• Tidak ada hasil yang ditemukan

LOMBA PROPOSAL PROYEK ILMIAH IYGPC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LOMBA PROPOSAL PROYEK ILMIAH IYGPC"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LOMBA PROPOSAL PROYEK ILMIAH - IYGPC

(International Youth Green Project Competition)

Green Kos Effect: Konsep Pemberdayaaan Masyarkat (Pelaku Kos) di Tamansari melalui Green Habit

Oleh:

Hanifah Nurawaliah 15313051

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI i

RINGKASAN ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1

1.2Tujuan 4

1.3Manfaat 4

BAB II GAGASAN

2.1 Kondisi Kekinian Tamansari 5 2.2 Solusi yang Pernah Diterapkan 7 2.3 Kondisi Kekinian yang Dapat Diperbaiki melalui Gagasan

yang Diberikan 8

2.4 Pihak yang Berperan 10

(3)

RINGKASAN

Keberhasilan kota Bandung dalam memenangkan sayembara konsep Eco District Tamansari merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh seluruh elemen masyarakat Tamansari, termasuk mahasiswa yang notabene indekos di kawasan tersebut. Sejalan dengan pembangunan Eco District, adanya pembangunan kos di Tamansari yang tidak terkendali ternyata menimbulkan permasalahan lingkungan, seperti penurunan kualitas air, peningkatan suhu udara, belum terkelolanya masalah sampah secara optimal, pengurangan luas lahan terbuka hijau, dan lain-lain. Green Kos Effect merupakan ide penulis sebagai solusi permasalahan lingkungan kawasan Tamansari Bandung. Konsep Green Kos Effect ini secara intensif membangun pola kebiasaan masyarakat Tamansari Bandung, khususnya pelaku dan penghuni kos di Tamansari agar memiliki sikap “ramah” terhadap lingkungan. Konsep yang berbasis pemberdayaan masyarakat ini akan menginisasi pembangunan nonfisik Tamansari sebagai inisiasi menuju pembangunan fisik Eco District. Gerakan ini bertujuan untuk menanamkan dan memberdayakan nilai-nilai Green Habit serta menciptakan semangat peduli dan gotong royong pada setiap pelaku (pemilik dan penghuni) kos di Tamansari demi mewujudkan pencapaian Eco District Tamansari. Program Green Kos Effect terdiri dari tiga fokus utama, yakni Air, Energi, dan Limbah Domestik (Sampah). Masyarakat Tamansari, khususnya pelaku kos secara bertahap membangun pola hidup dan etika terhadap penggunaan Air dan Energi serta pengelolaan sampah. Gerakan ini akan menjadi gerakan pertama yang melibatkan peran aktif mahasiswa dan masyarakat Tamansari. Dengan adanya Green Kos Effect ini, pelaku kos sebagai elemen masyarakat dominan Tamansari tersebut akan menjadi role model pergerakan Green Habit di Bandung, Jawa Barat.

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bandung dengan segala icon unik di setiap kawasannya menunjukkan potensi yang selalu menjadi pusat perhatian kota, bahkan dunia. Salah satunya Tamansari yang kini menjadi perhatian pemerintah kota Bandung. Kawasan ini akan dijadikan kawasan Eco District yang merupakan suatu perencanaan perkotaan dengan tujuan untuk mencapai konsep pembangunan berkelanjutan. Konsep tersebut muncul sebagai keberhasilan kota Bandung pada Sayembara konsep Eco District di Prancis. Alhasil, pemerintah Kota Bandung berhak menerima dana hibah dari Prancis yang bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia.

Konsep Eco District untuk kawasan Tamansari ini merupakan “pekerjaan rumah“ sekaligus tantangan yang harus dihadapi oleh seluruh elemen masyarakat

mulai dari pemerintah, warga asli Tamansari, bahkan masyarakat pendatang Tamansari. Secara nyata, kawasan Tamansari kini masih jauh dari kondisi ideal sebagai kawasan Eco. Banyaknya jenis kegiatan di kawasan Tamansari memunculkan berbagai masalah lingkungan seperti penurunan kualitas air, peningkatan suhu udara, belum terkelolanya masalah sampah secara optimal, pengurangan luas lahan terbuka hijau, dan lain-lain.

(5)

kawasan Tamansari, hasil observasi penulis menunjukkan bahwa 20 bangunan di setiap RW di Tamansari merupakan bangunan kos.

