• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan DED Detail Engineering Design

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penyusunan DED Detail Engineering Design"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

IV - 1

BAB IV APRESIASI DAN INOVASI

4.1.

GAMBARAN UMUM KABUPATEN PELALAWAN

1. Letak Geografis dan Luas Wilayah

Kabupaten Pelalawan terletak di Pesisir Pantai Timur pulau Sumatera

antara 1,25’ Lintang Utara sampai 0,20’ Lintang Selatan dan antara

100,42’ Bujur Timur sampai 103,28’ Bujur Timur dengan batas wilayah

adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Sungai Apit, Kecamatan

Siak Kabupaten Siak dan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten

Bengkalis.

 Sebelah Selatan, berbatasan dengan kecamatan Katema, Kecamatan

Mandah, Gaung Kabupaten Indragiri Hilir dan kecamatn Rengat, Kecamatan Pasir Penyu, Kecamatan Peranap, Kualu Cenayu kabupaten

Indragiri hulu serta, kecamatan kuantan hilir, kecamatan sengingi

kabupaten sengingi.

 Sebelah Barat, berbatasan dengan Kecamatan kampar kiri, kecamatan siak hulu kabupaten Kampar dan kecamatan Rumbai dan Tenayan

Raya.

 Sebelah Timur,berbatasan dengan Propinsi Kepulauan Riau.

Luas wilayah Kabupaten Pelalawan Kurang lebih 1.325.67 ha atau 13.21%

dari luas Propinsi Riau (9.456.160 ha). Kabupaten Pelalawan terdiri dari 12 Kecamatan dengan Kecamatan terluas adalah Kecamatan Teluk Meranti

yaitu 424.600 ha (32.03%) dan yang paling kecil adalah Kecamatan

Pangkalan Kerinci dengan luas 19.250 ha atau 1,45% dari luas Kabupaten

Pelalawan.

(2)

IV - 2

Secara u m u m b e n t a n g a la m d i k a b u p a t e n p e la la w a n

m e r u p a k a n d a e r a h la n d a u a t a u dataran rendah, perbuk itan dan daerah berawa- berawa. Dataran rendah ini m em bentang

k earah tim ur m encak up wilayah seluas ±1. 092. 933 ha atau

sek itar 87, 50 % dari total luas wilayah kabupaten pelalawan (± 1.325.670 ha). B e r d a s a r k a n d a t a y a n g la i n d a p a t d i j e la s k a n

b a h w a w i la y a h k a b u p a t e n p e la la w a n m erupak an lahan deng an m orf olog i yang datar atau landau, berg elom bang sam pai

ag ak berbuk it. Berdasark an peta rupa bum i deng an sk ala 1 : 50. 000.

4.2. PENGERTIAN PARIWISATA

Menurut Yoeti (1996) kata pariwisata sesungguhnya baru popular di Indonesia setelah diselenggarakannya musyawarah nasional Touristme ke II di Tretes Jawa Timur, pada

tanggal 12 sampai dengan 14 Juni 1958. Sebelumnya, kata ganti pariwisata yang

digunakan kata touristme yang berasal dari bahasa Belanda yang sering pula diindonesiakan menjadi turisme. Pada waktu pembukaan musyawarah yang diadakan

di gedung pemuda Surabaya, Presiden RI pertama Soekarno dalam amanatnya yang disampaikan kepada peserta musyawarah, menanyakan kepada Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Prijono, perkataan Indonesia apakah yang paling tepat untuk menggantikan kata Tourisme. Dalam jawabannya kepada Presiden Ir. Soekarno

Prijono memberi penjelasan, bahwa sebagai pengganti kata Tourisme dapat digunakan kata

dharmawisata untuk perjalanan antar kota (dalam negeri), sedangkan untuk

perjalanan antar benua (luar negeri) tepat digunak an kata pariwisata. Pada waktu

itulah diresmikan pengganti kata tourisme menjadi kata pariwisata oleh Presiden Ir.

Soekarno dan atas dasar itu pula, pada tahun 1960 istilah Dewan Pariwisata Indonesia (Depari). Adapun orang yang berjasa mempopulerkan kata pariwisata itu adalah

Jendral GPH Jatikusumo yang pada waktu itu menjabat Menteri Perhubungan

Darat, Pos dan Telekomunikasi dan Pariwisata. Secara etimologis kata pariwisata

yang berasal dari bahasa sansekerta, sesungguhnya bukanlah berarti tourisme (bahasa belanda) atau tourism (bahasa inggris). Kata pariwisata terdiri dari dua suku kata

yaitu masing-masing kata pari dan wisata.

