LAPORAN PRAKTIKUM ALGOLOGI
Disusun oleh :
Nama : Iqbal Muhammad B
NIM : H1K013049
Kelompok : 3
Asisten : Safira
ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
DAFTAR
ISI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...18
Hasil... 18
Mikroalga... 18
4.1.2 Makroalga...18
4.1.3 Parameter Kualitas Air...19
BBPBAP... 20
Mikroalga... 23
4.2.3 Makroalga...32
KESIMPULAN DAN SARAN...39
Kesimpulan... 39
PENDAHULUAN
Latar BelakangIndonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah laut lebih luas daripada daratannya. Keanekaragaman dan kekayaan alam tidak hanya terkandung di daratan, namun dalam perairan Indonesia cukup tinggi ragamnya. Salah satu keanekaragaman perairan yaitu rumput laut dengan jumlah spesies 555 jenis di Indonesia (Merdekawati dan Susanto, 2009).
untuk memberdayakan lahan pertanian yang tidak layak. Indonesia sebgai Negara tropis memiliki termperatur dan komposisi kadar garam tinggi sehingga sangat sesuai untuk pertumbuhan mikroalga (Noer, 2012).
Anggadiredja J (1988-1992), melakukan studi etnobotani dan
etnofar-makologi alga makro laut di beberapa daerah; Pulau-pulau di
Propinsi Riau, pantai sekitar Propinsi Lampung, dan beberapa lokasi di
pantai selatan P. Jawa; P. Madura dan sekitarnya; P. Bali, Pulau-pulau di
Propinsi NTB, NTT, di daerah pantai Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
4 Kumpulan Makalah Periode 1987-2008 dan beberapa pulau di Propinsi
Maluku. Dari hasil studi diperoleh informasi bahwa 61 jenis dari 27 marga
yang tumbuh di perairan sekitar lokasi tersebut, sudah lama dan terbiasa
dijadikan makanan khususnya, oleh masyarakat di wilayah pesisir. Jumlah
tersebut didominasi oleh 38 jenis darl 17 marga alga merah. Sedangkan
yang termasuk alga hijau berjumlah 15 jenis dari 5 marga; dan alga coklat
berjumlah 8 jenis dari 5 marga. Sejumlah 21 jenis dari berbagai kelas di
atas dimanfaatkan pula sebagai obat tradisional.
administrative dan teknis bertanggung jawab pada Direktoran Jenderal Perikanan Budidaa Kemantrian Kelautan & Perikanan.
Teluk Awur yang termasuk dalam wilayah administratif
Kabupaten Jepara yang terletak di sebelah utara Kampus Lima
Kelautan Universitas Diponegoro. Perairan ini terletak antara 110° 30'
BT - 110° 35' BT dan 6° 47' LS (Ruswahyuni, 2010).
Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
MikroalgaMikroalga merupakan organisme tumbuhan yang paling primitive yang berukuran renik, ukurannya yang mikroskopik, yaitu sekitar 1-10 µm menyebabkan alga ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroalga hidup di seluruh wilayah perairan, baik air tawar maupun air laut. Mikroalga memang sudah lama dipergunakan untuk industry farmasi, kesehatan dan sebagainya. Mikroalga diklasifikasikan sebagai tumbuhan karna memiliki klorofil dan mempunyai suatu jaringan sel menyerupai tumbuhan tingkat tinggi. Melalui pendekatan suatu skema klasifikasi, spesies mikroalga dikarakterisasi berdasarkan kesamaan morfologi dan biokimia (Dihami, 2001) sel mikroalga dapat dibagi menjadi sepuluh divisi, dan setiap divisi mempunyai karakteristik yang ikut memberikan andil pada kelompoknya, tetapi spesies-spesiesnya cukup memberikan perbedaan-perbedaan dari lainnya. Ada empat karakteristik yang digunakan untuk membedakan divisi mikroalga yaitu: tipe jaringan sel ada tidaknya flagella, tipe komponen fotosintesa, dan jenis pigmen sel, selain itu morfologi sel dan bagaimana sifat sel yang menempel berbentuk koloni/filament dan merupakan informasi penting di dalam membedakanmasing masing kelompok (Graham dan Wilcox, 2000).
dibandingkan alga makro. Hal ini menybabkan laju pertumbuhan alga mikro lebih cepat bila dibandingkan dengan laga makro. Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga, diantaranya factor abiotic (cahaya matahari, temperature, nutrisi, O2, CO2, pH, salinitas), factor biotik (bakteri, jamur, virus, dan kompetisi dengan mikroalga lain) (Terry dan Raymond, 1985).
