II. TINJAU HIDROLOGI & PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR
Capita Selekta Infrastruktur 1
2.1. SUMBER AIR & HIDROLOGI
Fenomena banjir dan kekeringan merupakan fenomena siklus hidrologi air, selayaknya
diteliti dengan kaidah-kaidah ilmu hidrologi. Ilmu hidrologi didefinisikan ilmu yang
memperlajari pergerakan air di muka bumi baik kualitas dan kwantitas dalam ruang dan
waktu. Hal ini mengantar kita , pandangan tentang sumber air berkelanjutan dan
Pengembangan Infrastruktur Sumber Daya Air.
IKLIM DAN POLA HUJAN WILAYAHINDONESIA
PosisiGeografisIndonesia
Antara 6°08’ LU - 11°15’ LS dan 94°45’ BT-141°05’BT Berada pada zonakonvergensi antartropik(InterTropicalConvergence Zone-ITCZ )
Antara duabenuaAsia danAustralia
Musimhujanyang dipengaruhi oleh posisiITCZ dengan posisigeografisIndonesia menghasilkan tiga tipe hujan dominanberdasarkanpola hujan : MOONSON-EQUATORIAL- LOKAL (Tjasyono dan Bannu, 2003)
Monsoon dan pergerakanITCZ berkaitandengan variasicurah hujan tahunandan semi tahunan diIndonesia (seasonal) , [Aldrian, 2003].
Antara duaSamoderaIndonesia danLautan Pasifik o FenomenaENSO
o FenomenaDipole Mode
Capita Selekta Infrastruktur FTSL 2010 3
KAWASAN PELAYANAN (Kepuasan Konsumen )
• Kualitas Air Bersih • Kuantitas Air Bersih • Kontinuitas
• Harga jual kompetitif • Laju kebutuhan air
RESPON TEKNOLOGI PENGOLAHAN AI R
• Respon Teknologi Air Bersih • Maintenance operation
SUMBER AI R BAKU
• Fresh water (Gol A/ B) • Randow variabel
• Keandalan Sumber Air( Kuantitas & Kualitas Air )
Manajemen Sumber Air
Sumber air adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui
melalui siklus hidrologi fungsi ruang dan waktu, tergantung iklim (subtropis/tropis) dimana dipengaruhi oleh faktor kosmik, regional dan lokal membentuk rezim
hidrologi. Dimana komponen hidrologi (hujan dan debit) bersifat acak dan
cenderung stokastik dan pengaliran air pesisir landai menuju ke laut fenomena deterministik
• (Sumber : Arwin, 2009 ”Pidato Guru Besar di MGB-ITB”)
Pengemb.infrastruktur sumber air spy berkelanjutan (Kuantitas & Kualitas )
Konstrain : Ketidakpastian debit air (kuantitas & kualitas ) Rekayasa Teknologi Adaptasi
Konsep Debit Air Rencana ( Banjir & kekeringan )
PIDATO ILMIAH 5
2.2 Pembagian Ruang Hidrologi
HYDROLOGY MODEL
Kawasan Hulu
Boundary Hilir
Q
Boundary Hulu
Persamaan Saint Venant :
( ) 0
DAS HULU (Watershed Model)
PIDATO ILMIAH 7
• Model Deterministik gelombang banjir
– Persamaan Kontinuitas
– Persamaan Momentum
b
∂ b=0 (asumsi tidak ada aliran lateral)
Model gelombang banjir
(
)
0(asumsi tidak ada aliran lateral, wind-shear, dan eddy losses, serta b = 1)
Q = debit aliran (m3/s)
A = luas penampang saluran (m2) x = jarak memanjang dari hulu saluran (m)
t = waktu (s)
h = tinggi muka air dari datum (m) B = lebar penampang saluran (m) Sf = kemiringan energi akibat gaya gesek dasar saluran
• Diskretisisasi model gelombang banjir dengan implisit
beda tengah:
– Persamaan Kontinuitas
– Persamaan Momentum
0
Model Numerik gelombang banjir
PIDATO ILMIAH 9
Obyektif pengembangan Infrastruktur sumber Daya Air untuk mengendalikan air banjir
/kekeringan dengan pendekatan konsep debit rencana sesuai kriteria perencanaan
infrastruktur SDA yang Lazim digunakan di lingkungan jajaran Kementrian Pekerjaan
Umum.
Infrastruktur terbangun akan berlanjutan dimungkinkan bila dilakukan pengendalian air
dalam ruang dan waktu secara terus –menerus baik kwantitas dan kualitas. Untuk
mengetahui pengaruh Perubahan iklim terhadap rezim hidrologi tercatat berturut-turut
melalui pos hujan, pos duga debit air, dan pos observasi elevasi muka laut .
Gambar 2.3 . Fluktuasi debit sumber air permukaan Q ( 1994-2006) 0
100 200 300 400 500 600
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Time Series
D
e
b
it
(
m
3
/d
e
t)
PIDATO ILMIAH 11
2.3. ADAPTASI DAN MITIGASI
Perubahan ikli/cuaca mempengaruhi variabel siklus Hidrologi : terutama Curah Hujan (P),
setelah sampai dipermukaan tanah , hujan terdistribusi fungsi tutupan lahan terinfiltrasi
dalam tanah setelah jenuh terjadi limpasan air permukaan. Seiring dampak perubahan
iklim terhadap keberlanjutan sumber air (W
ater Sustainable
), respon dilakukan dengan
dua
langkah utama, yaitu
adaptasi dan mitigasi.
Adaptasi
, Ketidakpastian besaran debit air dalam proses waktu mengantar para ahli
Hidrolologi dan Manajemen sumber air melakukan proses penyesuaian dengan
memperhatikan efektitas fungsi Infarstruktur Sumber Air , dengan menggunakan konsep
debit rencana banjir/kekeringan
Mitigasi
adalah upaya mempertahan keberlanjutan sumber air di daerah Aliran Sungai,
bentuk konkrit upaya mitigasi secara undirect : penerbitan peraturan/UU pengendalian
limpasan/pencemaran air dan direct : Insentif & dissentif, sbb:
1.Un Direct (Tak langsung ) penerbitan UU & Peraturan
pengendalian air.