(3)

IV - 3

2. Wisata, berarti perjalanan, berpergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata

travel dalam bahasa inggris.

Atas dasar itu, maka kata pariwisata seharusya diartikan sebagai perjalanan yang

dilakukan berkali-kali atau berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain. Lebih

lanjut, pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan dengan tujuan dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Wisatawan melakukan

aktivitas selama mereka tinggal di tempat tujuan wisata dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan (Marpaung, 2002). Menurut Murphy dalam

Pitana dan Gayatri (2005), pariwisata adalah keseluruhan dari elemen-elemen terkait (wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lain-lain) yang

merupakan akibat dari perjalan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut dilakukan secara tidak permanen. Selanjutnya pengertian

pariwisata jika di lihat dalam Undang-undang Republik Indonesia No.9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan dalam Pasal 1 menyatakan :

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebahagian dari kegiatan tersebut yang

dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati Objek dan daya tarik wisata.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk

pengusaha Objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

e. Usaha kepariwisataan adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa

pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan Objek dan daya tarik wisata,

usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut.

f. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. g. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang di bangun atau

disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Dari beberapa pendapat di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pariwisata adalah

suatu kegiatan atau perjalanan manusia yang sifatnya untuk sementara waktu yang dilakukan berdasarkan kehendaknya sendiri, dengan tujuan bukan untuk

berusaha, bekerja atau menghasilkan uang, akan tetapi untuk melihat atau

(4)

IV - 4

4.3. PERANAN OBJEK WISATA

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Peranan berasal dari kata peran. Peran

memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang di miliki oleh yang

berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Berdasarkan pengertian diatas, di ambil kesimpulan bahwa

yang di maksud dengan peranan adalah suatu tingkatan kedudukan atau tugas utama yang harus dilaksanakan yang dilakukan oleh m anusia dalam melaksanakan suatu

kegiatan dari :

1. Objeknya sudah ada akan tetapi masih belum sempurna maka akan dijadikan

sempurna, atau yang sedikit dijadikan menjadi banyak, diluaskan atau di perindah.

2. Objeknya sudah sempurna di pelihara terus menerus untuk diwariskan pada generasi yang akan datang.

Di atas telah dijelaskan pengertian peranan adalah suatu tingkatan kedudukan atau

tugas utama yang harus dilaksanakan yang dilakukan oleh manusia dalam melaksanakan suatu kegiatan dengan berbagai cara sehingga dapat menjadi keadaan

yang lebih baik dari semula atau dijadikan banyak, diluaskan, diperindah atau dipelihara keadaan Objek tetap lestari.

Bila dihubungkan dengan pengertian Objek pariwisata, maka yang di maksud dengan peranan Objek pariwisata adalah suatu tingkatan kedudukan atau tugas yang harus

dilaksanakan manusia untuk memelihara, mengembangkan, meluaskan, memperindah, menambah fasilitas yang ada di Objek pariwisata, dengan tujuan

untuk menarik minat orang berkunjung di Objek pariwisata.

Sebelum wisatawan mengunjungi Objek pariwisata, maka perlu mengetahui terlebih

dahulu tentang keadaan Objek yang akan dikunjunginya, seperti :

a. Fasilitas transportasi yang akan membawanya dari dan daerah tujuan wisata yang ingin dikunjunginya.

b. Fasilitas akomodasi yang merupakan tempat sementara tinggal di daerah tujuan wisata yang di kunjunginya.

c. Fasilitas tempat makan dan minum yang lengkap dan sesuai dengan selera wisatawan tersebut.

(5)

IV - 5

e. Aktifitas rekreasi yang dapat dilakukan di tempat yang akan di kunjungi.

f. Fasilitas perbelanjaan.

Dari keterangan di atas, Penulis mengambil kesimpulan agar wisatawan tertarik

untuk mengunjungi Objek pariwisata yang perlu dikembangkan adalah :

1. Objek wisata.

2. Prasarana dan sarana wisata

3. Promosi Objek pariwisata

4. Pelayananan terhadap wisatawan

4.4.

