• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PJKR 1203560 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PJKR 1203560 Chapter1"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus

membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga belajar tetapi

lebih ditentukan oleh instingnya. Sedangkan manusia hidup menggunakan akal

pikiran yang dimilikinya dalam setiap berprilaku. Dengan pendidikan seorang

anak akan mampu tumbuh dan mengembangkan kecerdasannya untuk bekal

dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Menurut UU SISDIKNAS No.20 Tahun 2003 mengemukakan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat Bangsa dan Negara”.

Dengan pendidikan seseorang akan berilmu dan setiap manusia yang

berilmu akan tinggi derajatnya. Setiap manusia akan mampu melakukan setiap

kegiatan yang menjadi kewajibannya seperti, beribadah, dan bekerja. Akan

berpikir dan bertindak sesuai dengan kaidah norma yang berlaku dalam agama,

masyarakat, dan budaya yang ada pada lingkungan tempat tinggalnya. Sejalan

dengan tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap,

bertanggung jawab terhadap diri, keluarga, agama, dan bangsanya. Dalam upaya

untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut dilakukanlah proses pembelajaran.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dipersiapkan untuk

membina putra-putri terbaik bangsa agar dapat ikut mensejahterakan kehidupan

masyarakat dalam berbagai bidang. Siswa merupakan masyarakat dalam

(2)

generasi penerus bangsa yang unggul dalam upaya meningkatkan kecerdasan dan

kesehatan seluruh warga negara.

Pendidikan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah terutama

lembaga sekolah yang menjadi ujung tombak kecerdasan bangsa. Siswa-siwi

sekolah menjadi garda terdepan dan investasi masa depan untuk dapat melakukan

pembangunan dan kemajuan suatu negara. Untuk dapat mewujudkan negara yang

berkembang dan unggul dibutuhkan sumberdaya manusia yang cerdas, kuat, sehat

jasmani dan rohani.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang No 20 tahun 2003: menyebutkan

bahwa :

“Penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan”. Melihat pernyataan tersebut jelas bahwa penyelengaraan pendidikan harus benar-benar diperhatikan oleh pamerintah agar dapat mewujudkan sumber daya manusia yang mempunyai pola fikir cerdas, kreatif, serta sehat jiwa dan raga”.

Untuk dapat mewujudkan hal tersebut maka lembaga sekolah memberikan

kesempatan yang sebesar-besarnya serta memfasilitasi kepada seluruh siswa untuk

dapat belajar dengan sungguh-sungguh dan mengembangkan potensi yang ada

pada dirinya, karena mustahil suatu keterampilan atau kecerdasan akan datang

dengan sendirinya tanpa melalui proses pembelajaran dan usaha yang gigih dari

setiap diri individu.

Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, (pendidikan formal di sekolah)

dirancanglah kurikulum sesuai jenjang dan jenis pendidikan yang terdiri dari

beberapa mata pelajaran yang setiap mata pelajaran telah dirumuskan kompetensi

yang harus dimiliki lulusan setelah mengikuti pembelajaran pada setiap jenjang

pendidikannya. Salah satu mata pelajaran yang wajib dilaksanakan di setiap

jenjang pendidikan adalah mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan (PJOK).

Proses pembelajaran pendidikan jasmani adalah usaha sadar yang

dilakukan oleh seorang guru sebagai fasilitator dengan para siswanya sebagai

penerima materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kesehatan

(3)

sekolah. Sehat adalah karunia Allah yang begitu besar dan menjadi dasar dari

segala nikmat serta kemampuan, karena sehat merupakan kebutuhan dasar bagi

kehidupan manusia untuk menjalankan berbagai aktivitas yang ingin dijalani.

Maka jelas harus adanya suatu bidang studi di sekolah yang dapat membina

kesehatan jasmani setiap siswanya. Pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga

hadir sebagai satu-satunya mata pelajaran di sekolah yang bertujuan untuk dapat

membina kesehatan jasmani setiap siswanya melalui berbagai aktivitas fisik dalam

proses pembelajarannya. Menurut Suherman (2009, hlm.1) mengemukakan

bahwa:

“Hadirnya mata pelajaran pendidikan jasmani dalam kurikulum sekolah sebagai bidang studi wajib dan seseorang yang ahli dalam bidangnya bertanggung jawab untuk menyampaikan bidang studi ini kepada anak didiknya. Bidang studi ini dinamakan bidang studi pendidikan jasmani dan seseorang yang bertanggung jawab mengajar bidang studi tersebut adalah guru pendidikan jasmani”.