Aktivitas domestik yang bersumber dari kos di Tamansari akan berdampak luas bagi kota Bandung dan Jawa Barat. Pasalnya, di kawasan ini terdapat Sungai Cikapundung yang bermuara di Sungai Citarum. Beberapa kos yang berlokasi di sekitar aliran Sungai belum memiliki pengolahan limbah domestik yang optimal. Tidak sedikit penghuni kos membuang limbah domestik secara langsung ke sungai. Selain itu, pengelolaan sampah di Tamansari masih belum optimal dan sedikit melibatkan masyarakat. Kondisi bangunan kos di kawasan ini pun masih banyak yang tidak memenuhi standar.

Penulis menilai bahwa akar masalah lingkungan di kawasan Tamansari Bandung tersebut berasal dari masyarakatnya sendiri. Selama ini, belum ada upaya efektif yang dapat memberdayakan masyarakat Tamansari dalam hal upaya pengelolaan lingkungan. Padahal, kawasan ini dihuni oleh lebih dari 3000 masyarakat sipil terpelajar, yakni mahasiswa yang telah menjadi bagian masyarakat Tamansari. Seharusnya, mahasiswa menjadi agent of change dalam mengubah pola kebiasaan masyarakat Tamansari terhadap lingkungan. Mahasiswa di Tamansari akan menjadi determinan utama yang akan membantu mewujudkan Tamansari menjadi kawasan Eco District.

(6)

District sangat berkaitan dengan lingkungan.

Green Habit merupakan sebuah konsep pembangunan karakter, kebiasaan (habit), budaya, atau sikap“ramah” seorang individu terhadap lingkungan. Kebiasaan berperilaku “hijau” ini sangat fundamental dan mutlak harus

diperhatikan terutama dalam menjalankan suatu program yang berhubungan dengan masyarakat. Membangun Green Habit pada masyarakat Tamansari, khususnya pengelola dan penghuni kos (mahasiswa) menjadi sangat penting untuk diperhatikan bersama karena masyarakat merupakan bagian integratif dari suatu program, baik dalam tataran perencanaan, pelaksanaan, maupun pengendalian. Eco District tanpa Green Habit ibarat pohon tanpa akar, hanya akan menjadi program biasa-biasa saja. Sekali bangun, berkali-kali rusak karena tak terawat. Sebaliknya, Eco District disertai Green Habit akan menjadi program luar biasa. Semua pihak tentu mengharapkan Tamansari menjadi kawasan peradaban (civilization) dengan masyarakatnya yang beradab dan pro lingkungan.

Green Kos Effect merupakan ide penulis sebagai solusi permasalahan lingkungan kawasan Tamansari Bandung. Konsep Green Kos Effect ini secara intensif membangun pola kebiasaan masyarakat Tamansari Bandung, khususnya pelaku dan penghuni kos di Tamansari agar memiliki sikap “ramah” terhadap lingkungan. Konsep yang berbasis pemberdayaan masyarakat ini akan menginisasi pembangunan nonfisik Tamansari sebagai inisiasi menuju Eco District.

(7)

menginspirasi.

1.2Tujuan

1. Menanamkan nilai-nilai Green Habit pada setiap pelaku (pemilik dan penghuni) kos di Tamansari.

2. Memberdayakan masyarakat Tamansari, terutama pelaku kos di Tamansari melalui program Green Kos Effect.

3. Menciptakan semangat peduli dan gotong royong antar pelaku kos di Tamansari.

4. Mewujudkan pencapaian Eco District Tamansari.

1.3Manfaat

1. Masyarakat Tamansari, terutama pemilik kos dan mahasiswa secara aktif mengetahui dan menerapkan secara langsung pola kebiasaan baik terhadap lingkungan (Eco Life Style).

2. Masyarakat Tamansari melalui pelaku kos secara progresif akan menjadi pelopor pergerakan Green Habit di kawasan lain.

(8)

