• Tidak ada hasil yang ditemukan

DENGAN SEMANGAT HARI DHARMA SAMUDERA KI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DENGAN SEMANGAT HARI DHARMA SAMUDERA KI"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

“DENGAN SEMANGAT HARI DHARMA SAMUDERA KITA WUJUDKAN REVITALISASI INDUSTRI PERTAHANAN NASIONAL DALAM UPAYA MODERNISASI

ALAT UTAMA SISTEM SENJATA DEMI MENUJU KEJAYAAN NKRI SEBAGAI NEGERI MARITIM NUSANTARA”

BAB I PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Deklarasi Juanda pada tanggal 13 Desember 1957 menyatakan bahwa negara Indonesia adalah satu kesatuan yang meliputi tanah (daratan) dan air (lautan) secara tidak terpisahkan sebagai “Negara Kepulauan”1. Indonesia sebagai negara kepulauan telah diterima dan ditetapkan dalam konvensi Hukum Laut PBB III tahun 1982 (UNCLOS 1982). Dengan posisi geografis berada diantara dua benua dan dua samudera serta berbatasan baik wilayah darat maupun laut dengan 10 negara. Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki pulau-pulau yang tersebar dengan jumlah 17.499, memiliki wilayah daratan seluas ± 2.012.402 km² dan wilayah perairan seluas ± 5.877.879 km² serta panjang garis pantai 81.920 km. Dengan jumlah penduduk ± 240.000.000 jiwa serta terdiri dari ratusan suku bangsa, Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting serta strategis dalam proses pembangunan wilayah nasional, regional maupun internasional.

b. Kondisi demikian merupakan posisi terbuka yang dapat menjadi peluang bagi negara lain masuk dan melakukan aktivitas di wilayah Indonesia dengan berbagai dampak yang mungkin ditimbulkan. Dampak lebih jauh dapat menimbulkan konflik berbagai kepentingan antara Indonesia dengan negara-negara tetangga maupun negara-negara lain yang utamanya menggunakan dan melewati wilayah perairan Indonesia, sehingga dapat menimbulkan ancaman potensial dan dapat menimbulkan konflik politik maupun militer yang dapat mengancam kedaulatan negara. Dengan berkembangnya berbagai kepentingan dan kegiatan di perairan Indonesia, maka kepentingan nasional dan internasional di perairan Indonesia harus ditata, diamankan dan dikembangkan secara cermat dan terarah sesuai dengan tujuan pembangunan nasional.

(2)

c. Pemerintah sudah melaksanakan berbagai program untuk mengembangkan industri-industri strategis pertahanan dalam negeri yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan sektor kelautan,meskipun pada pelaksanaannya masih terkendala oleh berbagai hal. Maka perlu kiranya melalui momentum Hari Dharma Samudera kita wujudkan negara Indonesia yang bervisi maritim, seluruh komponen negara ini bersatu meningkatkan potensi industri-industri pertahanan dalam negeri agar menjadi suatu industri pertahanan yang besar dan disegani, sehingga menjadi pintu gerbang negara dalam perkembangannya sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dapat menciptakan peralatan utama sistem senjata yang modern serta menjamin kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Maksud dan tujuan.

a. Maksud. Maksud dari penulisan karya tulis ini adalah memberikan gambaran bagi komando atas bahwa dengan momentum Hari Dharma Samudera kita wujudkan negara Indonesia yang bervisi maritim dan dengan semangat serta sikap selalu siap sedia demi menjaga harkat, derajat, martabat dan kedaulatan bangsa dan negara yang sudah ditunjukkan oleh para pendahulu, TNI AL mampu mendorong untuk lebih meningkatkan potensi industri-industri pertahanan dalam negeri agar menjadi suatu industri pertahanan yang dapat menciptakan peralatan utama sistem senjata yang modern dalam upaya pertahanan negara.

b. Tujuan. Sebagai bahan masukan kepada unsur pimpinan TNI AL khususnya di dalam mengambil langkah-langkah kebijakan guna meningkatkan potensi industri-industri pertahanan dalam negeri.

3. Ruang lingkup dan tata urut. Ruang lingkup karya tulis ini meliputi pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan potensi industri-industri pertahanan dalam negeri, dengan tata urut sebagai berikut :

a. BAB I : Pendahuluan.

b. BAB II : Landasan pemikiran.

(3)

d. BAB IV : Makna kejayaan NKRI sebagai negeri maritim nusantara Terkait program revitalisasiindustripertahanannasional. e. BAB V : Kondisi industri pertahanan nasional yangdiharapkan.

f. BAB VI : Strategi revitalisasi industri pertahanan nasional dalam upaya modernisasi alutsista.

g. BAB VII : Penutup.

4. Metode pendekatan. Metode pendekatan yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ini adalah deskriptif analisis melalui studi kepustakaan.

5. Pengertian.

a. Revitalisasi adalah suatu proses dan cara pemberdayaan industri Pertahanan Nasional untuk mampu menuju kemandirian produksi dalam negeri guna memenuhi kebutuhan alat peralatan TNI/ POLRI dan lembaga pemerintah2.

b. Industri pertahanan adalah industri nasional yang produknya baik secara sendiri maupun kelompok atas penilaian Pemerintah dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemenuhan sarana pertahanan3.

c. Modernisasi adalah proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa kini4. Dalam hal ini berhubungan dengan senjata-senjata paling mutakhir yang digunakan oleh angkatan laut di dunia.

d. Senjata adalah alat yang digunakan untuk menakuti, melukai, mencederai dan atau membunuh lawan. Dapat digunakan untuk menyerang, bertahan, mengancam atau berjaga dan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merusak dan menghancurkan termasuk melalui teknik psikologis. Senjata bisa hanya berupa tongkat kayu maupun peluru kendali balistik antar benua5.

e. Negara Kepulauan adalah negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain6.

2PerPres RI No. 42 Tahun 2010 tentang Komite Kebijakan Industri Pertahanan, hal 2 3Ibid

4Kamus Besar Bahasa Indonesia 5www.wikipedia.com

(4)

f. Visi maritim adalah kemampuan untuk melihat atau menelaah pada inti persoalan dan memiliki pandangan atau wawasan ke depan berkenaan dengan laut serta berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan melalui jalur laut7.