Mata pelajaran pendidikan jasmani di sekolah memberikan kesempatan

yang sangat baik kepada seluruh siswa untuk dapat mengembangkan potensi yang

ada dalam dirinya, karena melalui mata pelajaran pendidikan jasmani siwa

diarahkan untuk dapat membina dan mengembangkan kebugaran fisik serta

kesehatan tubuhnya secara utuh. Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan

melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai

tujuan pendidikan serta membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara

wajar sesuai dengan perkembangannya serta menjadikan manusia Indonesia

seutuhnya.

Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari

pendidikan umum, lewat program pendidikan jasmani dapat diupayakan peranan

pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa penjas, proses

pendidikan di sekolah akan pincang.

Dengan demikian jelas bahwa adanya mata pelajaran pendidikan jasmani

di sekolah sangat berkontribusi terhadap mata pelajaran lain karena pendidikan

jasmani mengembangkan berbagai aspek yang ada dalam tubuh disetiap kegiatan

(4)

Menurut Daeur and Pangrazy (dalam Suherman, 2009 hlm.20)

menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari

pendidikan jasmani yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa,

2. Meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta

3. Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana

menerapkannya dalam praktek.

Proses kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani banyak memanfaatkan

berabagai cabang olahraga permainan dalam pelaksanaannya. Pemanfaatan

berbagai aktivitas permainan cabang olahraga digunakan sebagai alat untuk

mencapai tujuan pendidikan jasmani. Aktivitas permainan dan olahraga dalam

kajian kurikulum penjas terdiri atas permainan bola kecil dan permainan bola

besar. Aktivitas permainan bola kecil dan bola besar menjadi materi yang sering

diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di

sekolah. Kenyataan ini bisa dirasakan sendiri oleh penulis pribadi sebagai peneliti

ketika sedang melaksanaan program latihan profesi di sekolah SMAN 1 Lembang

dan ketika mengajar sebagai guru honorer di SMPN 2 Jalan Cagak Subang.

Dengan olahraga permainan para siswa lebih semangat dan kompetitif dalam

pelaksanaan pembelajaran PJOK di sekolah, siswa juga bisa mempraktekkan

bahkan menguasai beberapa cabang olahraga yang sering dipertandingkan.

Dalam bidang kajian kurikulum pendidikan jasmani permainan

bulutangkis termasuk dalam kelompok permainan bola kecil. Sejalan dengan

konsep pendidikan jasmani, pembelajaran aktivitas permainan bulutangkis dalam

pembelajaran pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang

menggunakan permainan bulutangkis sebagai media pendidikan. Pembelajaran

aktivitas permainan bulutangkis bagi peserta didik bukanlah tujuan namun

digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani.

Suherman (2009, hlm.5) mengatakan “Pendidikan jasmani adalah

pendidikan melalui dan tentang aktivitas fisik atau dalam bahasa aslinya adalah

Physical education is education of and throught movement”. Inilah yang menjadi

(5)

dalam kurikulum pendidikan. Karena dalam pendidikan jasmani siswa bisa belajar

kognitif, afektif dan psikomotor sekaligus dalam satu mata pelajaran.

Beberapa hal yang dipelajari selama kegiatan aktivitas permainan

bulutangkis dalam pembelajaran PJOK dapat dilihat dari tiga aspek utama yaitu

dari aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotor. Dari aspek kognitif misalnya,

siswa menjelaskan beberapa cara gerak dasar dalam permainan bulutangkis,

seperti cara memegang raket, cara melakukan servis, langkah kaki dan cara

melakukan pukulan. Memahami peraturan dalam permainan bulutangkis yang asli

ataupun yang dimodifikasi oleh guru.

Dilihat dari aspek afektif misalnya, siswa belajar tentang bagaimana cara

bekerja sama dengan temannya (fartner) dalam melakukan pukulan secara

bergantian agar satekok tidak jatuh dilapangan sendiri dan berusaha menjatuhkan

satelkok dilapangan lawan jika dalam permainan ganda, percaya diri dalam

menghadapi setiap lawan, menunjukan sipat sportif, siswa belajar menghargai

lawan, menghargai wasit, dan menerima kekalahan dengan lapang dada.

Kemudian dari aspek psikomotor siswa dapat belajar memperaktikan

secara langsung beberapa gerakan teknik dalam permainan bulutangkis seperti,

cara memegang raket, melakukan pukulan servis, lob, smess, netting, belajar

langkah kaki (footwork), melakukan serangan dan pertahanan ketika sedang

bermain.

