang wajib dilaksanakan di setiap jenjang pendidikan adalah mata

pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (PJOK). Dalam mata

pelajaran PJOK telah dirancang pula berbagai aktivitas belajar, seperti yang

tersurat dalam kurikulum 2004 yaitu aktivitas permainan dan olahraga,

aktivitas pengembangan, aktivitas uji diri, aktivitas ritmik, aktivitas akuatik,

aktivitas luar kelas.

(http://pojokpenjas.blogspot.com/2007/12/bab-i-pendahuluan rasional.html).

Inti dari pembelajaran pendidikan jasmani adalah manusia yang

bergerak (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan

Tinggi Sekretariat Dewan Pendidikan Tinggi Komisi Disiplin Ilmu

Keolahragaan (KDI), 2000:41). Melalui gerak, manusia bisa mengenal dunia

dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan

perkembangan zaman. Oleh sebab itu sangat tepat jika pembelajaran

pendidikan jasmani disebut sebagai pembelajaran yang bersifat pedagogis.

Selama anak bergerak selama itu pula anak memperoleh belajar dan

(3)

penjas berlangsung waktu aktif belajar siswa tidak banyak. Hal ini

dikarenakan banyaknya siswa yang menunggu giliran, kurangnya modifikasi

pembelajaran yang digunakan, dan kurangnya model pembelajaran yang

digunakan pada saaat pembelajaran berlangsung, sehingga membuat waktu

akftif belajar siswa berkurang. Dan untuk mengatasi masalah waktu aktif

belajar siswa, penulis ingin mencoba memodifikasi pembelajaran dan juga

menggunakan model pembelajaran tipe TGT pada saat pembelajaran sedang

berlangsung.

Proses belajar mengajar pada hakekatnnya merupakan kegiatan mental

yang tidak dapat dilihat, dan proses perubahan yang terjadi didalam diri

seseorang yang belajar dan tidak dapat disaksikan. Sedangkan perubahan

hanya dapat dilihat dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku ketika

seseorang guru melakukan atau menjelaskan materi, seorang siswa yang

memperhatikan belum bisa dipastikan apakah siswa tersebut memahami apa

yang telah guru sampaikan. Dan untuk menciptakan suasana pembelajaran

yang kondusif, seorang guru penjas harus memahami tugasnya dan menguasai

keterampilan dalam menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai, dan tepat. Menurut Juliantine. Dkk (2012, hlm. 3) “penyiasatan atau mengakali pelaksanaan belajar-mengajar, dan strategi belajar mengajar merupakan

kegiatan yang dilakukan sebelum proses belajar-mengajar dilaksanakan”.

Menurut Apandi (2013, hlm. 2) menyatakan bahwa modifikasi

merupakan upaya melakukan perubahan dengan penyesuaian baik dalam segi

fisik, material (fasilitas dan perlengkapan) maupun dalam tujuan dan cara

(metode, gaya, pendekatan, aturan serta penilaian). Modifikasi pembelajaran

pendidikan jasmani dalam konsepnya menyebutkan apa yang dimodifikasi

dan bagaimana cara memodifikasi serta menyebutkan dan menerangkan

beberapa aspek analisis modifikasi. Tujuan dari modifikasi adalah

menganalisis dan mengembangkan materi pelajaran dengan cara

meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat

(4)

mengarahkan dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi terampil”.

Selain memodifikasi pembelajaran diperlukan juga sebuah model

pembelajaran, dan model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini

adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament).

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament),

yaitu suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya meliputi

beberapa komponen, seperti dikemukakan Slavin (2005, hlm. 170) sebagai

berikut: “Pengajaran; Belajar Tim; Turnamen; dan Rekognisi Tim.”

Pengajaran yaitu penyampaian materi berupa pengajaran langsung

seperti yang sering dilakukan oleh guru, belajar tim, yaitu para siswa

mengerjakan kegiatan belajar bersama dalam tim mereka untuk berdiskusi,

saling membantu dalam menguasai materi pelajaran. Turnamen adalah sebuah

struktur dimana game tersebut berlangsung, yaitu para siswa memainkan

game akademik (keterampilan) dalam kemampuan yang homogen. Turnamen

biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit pembelajaran.

Rekognisi tim, yaitu memberikan penghargaan pada tim yang menjadi

pemenang yang didasarkan perolehan skor turnamen.

Teknis pelaksanaannya setiap siswa ditempatkan pada satu kelompok

yang terdiri dari siswa yang berkemampuan motorik rendah, sedang, dan

tinggi. Dengan demikian, masing-masing kelompok memiliki komposisi yang

heterogen. Komposisi ini dicatat dalam tabel khusus (tabel turnamen) yang

setiap minggunya boleh diubah komposisinya. Setiap anggota ditugaskan

untuk mempelajari materi terlebih dahulu bersama dengan anggota-anggota

yang lain, lalu mereka diuji secara individual melalui game akademik. Nilai

yang mereka peroleh dari game ini akan menentukan skor kelompok mereka

masing-masing.