BAB II

LANDASAN PEMIKIRAN

6. Umum.

a. Saat ini Indonesia memiliki perbatasan laut dengan 10 (Sepuluh) negara tetangga yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, India, Filipina, Vietnam, PNG, Australia, Palau dan Timor Leste8. Sedangkan untuk wilayah darat, Indonesia berbatasan langsung dengan 3 (Tiga) negara yaitu Malaysia, PNG dan Timor Leste. Meskipun sudah ada analisa yang menyatakan bahwa pada saat ini dan beberapa tahun yang akan datang belum terdapat indikasi suatu ancaman militer konvensional yang mengarah ke wilayah Indonesia9, namun bila kita tidak bersiap diri dengan merencanakan suatu strategi pertahanan yang cukup memadai beserta elemen-elemen pendukungnya maka dengan sangat mudah negara lain akan melakukan pelanggaran kedaulatan terhadap Indonesia, contohnya pelanggaran batas wilayah di sekitar perairan Ambalat.

b. Pertahanan negara bertujuan untuk menjamin tetap tegaknya kedaulatan NKRI dari segala bentuk ancaman. Hal ini dapat terwujud apabila kekuatan pertahanan memadai dan berada pada posisi yang memiliki posisi tawar (bargaining position) dalam hubungan antar negara, terlebih dalam kondisi persaingan global yang menuntut adanya kemampuan kemandirian pertahanan. Dengan membangun kemandirian, perwujudan postur pertahanan negara yang sesuai dengan keinginan dan kepentingan nasional dapat tercapai. Kemandirian pertahanan memerlukan tekad dan keterpaduan upaya dari semua pihak, serta didukung oleh kebijakan pemerintah dalam pemberdayaan segenap potensi sumber daya nasional, termasuk peraturan dan regulasi yang ditetapkan.

7Kamus Besar Bahasa Indonesia

8Ketahanan Negara,Wilayah Perbatasan dan Pulau-pulau Terluar, Kementrian Politik, Hukum dan

Keamanan, 2005, hal 2

(5)

Membangun kemandirian ini tidak terlepas dari peran industri pertahanan sebagai pelaku dalam hal pemanfaatan, penguasaan dan pengembangan teknologi pertahanan. Kondisi ini pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan kekuatan nasional (national power) dan posisi tawar (bargaining position) dalam rangka membangun kekuatan pertahanan yang handal.

b. Memperhatikan situasi saat ini dimana potensi industri-industri strategis pertahanan masih belum dijalankan secara optimal, terutama yang berkaitan dengan bidang militer dan kerjasama dengan pihak TNI, maka industri pertahanan yang ada pada saat ini belum mampu berkontribusi secara maksimal dalam mewujudkan kemandirian pemenuhan kebutuhan Alat Utama Sistem Senjata atau Alutsista. Kondisi ini menuntut upaya revitalisasi atau meningkatkan dan menggiatkan kembali industri pertahanan yang kita miliki. Revitalisasi industri pertahanan memerlukan sinergitas dan integritas segenap pemangku kepentingan (stake holders) industri pertahanan di Indonesia, seperti TNI, Pemerintah, institusi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dan Perguruan Tinggi. Upaya mewujudkan revitalisasi industri pertahanan ini, memerlukan suatu penataan dan pengaturan yang dapat menjembatani keserasian dalam memprioritaskan kepentingan pertahanan dengan kepentingan nasional lainnya. Dengan menggunakan aturan yang sederhana, tegas dan kenyal, serta wujud pembangunan sistem industri yang solid diharapkan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemberdayaan segenap kemampuan industri nasional dalam mendukung pemenuhan kebutuhan alutsista.

7. Landasan Yuridis.

a. UUD 1945 sebagai landasan konstitusional mempunyai kekuatan hukum, terutama yang terdapat pada pembukaan UUD 1945 yaitu paragraf yang memuat tentang tujuan nasional, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi, kemerdekaan dan keadilan sosial10.UUD 1945 dapat dijadikan pedoman bagi seluruh komponen bangsa untuk bersama-sama mendapatkan kehidupan yang layak termasuk pedoman dalam rangka bela negara, karena tidak dapat dipungkiri bahwa berbicara tentang kemampuan

(6)

industri strategis pertahanan dalam negeri, kita juga berbicara tentang keutuhan dan kedaulatan NKRI.

b. Undang-Undang RI No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Dalam peraturan perundangan ini dinyatakan bahwa dalam penyelenggaraan pertahanan negara setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara sebagai pencerminan kehidupan kebangsaan yang menjamin hak-hak warga negara untuk hidup setara, adil, aman, damai dan sejahtera. Usaha pertahanan negara dilaksanakan dengan membangun, memelihara, mengembangkan dan menggunakan kekuatan pertahanan negara berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi manusia, kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum internasional dan kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara damai.

c. Undang-Undang RI No. 34 Tahun 2004 tentang TNI. Dalam peraturan perundangan ini dinyatakan pada pasal 7 ayat (1) tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Maka sesuai dengan penjelasan pada pasal 7 tersebut adalah membantu pemerintah mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis serta memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya, dalam hal ini dapat dimaksudkan dengan industri-industri pertahanan dalam negeri, secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta.

(7)

e. Doktrin TNI. Implementasi tugas pokok TNI adalah melalui OMP dan OMSP dimana operasi militer selain perang yang dapat dilaksanakan oleh TNI dalam rangka revitalisasi industri pertahanan dalam negeri antara lain menyelenggarakan operasi dalam rangka mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis serta melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka memberdayakan potensi industri pertahanan dalam negeri dan kekuatan pendukung lainnya secara dini dalam rangka sistem pertahanan semesta. Tentunya penyelenggaraan operasi militer dan riset teknologi tersebut yang dilakukan harus dilandasi dengan payung hukum dan legitimasi politik negara.

8. Landasan Historis.

a. Alfred Thayer Mahan (1840 – 1914) adalah seorang perwira Angkatan Laut Amerika Serikat Union yang memulai risetnya di bidang sejarah angkatan laut yang membawanya kepada hasil kerjanya yang kemudian menjadi sangat penting dan terkenal “The Influence of Sea Power upon History” (1660 – 1783) yang di publikasikan pada tahun 1890, kemudian diikuti oleh teori lain dari Sir Julian Stafford Corbet (1854 – 1922) “Some Principles of Maritime Strategy” dari teori-teori ini hingga saat ini sangat mempengaruhi pembangunan kekuatan maritim sebagai kekuatan utama suatu bangsa dalam upaya menuju kejayaan dan kemakmuran sekaligus mengutarakan betapa pentingnya peran Angkatan Laut dalam menunjang kekuatan maritim.

b. Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa meliputi seluruh aspek kehidupan nasional yang terintegrasi berisikan keuletan dan ketangguhan di dalam menghadapi dan mengatasi Tantangan, Ancaman, Hambatan dan Gangguan (TAHG) dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yang mana saat ini disadari atau tidak bahwa ketahanan nasional sedang dalam kondisi yang lemah, sehingga perlu kiranya bersama-sama seluruh komponen bangsa kita bangkit memperkuat kembali Ketahanan Nasional yang salah satunya dapat diwujudkan dengan revitalisasi industri pertahanan nasional dalam upaya modernisasi alutsista agar kelangsungan hidup bangsa ini akan tetap terjaga dan lestari.

(8)

Indonesia dan segala isinya sangat berpengaruh terhadap penerapan sistem pertahanan negara dengan mempunyai maksud dan tujuan yang sama, yang melibatkan seluruh warga negara serta seluruh sumber daya nasional lainnya. Oleh karena itu diperlukan suatu metode bagaimana meningkatkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang merupakan wujud kesadaran dan kepribadian bangsa Indonesia yang tercermin dalam tata laku bangsa Indonesia itu sendiri baik secara batiniah maupun lahiriah. Wawasan Nusantara bertujuan menumbuhkembangkan rasa dan sikap nasionalisme yang tinggi, rasa senasib dan sepenanggungan, sebangsa setanah air, satu tekad bersama dengan mengutamakan kepentingan nasional tanpa mengorbankan kepentingan perorangan, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah11.

