• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH MACAM MACAM IMUNISASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH MACAM MACAM IMUNISASI"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

”MACAM-MACAM IMUNISASI”

Disusun Oleh :

LINDA WINARSIH

34403714066

2C

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan materi dengan judul “ Macam-macam Imunisasi” .

Selama penyusun karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menemui hambatan dalam mencari materi dari beberapa buku yang sesuai dengan materi dan akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna , oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan pengetahuan bagi para mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah Kota Tegal.

Tegal, November 2015

(3)

Daftar Isi

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Tujuan...2

1.2.1 Tujuan Umum...2

1.2.2 Tujuan khusus...3

1.3 Rumusan Masalah...3

BAB II...4

PEMBAHASAN...4

2.1 Pengertian...4

2.2 Apakah Imunisasi Aman?...5

2.3 Tujuan Imunisasi...5

2.4 Manfaat Imunisasi...6

2.5 Daftar Imunisasi Yang Diharuskan dan Dianjurkan Di Indonesia...7

2.6 Jenis Vaksin Yang Digunakan Di Indonesia...8

2.7 Jenis Imunisasi...8

2.8 Macam-Macam Imunisasi...9

2.9 Jadwal Pemberian Imunisasi...21

BAB III...23

PENUTUP...23

3.1 KESIMPULAN...23

3.2 SARAN...24

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan Program Imunisasi (PPI) merupakan program pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional Universal Child Immunization (UCI) pada akhir 1990. Tujuan program imunisasi dalam komitmen internasional (ultimate goal) adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi tetanus neonatorum (ETN), serta reduksi campak, yang akan dicapai pada tahun 2000. Sedangkan target UCI merupakan tujuan antara (intermediate goal) berarti cakupan imunisasi untuk BCG, DPT, polio, campak, dan hepatitis B, harus mencapai 80% baik di tingkat nasional, propinsi, kabupaten bahkan di setiap desa (Ismael, 2001).

Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat, ini terbukti dengan menurunnya angka kesakitan dan angka kematian bayi. Angka kesakitan bayi menurun 10% dari angka sebelumnya, sedangkan angka kematian bayi menurun 5% dari angka sebelumnya menjadi 1,7 juta kematian setiap tahunnya di Indonesia (Depkes RI/2009).

(5)

Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur dan Banten. Kampanye tahap ketiga akan dilakukan di semua provinsi yang ada di pulau Kalimantan dan Sulawesi.

Selama masa kampanye, masyarakat yang memiliki anak berusia di bawah lima tahun diminta membawa anak-anak mereka ke pos-pos pelayanan imunisasi yang ada di puskesmas, posyandu dan sarana kesehatan lain untuk mendapatkan vaksinasi polio oral dan suntikan vaksin campak. Kegiatan itu diharapkan dapat mencegah munculnya kasus baru penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi hingga saat ini kejadian penyakit tersebut masih ditemui dan bahkan menimbulkan kejadian luar biasa di beberapa daerah.

Pada hakekatnya masalah imunisasi tidak luput dari perhitungan untung rugi. Dengan imunisasi anak pasti dapat mencapai keuntungan bukan kerugian. Keuntungan pada imunisasi tidak terlihat dalam bentuk materi.Mungkin pula secara langsung dirasakan. Anak yang tidak mendapat imunisasi mempunyai resiko tinggi terjangkit penyakit infeksi dan menular. Penyakit ini mungkin menyebabkan ia cacat seumur hidup, gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak bahkan dapat berakhir dengan kematian.

1.2 Tujuan

1.2.1

Tujuan Umum

(6)

1.2.2

Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Imunisasi dan apakah imunisasi itu aman?

b. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dan manfaat imunisasi.

c. Mahasiswa mampu menjelaskan daftar imunisasi yang diharuskan dan dianjurkan di Indonesia.

d. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis vaksin dan jenis imunisasi.

e. Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam imunisasi dan jadwal pemberian imunisasi.

f. Mahasiswa mampu menjelaskan cara dan lokasi penyuntikan.

1.3 Rumusan Masalah

a. Apakah pengertian dari imunisasi, imunisasi aman atau tidak, tujuan dan manfaat imunisasi, daftar imunisasi yang diharuskan di indonesia, jenis vaksin di indonesia, jenis imunisasi, macam-macam imunisasi ? b. Bagaimana kita belajar tentang imunisasi, tahu tentang jadwal

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1

Pengertian

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. (blog-indonesia, 2008).

Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kesehatan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu (Depkes RI.1999).

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Depkes,2000). Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.

(8)

2.2 Apakah Imunisasi Aman?

Seiring timbul keraguan di masyarakat, apakah pemberian imunisasi aman bagi anak? Perlu diketahui, tidak ada satu pun tindakan medis yang 100% aman. Semua tindakan memiliki risik. Namun dengan prosedur pemberian yang tepat dan dilakukan oleh orang yang ahli dan kompeten di bidangnya, insya Allah pemberian imnisasi aman dilakukan.

Faktor keamanan merupakan aspek paling penting dalam pembuatan vaksin. Penelitian dan uji coba sebelum vaksin di edarkan memakan wakt puluhan tahun. Namun, seperti halnya obat-obatan yang sudah terbukti aman dikonsumsi, pemberian imunisasi terkandang menimbulkan efek samping bagi sebagian anak yang disebut dengan kejadian ikutan pasca imunisasi KIPI). Umunya KIPI hanya berupa reaksi ringan di area penyuntikan seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan. Terkadang reaksi disertai demam ringan 1-2 hari setelah imunisasi. Gejala tersebut umunya tidak berbahaya dan akan hilang dengan cepat.

2.3 Tujuan Imunisasi

(9)

2.4 Manfaat Imunisasi

Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi bagi anak adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberaa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, TBC, dan lain sebagainya.

Imunisasi tidak hanya bermanfaat untuk individu anak yang diimunisasi saja, namun juga memiliki manfaat yang lebih luas. Berikut diantara manfat imunisasi:

 Manfaat untuk anak

Tujuan pemberian imunisasi pada anak diharapkan akan memberikan fungsi seta manfaatnya dalam hal untuk melindungi bayi yang kadar imunitas tubuhnya masih sangat rentan dari penyakit yang bisa dan dapat untuk menyebabkan kesakitan, kecacatan, ataupun bahkan kematian bayi.

(10)

 Manfaat Untuk keluarga

Imunisasi juga memiliki bermanfaat bagi keluarga. Dengan pemberian imunisasi yang tepat, dapat membantu menghilangkan kecemasan orangtua dari risiko sakit yang akan diderita oleh anaknya. Selain itu juga menghemat biaya pengobatan bila anak sakit.

 Manfaat untuk komunitas

Manfaat imunisai tidak terbatas bagi individu, namun juga nagi komunitas masyarakat secara umum. Jika cakupan imunisasi cukup luas, dapat meningkatkan kekebalan komunitas yang bisa mencegah masyarakat terjangkit penyakit infeksi tertentu. Selain itu bagi negara juga bermanfaat untuk memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal sehat untuk melanjutkan pembangunan negara.

2.5 Daftar Imunisasi Yang Diharuskan dan Dianjurkan Di Indonesia

Yang Diharuskan:

 BCG (Bacillus Calmette Guerin)

 Hepatitis B

 DPT (Dipteri, Pertusis dan Tetanus)

 Polio

 Campak Yang Dianjurkan:

 MMR (Measles/ campak, Mump/ parotitis, Rubella/ campak jerman)

 HIB (Haemaphilus Influence B)

 Demam Typoid

(11)

2.6 Jenis Vaksin Yang Digunakan Di Indonesia

1. Vaksin dari kuman hidup yang dilemahkan

 Vaksin campak dalam vaksin campak

 Virus polio jenis sabin dalam vaksin polio

 Kuman TBC dalam vaksin BCG 2. Vaksin dari kuman yang dimatikan

 Bakteri pertusis dalam DPT

 Virus polio jenis salk dalam vaksin polio 3. Vaksin dari racun / toksin kuman yang dilemahkan

 Dibuat dari toksik (racun) yang dihasilkan oleh bakteri toksoid (TT)

 Dipteri toksoid dalam DTT 4. Vaksin yang terbuat dari bakteri khusus

 Hepatitis B merupakan recombinan / reaksi dari jamur

2.7 Jenis Imunisasi

Ada dua jenis imunisasi yaitu: a. Imunisasi aktif

b. Imunisasi pasif

(12)

dalam darah meningkat. Perbedaan yang penting antara jenis imunisasi aktif dan imunisasi pasif adalah:

1. Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam tubuh harus meningkat, pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang agak lebih lama untuk membuat zat anti itu dibandingkan dengan imunisasi pasif

2. Kekebalan yang terdapat dalam imunisasi aktif bertahan lama (bertahun tahun), sedangkan pada imunsiasi pasif hanya berlangsung beberapa bulan.