UUD 45 fasal 33 ayat 3 air di kuasi negara utk dimanfaatkan orang banyak
UU no 26 th. 2007 tentang Penataan ruang
UU no 7 th 2004 tentang Sumber daya air
UU Kehutanan No.41 Tahun 1999 Pasal 18 Ayat 2 yang menyatakan bahwa : ‘…..luas hutan suatu DAS minimal 30% dengan sebaran yang proporsional’.
UU Lingkungan hidup /UU SDA/ PP Amdal
PP 82 thn 2001 perihal Kualitas Air
PP No. 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Keppres 114 th 1999 Kawasan Konservasi air dan tanah Bopuncur
SK Gub.Jabar No. 181.1/SK.1624-Bapp/1982. Kawasan konservasi air Wilayah Inti Bandung Raya bagian Utara
2. Direct (Langsung ) : Insentif ( keringanan )dan Dissentif
(hukuman ,denda)
13
Kualitas sumber air waduk
Fisik, kim ia , b io lo g i
A ktivita s ko nve rsi la ha n sukse sif
- - p e rta nia n - - p e te rna ka n
- - p e m b ua ng a n sa m p a h - - Pe stic id e s / He rb ic id e s - - Tra nspo rta si
- - Ind ustri
Be b a n
- -Nutrie nts
- - Ba c te ria / Pa tho g e ns - - Me ta ls/ O rg a nic s - - Se nya wa hum us
Kua lita s Air m inum
PP 82 ta hun 2001
Proses akuatik perairan dalam pemulihan kembali
EKO SISTEM AIR – DEG RADASI KUALITAS AIR
Self Purification
•
Dari Bendung Curug BTB 10 menunjukkan kondisi
defisit oksigen (DO > BM). Oksigen terlarut dalam
sungai telah habis digunakan untuk menguraikan
senyawa organik. Tingginya senyawa organik
15
Perairan
Spectrum of quality
Spectrum of quality Spectrum of quality Spectrum of quality
A
B
C
A = Water treatment B = Domestic use C = Sewage treatment
TIME SEQUENCE (no scale)
QU
Surface water
Groundwater
Spring
Manajemen Sumber Air di DAS (1) Processes include sedimentation,
chemical coagulation, filtration, and sterilization
(2) Processes include sedimentation, activated sludge, trickling filter, chlorination pond and disinfection (3) Eflfuent returned to resource pool
(2) (1)
2.4. DEBIT RENCANA INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR
Komponen siklus Hidrologi berkarakter acak ( Variabel acak) adalah suatu kejadian dimana
besarannya tidak menentu dalam proses ruang dan waktu. Ketidakpastian komponen
utama Hidrologi (P,Q) terukur melalui pengamatan (pos hujan atau pos duga air) , hal ini
mengantar para ahli meneliti perilaku debit air historikal untuk dapat mengetahui
ambang batas besaran kejadian debit air masa depan.
Pengendalian banjir dan kekeringan ke masa depan , ditempuh langkah “adaptasi”
dengan pendekatan konsep debit rencana . Hubungan Keandalan keberhasilan dan
periode ulang diekspresikan, sbb: (1-P )= 1/R , dimana : P= keandalan /keberhasilan
komponen Hidrologi ( %) dan R= periode Ulang kejadian.
PIDATO ILMIAH 17
Pengendalian banjir & kekeringan :
•
Drainase mikro ( Drainase permukiman perkotaan) : Q
R= 2-15 tahun
•
Drainase makro ( Drainase alamiah –sungai ) : Q
R=20-50 thn
•
Drainase Rel Kereta api/ Jalan TOL :Q
R=50 thn
•
Drainase bandara udara : Q
R= 50 -100 tahun
•
Spill way waduk Q
R= 50 -100 thn
•
Intake air baku untuk sektor irigasi : Q
R=5 thn
Kebijakan Pengembangan Air Minum Jakarta
& sekitarnya ( Tangerang & Bekasi)
Waduk Jatiluhur
Waduk Karian
PIDATO ILMIAH 21
Massa air adalah tetap terdistribusi menjadi : P = I+ R dimana
P : curah hujan
I : fraksi air hujan tertahan dibawah permukaan tanah R : fraksi air hujan menjadi limpasan air permukaan
Perubahan tutupan lahan alami , dari hutan berturut-turut menjadi budidaya , permukiman pedesaan dan urban berdampak semakin besar R pada musim hujan dan sebaliknya I dalam tanah semakin kecil (input ) sehingga
penyimpanan air tanah (∆S ) semakin kecil . Hal ini berpengaruh pada besaran aliran air tanah (output) terutama limpasan aliran tanah menyentuh permukaan bebas (B**) seperti : mata air dan aliran dasar sungai
Dari hukum kekekalan masa air , ketersediaan sumber air sangat tergantung sejauh mana massa air hujan tersimpan menjadi cadangan air tanah (I= P-R), sehingga persamaan ketersediaan air:
∆S = I – E – B* - B**
2.4. Konservasi Lahan
Ketersediaan air alamiah bertahan apabila jumlah air hujan tertahan di
permukaan tanah (I) , lebih besar daripada evapotrapirasi potensial (E) : I > E sehingga pengendalian konversi tutupan lahan perlu lebih dicermati dimasa depan (reformasi pengendalian tata ruang )
Hujan yang jatuh dipermukaan bumi relatif konstan dan tunduk pada hukum kekekalan massa air bila keseimbangan massa P = I+R dibuat non dimensi maka persamaan massa air menjadi IK + C= 1 dimana IK adalah fraksi massa air hujan tertahan dalam tanah selanjut disebut indeks konservasi
sedangkan C= fraksi masa air hujan menjadi limpasan air permukaan selanjut disebut C = Koefisien limpasan air.
tutupan lahan yang bertahan terhadap alam (iklim) adalah tanaman keras diekspresikan : IkA ( indeks konservasi alami) kemudian oleh sentuhan
peradaban manusia tutupan lahan mengalami konversi lahan secara suksesive menjadi lahan budidaya, permukiman dan urban diekspresikan : IkC ( indeks konservasi aktual ) .