OBJEK WISATA

Objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke

suatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka Objek wisata harus di rancang dan di bangun atau di kelola secara profesional

sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Membangun suatu Objek wisata harus di rancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria yang cocok dengan daerah

wisata tersebut. Objek wisata umumnya berdasarkan pada :

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan

bersih.

2. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. 3. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka

4. Objek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, huta, dan sebagainya.

5. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang

terkandung dalam suatu Objek buah karya manusia pada masa lampau.

4.5.

PRASARANA DAN SARANA WISATA

a. Prasarana Objek Wisata

Prasarana Objek wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan

manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal,

(6)

IV - 6

di daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut perlu di bangun

dengan disesuaikan dengan lokasi dan kondisi Objek wisata yang bersangkutan.

Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan

lokasi akan meningkatkan aksesbilitas suatu Objek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik Objek wisata itu sendiri. Di

samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti

bank, apotek, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat perbelanjaan dan lain-lain.

Dalam pembangunan prasarana wisata pemerintah lebih dominan, karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut,

seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah, dan sebagainya, yang tentu saja

meningkatkan kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat disekitarnya. b. Sarana Objek

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati

perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun Objek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan

wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang di maksud. Berbagai

sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel,

biro perjalanan, alat transportasi, restoran, dan rumah makan serta

sarana pendukung lainnya. Tidak semua Objek wisata memerlukan sarana

yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuikan dengan kebutuhan wisatawan.

Sarana wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kualitatif menunjukkan pada mutu

pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu

pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah di susun suatu

(7)

IV - 7

sehingga penyediaan sarana wisata tinggal memilih atau menentukan jenis

dan kualitas yang akan disediakan.

4.6.

KONSEP FASILITAS WISATA

Fasilitas wisata ialah pelengkap daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dari wisatawan yang sedang menikmati perjalanan

wisata. Fasilitas wisata dibuat untuk mendukung konsep atraksi wisata yang

sudah ada. Karena itu selain daya tarik wisata, kegiatan wisata yang dilakukan wisatawan membutuhkan adanya fasilitas wisata yang menunjang kegiatan

wisata tersebut. Sehingga pada akhirnya setiap komponen saling berkaitan dalam rangkaian wisata perjalanan mulai dari daya tarik wisata, kegiatan

wisata, sampai dengan fasilitas wisata merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Mill (2000:24) “Facilities sevice them when they get there”. Fasilitas wisata adalah salah satu hal yang memenuhi kebutuhan dari wisatawan yang

melakukan perjalanan wisata sesampainya mereka di atraksi wisata. Komponen dari fasilitas perjalanan terdiri dari unsur alat transportasi,

fasilitas akomodasi, fasilitas makanan-minuman dan fasilitas yang lainnya

sesuai dengan kebutuhan perjalanan. Adapun Fasilitas terbagi sebagai berikut:

1. Akomodasi

Akomodasi diperlukan oleh wisatawan yang sedang berkunjung ke atraksi

wisata untuk tempat tinggal sementara sehingga dapat beristirahat sebelum melakukan kegiatan wisata selanjutnya. Dengan adanya

akomodasi membuat wisatawan untuk tinggal dalam jangka waktu yang cukup lama untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Hal-hal yang

berkaitan dengan akomodasi wisata sangat mempengaruhi wisatawan

untuk berkunjung seperti pilihan akomodasi, jenis fasilitas dan pelayanan

yang diberikan, tingkat harga, serta jumlah kamar yang tersedia.

2. Tempat makan dan minum

Tentu saja dalam melakukan kunjungan ke tempat wisata para wisatawan

yang datang memerlukan makan dan minum sehingga perlu disediakannya

pelayanan makanan dan minuman. Hal tersebut mengantisipasi bagi para

(8)

IV - 8

Makanan khas daerah wisata pub dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan

yang datang. Hal yang perlu dipertimbangkan yaitu jenis makanan dan minuman, ke-higienisan, pelayanan, harga, bahkan lokasi pun menjadi

salah satu faktor untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.

3. Fasilitas umum di lokasi wisata

Fasilitas umum yang dimaksud adalah fasilitas penunjang tempat wisata

seperti toilet umum, tempat parkir, musholla, dll. Pembangunan fasilitas wisata di daerah tujuan wisata maupun objek wisata harus disesuaikan

dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitiatif. Fasilitas wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah fasilitas wisata

yang harus disediakan, dan secara kualitatif menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan dan tercermin pada kepuasan wisatawan.Gamal

Suwantoro (2004:22).

