• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH OUTPUT BELAJAR KAITANNYA DGN RAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH OUTPUT BELAJAR KAITANNYA DGN RAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH EVALUASI PROSES & HASIL BEL. FISIKA

OUTPUT BELAJAR KAITANNYA DENGAN RANAH

PROSES BERFIKIR, KARAKTERISTIK ASESMEN”

OLEH:

KELOMPOK : I V (EMPAT)

KELAS : FISIKA DIK-B 2015

NAMA :

DINDA MELANI NIM: 4151121018

ERIKA MARPAUNG NIM: 4152121016

JELITA SIRAIT NIM: 4151121032

JURIUS S. NIM: 4151121033

DOSEN PENGAMPU : Dr. BETTY MARISI TURNIP, M.Pd TEGUH FEBRI SUDARMA, S.Pd, M.Pd

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Makalah ini membahas mengenai Output Belajar Kaitannya dengan Ranah Proses Berpikir, Karakteristik Asesmen”.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Medan, 06 September 2017 Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

Cover

1 Kata Pengantar

2 Daftar Isi

3

Bab I.Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Tujuan 5

Bab II. Pembahasan

2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar 6

2.2 Aspek-Aspek Hasil Belajar 9

2.2.1 Ranah Kognitif 9

2.3 Karakteristik Asesmen 14

(4)

Bab III. Penutup

3.1 Kesimpulan 17 3.2 Saran 17

Daftar Pustaka 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

(5)

intelektual ataupun proses berpikir. Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukur, penyusun, atau perakitan alat. Keterampilan sosial juga terlibat dalam keterampilan proses karena mereka berintraksi sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajarmengajar, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan. Keterampilan generik sains adalah keterampilam yang dapat digunakan untuk memepelajari berbagai proses dan menyelesaikan masalah sains dengan menggunakan keterampilan berpikir kritis.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Bagaimana kaitan hasil belajar dengan ranah proses berpikir ?

2. Apa itu ranah proses berpikir ?

3. Bagaimana karakteristik asesmen ?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui kaitan hasil belajar dengan ranah proses berpikir.

2. Untuk mengetahui apa pengertian ranah proses berpikir.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar A. Pengertian Belajar

Belajar merupakan dasar untuk memahami prilaku. Studi tentang belajar mencakup lingkup yang amat luas, sebab belajar berkitan dengan masalah fundamental seperti perkembangan emosi, motivasi, prilaku social dan kepribadian. Sehingga sering muncul beberapa pertanyaan sehubungan dengan pengertian belajar.

(7)

tetapi maksud dan tujuan yang hendak dicapai pada dasarnya sama. Pada hakekatnya belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalan bentuk pengetahuan dan keterampilan baru maupun bentuk sikap dan nilai yang positif.

Senada dengan uraian diatas, Winkel mendefinisikan belajar sebagai suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relative konstan dan berbekas. (Winkle,W.S. 1991)

Tidak jauh berbeda, Nana Sudjana mengatakan bahwa dihubungkan dengan psikologi, ahli psikologi menerima pendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Belajar berbeda dengan pertumbuhan kedewasaan, dimana perubahan yang terjadi dalam individu berasal dari bawaaan genetiknya. Perubahan tingkah laku individu sebagai hasil belajar ditunjukkan dalam berbagai aspek seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, persepsi, motivasi atau gabungan dari aspek-aspek tersebut. Belajar adalah proses yang aktif. Apabila kita berbicara mengenai belajar, berarti membicarakan bagaimana tingkah laku itu berubah melalui pengalaman dan latihan.

Gagne dalam bukunya The condition of learning menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehinggga perbuatannya (Performancenya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah mengalami situasi itu. (Ngalim Purwanto,1999)

(8)

Dari beberapa rumusan definisi yang dikemukakan para ahli tersebut di atas, maka dapat ditarik beberapa prinsip sebagai berikut : Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha perubahan prilaku; Kedua, bahwa hasil belajar ditandai dengan perubahan prilaku secara keseluruhan meliputi semua aspek prilaku, aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor; Ketiga, bahwa dalam aktifitas belajar tersebut ada sesuatu yang mendorong dan ada suatu tujuan yang akan dicapai; Keempat, bahwa belajar tersebut merupakan suatu proses aktififtas jiwa raga yang berkesinambungan yang bersifat dinamis dan berkaitan; dan Kelima, bahwa belajar merupakan bentuk pengalaman nyata berupa interaksi individu/ manusia dengan lingkungannya, baik dalam lingkungan lembaga informal, formal maupun non formal.

B. Pengertian Hasil Belajar

Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester.

Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar siswa menurut W. Winkel adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka. (Winkle, 1989)

Menurut Winarno Surakhmad hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa. (Winarno, 1980)

(9)

Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.