BAB III

KONDISI INDUSTRI PERTAHANAN NASIONAL SAAT INI

10. Umum. Secara umum kondisi kemampuan industri pertahanan kita saat ini sudah mendapatkan perhatian khusus dari pemerintahdan instansi terkait. Tetapi disadari atau tidak masih terdapat beberapa permasalahan yang belum terselesaikan. Kepentingan TNI AL dengan permasalahan kemampuan industri pertahanan ini tidak terlepas dari tugas pokok TNI AL itu sendiri, yaitu menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman serta gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara yang semuanya sangat erat kaitannya dengan revitalisasi industri pertahanan nasional kita. Oleh karena itu demi menjaga keutuhan NKRI dan terpeliharanya semangat kebangsaan, sangatlah relevan dan penting bagi seluruh masyarakat, utamanya pemerintah dan instansi terkait agar memberikan perhatian khusus atas revitalisasi industri pertahanan nasional.

11. Pelaksanaan Revitalisasi Industri Pertahanan Nasional. Kondisi industri pertahanan nasional yang ada pada saat ini memiliki karakteristik maupun kemampuan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Sehingga masing-masing industri tersebut memerlukan kebijakan khusus dan strategi peningkatan yang berbeda. Landasan hukum dalam rangka mengatur proses revitalisasi industri ini telah dikeluarkan oleh pemerintah

(9)

dengan keluarnya Peraturan Presiden RI No. 42 Tahun 2010 tentang Komite Kebijakan Industri Pertahanan. Komite ini adalah sebuah badan yang bertugas untuk :

a. Merumuskan kebijakan nasional yang bersifat strategis di bidang industri pertahanan.

b. Mengoordinasikan pelaksanaan dan pengendalian kebijakan nasional industri pertahanan.

c. Melakukan kerjasama dengan pihak luar negeri dalam rangka memajukan dan mengembangkan industri pertahanan.

d. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan industri pertahanan.

Perumusan kebijakan nasional yang bersifat strategis di bidang industri pertahanan seperti tersebut diatas pada hakekatnya meliputi kebijakan dalam penelitian, pengembangan dan perekayasaan, pendanaan, strategi pemasaran, pembinaandan pemberdayaan, peningkatan sumber daya manusia serta kerjasama luar negeri dalam industri pertahanan.

a. Penelitian, pengembangan dan perekayasaan. Pemerintah dan instansi terkait dalam hal ini TNI AL masih belum mengoptimalkan lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan yang dimiliki sehingga proses revitalisasi industri pertahanan nasional berjalan sangat lambat.

b. Pendanaan. Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pihak donatur atau Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) dan perbankan nasional sampai saat ini masih menyiapkan aturan yang berkenaan dengan jaminan modal dalam menjalankan program revitalisasi pertahanan nasional ini.

c. Strategi pemasaran. Pemerintah, BUMN, BUMS dan pihak TNI harus menyiapkan program dalam hal pembelian alutsista dan begitu juga mengenai pengembangannya sesuai dengan waktu yang telah di alokasikan sebagai tolak ukur pencapaian tujuan.

(10)

alutsista yang akan menjadi konsumsi pihak militer, baik TNI sebagai konsumen dalam negeri maupun konsumen di luar negeri.

e. Peningkatan sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang akan ditingkatkan dalam proses ini adalah kemampuan mereka dalam bidang rancang bangun teknologi persenjataan utamanya yang berkaitan dengan teknologi militer yang ada di dunia saat ini.

f. Kerjasama luar negeri dalam industri pertahanan.Dalam hal ini masih banyak kerjasama dengan pihak luar negeri khususnya yang berhubungan dengan proses pembelian alutsista yang hanya menguntungkan salah satu pihak, yaitu produsen senjata dari luar negeri maupun pihak ketiga sebagai rekanan, hal ini disebabkan karena transfer of technology tidak berjalan.

12. Peran TNI AL. Pada dasarnya seluruh program revitalisasi industri pertahanan nasional yang dicanangkan oleh pemerintah akan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan berkesinambungan bila terdapat koordinasi dan kerjasama yang baik diantara instansi terkait. Sesuai dengan matra TNI AL yaitu laut, dalam program revitalisasi industri pertahanan nasional ini, TNI AL akan lebih secara khusus bertanggung jawab terhadap pemberdayaan potensi industri kemaritiman pada bidang pertahanan dan keamanan. Selain bidang pertahanan dan keamanan,TNI AL juga melaksanakan operasi militer bantuan termasuk bekerjasama dengan pemerintah guna meningkatkan kemampuan industri pertahanan yang kita miliki, sehingga pada akhirnya secara keseluruhan potensi yang ada dapat bermanfaat sebagai satu kesatuan yang utuh guna melaksanakan pertahanan negara. Kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh TNI AL untuk menjaga stabilitas pertahanan dan keamanan dalam menunjang peningkatan kemampuan industri pertahanan nasional ini antara lain :

a. Operasi dalam rangka mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis.

(11)

2) Pesudmar. Pengerahan kekuatan pesawat udara sebagai kepanjangan mata dari KRI belum mampu menjangkau seluruh wilayah perairan Indonesia karena terbatasnya pesawat udara dengan kemampuan patroli maritim.

3) Pangkalan. Pangkalan terdepan TNI AL belum dapat secara maksimal menjalankan fungsi 4 R (Rebase, Repair, Replenish dan Rest) untuk mendukung gelar operasi yang dilaksanakan oleh KRI maupun pesawat udara.

b. Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut (Dislitbangal). Kegiatan yang dilaksanakan oleh Dislitbangal terkait dengan program revitalisasi industri pertahanan nasional yang belum maksimal, baik itu karena kendala dari keterbatasan anggaran negara terhadap pertahanan laut juga peran dari Dislitbangal sendiri dalam hal penelitian dan pengembangan yang belum terlibat secara langsung dan sepenuhnya dalam program ini.

13. Permasalahan. Aspek yang menjadi permasalahan dari berbagai program revitalisasi industri pertahanan nasional yang sudah maupun akan dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun TNI AL sendiri antara lain adalah :

a. Kelembagaan. Dalam hal ini terdapat kewenangan yang tumpang tindih antar lembaga dalam hal pemberdayaan industri pertahanan. Kerjasama antar lembaga ini dalam menjalankan program revitalisasi, sangatlah lemah dan hal ini terlihat dari para pemangku kepentingan (stake holders) yang berjalan sendiri-sendiri dimana terdapat indikasi bahwa kewenangan dalam membuat sebuah kebijakan adalah sebuah keputusan mutlak dari seorang pemangku kepentingan sehingga tidak dapat diganggu gugat.