2.8 Macam-Macam Imunisasi

 Yang Diharuskan:

1. Imunisasi BCG

 vaksinasi dan jenis vaksin

Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Imunisai BCG (basillus calmette guerin) merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadi penyakit TBC yang berat, sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG.TBC yang berat contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC millier pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.

 Penjelasan penyakit

(13)

terhadap penderita TBC dan perbaikan keadaan social ekonomi. Seorang anak akan menderita TBC karena terhisapnya percikan udara yang mengandung kuman TBC yang berasal dari orang dewasa berpenyakit TBC.

 Cara imunisasi

Imunisasi BCG Diberikan pada bayi dengan usia 0-11 bulan, dan sebaiknya diberikan pada usia 0-2 bulan.Imunisasi BCG diberikan satu kali saja. Pada anak yang berumur lebih dari 2 tahun dianjurkan untuk melakukan uji mantoux sebelum imunisasi BCG, gunanya untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit TBC. Untuk imunisasi ulang diberikan pada saat anak umur 5 tahun.

 Reaksi imunisasi

Biasanya setelah suntikan BCG bayi tidak akan mendertita Demam. Bila ia demam setelah imunisasi BCG umumnya disebabkan oleh keadaan lain, untuk itu dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter.

 Efek samping

Umunya pada imunisasi TBC jarang dijumpai akibat samping. Mungkin terjadi pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya menyembuh sendiri walaupun lambat. Bila suntikan BCG dilakukan di lengan atas, pembengkakan kelenjar terdapat di ketiak atau leher bagian bawah. Suntikan di paha dapat menimbulkan pembengkakan di selangkangan. Komplikasi pembengkakan kelenjar ini biasanya disebabkan karena tehnik penyuntikan yang kurang tepat yaitu penyuntikan terlalu dalam.

 Indikasi kontra

(14)

2. Imunisasi DPT bentuk kemasan tunggal khusus bagi tetanus, dalam bentuk kombinasi DT (difteri, tetanus) dan kombinasi DPT (vaksin tripel). Vaksin difteri terbuat dari toksin kuman difteria yang telah dilemahkan. Biasanya diolah dan dikemas bersama sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT atau dengan tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.

 Penjelasan Penyakit

(15)

menjadi endemik pada lingkungan masyarakat dengan sosial ekonomi rendah karena banyaknya difteri kulit yang dialami anak-anak da menular dengan cepat. Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit ini adalah DPT pada anak dibawah 1 tahun (imunisasi dasar) dan DT pada anak kelas 1 dan VI SD (booster).

(16)

Pertusis : Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Bordetella pertusis dengan penularan melalui droplet. Masyarakat awam mengenalnya dengan istilah batuk rejan atau batuk 100 hari. Bahaya dari pertusis adalah pneumonia yang dapat menimbulkan kematian. Gejala awal berupa batuk pilek, kemudian setelah hari ke- 10 batuk bertambah berat dan sering kali disertai muntah. Untuk itu, imunisasi DPT adalah satu-satu cara pencegahan yang dapat dilakukan karena kekebalan dari ibu tidak bersifat protektif (Depkes, 2000). Pertussis atau penyakit batuk rejan atau lebih dikenal dengan batuk seratus hari, disebabkan oleh kumam bordetella pertusis. Gejala yang khas yaitu anak tiba tiba batuk keras secara terus menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan, keluar air mata dan kadang kadang sampai muntah, kadang disertai darah.

 Cara Imunisasi

Imunisasi DPT diberikan pada bayi pada usia 2-11 bulan, sebanyak 3 kali suntikan dengan selang waktu 4 minggu. Imunisasi ulang pertama dilakukan pada usia 1,5-2 tahun atau kurang lebih satu tahun setelah suntikan imunisasi dasar ketiga. Imunisasi ulang selanjutnya diberikan saat anak berumur 5-6 tahun dan saat berumur 10 tahun.

 Reaksi Imunisasi

Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan rasa nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari.

 Efek samping

(17)

 Indikasi kontra

Imunisasi tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks, anak dengan batuk yang duduga batuk rejan dalam tahap awal atau pada gangguan kekebalan.Untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, (batuk rejan) dan tetanus.