Deskripsi dari komponen-komponen model pembelajaran kooperatif

(5)

a. Tim. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian

dari kelas dalam hal kemampuan. Fungsi utama dari tim ini adalah

memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih

khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa

mengerjakan kuis dengan baik.

b. Games. Gamenya terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan

yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari

presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim.

c. Turnamen. Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung.

Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru

memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok

terhadap lembar kegiatan.

Fasilitas dan perlengkapan pendidikan jasmani yang dimiliki

sekolah-sekolah sangat minim, menuntut guru penjas untuk lebih kreatif dalam

memperdayakan dan mengoptimalkan penggunaan fasilitas dan perlengkapan

yang ada, sesuai dengan kondisi siswa dan sekolahnya. Tidak sedikit siswa

yang merasa gagal atau kurang menyukai materi pembelajaran yang

disampaikan oleh gurunya karena kemampuan guru dalam menyampaikan

materi yang diberikan, baik dalam penggunaan fasilitas dan perlengkapan

yang digunakan, dalam penyajian materi dalam mengoptimalkan lingkungan

pembelajaran maupun dalam mengevaluasi hasil pembelajaran. Guru mata

pelajaran apapun tak terutama pembelajaran penjas harus mampu menggugah

peserta didik untuk dapat terlibat secara aktif dengan tidak merasa dipaksa

serta beraktivitas dalam suasana riang dan gembira.

Selain fasilitas dan perlengkapan, esensi juga berperan dalam

pendidikan, esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan

materi pembelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas

belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.

(6)

siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil

menjadi lebih terampil.

Menurut Lutan (2010, hlm. 28), menyatakan: modifikasi dalam mata

pelajaran pendidikan jasmani diperlukan dengan tujuan agar:

Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi, siswa dapat melakukan pola gerak dengan benar.

Sesuai dengan penjelasan diatas, maka peneliti melakukan observasi di

sekolah SMAN 23 Bandung dan pembelajaran penjas di sekolah SMAN 23

Bandung kurang diterapkan dalam segi pembelajaran penjas yang

dimodifikasi, pembelajaran penjas yang diterapkan sesuai dengan permainan

yang ada. Contohnya pembelajaran bola basket, guru tidak memodifikasi

lapangan, permainan dan peraturan sesuai dengan lapangan yang ada di

sekolah SMAN 23 Bandung, lapangan yang ada cukup memadai untuk

pembelajaran bola basket, akan tetapi guru memberikan pembelajarannya

hanya langsung dilapangan bola basket. Ketika pembelajaran penjas yang

membutuhkan sarana dan prasarana yang banyak, akan tetapi sekolah tidak

begitu memadai maka peran seorang guru penjas disana sangat dibutuhkan

untuk memodifikasi pembelajaran dengan sarana dan prasarana yang ada.

Setelah pengamatan atau observasi yang telah dilakukan, guru di

sekolah SMAN 23 Bandung tidak memodifikasi pembelajaran, hal ini

mengakibatkan siswa tidak aktif pada saat pembelajaran dan hal ini

disebabkan model pembelajaran yang tidak efektif. Ketika pembelajaranpun

banyak dari sebagain anak hanya memperhatikan pembelajaran yang sedang

berlangsung, siswa hanya mencoba sesekali dengan pembelajaran yang

diberikan oleh guru, setelah sesekali mencoba mereka hanya diam dan

memperhatikan siswa laki-laki bermain bola basket. Hal ini membuat

sebagian anak enggan mengikuti pembelajaran penjas ketika pembelajaran

hanya terpaku pada materi yang diajarkan sehingga membuat waktu aktif

(7)

Berangkat dari permasalahan yang telah dijelaskan di atas, kurangnya

modifikasi pembelajaran dan tidak adanya model pembelajaran yang

digunakan maka diperlukan adanya modifikasi pembelajaran dan model

pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan jumlah waktu aktif belajar

pada siswa. Dalam hal ini modifikasi tersebut dilakukan sebagai upaya untuk

meningkatkan waktu aktif belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran penjas

dapat tercapai. Menurut bahagia (2010, hlm. 29)

Modifikasi dalam mata pelajaran penjas diperlukan, dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasaan dalam mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan hasil dalam berpartisipasi dan dapat melakukan pola gerak secara benar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang diidentifikasi dalam sub-sub

sebelumnya, maka pertanyaan penelitian ini adalah

1. Apakah modifikasi pembelajaran dapat meningkatkan waktu aktif belajar

siswa dalam pembelajaran bola basket?