(12)

c. Kerjasama antar instansi (Networking). Pelaksanaan program pemberdayaan potensi industri ini juga masih terkesan tiap instansi memiliki programnya sendiri. Ini dapat dilihat dari masih minimnya program kerjasama antar instansi terkait dalam rangka pelaksanaan revitalisasi industri pertahanan yang sudah dicanangkan oleh pemerintah. Imbasnya adalah tidak adanya dukungan antar pelaku industri karena kebijakan yang diambil oleh masing-masing kepala instansi tidak terkait dengan program dari instansi yang lainnya.

d. Struktur industri. Hal ini terlihat dari belum terbangunnya struktur industri yang kuat dalam upaya mengurangi ketergantungan produk dari luar negeri12. Industri pertahanan nasional masih belum dapat menyokong sepenuhnya terhadap tujuan kemandirian TNI pada umumnya dan TNI AL pada khususnya dalam pemenuhan kebutuhan alutsista disebabkan oleh beberapa hal, antara lain seperti mekanisme birokrasi yang sulit, maupun tingkat kepercayaan TNI atau TNI AL yang rendah terhadap kualitas produksi industri pertahanan nasional.

BAB IV

MAKNA KEJAYAAN NKRI SEBAGAI NEGERI MARITIM NUSANTARA TERKAIT PROGRAM REVITALISASI INDUSTRI PERTAHANAN NASIONAL

14. Kejayaan NKRI sebagai Negeri Maritim Nusantara. Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic state) memiliki ciri khas konfigurasi geografi yang sebagian besar wilayahnya berupa laut di antara pulau-pulau yang ada. Nenek moyang bangsa Indonesia telah memahami dan menghayati kegunaan laut sebagai sarana kehidupan, baik untuk perdagangan maupun jalur komunikasi. Ini ditunjukkan di zaman kerajaan Sriwijaya di Palembang yang banyak memberi pengaruh di nusantara dengan daerah kekuasaan terbentang dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Kamboja dan Thailand, dan Semenanjung Malaya. Di bawah pengaruh Sriwijaya antara abad ke-7 dan ke-9 Raja Wangsa Sailendra dan Sanjaya berhasil mengembangkan kerajaan-kerajaan berbasis agrikultur di Jawa, dengan peninggalan kesejarahannya seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Di akhir abad ke-13, Majapahit berdiri di bagian Timur pulau Jawa, di bawah pimpinan Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, kekuasaannya meluas hingga meliputi seluruh Asia Tenggara, dan masa itu sering disebut “Zaman Keemasan”

12Subchan, M.Sc. Ph.D., Peran Perguruan Tinggi dalam Penelitian dan Pengembangan Teknologi

(13)

dalam sejarah Indonesia. Di zaman keemasan itulah, Indonesia berhasil mempersatukan nusantara sehingga pengaruhnya sampai ke negara-negara sekitarnya seperti Siam (Myanmar), Ayuthia, Lagor, Campa (Kamboja), Anam, India, Filipina dan Cina13. Hal ini memberi gambaran, betapa kerajaan-kerajaan di nusantara dulu mampu menyatukan wilayah nusantara dan disegani oleh bangsa lain karena paradigma masyarakatnya yang mampu menciptakan visi maritim sebagai bagian utama dari kemajuan politik, ekonomi, sosial, pertahanan keamanan dan sosial budaya.Selanjutnya deklarasi yang dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana Menteri Indonesia pada saat itu, yaitu bapak Djuanda Kartawidjaja, adalah deklarasi yang menyatakan kepada dunia bahwa “laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia yang menjadi satu kesatuan wilayah NKRI”. Deklarasi ini menyatakan bahwa Indonesia menganut prinsip-prinsip Negara Kepulauan (Archipelagic State) yang pada saat itu mendapat pertentangan dari beberapa negara, sehingga laut-laut antar pulau merupakan wilayah Republik Indonesia dan bukan merupakan suatu kawasan bebas. Untuk itu, laut yang kita miliki harus dijadikan sebagai suatu kekuatan dimana menjadi unsur utama kekuatan nasional. Sektor kelautan harus dibangkitkan melalui visi kita sebagai negara maritim yang kuat seperti sejarah kejayaan masa lampau.

15. Makna Kejayaan NKRI sebagai Negeri Maritim Nusantara terkait program Revitalisasi Industri Pertahanan Nasional. Bangsa Indonesia harus mengubah cara pandang, bahwa laut adalah sesuatu hal yang menyatukan pulau-pulau di Indonesia dan bukanlah sesuatu hal yang memisahkan. Jika dipandang bahwa laut itu adalah pemisah, maka untuk membangun sebuah kejayaan maritim Indonesia adalah tidak akan pernah terwujud. Namun jika kita mengubah cara pandang kita dengan melihat bahwa laut itu yang menyatukan, ini merupakan langkah awal yang sangat baik dalam melihat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar seperti diucapkan oleh Presiden RI pertama bapak Ir. Soekarno pada saat memproklamasikan kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945 yakni, “lautlah yang bisa menyelamatkan bangsa dan laut inilah merupakan kekuatan kita”14. Korelasinya dengan revitalisasi industri pertahanan nasional dalam upaya modernisasi alutsista adalah seluruh komponen yang terkait dengan program revitalisasi industri pertahanan ini harus memiliki :

a. Semangat pantang menyerah. Semangat pantang menyerah ditunjukkan oleh sejarah kerajaan-kerajaan kita masa lampau seperti, kerajaan Sriwijaya dan

(14)

kerajaan Majapahit. Mereka melawan segala macam bentuk penjajahan dan menggunakan laut sebagai media perlawanannya. Perjuangan panjang dalam mewujudkan Negara Kepulauan (Archipelagic State) melalui Deklarasi Juanda yang pada akhirnya diterima dan ditetapkan dalam Konvensi Hukum Laut PBB III,

United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS 1982).

b. Jiwa yang besar. Jiwa yang besar sebagai suatu bangsa dapat terlihat pada masa kerajaan-kerajaan tersebut di atas pada saat membawa pengaruhnya sampai ke seluruh pelosok negeri atau negara tetangga. Selanjutnya dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia dipertegasnya bentuk NKRI sebagai sebuah Negara Kepulauan dengan UU RI No. 17 Tahun 1985 tentang ratifikasi atau pengesahan UNCLOS 1982.

c. Jiwa kebersamaan dan kesatuan. Jiwa kebersamaan dan kesatuan ini ditunjukkan pada saat kerajaan-kerajaan tersebut melaksanakan pelayaran samudera yang jaraknya mencapai ribuan mil laut hanya sekedar untuk menyatukan persepsi tentang nusantara dalam visinya sebagai negara maritim meskipun menghadapi rintangan yang sangat besar dan pencanangan tanggal 13 Desember sebagai Hari Nusantara, telah diresmikan melalui Keputusan Presiden RI No. 126 Tahun 2001.

Dengan meresapi nilai-nilai sejarah tersebut maka diharapkan berbagai macam permasalahan yang masih ditemukan selama proses pelaksanaan revitalisasi industri pertahanan ini dapat teratasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa ketahanan nasional yang kokoh tidak akan mungkin tercipta bila rakyat Indonesia tidak bersama-sama dalam satu kesatuan visi dan misi untuk mewujudkan program revitalisasi industri pertahanan nasional ini agar sistem pertahanan negara yang kokoh dapat segera terwujud.