PIDATO ILMIAH 23
Prambahan hutan alam ( IkA) menjadi budidaya pertanian,permukiman dan urban Metropolitan ( IKc ) menimbulkan degradasi penyimpanan air
( tersimpan air hujan ) dibawah permukaan tanah seperti diperlihatkan pada tabel 2.1. Selanjutnya IK digunakan sebagai instrumen pengendalian
konversi lahan di kawasan konservasi air .(Keppres No 114 Kawasan konservasi Bopuncur)
Tabel 2. 1. : Indeks Konservasi tutupan lahan No Kualitas tutupan
lahan
Indeks Konservasi (IKAIKc) 1 Hutan 0,8-0,9 2 Budidaya 0,4-0,5 3 Pemukiman pedesaan 0.5-0,6 4 Urban Metropolitan 0,0-01
Indeks Konservasi Alami (IKA) digunakan indikantor konversi lahan , yaitu suatu koefisien yang menunjukkan kemampuan yang alami pada suatu wilayah untuk menyerap air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebelum ada
sentuhan peradaban manusia.
Indeks Konservasi Aktual (IKC), yaitu suatu koefisien yang menunjukkan
kemampuan lahan yang terkonversi oleh kegiatan manusia (aktual) pada suatu wilayah untuk menyerap air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ( Keppres 114/99)
2.4.4. Indeks Konservasi
Tabel 2.2 Penilaian kondisi kawasan terbangun dengan Indeks Konservasi Perbandingan Indeks Konservasi Penilaian kondisi kawasan
IKC + ∆Ik > IKA Baik
IKC = IKA Normal
Analisa Hidrologi Analisa Kependudukan Analisa SIG
DATA CURAH HUJAN
Analisis korelasi antar stasiun
hujan
DATA DEBIT Qrerata Qmax Qmin
DATA KEPENDUDUKAN
Analisa kepadatan penduduk
PETA PENGGUNAAN LAHAN 1990
PETA ISOHYET
PETA JENIS TANAH
PETA GEOLOGI
PETA LERENG
PETA KETINGGIAN TEMPAT
OVERLAY
INDEKS KONSERVASI AKTUAL (IKC)
INDEKS KONSERVASI ALAMI (IKA)
PENILAIAN KONDISI LAHAN
DIGITASI & EDITING
Nilai Rata-rata Indeks Konservasi pada DAS
ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN ALTERNATIF PENANGANAN
Analisis kecenderungan debit
KLASIFIKASI & SKORING
PETA PENGGUNAAN LAHAN 1999
Menghitung curah hujan
wilayah
Analisis kecenderungan IK
b PA I PA
Q = − K +
Keberhasilan ketersediaan air di DAS tercapai apabila IkC + ∆Ik > IkA dengan demikian win-win solution dapat tercapai antara kepentingan kawasan Hulu dan kawasan Hilir.
Sedangkan pengendalian kawasan lahan terbangun, dapat dilaksanakan dengan pengendalian fungsi hidrologi lahan ( IK): antara lain Pengendalian luas
bangunan terbangun (BCR) dan ∆Ik dengan vegetatif dan non vegetative(rekayasa engineering).
Upaya rekayasa engineering , antara lain : Sumur resapan , waduk resapan dan sistim drainase lingkungan . Ide paling sederhana dalam konservasi di lahan terbangun disebut zero limpasan.
PIDATO ILMIAH 27
Konversi lahan terbangun di permukiman umumnya direspon dengan pdengan drainase yang konvensional yaitu menyalurkan air limpasan secepatnya akibat konversi lahan terbangun ke badan air penerima
Bangunan peresap buatan (Artificial Recharge) merupakan infrastruktur
drainase lingkungan dalam mewujudkan pengendalian limpasan air hujan berwawasan lingkungan.
Sumur resapan adalah sumur yang dibuat sebagai tempat penampungan air hujan berlebih agar memiliki waktu dan ruang untuk meresapkan ke dalam tanah melalui proses infiltrasi dan perkolasi .Sumur resapan ini merupakan sumur kosong yang memiliki kapasitas atau volume cukup besar untuk menampung air hujan sementara sebelum diresapkan ke dalam tanah
KOMPARASI METODE ARTIFICIAL RECHARGE
Parameter Sunjoto(1988) SNI (1990) Soenarto (1995)
air dalam sumur (m)
R = jari-jari sumur (m) L = Keliling Penampang sumur (m)
F = faktor geometrik (m) As = Luas penampang sumur
(m2)
A = luas penampang sumur
(m2)
Q = debit air masuk (m3/dtk) i = Intensitas hujan (m/jam)
Vp = volume air hujan yang masuk
dalam waktu dt
K = koefisien permeabilitas tanah (m/dtk)
K = Koefisien Permeabilitas tanah (m/jam)
Vr = volume air hujan yang terinfiltrasi ke dasar dan dinding sumur pada waktu
dt (m3)
dt= waktu yang diambil sebagai dasar perhitungan
(det) Penentuan
dimensi sumur resapan
T = waktu pengaliran (detik) D = Durasi hujan (jam)
PIDATO ILMIAH 29
Metode Sunjoto (1988 )
Volume dan efisiensi sumur resapan dihitung berdasarkan keseimbangan air yang
masuk ke dalam sumur dan air yang meresap ke dalam tanah. Persamaannya dapat
ditulis sebagai berikut :
T = waktu pengaliran (detik)