2. Apakah model pembelajaran TGT dapat meningkatkan waktu aktif belajar

siswwa dalam pembelajaran bola basket?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui apakah modifikasi pembelajaran penjas dapat

meningkatkan waktu aktif belajar siswa dalam pembelajaran bola basket di

SMAN 23 Bandung.

2. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran TGT dapat meningkatkan

waktu aktif belajar siswa dalam pembelajaran bola basket.di SMAN 23

Bandung.

D. Batasan Penelitian

Untuk menghindari timbulnya bias dan memperjelas arah penelitian, maka

penulis membatasi penelitian ini sebagai berikut:

1. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas.

(8)

perencanaan, observasi, pelaksanaan tindakan dan refleksi. Pada akhir

pertemuan dilakukan tes.

2. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMAN 23 bandung

yang berjumlah 39 orang

3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI

IPS 1 SMAN 23 Bandung yang berjumlah 39 orang dan untuk mendapatkan

sampel penulis menggunakan teknik random sampling.

4. Instrument yang digunakan untuk mengukur waktu aktif belajar siswa.

Menurut Suherman (2009, hlm. 30) menjelaskan bahwa:

waktu pengelolaan siswa (M) adalah waktu yang dihabiskan oleh guru untuk mengelola siswa, misalnya: mengambil dan menyimpan peralatan olahraga dan membariskan siswa. Waktu intruksi (I) adalah waktu yang dihabiskan guru untuk mengajar, contoh dianataranya adalah: memberikan intruksi, mendemonstrasikan gerakan, bertanya kepada siswa. Waktu belajar (A) waktu yang dihabiskan oleh siswa untuk bergerak melakukan aktivitas yang sesuai dengan tujuan pembelajaran saat itu. Waktu tunggu (W) adalah waktu yang dihabiskan oleh siswa untuk menunggu giliran melakukan aktivitas, menunggu mendapatkan bola keluar lapangan.

5. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah

1. Variabel input berupa siswa kelas XI SMAN 23 Bandung yang berjumlah

39 orang

2. Variabel proses berupa modifikasi pembelajaran dan model pembelajaran

TGT

3. Variabel output berupa waktu aktif belajar siswa

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitan ini dapat ditinjau, secara teoritis dan praktis sebagai

berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat menerapkan model pembelajaran

yang sudah dimodifikasi, sehingga siswa bisa mengikuti pembelajaran dengan

waktu yang tepat dan tidak banyak waktu yang terbuang.

2. Secara praktis penelitian ini bermanfaat

(9)

Siswa akan lebih semangat dan aktif dalam mengikuti pembelajaran

penjas dengan memodifikasi permainan dan lapangan.

b. Bagi Sekolah

Memberikan masukan bagi sekolah untuk memberikan meningkatkan

kualitas dan hasil belajar siswa serta sebagai sarana pembelajaran untuk

meningkatkan sarana dan kreatifitas guru dalam menerapkan

pembelajaran yang dapat memudahkan siswanya untuk belajar.

c. Bagi Departemen Pendidikan Olahraga

Membantu pemerintahan untuk mengembangkan atau memberikan

pembelajaran kepada guru-guru yang belum memahami bagaimana

memberikan bahan ajar yang tidak menyulitkan siswa-siswinya dan

memudahkan guru serta sekolah.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini sebagai berkut:

Bab I pendahuluan: terdiri atas latar belakang penelitan, pertanyaan penelitan,

tujuan penelitan, manfaat penelitan, dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian pustaka: terdiri atas

Bab III metode penelitan: terdiri atas

Bab IV hasil penelitan dan pembahasan: terdiri atas

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

...Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mwujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Aktivitas bermain yang memerlukan hadirnya alat agar permainan itu bisa berlangsung. Meskipun demikian, sebenarnya alat yang diperlukan tidak perlu alat yang mahal,

“Apakah Implementasi pembelajaran aktivitas permainan eftokton dapat meningkatkan jumlah waktu aktif belajar dalam pembelajaran permainan. bulutangkis di kelas XI

Mengalikan dan Membagi berbagai Bentuk Pecahan, 9 dari 17 orang siswa atau sekitar 52% siswa terlihat kurang fokus saat pembelajaran berlangsung. Beberapa siswa

Dalam proses pembelajaran penjas, guru diharapkan dapat mengajar berbagai ketrampilan gerak dasar dan nilai- nilai moral yang terkandung didalamnya walaupun peralatan

”Apakah pendekatan taktis dapat meningkatkan hasil penguasaan bola dalam permainan bolabasket pada pembelajaran Penjas di SMK Cipta Skill Bandung?”.