Makroalga
Makroalga adalah tumbuhan tidak berpembuluh yang tumbuh melekat pada substrat di dasaran laut.Tumbuhan tersebut tidak memiliki akar, batang, daun, bunga, buah dan biji sejati (Jana,2006). Menurut Atmaja dan Sulistijo (1988) penyebaran makroalga dibatasi oleh daerah litoral dan sub litoral dimana masih terdapat sinar matahari yang cukup untuk dapat melakukan proses fotosintesis. Didaerah litoral merupakan tempat yang cocok bagi kehidupan alga karena terdiri atas batuan.
Klasifikasi Berdasarkan Pigmen
Makroalga yang berukuran besar tergolong dalam tiga kelompok besar, yaitu Chloropyta (Alga hijau), Phaeopyta (Alga Coklat) dan Rhodophita (Alaga Merah). Sebagai produsen primer, kelompok alga ini juga menfiksasi bahan organic dari bahan anorganik dengan bantuan cahaya matahari dimanfaaatkan langsung oleh herbivore (Asriyana dan Yuliana, 2012).
A. Cholorophita (Alga Hijau)
Kelompok ini merupakan kelompok dengan vegetasi terbesar disbanding kelompok lainnya. Chlorophita disebut juga alga hijau tergolong ke dalam divisi Chlorophyta. Sel selnya memiliki kloroplas yang berwarna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan b, karotenoid. Perkembangbiakan terjadi secara aseksual dan seksual. Chlorophyta terdiri atas sel-sel kecil yang merupakankoloni berbentuk benang bercabang-cabang atau tidak, dan menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi (Tjitrosoepome, 1994).
Phaeophyta adalah ganggang yang berwarna coklat/pirang. Dalam kromatofrranya terkandung klorofil a, karotin dan xanthofil tetapi yang terutama adalah fikosantin yangmenutupi warna lainnya dan menyebabkan ganggan itu kelihatan berwarna pirang. Sebagai hasil asimilasi dan sebagai mekanan cadangan tidak pernah ditemukan zat tepung, tetapi ssampai 50% dari berat keringnya terdiri atas laminarin, sejenis karbohidrat yang menyerupai dekstrin dan lebih dekat dengan selulosa daripada zat tepung. Dinding selnya sebelah dalam terdiri atas selulosa, yang sebelah luar dai pectin dan di bawah pectin terdapat align. Sel selnya hanya mempuyai satu inti (Tjitrosoepomo, 1994).
C. Rhodophyta (Alga Merah)
Alga merah atau Rhodophyta adalah salat satu filum dari alga yang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya memiliki warna merah. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil..
Morfologi
Habitat
Daerah intertidal pada pantai yang berbatu-batu mempunyai sifat tertutup sesuai daerah alga merah atau alga coklat terutama alga dari genus fucus alga yang sering disebut rumput laut (seaweeds).Sebagian kecil makroalga laut melekat pada substrat dasar berupa berlumpur dan berpasir.Sebagian besar makroalga hidup dan melekat pada benda keras yang cukup kokoh.Umumnya ditemukan melekat pada terumbu karang, batuan, potongan karang, cangkang molusca, potongan kayu dan sebagainya
Parameter Kualitas Air
pH
nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hydrogen dalam suatu larutan. Kemampuan air untuk mengikat dan melepaskan sejumlah ion hydrogen akan menunjukan pada larutan bersifat asam atau basa (wibisono, 2005). Derajat keasaman perairan
merupakan salah satu factor yang mempengaruhi perbutmbuhan makroalga. Nilai pH sangan menentukan molekul karbon yang dapt digunakan alga untuk fotosintesis. pH yang baik untuk aga hijau dan alga coklat berkisar antara 6 sampai 9. Beberapa jenis alga toleran terhadap kondisi pH yang demikian (Bold et al., 1985).
Salinitas
(Nybakken, 1998). Salinitas juga mempengaruhu penyebaran makroalaga di lautan. Makroalga yang mempunyai toleransi yang besar terhadap salinitas (eurihalin) akan tersebar lebih luas dibandingkan dengan alaga makro yang mempunyai toleransi yang kecil terhadap salinitas (stenohalin) (Alam, 2011).