16. Peluang dan Kendala.

(15)

1) Rasa cinta tanah air dan kesadaran berbangsa dan bernegara sebagai bagian dari NKRI, serta keinginan untuk kehidupan yang lebih baik memberikan pengaruh positif bagi pelaksanaan program revitalisasi industri pertahanan nasional dalam upaya modernisasi alat utama sistem senjata yang sudah direncanakan oleh pemerintah dan TNI AL.

2) Potensi sumber daya alam dan sumber daya buatan merupakan kekuatan di dalam melaksanakan program revitalisasi industri pertahanan. Dalam penerapan program inidisesuaikan dengan potensi sumber daya alam yang kita miliki serta dengan konsep pelaksanaan yang tepat sasaran akan mampu mewujudkan industri pertahanan yang berkelanjutan guna peningkatan kemampuan pertahanan dan keamanan.

3) Diberlakukannya beberapa perjanjian internasional antara lain perjanjian perdagangan bebas internasional, kerjasama ekonomi regional maupun bilateral serta kerjasama ekonomi sub-regional seperti Asian Free Trade Area (AFTA), IMS-GT, IMT-GT, BIMP-EAGA, dan AIDAdapat menjadi pertimbangan dalam upaya mengembangkan industri pertahanan nasional.

4) Rencana jangka panjang pemerintah untuk meningkatkan kemampuan tempur TNI khususnya TNI AL dalam bidang persenjataan sebagai upaya untuk meningkatkan efek tangkal (deterrent effect) dan menjaga stabilitas keamanan di wilayah yurisdiksi Indonesia.

b. Kendala.

1) Masih terbatasnya kemampuan para tenaga ahli dan personel TNI AL yang ditugaskan untuk melaksanakan program penelitian dan pengembangan di bidang teknologi persenjataan dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuannya agar dapat diterapkan sesuai dengan spesifikasi teknis yang dibutuhkan.

(16)

3) Pemahaman BUMN dan BUMS. Masih terdapat pejabat pemerintah maupun pemegang kebijakan dalam bidang perindustrian yang salah mengartikan kerjasama antar instansi, tujuan agar prosedur birokrasi menjadi lebih mudah malah menjadi suatu hal yang sangat sulit dan berbelit-belit. Masih terjadi benturan antar pelaku industri yang ada dalam pengelolaan sumber daya untuk mendukung program revitalisasi industri ini.

BAB V

KONDISI INDUSTRI PERTAHANAN NASIONAL YANG DI HARAPKAN

17. Umum. Agar potensi industri pertahanan dapat digunakan sebagai salah satu upaya guna meningkatkan sistem pertahanan negara seperti dalam hal memodernisasi alutsista, maka perlu adanya tolak ukur mengenai kondisi pemberdayaan potensi yang dimiliki oleh industri pertahanan sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu perlu adanya batasan yang dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam mendukung peningkatan program revitalisasi industri pertahanan ini.

18. Pelaksanaan Revitalisasi Industri Pertahanan Nasional. Peningkatan potensi industri pertahanan nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah dan instansi terkait termasuk TNI AL harus dapat dilaksanakan secara maksimal. Hal ini dapat terlaksana bila didukung dengan pengambilan keputusan dan kebijakan yang tepat mengenai program pemberdayaan apa yang harus di aplikasikan pada suatu industri tertentu berdasarkan data yang sudah dikumpulkan, juga harus diimbangi dengan adanya nilai-nilai yang dapat di ambil dari makna kejayaan NKRI sebagai negeri maritim nusantara yaitu, semangat pantang menyerah, mengingat masih begitu banyak terdapat kendala atau keterbatasan sarana dan prasarana, jiwa yang besar sebagai suatu bangsa dalam mengarahkan dan membimbing masyarakat atau warga negaranya agar pembangunan pertahanan nasional berorientasi ke laut serta jiwa kebersamaan dan kesatuan dengan menjadi garda terdepan dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan program revitalisasi ini.

(17)

b. Pendanaan. Pemerintah menyiapkan perangkat aturan yang memberikan jaminan bagi perbankan nasional untuk menjamin program revitalisasi tersebut. Instansi terkait dalam hal ini pihak industri pertahanan nasional di harapkan mampu menyelenggarakan tertib administrasi dan akuntansi sebagai sebuah badan usaha yang sehat.

c. Strategi pemasaran. Berdasarkan program pemerintah, TNI melakukan pembelian peralatan atau alat material khusus serta persenjataan dalam jumlah banyak untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang. Dalam upaya memperkenalkan produk kita di luar negeri agar dapatnya pemerintah dan industri pertahanan nasional melakukan promosi melalui media internasional.

d. Pembinaan dan pemberdayaan. Berdasarkan ketentuan pemerintah bahwa para produsen alat utama sistem senjata dan alat material khusus ini agar menjaga kualitas produknya sehingga mampu menghasilkan peralatan dan persenjataan yang spesifikasi teknisnya benar-benar dibutuhkan oleh TNI.

e. Peningkatan sumber daya manusia. Berdasarkan rencana pemerintah bahwa dalam hal peningkatan sumber daya manusia maka industri pertahanan nasional bersinergi dengan instansi-instansi terkait seperti perguruan tinggi dan industri-industri penunjang lainnya.

f. Kerjasama luar negeri dalam industri pertahanan.Dalam hal ini pemerintah berupaya menetapkan kebijakan yang memudahkan pihak industri pertahanan nasional untuk membuka jalinan kerjasama dan selalu menekankan pada proses alih teknologi serta pengembangan produksi bersama.

19. Peran TNI AL yang diharapkan. Agar program revitalisasi industri pertahanan nasional dapat berjalan dengan optimal maka peran TNI AL yang terkait dengan pemberdayaan potensi pada bidang pertahanan dan keamanan serta operasi militer bantuan guna mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis haruslah berada pada kondisi yang ideal.

(18)

1) KRI. Pengerahan kekuatan KRI mampu beroperasi di seluruh wilayah perairan Indonesia dengan peralatan yang mampu melacak, menentukan, meneruskan dan menindak segala kegiatan diwilayah tersebut.

2) Pesudmar. Pengerahan kekuatan pesawat udara yang dilengkapi dengan kemampuan untuk mengawasi dan meneruskan informasi ke satuan induk operasional mampu menjangkau seluruh wilayah perairan Indonesia dan keberadaan pangkalan-pangkalan udara di daerah-daerah yang memiliki titik-titik strategis atau berdekatan dengan objek vital nasional.

3) Pangkalan. Peningkatan sarana dan prasarana agar pangkalan mampu menyelenggarakan fungsi 4 R (Rebase, Repair, Replenish, Rest) bagi KRI maupun pesawat udara yang sedang melaksanakan operasi pengamanan.

b. Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut (Dislitbangal). Kegiatan yang dilaksanakan oleh Dislitbangal terkait dengan program revitalisasi industri pertahanan nasional ini antara lain adalah menempatkan para personelnya yang berlatar belakang disiplin ilmu teknik dan eksakta, baik lulusan yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, untuk ditempatkan di lembaga ini. Kemudian selanjutnya dapat melakukan pemutakhiran program Berdiri di atas Kaki Sendiri (Berdikari) yang pernah dicanangkan oleh Dislitbangal pada awal keberadaannya untuk meningkatkan kemandirian pemeliharaan dan perawatan material tempur angkatan laut serta ikut serta secara langsung dalam hal teknologi rancang bangun alutsista angkatan laut.