3. Imunisasi polio

 vaksinasi dan jenis vaksin

Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Ada empat strategi untuk pencapaian tujuan tersebut, yaitu imunisasi rutin OPV (oral polio virus) dengan cakupan tinggi, imunisasi tambahan, surveilans AFP dan infestigasi laboratorium, serta mop-up untuk memutus rangtai penularan terakhir. Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran darah yang masing masing mengandung virus polio tipe I, II dan II yaitu:

1. Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II dan III yang sudah dimatikan (virus salk), cara pemberiannya dengan penyuntikan. 2. Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II dan III yang masih

hidup tetapi telah dilemahkan (vaksin sabin), cara pemberiannya melalui mulut dalam bentuk pil atau cairan

 Penjelasan penyakit

(18)

kematian. Gejala yang umum dan mudah dikenal adalah anak mendadak menjadi lumpuh pada salahsatu anggota geraknya, setelah ia menderita demam selama 2-5 hari. Bila kelumpuhan itu terjadi pada otot pernafasan, mungkin anak akan meninggal karena sukar bernafas. Penyakit ini dapat langsung menular dari seorang penderita polio atau dengan melalui makanan.

 Cara imunisasi

Di Indonesia dipakai vaksin sabin yang diberikan melalui mulut. Imunisasi dasar diberikan pada usia 0-11 tahun, sebanyak 4 kali dengan selang waktu 4 minggu. Imunisasi ulang bisa diberikan 2 kali saat anak umur 5 tahun dan 10 tahun. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin epatitis B dan DPT.

 Reaksi imunisasi

Biasanya tidak ada, mungkin pada bayi akan terdapat berak barak ringan.

 Efek samping

Pada imunisasi polio hampir tidak ada efek samping. Bila ada, mungkin berupa kelumpuhan anggota gerajs eperti pada penyakit polio sebenarnya.

 Indikasi kontra

(19)

4. Imunisasi Campak

 vaksinasi dan jenis vaksin

Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Angka kejadian campak juga sangat tinggi dalam mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.

 Penjelasan penyakit

Penyakit campak sangat menular. Kuman penyebabnya ialah sejeni virus yang termasuk ke dalam golongan paramiksovirus. Gejala yang khas yaitu timbulnya bercak bercak merah di kulit, 3-5 hari setelah anak menderita demam, batuk atau pilek. Bercak merah ini semula timbul pada pipi di bawah telinga, kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota gerak.

 Cara imunisasi

Bayi baru lahir biasanya telah mendapat kekebalan pasif terhadap penyakit campk dari ibunya ketika dalam kandungan. Menurut WHO imunisasi campak cukup diberikan 1 kali suntikan saat bayi berumur 9-11 bulan, lebih baik lagi setelah umur 1 tahun. Gejala yang dapat diamati adalah demam yang disertai dengan timbulnya bercak merah di kulit.

 Reaksi imunisasi

(20)

 Efek samping

Sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Selain itu dapat terjadi radang otak berupa ensefalitis atau ensefalopati dalam waktu 30 hari setelah imunisasi.

5. Imunisasi Hepatitis B  vaksinasi dan jenis vaksin

Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis . kandungann vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair. Vaksin terbuat dari bagian virus Hepatitis B yang dinamakan HbsAg yang dapat menimbulkan kekebalan tetapi tidak menimbulkan penyakit. HbsAg ini dapat diperoleh dari serum manusia atau dengan cara rekayasa genetika dengan bantuan sel ragi. Angka kejadian hepatitis B pada anak balita juga sangat tinggi dalam mempengaruhi angka kesakitan dan kematian pada balita.

 Penjelasan penyakit

(21)

 Cara imunisasi

Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar sebanyak 3 kali, diberikan pada bayi berumur 0-11 bulan dengan selang waktu 1 bulan, tidak ada imunisasi ulang.

 Reaksi imunisasi

Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari. Reaksi lain yang mungkin terjadi ialah demam ringan.

 Yang Dianjurkan

1. Vaksin Haemophyllus Influenza tipe B (HiB):  Vaksinasi

Haemophyllus Influenza bukan virus influenza tetapi merupakan suatu bakteri gram negatif. Haemophyllus influenza terbagi atas jenis yang berkapsul dan tidak berkapsul. Kapsul polyribosiribitol phosphate (PRP) menentukan virulensi dari Hib. Vaksin Hib dibuat dari kapsul tersebut.