Beberapa nilai pendidikan yang terdapat dalam pembelajaran aktivitas

permainan bulutangkis seperti yang dipaparkan di atas diharapkan dapat terwujud

dalam diri setiap siswa, dengan harapan bahwa nilai-nilai tersebut dapat

ditunjukan oleh setiap siswa bukan hanya pada saat pembelajaran permainan

bulutangkis, tetapi bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam

lingkungan masyarakat, sekolah, dan keluarganya.

Beberapa tujuan dan harapan yang ingin dicapai dalam kegiatan proses

pembelajaran seperti dipaparkan diatas tentunya tidak akan bisa dicapai dengan

mudah jika semua unsur pendukung dalam pelaksanaan pembelajarannya tidak

ada. Akibatnya jumlah waktu aktif belajar siswa pun menjadi kurang dan tujuan

dari pendidikan jasmani akan sulit tercapai. Dalam proses pembelajaran PJOK

(6)

jika waktu belajar siswa tinggi maka akan berpengaruh pula pada peningkatan

kemampuan siswanya.

Beberapa kendala atau permasalahan yang berhubungan dengan

pengoptimalan jumlah waktu aktif belajar khususnya di komplek pendidikan

SMA NEGERI 1 LEMBANG, yang berhasil penulis amati selama melaksanakan

kegiatan Program Latihan Propesi (PLP) dapat diklasifikasikan menjadi beberapa

faktor utama penyebab rendahnya jumlah waktu aktif belajar pembelajaran

permainan bulutangkis adalah sebagai berikut:

1. Faktor lapangan bulutangkis

Lapangan menjadi faktor penting agar dapat terlaksananya setiap

kegiatan aktivitas permainan yang ingin diberikan guru pada setiap siswa

dalam kegiatan pembelajaran. Dilihat dari segi lapangan yang ada pada

komplek pendidikan SMAN 1 Lembang, memiliki lapangan yang cukup luas

untuk melakukan kegiatan aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani yang

terdiri dari satu lapangan basket dan satu lapangan bola volli, namun untuk

aktivitas permainan bulutangkis tidak memiliki lapangan khusus dan garis

yang ada dalam lapangan hanya bisa dipakai untuk aktivitas permainan bola

volli, futsal, dan bola basket. Ketika akan melakukan permainan bulutangkis

maka garis atau bentuk lapangan seadanya disesuaikan dengan garis lapangan

yang ada. Jadi lapangan untuk aktivitas permainan bulutangkis tidak tertata

dengan baik akibatnya meskipun lapangan luas para siswa kurang antusias

dan jumlah waktu aktif belajarnya masih rendah dalam kegiatan aktivitas

permainan bulutangkis.

2. Raket dan satelkok

Permainan bulutangkis merupakan permainan yang memerlukan alat

bantu dalam pelaksanaannya maka raket dan satelkok menjadi faktor penting

yang harus ada dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran permainan

bulutangkis. Salah satu kendala yang dapat diamati penulis di komplek

pendidikan SMAN 1 Lembang, pihak sekolah belum mampu menyediakan

raket dan satelkok yang memadai untuk para siswa dalam melaksanakan

aktivitas pembelajaran permainan bulutangkis, bahkan hanya ada tiga buah

(7)

belajar siswa rendah dikarenakan terlalu lama untuk menunggu giliran yang

disebabkan jumlah raket dan satelkok yang terbatas siswa pun kurang

antusias dalam melaksanakan proses pembelajarannya.

3. Nett

Aktivitas permainan bulutangkis termasuk pada peramainan yang

menggunakan net dalam pelaksanaannya. Net yang bisa digunakan untuk

permainan bulutangkis di komplek SMAN 1 Lembang ada dua buah. Jadi

dalam melaksanakan aktivitas permaianan bulutangkis hanya bisa

menggunakan dua lapangan bulutangkis dan jumlah siswa yang ada dalam

satu kelas minimal 30 orang dalam setiap pembelajarannya, sehingga banyak

siswa yang menunggu giliran untuk masuk ke lapangan yang menggunakan

net akibatnya jumlah waktu aktif belajar siswa rendah.