BAB II GAGASAN

2.1 Kondisi Kekinian Tamansari

Permasalahan lingkungan di kawasan Tamansari Bandung muncul akibat adanya gap antara tantangan, realita, dan kebutuhan masyarakat di kawasan tersebut. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa Eco District Tamansari akan menjadi tantangan utama bagi masyarakat kota Bandung secara umum. Tantangan ini menggambarkan kondisi ideal Tamansari yang diharapkan menjadi icon kota Bandung yang menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Kondisi kekinian Tamansari salah satunya digambarkan dengan adanya kegiatan domestik kos di kawasan Tamansari yang menimbulkan pencemaran lingkungan. Berdasarkan hasil observasi, kos-kos di Tamansari notabene tidak memiliki saluran pembuangan ideal. Limbah (sampah, sisa makanan, kotoran manusia) seringkali dibuang langsung ke badan sungai. Menurut Tanuwidjaja (2001), hasil Forum Gelar Bandung 2001 menyebutkan bahwa Tamansari memiliki kondisi topografi curam (>40%) ditambah bangunan padat dan tidak teratur (1 bangunan memiliki lantai dasar 12-20 m2) yang mengancam kenyamanan dan kesehatan masyarakat. Banyaknya bangunan yang membelakangi sungai menyebabkan terjadinya pembuangan limbah langsung ke badan sungai Cikapundung. Selain itu, Ruang Terbuka di kawasan Tamansari masih sedikit, berjumlah 22 dengan bentuk Ruang Terbuka berupa lapangan saja.

(9)

menjadi kawasan terpadat di dunia karena penuh dengan kos-kosan. Pembangunan kos yang tidak terkendali ini tentu saja menimbulkan masalah serius, terutama pencemaran limbah domestik kos.

Observasi penulis menunjukkan bahwa di kawasan Kebon Bibit, Sulanjana, Plesiran, dan Taman Hewan, pengelolaan sampah belum dilakukan secara optimal, ditunjukkan dengan sedikitnya tempat sampah secara fisik. Tempat sampah masih berupa kantong-kantong plastik yang berserakan di depan kos-kosan. Lokasi TPS pun ditempuh jauh akibat kontur Tamansari yang tidak rata (berbentuk cekung).

(10)

Gambar 2.1.1 Bagan timbulnya permasalahan kawasan Tamansari

2.2 Solusi yang Pernah Diterapkan

Pembangunan Eco District Tamansari selama ini masih berupa konsep, belum ada informasi lebih lanjut kapan pembangunan akan dimulai. Sejalan dengan Eco District, kegiatan masyarakat di bidang lingkungan hidup yang pernah diterapkan di kawasan Tamansari serta Bandung secara umum diantaranya Gerakan Sejuta Biopori Bandung, Bandung Green and Clean (BGC), Bandung Clean Action, Komunitas Bank Sampah Bandung, Sosialisasi dan Pelatihan Pengelolaan Sampah, dan lain-lain. Kegiatan tersebut dilakukan hanya sebatas insidental, belum ada master plan yang jelas mengenaikegiatan pelestarian lingkungan hidup di kawasan Tamansari. Selain itu, komunitas yang khusus menyelesaikan permasalahan lingkungan Tamansari masih sedikit.

Khusus untuk pembangunan kos yang semakin meningkat, Dinas Tata Ruang dan Ciptakarya belum mengeluarkan regulasi untuk mengatur kos-kosan di Bandung. Padahal, izin pembangunan kos yang tidak terkendali berdampak pada kelestarian lingkungan sekitar. Izin pendirian kos masih disamakan seperti izin

(11)

mendirikan rumah seperti biasa.

Solusi permasalahan lingkungan hidup Tamansari sejauh ini belum masif, masih terpisah-pisah dan belum terarah. Padahal, potensi Sumber Daya Manusia-nya terlihat jelas. Kawasan ini dipadati oleh mahasiswa yang merupakan masyarakat sipil terpelajar. Intinya, belum ada gerakan terarah yang bisa mengolaborasikan antara masyarakat dan mahasiswa untuk menyelesaikan masalah lingkungan Tamansari.

2.3 Kondisi Kekinian yang Dapat Diperbaiki melalui Gagasan yang Diberikan

Mahasiswa yang indekos di Tamansari berpotensi menjadi penggerak dan pelopor perwujudan Eco Life Style di kawasan padat penduduk tersebut. Teknologi yang kini semakin pesat menunjukkan semakin mudahnya “mengajak” kaum muda untuk ikut andil dalam memperbaiki lingkungan. Kondisi ini diperkuat dengan meningkatnya jumlah penduduk usia muda di masa yang akan datang (bonus demografi) yang secara alami memiliki gairah yang kuat untuk bergerak dalam pergerakan sosial. Munculnya media sosial pun menambah poin penting betapa mudahnya pergerakan jika terpublikasi dan terdokumentasi dengan baik.

(12)

mencapai tujuan bersama.