 Penjelasan penyakit

(22)

 Jadwal pemberian dan dosis:

Vaksin HiB diberikan sejak umur 2 bulan. PRP-OMP (Pedvax HiB – MSD) cukup diberikan 2 kali sedangkan PRP-T (Act-Hib – Aventis Pasteur) diberikan 3 kali dengan jarak waktu 2 bulan. Imunisasi dasar untuk Act Hib diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan, sedangkan Pedvax Hib diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ketiga 6 bulan tak diperlukan. Ulangan vaksin Hib diberikan pada umur 18 bulan. Apabila anak datang pada usia 1-5 tahun, vaksin Hib hanya diberikan 1 kali. Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml, secara intra muskular.

 Kontraindikasi

Vaksin tidak boleh diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan karena bayi tersebut belum dapat membentuk antibodi.

2. Vaksin MMR

(23)

pada umur 12-18 bulan, imunisasi campak 2 pada umur 5 – 6 tahun tidak perlu diberikan. Ulangan diberikan pada umur 10-12 tahun atau 10-12-18 tahun.

3. Demam Tifoid

Di Indonesia tersedia 2 jenis vaksin yaitu vaksin polisakarida suntikan dan oral. Polisakarida suntikan adalah vaksin capsular Vi polysakaride yaitu Typhim Vi (Aventis Pasteur) diberikan pada usia > 2 tahun, ulangan dilakukan setiap 3 tahun. Tifoid oral Ty21a yaitu Vivotif (Berna) diberikan pada umur > 6tahun, dikemas dalam 3 dosis dengan interval selang sehari (hari 1,3,5). Imunisasi ulangan dilakukan setiap 3-5 tahun.

4. Hepatitis A

Vaksin hepatitis A diberikan pada daerah yang kurang terpajan pada umur > 2 tahun. Yang telah beredar adalah Havrix (Glaxo Smith Kline), Avaxim (Aventis Pasteur) dan Vaqta (MSD). Vaksin diberikan secara (im) di daerah deltoid. Dosis Avaxim: dosis 0,5 ml berisi 160 unit, im, ulangan 6 bulan berikutnya. Dosis Havrix:

(24)

2.9 Jadwal Pemberian Imunisasi

Setiap negara memiliki jadwal imunisasi yang berbeda, karena dalam menentukan imunisasi yang diperlukan oleh anak-anak di suatu negara akan dinilai dari statistik kesehatan masing-masing negara.

Di indonesia terdapat program imunisasi yang disusun oleh pemerintah melalui Departemen Kesehatan Program Pengembangan Imunisasi (PPI-Depkes) dan ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menyusun Satgas Imunisasi PP IDAI. Adanya perbedaan jadwal imunisasi anak di beberapa praktek dokter sebenarnya karena disesuaikan dengan keadaan yang ada, misalnya keadaan tertentu bayi atau anak saat imunisasi, penyesuaian anak untuk mempermudah orangtua, atau adanya perubahan epidemiologi penyakit tertentu, yang semuanya ini sudah diperhitungkan oleh petugas kesehatan sehingga setiap jadwal yang diberikan tetap memberikan hasil yang terbaik. Dari jadwal yang terlihat berbeda-beda tersebut, secara umum sebenarnya masih berada dalam rentang jadwal yang dianjurkan oleh program Pengembangan Imunisasi (PPI-Depkes) maupun Satgas Imunisasi PP IDAI. Sehingga tidak perlu mempermasalahkan perbedaan jadwal imunisasi tersebut.

Jadwal imunisasi Departemen Kesehatan (PPI-Depkes):

No Vaksin Pemberian Selang Waktu Pemberian

Waktu pemberian

1. BCG 1 kali -- 0-11 bulan

2. Hepatitis B 3 kali 1 bulan 0-11 bulan

3. DPT 3 kali 1 bulan 2-11 bulan

4. POLIO 4 kali 1 bulan 0-11 bulan 5. CAMPAK 1 kali 1 bulan 9.11 Ulan

(25)

ini masih tinggi dan imunisasi ini memberikan perlindungan yang lama. Kelima jenis imunisasi ini diberikan secara gratis oleh pemerintah di puskesmas, posyandu, dan rumah sakit pemerintah.