4. Minat siswa mengikuti pembelajaran

Dalam setiap kelompok kelas terdiri dari siswa yang berbeda-beda

karakter dan kemampuannya, begitu pula ketika guru memberikan materi

pembelajaran permainan bulutangkis tidak semua siswa antusias mengikuti

proses belajarnya, apalagi bila gurunya kurang bisa membujuk atau

memotivasi para siswa untuk mengikuti pembelajaran. Dalam satu kelas

terdiri dari 40 siswa, jadi beragam pula hobi dan kesukaan siswa dalam

melakukan berbagai aktivitas permainan dan olahraganya. Itu pula yang

terjadi di SMAN 1 lembang apalagi melihat fasilitas untuk bermain

bulutangkis yang kurang mendukung seperti lapangan raket dan satelkok

yang digunakan untuk permainan bulutangkis kurang layak digunakan,

akibatnya sebagian siswa enggan mengikuti pembelajarannya dan hanya

duduk manis mengobrol dan ikut-ikutan pada temannya.

Melihat pemaparan beberapa kendala yang terjadi diatas, akan

menimbulkan suatu masalah dalam proses pembelajaran penjas terutama dalam

permainan bulutangkis di SMAN 1 Lembang. Oleh sebab itu jika permasalah ini

tidak segera diatasi dikhawatirkan jumlah waktu aktif belajar siswa akan semakin

rendah dan hasil belajarnya kurang bagus. Perlu adanya solusi dan cara yang tepat

agar permasalahan tersebut tidak muncul dalam aktivitas pembelajaran permainan

(8)

permasalahan tersebut melalui modifikasi peralatan dan permainan dalam

aktivitas pembelajaran permainan bulutangkis melalui impelementasi permainan

eftokton.

Modifikasi alat dan peraturan permainan diharapkan akan dapat

meningkatkan dan memperbaiki jumlah waktu aktif belajar siswa dalam proses

pembelajaran pendidikan jasmani terutama dalam materi pembelajaran permainan

bulutangkis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumantri tahun 2011,

menyatakan bahwa penerapan modifikasi alat dan peraturan permainan

bulutangkis memberikan peningkatan yang berarti terhadap motivasi siswa dalam

mengikuti pelajaran pendidikan jasmani. kemudian hasil penelitian yang

dilakukan oleh Annisa Tun Mulia tahun 2012, menghasilkan bahwa penerapan

modifikasi alat dan peraturan permainan bulutangkis dapat memberikan

peningkatan yang berarti terhadap pola gerak dasar dominan dan aspek afektif

siswa dalam pembelajaran aktivitas bulutangkis di Sekolah.

Disini penulis mencoba memecahkan masalah bagaimana meningkatkan

jumlah waktu aktif belajar di komplek SMAN 1 Lembang dalam materi

pembelajaran aktivitas permainan bulutangkis dengan menerapkan permainan

eftokton. Dengan menerapkan permainan eftokton yang masih asing bagi siswa

bisa menambah penasaran untuk mencoba melakukan permainannya serta dapat

meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran aktivitas pemainan

bulutangkis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Lapangan permainan bulutangkis menjadi salah satu faktor terpenting

dalam melakukan kegiatan pembelajaran, jika setiap sekolah harus melaksanakan

pembelajaran permainan bulutangkis sesuai aturan ukuran lapang sebenarnya dari

Badminton Word Federation (BWF) organisasi tertinggi dalam cabang

bulutangkis, akan sulit terlaksana pada setiap sekolah. Apalagi jika kondisi

sekolah yang memiliki fasilitas lapangan yang sempit untuk kegiatan penjas.

Dengan lapangan sebenarnya peserta didik yang baru belajar akan merasa

kesulitan karena bentuk lapangan yang terlalu luas memungkinkan permainan

tidak akan terlaksana dengan baik karena satelkok nya cepat jatuh. Bila bermain

dengan lapangan dan peraturan yang sebenarnya peserta didik akan bosan dan

(9)

banyak, maka dari itu akan lebih baik menggunakan peraturan dan alat yang telah

dimodifikasi oleh guru, agar peserta didik merasa nyaman dan antusias dalam

melakukan proses pembelajarannya. Dengan menggunakan lapangan dan

peralatan yang dimodifikasi maka peraturan yang dibuat pun harus disesuaikan

dengan keterampilan dan pemahaman peserta didik untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