K = koefisien permeabilitas tanah (m/dtk)
R = jari-jari sumur (m)
Faktor geometrik (F) sumur resapan dapat dilihat pada Tabel 2.4 . Nilai F ini
Untuk menghitung debit run-off (Q) maka formula yang dipakai adalah sebagai berikut:
Q = C I A
dimana :
Q = Debit air masuk dari atap/lahan (run-off) (m3/s) C = Koefisien aliran permukaan atap/lahan
I = Intensitas hujan (m/s)
A = Luas atap/lahan (m2)
- Nilai/angka C adalah merupakan angka koefisien limpasan (runoff) yang
besarnya tergantung dari jenis material tanah atau areal yang dilalui oleh aliran
air tersebut. Pada penelitian ini, nilai C yang digunakan adalah koefisien
runoff untuk bahan atap, yaitu C = 0.95 (Sunjoto,1995)
- Intensitas hujan didapat secara statistik, dalam hal ini intensitas fungsi dari
PIDATO ILMIAH 31
KAWASAN PELAYANAN (Kepuasan Konsumen )
• Kualitas Air Bersih • Kuantitas Air Bersih • Kontinuitas
• Harga jual kompetitif • Laju kebutuhan air
RESPON TEKNOLOGI PENGOLAHAN AI R
• Respon Teknologi Air Bersih • Maintenance operation
SUMBER AI R BAKU
• Fresh water (Gol A/ B) • Randow variabel
• Keandalan Sumber Air( Kuantitas & Kualitas Air )
•
Untuk mengetahui keandalan sungai
•
Diperlukan perhitungan debit ekstrim dengan periode ulang
tertentu
•
Mengikuti Fungsi Distribusi Frekuensi Teoritis
•
Perlu diuji kesesuaian distribusi frekuensi data dengan
distribusi frekuensi teoritis
Sumber Air Sungai Desain Sumber Air
Debit Air Suksesif
Kering
Domestik Irigasi Industri
1-7
hari
10-20
tahun
15-30
hari
5
tahun 1-2 hari
20
tahun Kriteria desain air baku
33
Q = C (P.A)+ b
C= f( P,I,f, Tutupan lahan)
P : variabel bebas ( Random variabel)
A : Luas tangkapan hujan
Q: variabel tergantung( Random variabel)
b : aliran dasar ( tutupan lahan, batuan )
Seleksi data & urutan data debit air 1,2,7,15,30 dan setengah
bulanan kalender
Pemilihan dsitribusi teoritis (Normal Gumbel, dan Log Pearson Tipe III) yang cocok dengan Uji Goodness of Fit
Hitung debit air minum Periode Ulang 5, 10, 20, 50 tahun dengan distribusi teoritis terpilih
Debit air minimum dengan Periode Ulang 5,10,20 dan 50 tahun
Kurva peluang debit air minimum ekstrem kering
Debit Rencana Air Baku 1
PROSES
Sifat tanah, batuan, morfologi, topografi
dan tutupan lahan
OUTPUT
Debit dan cadangan air tanah
Perubahan besaran komponen hidrologi fungsi waktu, tercatat di
Pos Hujan , Pos debit, SWL
Parameter
komponen berubah, F (µ,σ)
35
Pengaruh Iklim (kosmik, regional dan lokal) Hukum keseimbangan
Lumped Model :
Model fisik sistem input-output DASi
a
k
x
30,4167
d
d
=
×
Penyesuaian Hari Perbulan
dengan :
dk
= Data curah hujan/debit bulanan hasil kore
da
= Data curah hujan/debit bulanan asli pada
xi = Jumlah hari bulan i
X
Z =fungsi dari peluang atau periode ulang, X =rata-rata sampel
S = standar deviasi sampel.
n
DISTRIBUSI LOG NORMAL
Distribusi Normal
Distribusi Log-Normal
Distribusi Gumbel
Distribusi Log-Pearson III
Distribusi Debit
Distribusi Normal
Distribusi Log-Normal
Distribusi Gumbel
Distribusi Log-Normal
Uji K-S
Menetapkan suatu titik dimana terjadi simpangan terbesar antara
distribusi teoritis dan sampel.
Dn = Maksimum IFo(X)-Sn(X)I Dimana,
Dn : Penyimpangan Terbesar Fo(X) : Suatu fungsi distribusi
teoritis yang ditentukan Sn(X) : Distribusi Kumulatif
Sampel
Uji
χ
2
Mengukur perbedaan relatif antara Frekuensi hasil pengamatan Dengan frekuensi yang diharapkan
Dimana,
k : Jumlah variabel Oi : Frekuensi hasil pengamatan
Ei : Frekuensi distribusi teoritis n : jumlah data
Uji Goodness-of-Fit X
2
χ2
Grafik Distribusi Teoritis (expected) Distribusi Frekuensi
Variable: gdk_Jan, Distribution: Normal Chi-Square test = 8.76148, df = 2, p = 0.01252
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5
Category (upper limits) 0
Grafik Distribusi Frekuensi Teoritis
Distribusi Frekuensi Kumulatif Data
Dn
GRAFIK FREKUENSI KUMULATIF
Menurut UU No. 7 tahun 2004 pasal 34 ,ayat (1): pengembangan
sumber daya air ditujukan untuk kemanfaatan sumber daya air
memenuhi kebutuhan air baku untuk rumah tangga(domestik),
pertanian(irigasi) ,industri dstnya dan untuk berbagai keperluan
lainnya.
Pengembangan SPAM dari sumber air sungai, perlu suatu kriteria
disain air baku untuk multisektor : domestik, irigasi dan Industri.