20. Kondisi yang diharapkan. Agar aspek yang menjadi permasalahan di dalam pelaksanaan program revitalisasi industri pertahanan nasional ini dapat dipecahkan sehingga tujuan dari diberlakukannya program ini dapat tercapai.

(19)

b. Sumber Daya . Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), anggaran dan teknologi harus mendapatkan skala prioritas yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam program revitalisasi ini secara bertahap maupun perkembangannya. Contoh dari peningkatan ini adalah PT. Dirgantara Indonesia yang saat ini meluncurkan kampanye perekrutan 1500 pekerja dalam kelanjutan upayanya menjadi bagian dari program revitalisasi industri pertahanan nasional, utamanya para tenaga ahli muda dari lulusan universitas dalam negeri dan sektor industri maju15.

c. Kerjasama antar instansi (Networking). Pelaksanaan program pemberdayaan potensi industri ini harus memiliki satu kesatuan maksud dan tujuan (unity) serta program pembangunan yang saling berkaitan dalam upayanya mencapai tujuan untuk memodernisasi alutsista TNI umumnya dan TNI AL pada khususnya. Contoh dari kerjasama antar instansi ini antara lain adalah kerjasama PT. Dirgantara Indonesia dengan TNI AL dalam pengadaan helikopter jenis Bell 412 EP untuk kepentingan taktis kemaritiman.

d. Struktur industri. Struktur industri yang kuat dalam usaha mengurangi ketergantungan produk alat utama sistem senjata dan alat material khusus dari luar negeri antara lain yaitu, perbaikan sistem finansial dan manajerial industri pertahanan nasional, kemudahan mekanisme birokrasi baik antar instansi yang terkait dalam program ini maupun dengan pihak TNI sendiri dan kemampuan perusahaan industri pertahanan dalam negeri untuk memberikan jaminan terhadap kualitas produk yang dihasilkannya.

BAB VI

STRATEGI REVITALISASI INDUSTRI PERTAHANAN NASIONAL DALAM UPAYA MODERNISASI ALUTSISTA

21. Kebijakan. Kebijakan strategi mengenai potensi industri pertahanan nasional oleh TNI AL diarahkan untuk menjaga stabilitas keamanan objek vital nasional yang

(20)

bersifat strategis serta peningkatan kemampuan tempur dari alutsista yang telah atau akan dimiliki .Melalui momentum tema “Dengan Semangat Hari Dharma Samudera Kita Wujudkan Negeri Maritim Nusantara” maka pelaksanaannya pertama kali adalah dengan menetapkan kebijakan di bidang personalia yaitu, kebijakan yang mampu untuk mencetak personel TNI AL yang memiliki semangat pantang menyerah, mempunyai jiwa yang besar sebagai sebuah bangsa atau cinta tanah air serta memiliki kreatifitas dan inovasi yang tinggi sebelum mereka ditugaskan untuk melaksanakan operasi pengamanan objek vital nasional yang bersifat strategis maupun melaksanakan program penelitian dan pengembangan teknologi persenjataan. Harapannya adalah dengan personel TNI ALyang mewarisi nilai-nilai sejarah kejayaan Indonesia masa lampau serta kerjasama untuk menjadi sebuah kekuatan yang besar dengan melibatkan instansi terkait, industri strategis pertahanan nasional dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan sistem pertahanan negara. Arah kebijaksanaan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Penanaman semangat yang dapat di warisi dari kejayaan NKRI sebagai negeri maritim nusantara:

1) Seleksi Psikologi yang ketat, sehingga mampu menyaring personel yang akan di didik sebagai calon prajurit TNI AL bukan hanya memiliki latar belakang akademik yang memenuhi syarat, tetapi juga memiliki latar belakang karakter kepribadian yang baik.

2) Memasukkan materi ajaran mengenai sejarah kemaritiman Indonesia pada program pendidikan pertama, baik strata perwira, bintara maupun tamtama yang dititik beratkan pada pewarisan nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia yang merupakan bangsa bahari dan sebagai bekal mereka pada saatnya nanti menjalani penugasan di TNI AL.

3) Uji kelayakan atau kompetensi pada setiap personel yang akan menduduki jabatan strategis, berkaitan dengan kebijakan dan kemampuan membuat keputusan yang akan mereka ambil pada saat melaksanakan penugasan.

(21)

1) Meningkatkan kehadiran melalui kegiatan patroli maritim rutin yang terencana dan berkesinambungan dengan didukung oleh sarana, prasarana dan anggaran yang memadai. Diharapkan dengan terciptanya stabilitas keamanan di sekitar daerah objek vital nasional mampu memanfaatkan SDA dengan optimal di daerah tersebut utamanya di sektor kelautan.

2) Memperluas dan meningkatkan kerjasama dalam rangka riset teknologi dengan instansi terkait yang berhubungan dengan semua sumber daya yang kita miliki, baik alam dan manusia sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.

3) Ikut serta melaksanakan penelitian dan pengembangan peralatan tempur, seperti kapal, sistem persenjataan dan K4IPP (Komando, Kendali, Komunikasi, Komputer, Informasi, Pengamatan dan Pengintaian) guna tercapainya peningkatan potensi industri pertahanan nasional secara maksimal sehingga mampu disiapkan guna memperkuat sistem pertahanan negara.

22. Strategi.

a. Tujuan. Terciptanya personel TNI ALyang mewarisi nilai-nilai sejarah kejayaan Indonesia masa lampau sebagai bangsa bahari, terjaganya stabilitas keamanan diwilayah objek vital nasional yang bersifat strategis dan meningkatkan kemampuan industri pertahanan nasional dalam upaya mendukung kebutuhan alutsista TNI pada umumnya dan TNI AL pada khususnya dalam rangka mewujudkan sistem pertahanan negara guna mempertahankan kedaulatan NKRI.

b. Sasaran.

(22)

2) Strategi 2. Terjaganya stabilitas keamanan diwilayah objek vital nasional yang bersifat strategis dan meningkatkan kemampuan dinas penelitian dan pengembangan angkatan laut (Dislitbangal) untuk mendukung industri pertahanan nasional dalam upaya memenuhi kebutuhan alutsista TNI AL dalam rangka mewujudkan sistem pertahanan negara guna mempertahankan kedaulatan NKRI.

c. Subyek. Sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai maka subyek dalam rangka revitalisasi industri pertahanan nasional ini adalah Pemerintah selaku penentu kebijakan dan regulasi, Perguruan Tinggi, Industri Pertahanan Nasional dan TNI AL selaku pengembang serta pengguna alutsista dan almatsus.

d. Obyek.