Pemaparan Soekadijo (1997:95) mengenai syarat-syarat fasilitas yang baik

sebagai berikut:

 Bentuk dari fasilitas harus dapat dikenal (recognizable).  Pemanfaatan fasilitas harus sesuai dengan fungsinya.

 Fasilitas harus strategis, dimana pengunjung dapat menemukannya dengan mudah.

 Kualitas dari fasilitas itu sendiri harus sesuai dengan standar-standar yang berlaku dalam kepariwisataan.

4.7.

KONSEP AKSESIBILITAS WISATA

Aksesibilitas merupakan salah satu faktor yang membantu mempermudah

perjalanan wisata para wisatawan yang akan berkunjung ke tempat atraksi wisata. Menurut Sammeng (2000:36) Salah satu komponen yang sangat penting

dalam kegiatan pariwisata adalah aksesibilitas atau kelancaran perpindahan

seseorang dari satu tempat ke tempat lain. Perpindahan tersebut bisa

berjarak dekat ataupun berjarak jauh.

Komponen askesibilitas dikategorikan ke dalam dua sifat dasar oleh Hainim (1999:21) yaitu sifat fisik dan non fisik. Aksesibilitas yang bersifat fisik dapat

dikategorikan ke dalam suatu bentuk kemudahan-kemudahan yang tersedia

menyangkut ketersediaan prasarana dan sarana jaringan transportasi yang

(9)

IV - 9

transport) ataupun yang tidak berjadwal (non scheduled transport).

Sementara aksesibilitas yang bersifat non fisik, menyangkut suatu bentuk kemudahan pencapaian melalui jalur perizinan atau permit, biasanya

aksesibilitas dalam kategori non fisik ini ditujukan bagi daerah tujuan wisata

yang dilindungi dan dibatasi frekuensi maupun kuantitas kunjungannya.

4.8.

PROMOSI OBJEK PARIWISATA

Pemasaran adalah seluruh kegiatan untuk mempertemukan permintaan dan penawaran, sehingga pembeli mendapat kepuasan dan penjual mendapat keuntungan

maksimal dengan resiko serendah-rendahnya (James.J.Spillane dalam Ediwarsyah 1987). Menurut Mursid (2003) Pemasaran adalah semua kegiatan usaha yang bertalian

dengan arus penyerahan barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen. Lebih lanjut Winardi dalam Ediwarsyah (1986) mengatakan bahwa pemasaran adalah

aktifitas dunia usaha yang berhubungan dengan arus benda-benda serta jasa-jasa dari produksi sampai konsumsi dimana termasuk tindakan membeli, menjual,

menyelengarakan reklame, menstandarisasi, pemisahan menurut nilai, mengangkut, menyimpan benda-benda, serta informasi pasar. Berdasarkan keterangan di atas

dapat di ambil kesimpulan pemasaran adalah suatu kegiatan usaha perdagangan baik

dalam bentuk barang-barang atau jasa, yang dilakukan oleh Si penjual kepada Si pembeli, didalamnya termasuk tindakan memperkenalkan barang-barang dan jasa,

menjual, membeli, menstandarisasi dengan tujuan untuk memberi kepuasan antara Si penjual kepada Si pembeli dengan melalui proses pertukaran. Berdasarkan

keterangan di atas di ambil kesimpulan bahwa dalam kegiatan pemasaran maka akan ada kegiatan promosi, karena promosi ini sangat diperlukan untuk mempertemukan

antara produsen dengan konsumen, memperkenalkan jenis dan mutu barang dan jasa yang dihasilkan sehingga antara Si pembeli dan Si penjual mendapat kepuasan.

Promosi adalah usaha untuk memajukan sesuatu, kerap kali istilah promosi

dihubungkan dengan misalnya kepariwisataan, perniagaan yang berarti usaha untuk

memajukan kedua bidang tersebut. Karena tujuan promosi adalah :

a. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada pihak luar. b. Untuk meningkatkan penjualan

c. Sebagai sarana untuk memberitahukan kepada pihak luar tentang kehebatan

(10)

IV - 10

d. Ingin mengetengahkan segi kelebihan perusahan atau produk atau jasa terhadap

saingan.