Sebagai pedoman kriteria disain air baku permukaan
Metropolitan Bandung Urban Development Program MBUDP,
2004
Tabel 2.5. Kriteria Desain Air Baku Permukaan
Sumber Air Sungai Desain Sumber Air Baku
Domestik Irigasi Industri Debit Air Suksesif Kering 1-7 hari 10-20 tahun 15-30 hari 5 tahun 1-2 hari 20 tahun
2.9.Manajemen Waduk
(
Gestion des Reservoir
)1. Environnement Economic ( Lingkungan
Ekonomi Waduk )
2. Gestion Short term ( Avenir connu )
Pengoperasian Intuitif ( Deterministik
Debit
rencana )
3. Gestion Long term ( Avenir aleatoire )
Pengoperasian Waduk Aktual dengan
Ketidakpastian debit air masa depan(acak )
Fungsi Produk Utilitas waduk (Instrumen
Finansial & Ekonomi )
Contoh
•
Pengelolaan Waduk PLTA EDF (Electric de
France)Fungsi Produk Utilitas Energi Listrik
NP(Niveau de prix) berubah fungsi Kosmik &
permintaan
PENENTUAN VOLUME WADUK
A)DEBIT RENCANA:
•
Waduk Tunggal : Vol Waduk PLTA Saguling (Q R-2)
•
Waduk Multiguna : Vol Waduk Gajah Mungkur ( Ekstrem
basah QR-5 )
B) FENOMENA HURST
•
Bendungan Aswan ,Mesir
Pengembangan Waduk Multiguna
Semakin ekstrim debit air menyebabkan krisis ketersedian sumber air baku pada musim kemarau dan banjir pada musim penghujan di kawasan Hulu
membalik ancaman banjir dan kekeringan menjadi bermanfaat dengan optimasi pemanfaatan sumber daya air ,pembangunan waduk multiguna
( Sumber air baku, banjir , PLTA ) dengan menggunakan metode Fenomena Hurs diuraikan sebagai berikut:
Ω optimum = k T n
dimana : Ω = volume tampungan
T = tahun-tahun air ( T = 1,2,5,10,20,30 dan 60 tahun)
n = koefisien Hurst ( 0,5 <n < 1) n= 0,5... indenpendent
Keseimbangan air waduk : Ω t+1 = Ω t + Qin – QT
dimana: W = variabel determinan t = langkah waktu
Qin = variabel acak
QT= variabel keluaran (variavel di komandokan)
Manajemen Waduk
(
Gestion des Reservoir
)
1. Environnement Economic ( Lingkungan
Ekonomi Waduk )
2. Gestion Short term ( Avenir connu )
Pengoperasian Intuitif ( Deterministik
Debit
rencana )
3. Gestion Long term ( Avenir aleatoire )
Pengoperasian Waduk Aktual dengan
Ketidakpastian debit air masa depan(acak )
Manajemen Waduk .
a ) Lingk unga n T a m punga n:
Q I n
QOut Pompa
E
Smaks
Smin
Obyektifitas : Pengelolaan waduk menjamin pasokan air di down stream
Konstrain :
1.Hukum kekekalan masa air : St+1 = St + Qin – Qout – E 2.Batasan Volume Tampungan : S min < S < S maks
3.Debit air masukan : Q in ( debit rencana / debit air acak )
4.Batasan Debit air keluaran : Q Pompa , Turbin 5.Evaporasi permukaan air : E = 1.1 Et
Dimana :
S : variabel ditetapkan ( Volume waduk ) Q in : variabel acak ,
E : variabel ditetapkan
Qout : variabel ditentukan (dikomandokan )
(Kedalam Pipa Isap pompa )
Stok Efektif (hidup)
Instrumen Finansial & Ekonomi Produk
utilitas Infrastruktur SDA ( Waduk PLTA)
•
$ P Energi Listrik Konstan :Pengusahaan air
waduk ditetapkan intrumen keseimbangan
masa Air
•
$ P Energi Listrik berubah :Pengusahaan air
waduk ditetapkan Instrumen Dinamic
Programming Bellman
Manajemen Waduk
Fungsi Utilitas Produk Infrastruktur $ ( Kontan)
HASIL DAN PEMBAHASAN
0.00
Desain Sumber Air Baku
Domestik Irigasi Industri
Debit Air Tabel 3. Kriteria Desain Alokasi Air Baku
Permukaan
Durasi (15 Harian)
D
Gambar 11. Debit Setengah Bulanan Historik Sungai (1993-2006)
Debit Andalan
PENGUSAHAAN WADUK AIR
Gambar : Debit input air Manajemen waduk Intuitif
Debit input pulai (R-5)
Keandalan air waduk
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0 5 10 15 20 25 30
Time series
Q (m
3
/s
)
Q80% Qirigasi Qdomestik 95 % Vol
Pedoman Pengusahaan Waduk
Sidang Sarjana Teknik Lingkungan, Maret 2009
-50000000.00
Lintasan waduk PU 5 tahun
Gambar 19. Pedoman Lintasan Waduk dengan Debit