1) Personel TNI AL. Dengan adanya personel TNI AL yang mewarisi nilai-nilai sejarah kejayaan Indonesia masa lampau sebagai bangsa bahari diharapkan seluruh tugas yang dibebankan kepadanya akan mampu dikerjakan dengan sebaik-baiknya guna tercapainya tugas pokok TNI AL dan meningkatnya sistem pertahanan negara.

2) Unsur SSAT.

a) KRI.

(1) Pelaksana operasi atau patroli laut sebagai pencegah dan penindak di sekitar wilayah objek vital nasional agar masyarakat dapat mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya alam disektor kelautan.

(2) Sebagai sebuah sarana untuk menjadi tolak ukur keberhasilan dalam suatu uji coba maupun rekayasa dari sebuah riset dan teknologi mengenai peningkatan kemampuan tempur alutsista khususnya dalam bidang platform kapal perang.

(23)

alutsista khususnya dalam bidang platform pesawat udara fixed dan

rotary wing.

c) Pangkalan. Penyelenggara dukungan logistik dan pangkalan aju unsur operasional di wilayah objek vital nasional yang bersifat strategis serta sebagai sebuah sarana untuk menjadi parameter dalam upaya peningkatan kemampuan K4IPP.

23. Metode.

a. Regulasi. Proses untuk merumuskan ketetapan dan aturan khususnya mengenai pelaksanaan pembentukan personel TNI AL yang ideal serta operasi pengamanan objek vital nasional yang bersifat strategis yang dilakukan oleh TNI AL.

b. Sosialisasi. Upaya untuk memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami dan dihayati oleh individu atau kelompok masyarakat.

c. Edukasi. Merupakan usaha, pekerjaan, perbuatan, kegiatan maupun proses dalam rangka meningkatkan kemampuan seseorang melalui pengajaran atau pelatihan.

d. Kerjasama. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam pelaksanaan revitalisasi industri pertahanan nasional diperlukan kerjasama yang maksimal antara TNI AL dengan instansi terkait. Kerjasama dapat dilaksanakan pada tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan pengawasan.

24. Upaya.

(24)

1) Deregulasi. Menetapkan aturan yang berkaitan dengan program pembinaan personel dengan output terciptanya personel TNI AL khususnya yang memiliki nilai-nilai sejarah kejayaan Indonesia masa lampau sebagai bangsa bahari dan negara kepulauan dengan implementasi melalui seleksi masuk yang ketat di seluruh strata baik perwira, bintara dan tamtama bagi calon prajurit TNI AL serta tes psikologi yang tepat pada jenjang pendidikan pengembangan dan lanjutan.

2) Sosialisasi. Memanfaatkan jam komandan, waktu pengarahan pada saat apel pagi dan apel siang serta kegiatan-kegiatan lainnya yang berinteraksi dengan seluruh anggota untuk selalu mengingatkan tentang pentingnya penerapan semangat pantang menyerah, memiliki jiwa yang besar sebagai suatu bangsa serta memiliki kreatifitas dan inovasi yang tinggi terutama dalam hal pengembangan alutsista dan almatsus.

3) Edukasi. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan pelatihan atau kursus termasuk memilih instruktur berkualitas yang akan mengajar materi berkaitan dengan semangat yang terkandung di dalam sejarah kejayaan NKRI sebagai bangsa bahari dan negara kepulauan.

4) Kerjasama. Melakukan kerjasama dengan instansi lain, badan, universitas, sekolah tinggi di dalam usaha untuk meningkatkan kualitas SDM baik pada level akademik mengenai ilmu pengetahuan teknologi maupun kepribadian.

b. Strategi 2. Terjaganya stabilitas keamanan di wilayah objek vital nasional yang bersifat strategis dan meningkatkan kemampuan dinas penelitian dan pengembangan angkatan laut (Dislitbangal) untuk mendukung industri pertahanan nasional dalam upaya memenuhi kebutuhan alutsista TNI AL dalam rangka mewujudkan sistem pertahanan negara guna mempertahankan kedaulatan NKRI, dengan harapan meningkatnya SDM yang ada di masyarakat, tumbuhnya kesadaran akan bela negara, percepatan pembangunan sarana dan prasarana dalam mendukung kebijakan revitalisasi ini serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

(25)

a) Deregulasi.

(1) Menetapkan unsur-unsur KRI gelar yang dapat berperan dan bertugas mengamankan laut di sekitar objek vital nasional dengan kemampuan untuk melaksanakan pencegahan dan penindakan terhadap segala bentuk tindakan pelanggaran hukum.

(2) Mengambil contoh atau sebagai bahan acuan sebuah teknologi kapal perang yang akan digunakan untuk penelitian dan pengembangan dari Dislitbangal maupun instansi terkait dalam proses teknologi rancang bangun baik itu platform,

Combat Management System (CMS) maupun persenjataan.

b) Sosialisasi. Melaksanakan pre-sail brief kepada seluruh ABK KRI sebelum melaksanakan tugas operasi mengenai tugas pokok dan tugas tambahan yang harus mereka laksanakan nanti dilapangan. Termasuk pelaksanaan kegiatan sosialisasi program revitalisasi industri pertahanan nasional yang dalam hal ini dibantu oleh Dislitbangal dan instansi terkait.

c) Edukasi. Melaksanakan latihan pra tugas kepada unsur KRI yang akan melaksanakan tugas operasi pengamanan objek vital nasional, sehingga kerugian pada saat pelaksanaan operasi akibat kesalahan personel dapat ditekan dengan konsep “Zero Accident”.

d) Kerjasama. Selama pelaksanaan operasi, melaksanakan koordinasi antar unsur-unsur KRI, pesud dan satuan samping lainnyadi sekitar daerah objek vital nasional serta dukungan dari instansi terkait di daerah tersebut meliputi sistem komando, kendali, komunikasi, komputer, informasi data, pelaksanaan pengamatan dan pengintaian terhadap seluruh kontak-kontak yang terdeteksi.

(26)

a) Deregulasi. Mengatur ketetapan unsur pesud yang dilibatkan dalam pelaksanaan operasi pengamanan objek vital nasional sebagai kepanjangan mata KRI, yaitu berperan sebagai alat pengamatan dan pengintaian serta pengumpul data intelijen.

b) Sosialisasi. Melaksanakan pembekalan kepada seluruh crew

pesud sebelum melaksanakan tugas operasi mengenai tugas pokok dan tugas tambahan yang harus mereka laksanakan nanti di lapangan.

c) Edukasi. Mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan U1 – U2 termasuk kegiatan latihan integral dengan KRI, mengingat kerjasama taktis yang selama ini dilakukan hasilnya masih belum maksimal sehingga kesalahpahaman tindakan maupun komunikasi yang tidak terjalin pada saat pelaksanaan operasi akibat minimnya sarana dan prasarana yang dapat mengakibatkan kecelakaan dapat ditekan dengan konsep “Zero Accident”.

d) Kerjasama. Selama pelaksanaan operasi, melaksanakan koordinasi dan melengkapi atau menyinkronkan data maritim dengan satuan atau unsur yang melaksanakan operasi di daerah penugasan.