Bila dikaitkan dengan kepariwisataan maka yang menjadi sasaran promosinya adalah

Objek pariwista, yaitu dengan cara memaparkan keadaan daya tarik dari wisata

tersebut, sarana dan prasarana yang telah tersedia di Objek pariwisata, sehingga menimbulkan keinginan orang untuk berkunjung di Objek pariwisata tersebut.

Berdasarkan gambaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan promosi Objek pariwisata adalah :

1. Agar masyarakat mengetahui bahwa ada Objek paiwisata yang baik untuk di kunjungi.

2. Untuk meningkatkan jumlah arus kunjungan wisatawan.

3. Untuk menunjukkan pada wisatawan tentang keadan Objek wisata yang

mempunyai sifat spesifik dan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan Objek pariwisata lainnya.

4. Untuk meningkatkan sumber pendapatan masyarakat terutama yang ada di

lingkungan Objek pariwisata.

4.9.

PELAYANAN TERHADAP WISATAWAN

Pelayanan berasal dari kata pelayan yang artinya orang yang pekerjaannya melayani orang lain. Dari kutipan di atas, bila dikaitkan dengan pengertian pelayanan terhadap

wisatawan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan orang untuk membantu atau melayani kepentingan wisatawan dalam rangka memenuhi kebutuhan

atau keinginan wisatawan.

Dalam melakukan pelayanan terhadap wisatawan ada beberapa faktor yang perlu

diperhatikan dalam kegiatan pelayanan terhadap wisatawan di Objek pariwisata yaitu:

1. Ramah tamah dalam menerima wisatawan.

2. Jujur melayani wisatawan, terutama dalam memenuhi kebutuhan wisatawan di

Objek pariwisata.

3. Kesediaan masyarakat membantu wisatawan dalam memenuhi kebutuhannya di Objek pariwisata.

(11)

IV - 11

bendanya.

4.10.

PROSES PERANCANGAN

A. Prosedur Perancangan

1. Proses berfikir dan penelusuran masalah

Proses perancangan sesuangguhnya selayaknya bermula dari proses

berfikir dan menelusuri masalah (problem seeking) dan tidak langsung

pada pemecahan masalah (problem solving). Prosedur perancangan semacam ini telah digagas oleh Caudill Rowlett pada tahun 1960-1970

an, sebagai pionir dalam pendekatan perancangan secara sistematis dalam kegiatan programming. Langkah ini dimulai dari pengumpulan

data, baik melalui wawancara dengan klien, survai lapangan, survai sosial ekonomi budaya, survai atas preseden arsitektur, dan lain

sebagainya.

2. Ragam prosedur perancangan

Proses perancangan arsitektur adalah suatu ilmu dan sekaligus seni, dan karena itu bukan merupakan sesuatu yang eksak dan matematis.

Oleh sebab itu, tidak satu pendekatan yang dianggap paling jitu untuk

suatu perancangan arsitektur tertentu. Ada banyak prosedur pendekatan, memiliki prinsip yang sama, yang dapat diterapkan sesuai

dengan konteks, karakteristik proyek, dan atau bahkan berdasarkan selera Arsitek.

B. Basis Pengetahuan Perancangan Arsitektur

Sumber untuk penyusunan konsep desain, paling tidak berbasis pada tiga pengetahuan dasar :

1. Preseden dalam arsitektur: Suatu telaah terhadap karya yang sudah

ada dan dianggap berhasil.

2. Prinsip-prinsip dalam arsitektur: Berupa gagasan yang menjadikan

karya arsitektur berhasil

3. Templates dalam arsitektur: .Pola-pola yang lazim digunakan dan

berhasil.

Sementara itu, lingkup konsep desain arsitektur sendiri, mencakup empat

(12)

IV - 12

a. Aspek konseptual, mencakup filosofis dan gagasan: Tujuan, dan

aspirasi perancang yang mengakomodasi aspirasi Klien.

b. Aspek programanik, meliputi fungsi dan interelasi: Kebutuhan manusia

dan aktivitas baik secara kuantitatif maupun kualitatif

(Pengelompokkan fungsional, sirkulasi, hubungan massa dan ruang) . c. Aspek kontekstual, mencakup tapak dan lingkungan: Tanggapan

terhadap lingkungan fisik dan non fisik.

d. Aspek formal terdiri atas bentuk dan ruang: Konstruksi geometrik,

konfigurasi ruang, bentukan massa dan ruang

4.11.