Penulis mengambil sebuah ide Green Kos Effect, sebuah konsep pemberdayaan pengelola dan penghuni kos melalui Green Habit. Konsep pemberdayaan berbasis masyarakat ini dikelola dalam sebuah wadah komunitas. Dengan adanya sebuah komunitas ini, seluruh pelaku kos di Tamansari, baik itu pemilik, pengelola, dan penghuni (mahasiswa) berkolaborasi dalam mewujudkan Tamansari sebagai kawasan Eco-District melalui gerakan sekaligus penyadaran akan pentingnya pola hidup ramah lingkungan kepada masyarakat luas.

Di era teknologi modern sekarang, informasi menyebar dengan sangat cepat. Sebuah gerakan kini menjadi trend sekaligus katalisator pembangunan Eco District yang mudah diterima masyarakat. Gerakan Pungut Sampah (GPS) Bandung, Gerakan Sejuta Biopori Bandung, Gebrak Indonesia, Gerakan Tinju Tinja, merupakan beberapa contoh gerakan yang mudah diterima dan diingat masyarakat. Sebuah gerakan tidak hanya akan mempercepat sosialisasi, namun menjadi sebuah brand bagi masyarakat yang terlibat aktif di dalamnya. Dengan model gerakan, solusi permasalahan lingkungan di Tamansari akan lebih mudah diketahui khalayak.

(13)

Tamansari Bandung.

Hasil observasi menunjukkan belum adanya arsip dan pendataan yang jelas mengenai jumlah kegiatan lingkungan hidup yang sudah dan telah dilakukan di Tamansari. Khusus pembangunan kos Tamansari, belum ada data yang presisi mengenai angka pertumbuhan kos setiap tahunnya. Oleh karena itu, adanya Green Kos Effect ini akan membantu pemerintah kota dalam mengakses kos-kosan di daerah Tamansari Bandung.

2.4 Pihak yang Berperan

Penulis menilai masyarakat Tamansari didominasi oleh pendatang dari daerah lain, yakni mahasiswa yang kemudian menetap (indekos) dalam jangka waktu tertentu. Mahasiswa tidak menutup kemungkinan berada di dalam jejaring aktivitas domestik di kawasan tersebut. Secara administratif, mahasiswa yang indekos di Tamansari adalah bagian dari masyarakat Tamansari yang ikut andil dalam kegiatan domestik. Di samping mahasiswa, tentu saja warga asli Tamansari, baik yang memiliki usaha kosan maupun tidak, menjadi pelaku aktivitas domestik. Oleh karena itu, sasaran (subjek) pemecahan masalah lingkungan Tamansari akan difokuskan kepada masyarakat (penghuni kos / mahasiswa, pemilik kos, dan warga Tamansari).

(14)

kemahasiswaan dan tri darma perguruan tinggi. Di samping mahasiswa, pelopor pemecahan masalah ini dapat melalui organisasi dan komunitas masyarakat. Keberadaan tokoh masyarakat pun dalam jejaring sosial diperlukan sebagai “juru kunci” masyarakat.

Social mapping terhadap masyarakat kawasan Tamansari akan mempercepat proses pemecahan masalah. Penulis menilai bahwa solusi permasalahan lingkungan Tamansari akan berjalan efektif jika melibatkan peran orang-orang yang memiliki “nilai pengaruh” bagi masyarakat. Melalui peran itulah, meraka akan menjadi inisiator dan inspirator bagi masyarakat kawasan lain.

Masyarakat Tamansari dan Mahasiswa Tamansari bersama-sama dengan pemerintah kota Bandung mewujudkan ide Green Kos Effect ini sebagai upaya pembentukan Eco Life Style dalam rangka menyambut Eco District Tamansari. Eco Life Style ini diupayakan terbentuk mulai dari pemeliharaan kelestarian lingkungan kos.

2.5 Langkah-langkah Strategis

Prakarsa Green Kos Effect ini dimulai dengan pembentukan komunitas yang befungsi sebagai koordintor. Komunitas ini terdiri dari elemen mahasiswa yang indekos di Tamansari serta beberapa pemilik kos. Perekrutan komunitas berlangsung secara terbuka (open recruitment) dan sukarela. Komunitas ini akan mengordinasikan seluruh rangkaian program Green Kos Effect kepada anggota. Selanjutnya, komunitas ini menjadi The Center of Green Kos, pusat tempat pelaporan pelaksanaan Green Habit di Tamansari.