3) Pangkalan.

a) Deregulasi. Menambahkan peraturan ketetapan dalam peran, fungsi dan tugas pangkalan di wilayah perbatasan karena selama ini fungsi pokok pangkalan adalah untuk melaksanakan 4 R bagi satuan operasional.

b) Sosialisasi. Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang kemaritiman khususnya tokoh masyarakat, tokoh adat maupun tokoh agama mengenai kesadaran bela negara serta informasi yang dianggap perlu yang berkaitan dengan mewujudkan NKRI sebagai Negara Kepulauan yang bervisi maritim.

(27)

(1) Mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan P1 – P2 agar tercapainya pelaksanaan kegiatan 4 R (Rebase, Repair, Replenish, Rest) dengan tepat kepada unsur KRI maupun Pesud yang sedang melaksanakan penugasan operasi.

(2) Melaksanakan perlombaan untuk menarik minat masyarakat mengenai cipta karya ilmiah dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kemaritiman yang dapat diaplikasikan sebagai teknologi terapan.

d) Kerjasama. Melaksanakan koordinasi dengan instansi lainnya seperti PT. Pelindo dan PT. Pertamina terkait dengan kesiapan pangkalan didalam menyelenggarakan fungsi 4 R bagi satuan operasional. Disamping itu Pangkalan juga harus melaksanakan kerjasama dengan perguruan tinggi, sekolah, lembaga atau badan sosial yang berkaitan dengan pembangunan teknologi kemaritiman.

4) Dislitbangal.

a) Deregulasi. Mengatur ketentuan tentang pelaksanaan kerjasama penelitian dan pengembangan dengan instansi terkait, seperti perguruan tinggi dan industri-industri pertahanan nasional yang bukan hanya berorientasi pada pendekatan kebutuhan biaya atau anggaran dalam mewujudkan teknologi yang canggih dan modern tetapi juga pendekatan secara kreatifitas dan inovasi.

b) Sosialisasi. Melaksanakan pembekalan kepada personelnya yang terlibat dalam suatu program penelitian dan pengembangan maupun pertukaran tenaga ahli, baik di dalam negeri maupun di luar negeri mengenai tugas pokok yang harus mereka laksanakan nanti dilapangan, termasuk kegiatan mempromosikan mengenai kekuatan pertahanan negara kita yang berdasarkan visi kemaritiman.

(28)

(1) Mengoptimalkan keikutsertaan dalam segala kegiatan maupun seminarmengenai ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang berhubungan dengan teknologi rancang bangun peralatan militer dan persenjataan termasuk para personel di satuan kerja lain yang terlibat BMT (Base Maintenance Team) dalam rangka proyek pengadaan alutsista baru.

(2) Melaksanakan program penelitian dan pengembangan bersama dengan instansi-instansi terkait seperti perguruan tinggi, dan industri-industri pertahanan dalam negeri, contohnya PT. PAL, PT. Pindad, PT. LEN, PT. Dirgantara Indonesia dan lain-lain. Melakukan studi banding atau program pertukaran tenaga ahli yang diselenggarakan oleh perusahaan-perusahaan terkemuka di dunia yang bergerak di bidang kemiliteran, contohnya seperti Damen Schelde Naval Shipbuilding, THALES, Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering, L3 C4ISR, Raytheon dan lainnya untuk mendapatkan sebuah pengalaman dan pengetahuan yang baru sehubungan dengan transfer of technology.

d) Kerjasama. Melaksanakan koordinasi dengan STTAL, perguruan tinggi atau instansi terkait lainnya (BPPT, LIPI, industri pertahanan terkait) mengenai teknologi yang akan atau sedang dikembangkan sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal dalam sebuah proses penelitian dan pengembangan alutsista.

BAB VII PENUTUP

25. Kesimpulan.

(29)

b. Kondisi industri pertahanan nasional saat ini masih banyak ditemukan berbagai macam permasalahan. Tetapi dengan meresapi makna semangat Hari Dharma Samudera demi untuk mewujudkan negeri maritim nusantara diharapkan kendala yang ada dapat dirubah menjadi peluang.

c. TNI AL sebagai salah satu komponen yang terkait dengan revitalisasi industri pertahanan nasional dituntut untuk mempunyai kualitas dan kemampuan teknis yang dapat diandalkan. Hal tersebut dapat tercapai bila personel dan material yang ada telah diberikan pelatihan dan dipersiapkan secara terencana dengan baik serta dapat menjawab permasalahan yang dihadapi.

26. Saran.

a. Mendorong pemerintah untuk mempercepat realisasi pengadaan alutsista baru untuk TNI AL sampai dengan kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force). Agar TNI AL dapat melaksanakan tugas pokoknya dengan pencapaian hasil yang maksimal terkait dengan upaya modernisasi.

b. Koordinasi dan kerjasama antar instansi yang lebih intens tanpa melibatkan kepentingan pribadi maupun kelompoknya dari masing-masing instansi guna tercapainya tujuan program revitalisasi industri pertahanan nasional.

c. Penekanan kembali kepada seluruh masyarakat mengenai nilai-nilai sejarah kejayaan NKRI sebagai sebuah negeri maritim nusantara, pada umumnya terkait dengan orientasi sistem pertahanan negara dan tantangan tugas yang diemban oleh TNI AL kedepan pada khususnya.

27. Penutup. Demikianlah karya tulis ini dibuat dengan harapan semoga naskah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa pun yang membacanya.

Surabaya, Desember 2012 Penulis

Mochamad Reza Achwandi Kapten Laut (P) NRP. 15982/P Mengetahui

Komandan Satuan Kapal Cepat Koarmatim

Syufenri M.Si

Referensi

Dokumen terkait

Dan burung yang makan dari tumbuhan memiliki paruh yang membuat mereka dapat makan dengan mudah dari jenis tumbuhan yang mereka sukai.. Allah telah menyediakan dengan sempurna

Rendahnya kinerja pegawai bukan hanya kesalahan karyawan, organisasi atau perusahaan tidak hanya melihat dari aspek kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan

Sedangkan teknik NURBS modeling adalah teknik membuat model dengan memakai garis- garis yang dibuat seperti rangka objek yang diinginkan kemudian diberi surface (bentuk

Tujuan dari penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) ini adalah untuk mengungkapkan serta merumuskan hal-hal yang berkaitan dengan

Sebagai bahan rujukan penulis untuk melakukan wawancara kepada para hakim Pengadilan Agama Banjarmasin mengenai pemberian radd harta warisan terhadap suami atau istri, maka

Pengujian BET dilakukan untuk mengetahui luas permukaan aktif dari WO 3 dalam bentuk serbuk menggunakan alat Quantachrome autosorb iQ, prosesnya dengan memberikan pemanasan

Berdasarkan pengertian di atas dapat diartikan bahwa analisis rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan dua komponen yang ada dalam laporan keuangan dan

10 Kemasyhuran al-Attas dalam dunia internasional tidak diragukan lagi, disamping pemikiran dan karyanya yang sangat berwibawa juga dicerminkan dari kisah pertualangan panjang