KRITERIA PERANCANGAN

a. Kriteria Umum

Desain harus memperhatikan kriteria umum bangunan, yang disesuaikan

dengan fungsi dan kompleksitas bangunan, yaitu :

1) Persyaratan Peruntukan dan Intensitas : Menjamin bangunan gedung

didirikan berdasarkan ketentuan tata ruang dan tata bangunan yang

ditetapkan di daerah yang bersangkutan; Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat, dan lingkungan.

2) Persyaratan Arsitektur dan Lingkungan: Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang didirikan berdasarkan karakteristik lingkungan,

ketentuan wujud bangunan, dan budaya daerah, sehingga seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya (fisik, social dan budaya);

Menjamin bangunan gedung dibangun dan dimanfaatkan dengan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

3) Persyaratan Struktur Bangunan: Menjamin terwujudnya bengunan

gedung yang dapat mendukung beban yang timbul akibat perilaku alam

dan manusia; Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan

kecelakaan atau luka yang disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan; Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau

12kerusakan benda yang disebabkan oleh perilaku struktur; Menjamin

perlindungan property lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkan

(13)

IV - 13

4) Persyaratan Ketahanan terhadap kebakaran: Menjamin terwujudnya

bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang timbul akibat perilaku alam dan manusia; Menjamin terwujudnya bangunan gedung

yang dibangun sedemikian rupa sehingga mampu secara struktural

stabil selama kebakaran.

5) Persyaratan Sarana Jalan Masuk dan Keluar: Menjamin terwujudnya

bangunan gedung yang mempunyai akses yang layak, aman dan nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan di dalamnya;

Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari kesakitan atau luka saat evakuasi pada keadaan darurat.

6) Persyaratan Pencahayaan Darurat, Tanda arah Keluar, dan Sistem Peringatan bahaya: Menjamin tersedianya pertandaan dini yang

informatif di dalam bangunan gedung apabila terjadi keadaan darurat: Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman,

apabila terjadi keadaan darurat.

7) Persyaratan instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Komunikasi: Menjamin terpasangnya instalasi listrik secara cukup dan aman dalam

menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya; Menjamin terwujudnya keamanan bangunan

gedung dan penghuninya dari bahaya akibat petir; Menjamin tersedianya sarana komunikasi yang memadai dalam menunjang

terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.

8) Persyaratan Sanitasi Lingkungan dan dalam Bangunan: Menjamin

tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang

terselenggaranya kegiatan baik di lingkungan kawasan maupun di

dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya; Menjamin terwujudnya kebersihan, kesehatan dan memberikan kenyamanan bagi

penghuni bangunan dan lingkungan; Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan sanitasi secara baik.

9) Persyaratan Ventilasi dan Pengkondisian Udara: Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, secara alami dalam

menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung sesuai

dengan fungsinya; Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan

(14)

IV - 14

10)Persyaratan Pencahayaan: Menjamin terpenuhinya kebutuhan

pencahayaan yang cukup, baik alami maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung sesuai dengan

fungsinya; Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan

pencahayaan secara baik.

11)Persyaratan Kebisingan dan Getaran: Menjamin terwujudnya kegiatan

yang nyaman dari gangguan suara dan getaran yang tidak diinginkan; Menjamin adanya kepastian bahwa setiap usaha atau kegiatan yang

menimbulkan dampak negative suara dan getaran perlu melakukan upaya pengendalian pencemaran dan atau mencegah perusakan

lingkungan.

b. Kriteria Khusus

Kriteria khusus menyangkut syarat – syarat yang khusus baik dari segi fungsi khusus bangunan maupun segi teknis lainnya, misalnya :

1) Dikaitkan dengan upaya pelestarian atau konservasi bangunan yang ada 2) Kesatuan perencanaan bangunan dengan lingkungan yang ada

disekitar, seperti dalam rangka implementasi penataan bangunan dan lingkungan.

3) Solusi dan batasan – batasan kontekstual, seperti faktor sosial budaya setempat, geografi klimatologi, dan lain – lain.

4) Penggunaan material yang mampu bertahan lama, misalnya untuk 50

tahun terhadap ketahanan cuaca, mudah pemeliharaan dan up to date.

5) Bangunan harus fungsional, efisien, menarik tapi tidak berlebihan.

6) Kreatifitas desain hendaknya ditekankan pada kemampuan mengadakan sublimasi antara fungsi teknik dan fungsi sosial bangunan.