Indikator Hasil Belajar Siswa

Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM)

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok. Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap. (Syaiful Bahri,dkk. 2002)

2.2 Aspek-Aspek Hasil Belajar

Kita juga mengenal istilah cipta, rasa, dan karsa yang dicetuskan tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara. Konsep ini juga mengakomodasi berbagai potensi anak didik. Baik menyangkut aspek cipta yang berhubungan dengan otak dan kecerdasan, aspek rasa yang berkaitan dengan emosi dan perasaan, serta karsa atau keinginan maupun ketrampilan yang lebih bersifat fisik. Konsep kognitif, afektif, dan psikomotorik dicetuskan oleh Benyamin Bloom pada tahun 1956. Karena itulah konsep tersebut juga dikenal dengan istilah Taksonomi Bloom.

(10)

menguasai ketiga jenis ranah pengetahuan tersebut, kemudian menerapkannya kepada siswa melalui pemberian materi pelajaran yang sesuai dengan satuan pelajaran dan kurikulum.

Disini akan dibahas ranah proses berpikir saja atau yang dikenal sebagai

ranah kognitif.

2.2.1. Ranah Kognitif ( Proses Berpikir )

Domain/Ranah kognitif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan perkembangannya dari persepsi, instropeksi, atau memori siswa.

(Good, 1973)

Pada dasarnya Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.

A.de Block dalam W.S. Winkel (1996: 64) menyatakan bahwa:

“Ciri khas belajar kognitif terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili obyek-obyek yang dihadapi, entah obyek itu orang, benda atau kejadian/peristiwa. Obyek-obyek itu direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental”

(11)

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom. Seringkali disebut juga aspek ingatan (recall). Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah, dan lain sebagainya tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. ( Daryanto, 1999)

2. Pemahaman (Comprehension)

Pemahaman adalah kemampuan untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

3. Aplikasi (Application)

(12)

daripada pemahaman. Kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode untuk menghadapi suatu kasus atau problem yang konkret atau nyata dan baru, kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur metode, rumus, teori dan sebagainya. ( Winkle, 1989 )

4. Analisis (Analysis)

Di tingkat analisis, sesorang mampu memecahkan informasi yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan informasi lain. Kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. (John Santrock )

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau berbentuk pola baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilaian/evaluasi disini merupakan kemampuan untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

No. Tingkat Hasil Belajar Ciri-cirinya

1. Knowledge  Jenjang belajar terendah

Kemampuan mengingat

fakta-

fakta

Kemampuan menghafalkan rumus,

(13)

definisi, prinsip, prosedur Dapat mendeskripsikan

2. Comprehension  Mampu menerjemahkan (pemahaman menerjemahkan)

3. Application  Kemampuan menerapkan materi pelajaran dalam situasi baru

Kemampuan menetapkan prinsip

atau generalisasi pada situasi baru Dapat menyusun

problema-integritas menjadi unsur-unsur, menghubungkan antarunsur, dan mengorganisasikan prinsipprinsip

Dapat mengklasifikasikan

(14)

prinsip

Mengenal pola dan prinsip-prinsip

Dapat menemukan hubungan yang

unik

Dapat merencanakan langkah yang

kongkrit

Dapat mengabstraksikan suatu

gejala, hipotesa, hasil penelitian, dan sebagainya Menentukan nilai/sudut pandang

Mengevaluasi suatu karya dengan

kriteria eksternal

Membandingkan sejumlah karya

(15)

dengan sejunlah kriteria ekternal

( M. Chabib Toha, 1991:28-29) 2.3 Karakteristik Asesmen ( Penilaian )

Penilaian mencapai level mutu tinggi jika penilaian menghasilkan informasi yang reliable, valid, dan berguna tentang kinerja siswa (Carey: 2001), penilaian bermutu juga harus adil (McMillan: 2001). Validitas dan realibilitas akan mempengaruhi konsistensi dan akurasi dari inferensi atau kesimpulan guru yang diambil dari informasi penilaian siswanya.

A. Validitas

Validitas adalah sejauh mana penilaian mengukur apa-apa yang hendak diukur, validitas juga mencakup seberapa akurat dan bergunakah inferensi guru tentang penilaian tersebut. Inferensi adalah kesimpulan yang diambil seseorang dari informasi. Penilaian kita terhadap siswa merupakan sampel dari pembelajaran siswa (Gredler,1999). Upaya menghubungkan intruksi dan penilaian dikelas telah memunculkan konsep validitas Instruksional maksudnya sejauh mana penilaian merupakan sampel yang reasonable dari apa-apa yang sebenarnya terjadi dikelas. Misalnya penilaian kelas harus merefleksikan baik itu apa yang diajarkan guru maupun kesempatan siswa untuk mempelajari materi.