(15)

dengan metode Focus Group Discussion (FGD) dari pengurus komunitas Green Kos Effect ke seluruh elemen masyarakat. Dalam hal ini, orang-orang yang dianggap memiliki “nilai pengaruh” dihadirkan. Selain FGD, sosialisasi dan

publikasi Green Habit melalui program Green Kos Effect ini dilakukan di media sosial, forum masyarakat (pengajian, PKK, posyandu, dll) serta tempat-tempat umum dimana masyarakat dapat berinteraksi secara luas (sekolah, lapangan, warung, kantin, MCK umum). Propaganda Green Habit akan selalu dipasang di titik-titik tertentu Tamansari sebagai bukti bahwa Tamansari tengah melakukan pembangunan nonfisik, yakni membangun pola hidup ramah lingkungan di kalangan pelaku kos.

Sosialisasi dan publikasi ditujukan agar gerakan Green Kos Effect ini menjadi gerakan masif dan menjadi branding Tamansari dalam menghadapi Eco District. Seluruh mahasiswa yang indekos di Tamansari akan menjadi anggota Green Kost Effect, begitu pula pemilik dan pengelola kos. Ke depannya, program ini akan diajukan sebagai gerakan sosial yang didukung oleh pemerintah Kota Bandung, pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah Republik Indonesia sebagai gerakan efektif yang dapat membangun karakter manusia terhadap lingkungan.

Gambar 2.5.1 Langkah Strategis Pewujudan Prakarsa Green Kos Effect

Program Green Kos Effect terdiri dari tiga fokus utama, yakni Air, Energi,

(16)

dan Limbah Domestik (Sampah). Ketiga fokus utama tersebut merupakan masalah penting yang sering dihadapi pelaku kos. Masyarakat Tamansari, khususnya pelaku kos secara bertahap membangun pola hidup dan etika terhadap penggunaan Air dan Energi serta pengelolaan sampah. Pemberdayaan dilakukan secara mudah, menguntungkan, dan menyenangkan.

Berikut ini penjelasan tiga aspek yang menjadi fokus utama gerakan Green Kos Effect.

1. Air

Kuantitas air di bumi ini relatif tetap karena adanya siklus hidrologi. Namun, kualitas air akan menurun sejalan dengan meningkatnya aktivitas manusia. Melalui Green Kos Effect, mahasiswa diajak untuk menggunakan air secara bijaksana. Pentingnya menjaga K3 (kuantitas, kualitas, kontinuitas) air akan disosialisasikan secara masif di media sosial maupun media lainnya. 2. Energi

Energi listrik di kalangan mahasiswa kini menjadi kebutuhan utama. Meningkatnya penggunaan barang-barang elektronik akan menimbulkan peningkatan kebutuhan energi listrik setiap harinya. Dengan adanya Green Kos Effect ini, mahasiswa diajak untuk hemat energi listrik dan mulai menggunakan barang-barang teknologi yang ramah lingkungan (Green Technology).

3. Sampah

(17)

petugas sampah setempat.

Khusus pengelolaan sampah, Green Kos Effect akan melibatkan seluruh elemen masyarakat terutama petugas sampah agar bersama-sama membangun kawasan Tamansari yang bersih dari sampah. Masing-masing pihak di TPS Tamansari akan menjadi pusat pengepulan untuk sampah yang masih bisa dijual. Selanjutnya, hasil penjualan sampah akan dibagikan sebagai fee bagi masyarakat dan pelaku kos yang ikut andil dalam komunitas Green Kos Effect.

Proses monitoring dilakukan secara berkala oleh aktivis Green Kos Effect, khususnya pengelola kos. Untuk menghindari adanya konflik kepentingan, pengelolaan sampah khusus di Tamansari ini akan diajukan kepada pemerintah daerah sebagai pengelolaan yang masif dan terpadu.

Gambar 2.5.2 Tiga Aspek Green Kos Effect

Di komunitas Green Kos Effect, hubungan antara pemilik kos dengan penghuni kos digambarkan sebagai berikut. Pertama, calon penghuni kos

(18)

(mahasiswa) yang akan menetap (indekos) di kos yang tergabung dalam Green Kos Effect akan diberikan pengarahan oleh pihak pengelola kos terkait Green Habit. Kedua, jika mahasiswa tersebut menerima program Green Habit, secara otomatis akan tergabung dengan komunitas Green Kos Effect yang ditandai dengan pemberian kartu anggota. Ketiga, mahasiswa yang sudah tergabung berhak dan wajib untuk tergabung dalam jaringan komunitas Green Kos Effect memiliki hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan dalam pembangunan pola hidup dan karakter Green Habit ini.