Suhu
Menurut Nyabakken (1988), suhu adalah ukuran energy gerakan molekul. Suhu merupakan salah satu factor yang sangat penting dalm mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Tetapi ada juga organisme yang meampu mentolerir suhu sedikit di atas dan sedikit di bawah batas-batas ersebut, misalnya ganggang hijau biru. Menurut Brehm dan Meijering (1990) dlam Barus (2004) menyatakan bahwa suhu perairan dipengaruhi oleh aktivitas manusia seperti pembuangan limbah panas yang berasal dari mesin suatu pabrik menyebbkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air langsung terkena cahaya matahari secara langsung. Direktoran Jenderal Peikanan Budidaya (2009) mengaakan bahwa suhu yang baik pertumbuhan alga berkisar 20 – 30 oC. semakin naiknya temmperatur akan
akan menybabkan kelarutan oksigen dalam air menjadi berkurang. Hal ini dapat menyebabkan organisme air akan mengalami kesulitan untuk melakukan respirasi (Barus, 2004).
Kedalaman
produsen. Kehadiran dan kelumpahan alga akan berkuran pada tempat-tempat yang lebhi dalam dibandingkan daerah yang lebih dangkal.
DO
III. MATERI DAN METODE
MateriAlat
Alat alat yang digunakan untuk sampling makroaga adalah tabung/botol air (water bottle), Van Dorn atau Bottle Sampler, Pompa Hisap, Dan Planktonet.
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah makroalga yang telah diawetkan, mikroalga, larutan amylum, larutan MnSO4.
Waktu dan Tempat
Metode
Mikroalga
Pengambilan Sampel Mikroalga
Air sebannyak 200 liter disaring dengan planktonnet Planktonnet digosok agar plankton tidak menempel dijaring
Sample diberi Formalin 4 % Sample ditampung pada botol film
Pengawetan Mikroalga
Identifikasi Mikroalga
Sample diambil dengan pipet tetes Diteteskan diatas object glass
Diamati dibawah mikroskop Ditutup cover glass
Identifikasi morfologinya dengan buku identifikasi yang disediakan
Makroalga
Pengambilan Sampel Makroalga
Transect line sepanjang 100 meter di tarik
Diletakan Transek kuadrat dengan interval yang telah ditentukan
Sampel diambil dan dicatat jumlah yang terdapat pada transek kuadrat
Pengawetan Kering Makroalga
Dibersihkan Dikeringkan
Diletakan di kardus
Dipress dan diikat dengan karet
Pengawetan Basah Makroalga
Dicuci dengan air bersih
Dimasukan ke toples
Ditambahkan air laut dan alcohol (perbandingan 10:1)
Identifikasi Makroalga
Diamati Morfologinya
Diidentifikasi dengan buku identifikasi
Dicatat
Parameter Kualitas Air Sample Air 250 ml
Ditambahkan MnSO4 1 ml
Dihomogenkan
Ditambahkan Amilum 10 tetes Ditambahkan H2SO4 pekat 1 ml
Ditambahkan Na2S2O3 sampai kuning muda Dipindahkan 100 ml ke tabung erlenmeyer Didiamkan 2 menit hingga terbentuk endapan
Dihomogenkan hingga kuning pekat Ditambahkan KOH-KI 1 ml
Ditambahkan Na2S2O3 sampai jernih
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
HasilMikroalga
Tabel 1. Data Pengamatan Mikroalga
Jam Diawetkan Tanpa diawetkan
06.00 Rhizosoleina sp.,
Nitzchia sp. Melosira sp.
12.00 Noctiluca sp. Nitzchia sp.,
Tribonema sp.
18.00 Pleurosigma sp.
Spirulina sp., Ankyra sp., Pleurosigma angulata
4.1.2 Makroalga
Tabel 2. Data Pengamatan Makroalga
Transek ke- Nama Spesies Substrat
Jam pH Salinitas Suhu Kedalama
n DO
06.00 7 30 28 65 3,0
12.00 8 29 31 30 5,4
18.00 7 28 30 3,8
4.1.3 Parameter Kualitas Air
Pembahasan
BBPBAP Teknik Isolasi
Metode kultur murni phytoplankton di laboratorium untuk memperoleh satu jenis phytoplankton (monospesies) dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Metode media agar 2. Metode subkultur
3. Metode pengenceran berseri 4. Metode pipet kapiler
Metode media agar adalah suatu metode pemurnian individu dari suatu sampel perairan dengan cara membuat kultur murni dengan menggunakan media agar. Cara kerjanya :
1. Air laut steril sebanyak 100ml ditambahkan Bacto Agar 2. Larutan campuran dihomogenkan dengan magnetic stirer
3. Lalu larutan diberi pupuk, selanjutnya larutan disterilkan dengan autoklaf 4. Setelah itu tambahkan larutan dengan vitamin B12, lalu di tuang pada cawan
petri/ tabung reaksi dengan media miring
5. Setelah media dingin, dilakukan penanaman mikroalga dengan menggoreskan jarum ose yang telah dipanaskan/disterilisasi dan oleskan kepermukaan media agar, pengolesan jarum ose pada media agar ini dilakukan dengan cara zigzag, kemudian tutup dan simpan media agar yang telah digoresi dengan plankton pada suhu kamar dibawah sinar cahaya lampu neon secara terus menerus. 6. Setelah 5-7 hari mikroalga mulai tumbuh.