Input Qmin Setengah Bulanan PU 5 Tahun 0.00
50000000.00
Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov
Grafik Perbandingan Fluktuasi Debit Hasil Pengukuran-Metoda Mock- Metode Kontinu Regresi Ganda Pos Katulampa
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Fluktuasi debit Katulampa
Kalibrasi Debit Bangkitan Model Kontinu dan
Debit Historik (1994-2006)
0.00
Jan-93 Oct-95 Jul-98 Apr-01 Jan-04 Oct-06 Jul-09
Durasi (Bulan)
HASIL DAN PEMBAHASAN
0.00
Pembangkitan Data Debit
Bulan Jenis Korelasi Koefisien Persamaan
Januari PPPQ 0.848 Qt = 56.8 + 0.256P3(t) - 0.094P1(t) - 0.044P7(t)
Februari PPQ'Q 0.695 Qt = 23.006 + 0.499Q(t-1) - 0.033P4(t) - 0.141P5(t)
Maret PPQ'Q 0.819 Qt = (-7.812) + 0.677Q(t-1) - 0.085P4(t) + 0.164P5(t)
April PPQ'Q 0.586 Qt = (-5.125) + 0.435Q(t-1) + 0.066P4(t) + 0.125P5(t)
Mei PPPQ 0.431 Qt = 52.442 + 0.101X2(t) + 0.09P4(t) - 0.147P5(t)
Juni PPQ'Q 0.957 Qt = (-1.506) + 0.596Q(t-1) + 0.131P3(t) + 0.186P8(t)
Juli PPQ'Q 0.888 Qt = 1.419 + 0.638Q(t-1) + 0.066P3(t) + 0.011P7(t)
Agustus PPQ'Q 0.852 Qt = 5.442 + 0.577Q(t-1) + 0.259P2(t) - 0.296P3(t)
September PPQ'Q 0.948 Qt = 2.633 + 0.761Q(t-1) + 0.019P1(t) - 0.009P7(t)
Oktober PPQ'Q 0.945 Qt = 9.969 + 0.26Q(t-1) + 0.03P4(t) + 0.054P5(t)
November PPQ'Q 0.906 Qt = 1.017 + 0.913Q(t-1) - 0.023P3(t) + 0.09P4(t)
Pengelolaan Waduk Aktual
HASIL DAN ANALISIS
Tabel 8. Pengelolaan Waduk Aktual Pedoman Lintasan Bulanan PU 5 Tahun 1994-1995
Historik Prediksi Historik Prediksi
Pedoman Input
Rata-rata Vol. Aktual m3 m3/d m3/d m3
Nov-94 21.00 29.23 55188000.00 76814074.80 0.00 0.00 2599354.80 29.83 74214720.00 0.00 0.00 Des-94 33.20 78.32 87249600.00 205811820.00 2599354.80 37364802.92 80059654.80 46.98 128351520.00 0.00 0.00 Jan-95 86.90 82.17 228373200.00 215933824.80 80059654.80 101596969.90 159477814.80 56.98 148955040.00 0.00 0.00 Feb-95 116.00 123.62 304848000.00 324865999.65 159477814.80 234316776.79 259387014.45 78.45 224956800.00 0.00 0.00 Mar-95 87.30 112.17 229424400.00 294791079.91 259387014.45 346932603.67 341599174.36 70.90 212578920.00 0.00 0.00 Apr-95 72.90 95.28 191581200.00 250405563.60 341599174.36 424065061.52 409884337.96 64.52 182120400.00 0.00 0.00 May-95 59.70 52.18 156891600.00 137118002.40 409884337.96 405409866.29 420000000.00 40.57 105698160.00 41077777.96 15.63 Jun-95 66.30 44.21 174236400.00 116194549.32 420000000.00 360369732.71 420000000.00 28.76 73426320.00 100810080.00 38.36 Jul-95 33.10 45.17 86986800.00 118712522.19 420000000.00 286974460.09 420000000.00 21.22 53400960.00 65311562.19 24.85 Aug-95 22.80 25.90 59918400.00 68068879.20 420000000.00 190702819.53 420000000.00 16.94 42231960.00 25836919.20 9.83 Sep-95 21.90 19.91 57553200.00 52315538.55 420000000.00 85004691.67 420000000.00 15.25 37948320.00 19604880.00 7.46 Oct-95 41.20 26.42 108273600.00 69436490.40 420000000.00 11169368.32 420000000.00 16.06 38920680.00 69352920.00 26.39 Nov-95 82.80 78.09 217598400.00 205208431.20 420000000.00 0.00 420000000.00 29.83 74214720.00 143383680.00 54.56 Dec-95 76.30 87.85 200516400.00 230868223.20 420000000.00 37364802.92 420000000.00 46.98 128351520.00 102516703.20 39.01
Qlimpas
Volume Awal (m3)
Volume Akhir Qoutput
Bulan
Debit Input Debit Input (m3)
Pengelolaan Optimal Waduk dgn ketidakpastian
debit masa depan (1998-2002)
0 100 200 300 400 500 600
0 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60
Bulan
Jut
a m
3
LINGKUNGAN EKONOMI
JATILUHUR
• Luas Waduk = 83 km2
• Kapasitas tampungan = 2.448 Juta m3
• Kapasitas tampungan efektif = 1.869 Juta m3 ( 2005) .
• Tinggi muka air maksimum = + 107 m DPL.
• Tinggi muka air minimum = + 75 m DPL.
• Tinggi muka air aw al operasi = + 90.71 m DPL.
SISTEM KASKADE
CITARUM
GRAFIK