Para Psikolog membedakan beberapa jenis validitas, yang masing-masing penting untuk situasi yang berbeda. Tiga jenis validitas yang penting bagi para pengajar dan praktisi lainnya adalah validitas isi, validitas prediktif dan validitas konstruk.

a. Validitas Isi

(16)

pengetahuan dan keterampilan apa yang telah dikuasai siswa dalam kaitannya dengan tujuan-tujuan pengajaran yang penting

b. Validitas Prediktif

Yaitu sejauh mana instrument asesmen memprediksi performa masa depan dibidang tertentu. Tes dengan validitas prediktif yang tinggi memprediksi prilaku itu tersebut dengan cukup tinggi, begitu sebaliknya tes validitas prediktif yang rendah memprediksi prilaku itu dengan rendah juga, terkadang dalam pemberian tes didasarkan kepada kelompok usia, dimana siswa yang mempunyai usia dewasa juga mempunyai validitas prediktif yang tinggi begitu sebaliknya.

c. Validitas Konstruktif

Dalam psikolog, konstruk adalah sifat internal yang dihipotesikan yang tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari konsistensi yang kita lihat dalam prilaku seseorang. Validitas konstruk artinya sejauh mana suatu instrument asesmen benar-benar mengukur karakteristik yang abstrak dan tidak dapat diamati. Validitas konstruk adalah fokus utama ketika kita mengambil kesimpulan umum tentang sifat dan kemampuan siswa sehingga kita dapat menyesuaikan metode-metode dan bahan-bahan pengajaran dengan lebih baik untuk memenuhi kebutuhan individual mereka.

B. Reliabilitas

Realibilitas adalah tentang penentuan seberapa konsistenkah penilaian itu mengukur hal-hal yang akan diukur. Realibilitas akan berkurang akibat kesalahan dalam penguran. Siswa mungkin mempunyai pengetahuan dan keahlian yang cukup namun tidak bias mengerjakan tes secara konsisten pada beberapa tes dikarenakan sejumlah factor. Factor-faktor internal antara lain,kesehatan motivasi, dan kecemasan. Factor eksternal anatara lain petunjuk guru yang kurang jelas, sampel informasi yang buruk.

(17)

Penilaian dikatakan fair apabila semua siswa mendapat kesempatan yang sama untuk belajar dan menunjukkan kemampuan dan pengetahuan mereka. (Rearden, 2001). Penilaian adalah adil jika guru membuat target pembelajaran yang tepat, memberi pelajaran dan materi yang baik untuk mencapai target tersebut, dan menggunakan penilaian merefleksikan target, isi materi , dan instruksi.

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

(18)

maupun ketrampilan fisik juga perlu mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang.

2.) Proses pembelajaran pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi tiga domain atau ranah yaitu kognitif, efektif dan psikomotorik. Minimal dua atau ketiga jenis ranah tersebut akan mempengaruhi tingkat profesional siswa.

3.) Peran guru sebagai pengampu aktif dalam proses belajar mengajar, perlu menguasai ketiga jenis ranah pengetahuan tersebut, kemudian menerapkannya kepada siswa melalui pemberian materi pelajaran yang sesuai dengan satuan pelajaran kurikulum.

3.2 Saran

Pendidik agar dapat menerapkan proses belajar dengan baik sesuai dengan kurikulum yang ada sehingga proses pembelajaran dapat memberikan hasil yang maksimal dan mampu mengenali potensi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

- Abdullatif, 2012. Makalah Asesmen.http://abdullatif abdullatif.blogspot.co.id/2012/01/makalah-assesmen abdullatif.html.pdf

(di akses 04 September 2017 )

(19)

- http://digilib.uinsby.ac.id/1402/5/Bab%202.pdf ( di akses 04 September 2017)

- http://eprints.uny.ac.id/8549/3/BAB%202-06504241020.pdf ( di akses 05 September 2017 )

- http://eprints.walisongo.ac.id/4050/4/083911004_bab3.pdf ( di akses 05 September 2017 )

- Sukardi, 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara

Referensi

Dokumen terkait

Talippuki Kec.Mambi

Dari data maupun infromasi yang telah didapatkan, peserta didik diminta menyelesaikan beberapa soal di LKPD, yaitu mencoba untuk menyelesaikan soal yang

Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga

Apabila terjadi perubahan tempat tugas atau status kepegawaian guru antar madrasah, antar jenis pendidikan dalam satu kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya, antar

Buku Petunjuk Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas Airlangga tahun 2013 ini merupakan satu-satunya petunjuk dalam pengisian formulir pendaftaran elektronik,

Terlepas dari kemungkinan terbatasnya fasilitas belajar berupa buku-buku dan lingkungan belajar yang belum memadai untuk mendukung pembelajaran bahasa Inggris bagi

Karena jumlah panelis yang menjawab benar pada pengujian < jumlah minimal panelis yang menjawab benar pada tabel maka disimpulkan produk P tidak berbeda nyata dengan produk

Pada putaran idle (1500 rpm) konsentrasi HC yang dihasilkan lebih tinggi oleh masing- masing bahan bakar bila dibangdingkan dengan putaran 4000 rpm dikarenakan