7. Siapkan erlemeyer yang telah disterilisasi
8. Masukkan air laut dan pupuk sesuai dengan media yang diinginkan pada setiap jenis phytoplankton
9. Lakukan inokulasi bibitphytoplankton dari hasil kultur murni
Teknik Kultur Semi Massal
1. Air laut sebagai air media sebanyak 60 liter dengan salinitas 30 ppm dituang ke aquarium melalui filterbag
2. Lalu air media diklorine selama 24 jam agar steril
3. Air laut yang telah steril dalam media kultur kemudian dilakukan pemupukan dan diberi aerasi. Inokolum sebanyak sepersepuluh dari volume total diberikan sebagai bibit.
4. kultur skala laboratorium dimasukkan kedalam akuarium yang telah di isi air laut bersih (steril) dengan suhu 28-300C dan salinitas 28-30 ppt. sebelum dikultur dilakukan adaptasi lingkungan. Pada skala semi-massal digunakan bibit 5-10 % dari volume total.
5. pupuk anorganik dengan perbandingan pemakaian pupuk UREA : ZA : TSP : EDTA Na2 adalah 5 : 2 : 2 : 1. untuk volume bak 1 ton, pupuk yang digunakan sebanyak 50 gram UREA, 20 gram TSP dan 10 gram EDTA. Pupuk diberikan bersamaan dengan bibit fitoplankton dari hasil sebelumnya. 6. Setelah 15 menit diberi pupuk lalu bibit mikroalga dituang sebanyak 10-20 %
dari air media
7. Setelah 1 minggu dari media semi massal dipindahkan menuju media yang lebih besar
8. Setelah 1 minggu selanjutnya dituang ke media massal
Teknik Kultur Massal
1. Air dialirkan dengan pompa melalui pipa penyaringan dan instalasi UV, selanjutnya ditampung pada wadah-wadah dengan volume lebih kecil (50-60 liter).untuk salinitas dibutuhkan 20 – 25/mil
2. Air dinetralkan mengunakan thiosulfat untuk menghilangkan kaporit sambil diaerasi.
4. Bibit fitoplankton yang berasal dari kultur skala laboratorium dimasukkan kedalam akuarium yang telah di isi air laut bersih (steril) dengan suhu 28-300C dan salinitas 28-30 ppt. sebelum dikultur dilakukan adaptasi lingkungan 5. Fitoplankton yang siap untuk dipanen memilii kepadatan 10 juta sel/ml untuk
kegiatan pembenihan ata pemeliharaan larva, biasanya berumur antara 4-6 hari.
Mikroalga
a. Nitzshcia sp.
Gambar 1. Nitzschia sp.\
Kingdom: Chromista
Phylum: Ochrophyta
Class: Bacillariophyceae Order: Bacillariales
Family: Bacillariaceae Genus: Nitzschia
Species: Nitzschia sp.
(algaebase.org)
a. Ankyra sp.
Gambar 1. Ankyra sp.
Kingdom: Chromista
Phylum: Ochrophyta
Class: Xanthophyceae
Order: Sphaeropleales Family: Characiaceae
Genus: Ankyra
Species: Ankyra sp.
(algaebase.org)
b. Rhizosolenia sp.
Gambar 2. Rhizosolenia sp.
Kingdom: Chromista
Phylum: Bacillariophyta
Class: coscinodiscophyceae Order: Rhizosoleniales
Family: Rhizosoleniceae Genus: Rhizosolenia
Species: Rhizosolenia sp.
(algaebase.org)
c. Noctiluca sp.
Gambar 3. Noctiluca sp.
Kingdom: Chromista Phylum: Dinophyta
Class: Noctilucophyceae Order: Noctilucales
Family: Noctiluceae Genus: Noctiluca
Species: Noctiluca sp.
(algaebase.org)
d. Pleurosigma sp.
Gambar 4. Pleurosigma sp.
Kingdom: Chromista
Phylum: Bacillariophyta
Class: Bacillariophyceae Order: Naviculales
Family: Pleurosigmataceae Genus: Pleurosigma
Species: Pleuorsigma sp.
(algaebase.org)
e. Melosira sp.
Gambar 4. Pleurosigma sp.