PENGUSAHAAN WADUK
Kurva Distribusi Kumulatif
Q kering
Q normal
Matrik Transisi Stokastik Markov Orde Satu Multiklas ( Basah, Normal & kering ) dari Komponen Utama Siklus Hidrologi ( P.Q)
Kondisi Thn
Iklin Tahun (t) Kondisi Tahun Depan (t+1)
0 1 2
0
α
01α
02α
03 1 P0N1
α
10α
11α
12 1 P1N2
α
20α
21α
22 1 P2NPNN
Matrik Transisi Stokastik Markov Multiklas
Orde 1 ( Iklim Tahun : Basah ,Normal ,kering )
Matrik Transisi Stokastik Orde 1 - 3 Klas
Kondisi Thn
debit (t) Kondisi Tahun Debit (t+1)
0 1 2
0 0.6000 0.0000 0.4000 1.0000 P0N
1 0.5000 0.5000 0.0000 1.0000 P1N
2 0.1667 0.3333 0.5000 1.0000 P2N
1.2667 0.8333 0.9000 3.0000 PNN
Model Kontinu Prakiraan Debit Air
Ketidakpastian Masa Depan( Avenir Aleatoire)
Dibangun berdasarkan
korelasi antara dua variabel
acak, yaitu :
* Stasiun pengamat hujan (P )
* Stasiun pengamat debit (Q )
Model
dengan
nilai
koefisien
Korelasi
(R)
Tabel Matrik Koef Korelasi Komponen utama (P,Q) siklus Hidrologi fungsi ruang dan waktu
Nilai P1 P2 P3 Qt Qt+1 Qt-1
P1 1
P2 ρ P2P1 1
P3 ρP3 P1 ρP3 P2 1
Qt ρQt P1 ρQt P2 ρQt P3 1
Qt+1 ρQt+1 P1 ρQt+1 P2 ρQt+1 P3 ρQt+1 Qt 1
Korelasi 2 variabel
xy
ρ
= Koefisien korelasi 2 variabel xyi
X
Y
i = nilai Variabel X atau Yke–iy x
σ
σ
,
= Simpangan baku variabel X dan Yn = Jumlah populasi ,bila n<10 maka (n-1)
Persamaan Regresi Linier Model Biner :
x
1
= r
2
x
2
+
ε
Koefisien Determinasi
Dinyatakan sbb :
R =
ρ
12
ε
2
= 1 – R
2
ρ
12X
1X
2
(Q1)P
(Q1)Q
Koefisien Korelasi Parsiil Dinyatakan sbb
Persamaan Regresi Linier Model Terner :
x
1= r
2x
2+ r
3x
3+ ε
Koefisien Determinasi
Dinyatakan sbb :
(Q1)PP
Persamaan Regresi Linier Model Kuaterner :
x
1= r
2x
2+ r
3x
3+ r
4x
4+ ε
Koefisien Determinasi
Dinyatakan sbb :
ε
2= 1 – R
2ε
= 1 + r
22+ r
32+ r
42– 2(r
2ρ
12+ r
3ρ
13+
r
4ρ
14) +
2(r
2r
3ρ
23+ r
2r
4ρ
24+ r
3r
4ρ
34)
(Q1)PPP
(Q1)QPP
(Q1)QQP
(Q1)QQQ
X
1X
3X
4ρ
14ρ
34X
2ρ
12ρ
23ρ
24
ρ
24
Koefisien Korelasi Parsiil Dinyatakan sbb
Δ = 1 – (
ρ232 + ρ242 + ρ342
) + 2ρ23ρ24 ρ34
Δ2 = ρ12( 1-
ρ342
) –ρ13
(ρ23
–ρ24 ρ34
) –ρ14
(ρ24
-ρ23 ρ34
)Δ3 = ρ13( 1-
ρ242
) –ρ12
(ρ23
–ρ24 ρ34
) –ρ14
(ρ34
-ρ23 ρ24
)Δ4 = ρ14( 1-
ρ232
) –ρ12
(ρ24
–ρ23 ρ34
) –ρ13
(ρ34
-ρ23 ρ24
)Δ
2
Δ
2
r
=
Δ
3
Δ
3
r
=
Δ
4
Δ
4
r
=
Model 4 Variabel (Lanjutan)
INDIKANTOR PEMILIHAN MODEL
PEMBANGKIT
4 Variabel
(Kuaterner)
3 Variabel
(Terner)
2 Variabel
(Biner)
R >>>
MODEL PEMBANGKITAN DEBIT TERPILIH
Korelasi
Model Diskrit CHAIN MARKOV
Konsep CHAIN MARKOV :
Probabilitas kejadian pada suatu waktu tertentu
bergantung/ditentukan hanya dari kejadian waktu
sebelumnya.
Jika t0 < t1 < … < tn , (n = 0,1,2…) > titik-titik waktu,
maka kumpulan variabel acak {X(tn)} merupakan
Proses Markov jika memenuhi kondisi sbb :
Model Diskrit CHAIN MARKOV
Dat a Debit Bulanan
Klasif ikasi Debit
Mat rik Transisi
Analisis Frekuensi & Dist . Probabilit as
Simulasi
Debit Ant isipasi
Dist. Normal
Dist. Log-Normal
Dist. Gumbel Uj i K-S
Klas 0 Qkering
Klas 1 Qnormal
Klas 2 Qbasah
Kurva Dist ribusi Kumulat if
Dist. Gamma
Dist. Log-Person III
Kurva Distribusi Kumulatif
Q kering
Q normal
Matrik Transisi
Kondisi Debit Waktu tn-1
Matrik Transisi (Lanjutan)
untuk seluruh nilai
i
;
Pij
≥ 0 untuk
seluruh nilai
i
dan
j
∑
=j ij
P 1
∑
∑
=j ij ij
n n P
Matrik P diatas >
matrik transisi homogen
atau
matrik stokhastik
karena semua transisi
probabilitas
Pij
adalah tetap dan independen
terhadap waktu.
Simulasi
Prinsip dasar simulasi:
Zt = Xt.Yt
X
t= Keadaan debit pada bulan
t
Y
t= Tinggi debit pada bulan
t
Untuk menumbuhkan variabilitas debit tahunan dan
mengerjakannya sesuai dengan realitas dari fenomena
fisik meteorologi, digunakan dua tarikan perbulan yaitu :
Menentukan keadaan debit pada waktu
t
dengan
menggunakan fungsi distribusi debit air historik.