Dengan menggunakan penerapan permainan eftokton dalam pembelajaran

aktivitas permainan bulutangkis diharapkan peserta didik dapat melakukan tugas

ajar yang diberikan. Maka, oleh sebab itu penulis mencoba untuk meneliti

masalah yang ada di komplek pendidikan SMAN 1 Lembang, dengan melakukan

penelitian tindakan kelas yang berjudul “Implementasi Pembelajaran

Permainan Eftokton Terhadap Jumlah Waktu Aktif Belajar Dalam

Pembelajaran Perm ainan Bulutangkis di Kelas XI SMA Negeri 1

Lembang”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang, perlu adanya yang dikaji terkait

masalah-masalah yang timbul, maka penulis dapat merumuskan masalah-masalah yang akan diteliti

yaitu:

“Apakah Implementasi pembelajaran aktivitas permainan eftokton dapat meningkatkan jumlah waktu aktif belajar dalam pembelajaran permainan

bulutangkis di kelas XI SMA Negeri 1 Lembang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah yang sudah

dikemukakan diatas, maka tujuan utama pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini

untuk meningkatkan jumlah waktu aktif belajar siswa melalui permainan eftokton

(10)

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat secara

teoritis dan praktis sebagai berikut:

Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya pemikiran

mengenai penerapan permainan eftokton dalam pembelajaran permaianan

bulutangkis di Sekolah.

Manfaat Praktis

1) Manfaat bagi siswa yaitu untuk menumbuhkan rasa keinginan belajar yang

tinggi, dan meningkatkan keterampilan pembelajaran aktivitas permainan

bulutangkis melalui permainan eftokton.

2) Manfaat bagi guru yaitu sebagai rangsangan agar lebih kreatif dalam

memberikan materi pembelajaran meskipun dengan sarana dan prasarana

kurang mendukung untuk proses belajar mengajar penjas.

3) Manfaat bagi sekolah yaitu sebagai sumber informasi untuk lebih

meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan tujuan yang di inginkan.

E. Struktur Organisasi

Struktur penulisan skripsi ini meliputi BAB dan Sub BAB, agar tidak

keluar dari struktur batasan organisasi ini, maka dibuat struktur organisasi BAB

pertama sampai BAB terakhir, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, dalam BAB I ini menjelaskan mengenai

latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II TINJAUAN TEORITIS, dalam BAB II ini menjelaskan

mengenai pembelajaran pendidikan jasmani, jumlah waktu aktif belajar penjas,

hakikat pembelajaran permainan bulutangkis melalui penerapan permainan

eftokton, dan konsep dasar penilian tindakan kelas.

BAB III METODE PENELITIAN, dalam BAB III ini menjelaskan

mengenai metode penelitian, tujuan operasional penelitian, setting penelitian,

fokus penelitian, instrument penelitian, prosedur penelitian, data penelitian, dan

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dalam BAB IV

ini menjelaskan mengenai hasil pengolahan data, analisis data dn pembahasan

mengenai hasil penelitian dari implementasi pembelajaran permainan eftokton

terhadap peningkatan waktu aktif belajar dalam permaianan bulutangkis di kelas x

SMA Negeri 1 Lembang Kabupaten Bandung Barat.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI, dalam

BAB V ini menjelaskan mengenai simpulan, implikasi, dan rekomendasi dari

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi Siswa Terhadap Prosedur Pembelajaran Yang Digunakan Guru PAI Hubungannya Dengan Motivasi Belajar Mereka Pada Bidang Studi PAI.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Proses Modifikasi Cooling Tower Tipe Induced Draft Aliran Counterflow bertujuan untuk meningkatkan performa cooling tower yang sebelumnya masih terdapat

Diperoleh nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 77,47% dengan taraf signifikan 5% yang artinya bahwa variabel-variabel tersebut mempengaruhi hasil produksi sedangkan

Produksi adalah jumlah hasil. Dalam usaha tani, guna memperoleh hasil produksi petani melakukan usaha pengkombinasian faktor-faktor produksi yang dimiliki seperti; luas tanah,

MANGKUBUMEN NGASEM / YOGYAKARTA / PADA AWALNYA ADALAH RUMAH PANGERAN ADIPATI ANOM HAMENGKUNEGORO / YAITU PUTRA. MAHKOTA SRI SULTAN

Pada acara klarifikasi dan pembuktian kualifikasi tersebut supaya membawa dokumen asli perusahannya sebagai berikut :4. Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jumlah pakan memberi pengaruh nyata terhadap pertumbuhan kepiting bakau (p<0,05) yang dipelihara selama 28 hari dimana

Tabel 3 menunjukkan bahwa penaikan salinitas menggunakan metode kontinyu tidak berpengaruh nyata ( P>0,05 ) terhadap kelangsungan hidup dan jumlah konsumsi pakan