Secara sosial, Green Kos Effect akan memberdayakan pelaku kos sehingga membentuk pola hidup masyarakat yang ramah terhadap lingkungan. Melalui lingkungan kos, Green Habit di Tamansari akan tumbuh dan berkembang sehingga menjadi budaya yang dibanggakan masyarakat. Secara ekonomi, Green Kos Effect akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketiga fokus utama masalah lingkungan Tamansari yakni Air, Energi, dan Limbah domestik akan dijadikan sumber daya ekonomi masyarakat. Masyarakat yang tergabung dalam Green Kos Effect akan memperoleh profit (keuntungan) secara ekonomi dan lingkungan. Masyarakat akan memperoleh tabungan atau simpanan bonus jika melaksanakan hal-hal berikut:

1. Aktif dan partisipatif mengampanyekan Green Habit 2. Aktif dan partisipatif menanamkan nilai Green Habit 3. Aktif dan partisipatif mengikuti program Green Kos Effect

(19)

role model pergerakan Green Habitdi Bandung, Jawa Barat. Sikap semangat berkarya dan idealis mahasiswa tentu saja akan tertularkan kepada masyarakat luas melalui gerakan ini.

Gambar 2.5.3 Interaksi antar Pelaku Kos di Green Kos Effect

(20)

BAB III KESIMPULAN

1. Penanaman nilai-nilai Green Habit pada setiap pelaku (pemilik dan penghuni) kos di Tamansari dilakukan melalui metode persuasif di berbagai media. 2. Pemberdayaan masyarakat Tamansari, terutama pelaku kos di Tamansari

melalui program Green Kos Effect ini dilakukan dengan cara menjadi anggota komunitas Green Kos Effect dan mempelopori gerakan ini ke seluruh masyarakat Tamansari.

3. Semangat peduli dan gotong royong antar pelaku kos di Tamansari tercipta karena gerakan Green Kos Effect ini pun melibatkan stake holder Tamansari (pemerintah, komunitas, mahasiswa, masyarakat).

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Arianti, Fiki. (2013). Yuk Intip, 5 Kawasan Kumuh Terparah di Indonesia.

Diambil dari:

http://bisnis.liputan6.com/read/687844/yuk-intip-5-kawasan-kumuh-terparah-di-in donesia

Bandung Wetan Dalam Angka. (2013). Diambil dari : Badan Pusat

Statistik Kota Bandung website

http://bandungkota.bps.go.id/publikasi/bandung-wetan-dalam-angka-2013

Ecodistrict.org

Gambar

Gambar 2.1.1 Bagan timbulnya permasalahan kawasan Tamansari
Gambar 2.5.1 Langkah Strategis Pewujudan Prakarsa Green Kos Effect
Gambar 2.5.2 Tiga Aspek Green Kos Effect
Gambar 2.5.3 Interaksi antar Pelaku Kos di Green Kos Effect

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah nama yang jelas menggambarkan atribut merek dan manfaat memungkinkan konsumen untuk membuat keputusan pembelian informasi- dengan membiarkan mereka tahu apa

Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana melakukan inversi AVO dengan menggunakan atribut hasil pendekatan Aki &

Lapisan di permukaan Lapisan di permukaan bumi yang terdir bumi yang terdiri dari batuan i dari batuan adalah .… adalah .… A.. La Lapi pisa san n silisium magnesium

Berdasarkan paparan tinjauan teoritik di atas, maka asumsi-asumsi teoritik yang digunakan dalam studi ini adalah sebagai berikut: (1) klaim identitas suatu kelompok etnik

Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan limbah pabrik kertas (sludge), sabut kelapa dan sampah plastik sebagai bahan baku pembuatan panel bangunan ramah lingkungan yang

Masalah yang timbul saat ini adalah pencatatan untuk peminjaman dan angsuran pinjaman dicatat pada satu buku yang sama dan juga dicatat di kartu anggota

Kemudian, apa yang para siswa pelajari di sekolah apakah mempunyai kontribusi langsung terhadap sikap hidup, tujuan hidup, dan mencapai kebahagiaan hidup (bukan hedonis)?