Menentukan besaran debit air dengan menggunakan
Goodnes-of-Fit
K-S
Chi Kuadrat Uji Parametrik
Uji Non-Parametrik
Uji Normalitas
Tidak semua data Debit terdistribusi Normal
Batas Kelas Debit Bulanan DAS Citarum-Saguling
(m3/detik)
Bulan Debit Kering (0) Debit Normal (1) Debit Basah (2)
Januari 0.00 - 118.96 118.97 - 159.26 159.27 - 238.18
Februari 0.00 - 116.99 117.00 - 151.67 151.68 - 245.77
Maret 0.00 - 129.15 129.16 - 178.51 178.52 - 240.27
April 0.00 - 146.78 146.79 - 187.16 187.17 - 257.91
Mei 0.00 - 80.27 80.28 - 106.54 106.55 - 152.53
Juni 0.00 - 50.62 50.63 - 75.23 75.24 - 111.64
Juli 0.00 - 30.03 30.04 - 50.66 50.67 - 138.84
Agustus 0.00 - 14.91 14.92 - 29.39 29.40 - 59.29
September 0.00 - 15.18 15.19 - 30.54 30.55 - 79.60
Oktober 0.00 - 27.66 27.67 - 56.61 56.62 - 127.80
November 0.00 - 83.33 83.34 - 143.81 143.82 - 262.35
Desember 0.00 - 91.07 91.08 - 130.77 130.78 - 199.90
Debit Rata-Rata Kelas Bulanan DAS Citarum-Saguling
(m3/detik)
Bulan Debit Kering (0) Debit Normal (1) Debit Basah (2)
Januari
99.1508 137.6421 191.0761
Februari
101.8011 132.4318 182.7710
Maret 101.3649 153.2866 210.5728
April
124.8484 166.1509 215.7136
Mei
67.2757 92.4771 127.1190
Juni 35.2609 62.9267 90.5925
Juli
21.6710 39.0049 70.2036
Agustus
8.9862 21.3239 41.9706
Klasifikasi Debit Input Bulanan
DAS Citarum-Saguling Tahun 1986 - 2002
Sumber : Hasil Perhitungan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1986 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1
1987 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 2
1988 2 1 1 0 2 1 0 1 0 2 1 0
1989 2 2 0 1 2 2 2 2 1 0 0 1
1990 0 2 0 1 1 1 1 2 1 0 0 2
1991 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 2 2
1992 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2
1993 2 2 2 2 0 1 1 2 1 0 0 2
1994 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0
1995 0 0 1 1 1 2 2 0 1 2 2 1
1996 1 0 0 1 0 0 1 1 2 2 2 2
1997 1 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0
1998 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1
Matrik Transisi Tiga Kelas Orde Satu Debit Total
Das Citarum-Saguling
Matrik Transisi Tiga Kelas Orde Satu (Desember/Januari)
Kondisi
Bulan Kondisi Bulan Januari (t+1) Desembe
r (t) 0 1 2
0 0.6000 0.0000 0.4000 1.0000 P0N 1 0.5000 0.5000 0.0000 1.0000 P1N 2 0.1667 0.3333 0.5000 1.0000 P2N
1.2667 0.8333 0.9000 3.0000 PNN
PN0 PN1 PN2 PNN
Data Debit Bulanan DAS Citarum-Saguling Tahun
1986 – 2002 Hasil Pembangkitan Chain Markov (Uji
Elastisitas)
Sumber : Hasil Perhitungan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1986 137.64 101.80 153.29 215.71 92.48 90.59 70.20 41.97 44.00 82.18 181.55 110.35
1987 99.15 101.80 101.36 166.15 92.48 35.26 39.00 8.99 8.99 16.13 45.58 157.01
1988 191.08 182.77 153.29 166.15 127.12 90.59 39.00 8.99 44.00 16.13 113.57 69.32
1989 99.15 182.77 210.57 166.15 92.48 90.59 70.20 41.97 21.96 16.13 45.58 157.01
1990 99.15 101.80 210.57 166.15 92.48 90.59 39.00 41.97 21.96 16.13 45.58 157.01
1991 191.08 101.80 101.36 166.15 67.28 35.26 21.67 8.99 8.99 16.13 45.58 157.01
1992 191.08 101.80 210.57 215.71 127.12 90.59 70.20 41.97 44.00 82.18 113.57 110.35
1993 191.08 182.77 210.57 215.71 127.12 35.26 39.00 41.97 21.96 16.13 45.58 157.01
1994 191.08 182.77 210.57 215.71 127.12 35.26 21.67 8.99 8.99 16.13 45.58 157.01
1995 99.15 101.80 101.36 166.15 92.48 90.59 70.20 41.97 8.99 16.13 181.55 110.35
1996 137.64 101.80 101.36 166.15 67.28 35.26 39.00 21.32 44.00 82.18 181.55 157.01
1997 191.08 101.80 101.36 124.85 92.48 35.26 39.00 41.97 8.99 16.13 45.58 157.01
1998 99.15 101.80 210.57 215.71 127.12 90.59 70.20 41.97 44.00 82.18 113.57 110.35
0 100 200 300 400 500 600 700 800
0 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60
Bulan
Jut
a m
3
HISTORIS NORMAL REGRESI MARKOV
Perbandingan Model Pembangkitan Debit
Model Kontinu – Model Diskrit Waduk Saguling
Debit hasil peramalan dengan model kontinu dan model diskrit
dapat mengikuti fluktuasi debit historis yang ada.
Elastisitas debit
antisipasi terbaik
⇒
Metode Diskrit Chain
Tabel : Persamaan Regresi Linier Ganda Model Hujan-Debit Heterogen Q(1)PPP
Bulan Persamaan Regresi Ganda
Januari Qn+1 = -0.2714 Pn3 + 0.6869 Pn6 - 0.4202 Pn10 + 195.5179
Februari Qn+1 = 0.4285 Pn2 + 0.4338 Pn10 - 0.2653 Pn11 + 21.5284
Maret Qn+1 = 0.8444 Pn6 - 0.8100 Pn10 + 0.2995 Pn11 + 48.5559
April Qn+1 = 0.7888 Pn2 - 0.5617 Pn7 - 0.4267 Pn8 + 76.6542
Mei Qn+1 = -0.5834 Pn6 + 0.5974 Pn8 + 0.7358 Pn9 - 20.0044
Juni Qn+1 = 1.2112 Pn2 - 0.8824 Pn4 - 0.1693 Pn11 + 11.1823
Juli Qn+1 = 0.9247 Pn6 + 0.3902 Pn8 - 0.8419 Pn10 + 13.3979
Agustus Qn+1 = -0.6908 Pn2 + 0.6469 Pn5 + 0.9290 Pn11 + 8.8445
September Qn+1 = -1.2519 Pn3 + 0.9167 Pn5 + 0.9589 Pn11 - 10.1159
Oktober Qn+1 = 0.4996 Pn3 - 0.3895 Pn4 + 0.8626 Pn7 - 8.2072
November Qn+1 = -0.4947 Pn3 + 0.9778 Pn6 - 0.6167 Pn9 + 115.4179
Desember Qn+1 = 0.9712 Pn2 + 0.2627 Pn5 - 1.0085 Pn6 + 103.8751
Sumber : Hasil Perhitungan Keterangan :