Gambar 5. Melosira sp.
Kingdom: Chromista
Phylum: Bacillariophyta
Class: Coscinodicosphyceae Order: Melosirales
Family: Melosiraceae Genus: Melosira
Species: Melosira sp.
(algaebase.org)
f. Tribonema sp.
Gambar 6. Tribonema sp.
Kingdom: Chromista
Phylum: Ochrophyta
Class: Xanthophyceae
Order: Tribonematales
Family: Tribonemaceae Genus: Tribonema
Species: Tribonema sp.
(algaebase.org)
g. spirulina sp.
Gambar 7. Spirulina sp.
Kingdom: Eubacteria
Phylum: negibacteria
Class: Cyanophyceae Order: Spirulinales
Family: Spirulinaceae Genus: Spirulina
Species: spirulina sp.
(algaebase.org)
Deskripsi:
Gambar 8. Pleurosigma angulatum
Kingdom: Chromista
Phylum: Bacillariophyta
Class: Bacillariophyceae Order: Naviculales
Family: Pleurosigmataceae Genus: Pleurosigma
Species: Pleuorsigma angulatum. (algaebase.org)
Deskripsi:
4.2.3 Makroalga
Gambar 9. Halimeda macroloba
Kingdom: Plantae
Phylum: Chlorophyta Class: Ulvophyceae
Order: Bryopsidales
Family: Halimedaceae Genus: Halimeda
Species: Halimeda macroloba (algaebase.org)
Deskripsi: Berwarna hijau dan tegak. Tumbuh sepanjang 7-12 cm serta memiliki holdfast yang berbentuk silindris. Bentuk thallusnya terartikulasi. Hidup di perairan intertidal bersubstrat bebatuan dan batu berkpur (Jha et. al., 2009). Thallusnya tegak dan pipih. Berwarna hijau gelap kecerahan dengan panjang 10 cm dan tertanam di pasir oleh holdfast bulat. Percabangan utamanya bercabang 2 kadang juga ada yang bercabang 3 (El-Manawy dan Shafik, 2008).
Gambar 10. Caulerpa racemosa
Kingdom: Plantae
Phylum: Chlorophyta Class: Ulvophyceae
Order: Bryopsidales
Family: Caulerpaceae Genus: Caulerpa
Species: Caulerpa racemosa (algaebase.org)
c. Halimeda distorta
Gambar 11. Halimeda distorta
Kingdom: Plantae
Phylum: Chlorophyta Class: Ulvophyceae
Order: Bryopsidales
Family: Halimedaceae Genus: Halimeda
Spesies: Halimeda distorta (algaebase.org)
d. Padina sp.
Gambar 12. Padina sp.
Kingdom: Plantae
Phylum: Ocrhrophyta Class: Phaeophyceae
Order: Dictyotales
Family: Dictyotaceae Genus: Padina
Spesies: Padina sp.
(algaebase.org)
e. Caulerpa serrulata
Gambar 13. Caulerpa serrulata
Kingdom: Plantae
Phylum: Chlorophyta Class: Ulvophyceae
Order: Bryopsidales
Family: Caulerpaceae Genus: Caulerpa
Spesies: Caulerpa serrulata (algaebase.org)
f. Sargassum tennerimum
Gambar 14. Sargassum tenerrimum
Kingdom: Chromista Phylum: Ochrophyta
Class: Phaeophyceae Order: Fucales
Family: Sargassaceae Genus: Sargassum
Spesies: Sargassum tenerrimum
(algaebase.org)
g. Sargassum polyceratium
Gambar 15. Sargassum polyceratium
Kingdom: Chromista Phylum: Ochrophyta
Class: Phaeophyceae Order: Fucales
Family: Sargassaceae Genus: Sargassum
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil dari praktikum ini, diantaranya :
1. Makroalga dibagi menjadi tiga kelas, yakni Chlorophyta, Rhodophyta, dan Phaeophyta. Makroalga yang didapat pada saat praktikum , diantaranya Halimeda macroloba, Caulerpa racemosa, Halimeda distorta, Padina sp., Sargassum tenerrimum, Caulerpa serulatta, caulerpa racemosa, padina sp., dan Sargassum polyceratium
2. Mikroalga, yang didapat pada saat praktikum diantaranya Nitzchia sp.,., Rhizosolenia sp., Noctiluca sp., Pleurosigma sp.,. dan yang tidak diawetkan yakni Nitzschia sp., Melosira sp., Tribonema sp., Spirulina sp.,
Pleurosigmma angulata sp. Ankyra sp, dan Nitzchia sp.
Saran