Untuk jenis imunisasi tambahan, seperti MMR (Measles/ campak, Mump/ parotitis, Rubella/ campak jerman), Hib (Haemaphilus Influence B), demam tifoid, hepatitis A, pemerintah mengizinkan dan menganjurkan sepanjang bermanfaat untuk anak, yang disesuaikan dengan kesehatan masing-masing anak dan apakah imunisasi tersebut diperlukan. Pemberian ini bisa diputuskan oleh dokter dan orangtua. Biasanya jenis imunisasi tambahan diberikan oleh dokter praktik atau rumah sakit dan harganya relatif mahal.

Cara dan lokasi penyuntikan

NO Vaksin Tempat Cara Pemberian Dosis

1. BCG Lengan kanan atas

luar

IC 0,05 cc

2. Hepatitis B / DPT

Paha tengah

bagian luar

IM 0,5 cc

3. Polio Mulut Tetes 2 tetes

4. Campak Lengan kiri atas SC 0,5 cc

(26)

3.1 KESIMPULAN

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.

Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbilitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Daftar imunisasi yang diharuskan dan dianjurkan di Indonesia adalah: Yang Diharuskan:

 BCG (Bacillus Calmette Guerin)

 Hepatitis B

 DPT (Dipteri, Pertusis dan Tetanus)

 Polio

 Campak Yang Dianjurkan:

 MMR (Measles/ campak, Mump/ parotitis, Rubella/ campak jerman)

 HIB (Haemaphilus Influence B)

 Demam Typoid

 Hepatitis A

3.2 SARAN

(27)

1. Bagi setiap ibu agar selalu memperhatikan kesehatan bayinya yaitu harus selalu aktif ke posyandu atau tenaga kesehatan terdekat untuk di beri imunisasi karena dengan di beri imunisasi dapat mencegah bayi dalam berbagai macam penyakit.

2. Perlu peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang imunisasi di kalangan paramedis sehingga pelayanan kesehatan khususnya imunisasi dapat diberikan sesuai dengan standar asuhan pelayanan kesehatan.

3. Perlu pemberian pendidikan kesehatan kepada masyarakat yang sebenarnya tentang pentingnya imunisasi dan hal-hal yang berkaitan sehingga masyarakat tidak perlu takut membawa anaknya imunisasi.

(28)

(Achmadi, Umar Fahmi.2006.Imunisasi Mengapa Perlu?.Jakarta: Buku Kompas) (Aziz Alimul Hidayat, A.2008.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.Jakarta: Salemba Medika)

(Oktiawati, Anisa, dan Ita Nur Itsna.2014.Buku Panduan Praktik Laboratorium Keperawatan Anak.Yogyakarta: Deepublish)

(SR, Hardiko.2007.Mengawal Pertumbuhan Si Buah Hati.Klaten: Cempaka Putih) (Dwienda R, Octa, dkk.2014.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/ Balita dan Anak Prasekolah untuk Para Bidan.Yogyakarta: Deepublish)

(Wisma, Misfallah Tholabul ‘Ilmi.2013.Majalah Kesehatan Muslim. Yogyakarta: Pustaka Muslim)

Referensi

Dokumen terkait

Strategi peningkatan daya saing industri manufaktur untuk dapat meningkatkan kandungan lokal pada pembangunan PLTN di Indonesia meliputi: 1) Komitmen dan

Pokja Jasa Konsultansi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana pengaruh variabel self efficacy dan social support terhadap individual performance baik secara langsung atau melalui burnout

Sebagai kajian teoritis, filsafat Pancasila bisa dipahami dengan lebih mudah dengan cara melihat nilai-nilai yang terkandung dalam kata filsafat dan ideologi Pancasila

mengenai pemberitaan tentang persidangan kasus aliran dana suap wisma atlet SEA Games yang melibatkan Angelina Sondakh adalah Kompas cenderung banyak penekanan

KEPEGAWAIAN PADA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA NEGERI SIJUNJUNG” yang dalam perancangan sistem informasi ini penulis menggunakan Bahasa Pemograman PHP, dan Database

Setelah itu, skenario 4 peramalan debit coba dilakukan dengan data asli yang diasumsikan bila data asli yang dimiliki tidak sampai 10 tahun, hal ini digunakan untuk mengecek berapa

Apabila hasil penjualan barang dan jasa tidak dapat menutupi beban yang langsung terkait dengan barang dan jasa tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan sulit