7) Dengan batasan tidak mengganggu produktivitas kerja, biaya investasi dan pemeliharaan bangunan sepanjang umurnya, hendaknya

diusahakan serendah mungkin.

8) Bangunan gedung hendaknya menjadi generator dan ikut meningkatkan

(15)

IV - 15

4.12.

PROGRAM AKTIVITAS

Penyusunan program aktivitas dimaksudkan untuk memberikan kemudahan

dan kelancaran bagi berjalannya aktivitas/fungsi menurut prioritas keterkaitan antara fungsi satu dengan fungsi yang lain dalam suatu sistem

progamming yang terpadu. a. Pengelompokkan Aktivitas

Kegiatan yang akan diwadahi dalam bangunan, harus dikelompokkan

berdasarkan karakter dan jenis kegiatan. Misalnya, kelompok kegiatan utamadan kelompok kegiatan penunjang.

b. Hubungan Antar Aktivitas

Dari keragaman aktivitas yang akan ditampung, perlu ditelusuri beberapa

hal yang akan menjadi pertimbangan/ kriteria dalam pengkajian hubungan antar kegiatan dalam bentuk prioritashubungan seperti dibawah ini :

1) Jenjang/hirarki kegiatan, kegiatan disusun berdasarkan tingkat urgensi dari kegiatan tersebut.

2) Kesinambungan/urutan. Kegiatan yang berkesinambungan adalah aktivitas dalam rangkaian yang saling bersambungan/berlanjut.

3) Percampuran kegiatan. Kegiatan yang memiliki kesetaraan atau

keserupaan.

4) Pemisahan kegiatan. Kegiatan yang memiliki perbedaan. Dalam rangka

pengumpulan, analisis, dan sintesis untuk penyusunan program tersebut, diperlukan konsultansi intensif dengan pengguna jasaklien).

Review dan umpan balik dari pengguna jasa akan dianalisis dan dipadukan dengan kapasitas dan pengalaman (preseden) Perancang.

4.13.

PROGRAM RUANG DAN MASSA BANGUNAN

Penyusunan bentuk hubungan ruang dan massa akan membentuk suatu

tatanan ruang dan massa bangunan yang terpadu, dengan mutu kinerja arsitektural yang sesuai dengan fungsi dan karakteristik tataan bangunan yang

dirancang.

a. Pemilahan Ruang/Aktivitas

(16)

IV - 16

b. Sistem Ruang dan Massa

Konsep tataan ruang dan massa bangunan dirumuskan untuk menentukan kinerja arsitektural dan fungsional dari bangunan, sehingga berkualitas

sebagai suatu wadah kegiatan. Kriteria yang menentukan kualitas gubahan

ruang dan massa bangunan, adalah sebagai berikut: 1) Orientasi massa bangunan

2) Jarak antar massa dengan bangunan di sekitarnya, yang akan menentukan kelayakan proporsi besaran ruang dan massa.

3) Hirarki ruang dan massa

Referensi

Dokumen terkait

Thamarat al-Muhimmah ini. Beliau menyentuh perkara tersebut di dalam fasal ketiga, bab pertama manuskrip tersebut. Beliau memulakan perbincangan beliau tentang topik

Tujan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah untuk mengetahui bagaimanakah kemampuan siswa kelas delapan SMP N 2 Sukolilo Pati dalam menulis teks narasi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga skim penyelesaian soal Pythagoras pada segitiga yaitu skim akar kuadrat penjumlahan sisi kuadrat, skim akar kuadrat pengurangan

19661224 200003 1 003 DAFTAR PROGRAM KEGIATAN PENGADAAN BARANG/ JASA. RSUD DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUM

Memperhatikan ketentuan-ketentuan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diubah terakhir dengan

Setelah briket bioarang jadi kemudian dilakukan analisa kualitas briket yaitu analisa kerapatan, kadar air, kadar volatile matter, kadar abu, kadar karbon (C)

Kelompok sampel yang terpilih diberikan tes akhir hasil belajar kognitif sesudah pembelajaran materi hukum newton selesai sebagai alat evaluasi untuk mengetahui

Hasil penelitian yang dilakukan selama 1 bulan menunjukan bahwa perlakuan dengan formulasi pakan kotoran ayam dengan persentase yang berbeda terhadap pertumbuhan