• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KETERSEDIAAN SUMBER DAYA AIR DA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KETERSEDIAAN SUMBER DAYA AIR DA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KETERSEDIAAN SUMBER DAYA AIR DAN UPAYA

KONSERVASI SUB DAS BRANTAS HULU

WILAYAH KOTA BATU

*Mohammad Muchlisin Mahzum1, Mas Agus Mardyanto2 Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Indonesia

Syailendra007@gmail.com

Abstrak

Kota Batu menjadi bagian terpenting dari daerah aliran sungai (DAS) di hulu Sungai Brantas. Keberadaanya sangat vital dimana wilayah Kota Batu merupakan salah satu daerah tangkapan air hujan dan juga sebagai pengendali banjir di DAS Brantas. Kondisi saat ini ditemukan bahwa jumlah sumber mata air di hulu sungai Brantas sebelum 2005 berjumlah 421 sumber mata air, pada 2005 terdapat 221 sumber mata air dan pada 2009 hingga kini menyisahkan 57 sumber mata air. Hal ini disebabkan berkurangnya hutan konservasi sebesar 1.316,43 ha (2013) dari luas sebelumnya sebesar 4.120,37 ha (2006) menjadi permukiman penduduk. Untuk mengatasi dan mengurangi kerusakan perlu dilakukan upaya konservasi sumber daya air, yaitu dengan metode konservasi mekanik. Penelitian ini diawali dengan pengambilan data curah hujan, data iklim, peta DAS yang berada di Kota Batu, data penduduk Kota Batu, data tata guna lahan serta data jenis tanah. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap ketersediaan dan kebutuhan air dengan metode Mock. Dari hasil analisis diketahui terjadi defisit air pada tahun 2015, 2020, 2025, dan 2030 masing-masing sebesar 120.855,49 m3, 466.632,97 m3, 1.463.158,22 m3, dan 4.619.377,26 m3. Oleh sebab perlu dilakukan upaya

konservasi seperti pemanen air hujan dengan atap bangunan (roof top rain water harvesting). Kata Kunci: DAS Brantas, ketersediaan air, kebutuhan air, konservasi.

1. Pendahuuan

Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu daratan yang terdiri dari sungai, danau dan anak sungai yang dibatasi oleh punggung-punggung gunung, dimana fungsinya untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari air hujan. Daerah aliran sungai (DAS) dapat dibagi menjadi Sub DAS yang berfungsi menerima air hujan dan mengalirkanya ke anak sungai ke sungai utama (PP No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1). Secara keseluruhan luas DAS Brantas 12.000 km2 yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu Sub

DAS hulu, tengah, dan hilir. Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih adalah Sub DAS Brantas hulu yang letaknya di Kota Batu dengan luas DAS 182,964 km2.

Perubahan lahan di Kota Batu mengalami perkembangan yang signifikan, dimana luas permukiman penduduk semakin meningkat dari 2.520,74 ha (2006) menjadi 4.830,62 ha (2013). Hal ini berpengaruh terhadap luasan hutan pada tahun 2013 yang berkurang menjadi 1.316,43 (ha) dari luas sebelumnya pada tahun 2006 sebesar 4.120,37 ha (Balai Besar Wilayah Sungai Brantas, 2013). Dengan demikian hal ini sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air khususnya di Sub DAS Brantas hulu maupun DAS Brantas secara keseluruhan

Untuk mengetahui pengaruh fungsi guna lahan terhadap pemenuhan kebutuhan air, maka perlu dilakukan kajian konservasi sumber daya air terhadap ketersediaan air baik pada saat ini maupun masa yang akan datang khususnya di Sub DAS Brantas Hulu Kota Batu.

Tujuan konservasi sumber daya air adalah memelihara keberadaan air dan sumber air, termasuk potensi yang terkandung di dalamnya serta keberlanjutan keadaan dan fungsi sumber daya air Sub DAS Brantas hulu agar tetap terjaga kuantitas dalam memenuhi kebutuhan air makhluk hidup.

2. Tinjauan Pustaka Ketersediaan Air

Dalam menganalisis ketersediaan air pada suatu daerah aliran sungai (DAS) atau sub DAS salah satunya menggunakan metode Mock (1973). Metode ini mempertimbangkan besarnya air yang menjadi limpasan langsung dan air yang terinfiltrasi kedalam tanah menjadi simpanan air tanah (groundwater storage), yang kemudian menjadi aliran dasar (base flow) sehingga dapat diketahui total aliran atau debit efektifnya.

Metode Mock biasanya digunakan untuk mengukur debit air di suatu DAS yang belum memiliki alat pencatat hujan (AWLR) maupun data pengukuran debit air di lapangan sangat kurang. Metode Mock menggunakan beberapa parameter dalam menentukan besaran debit air, antara lain:

a. Curah hujan (P)

b. Evapotranspirasi potensial (ETo)

(2)

PE

x

=

16

x

(

f = Koefesien penyesuaian hubungan

antara jumlah jam dan hari terang berdasarkan lokasi

I = indeks panas tahunan i = indeks panan bulanan

PEx = Evapotraspirasi potensial yang belum disesuaikan faktor f (mm/bulan)

PE = Evapotraspirasi potensial (mm/bulan)

c. Evapotranspirasi terbatas (Et)

Evapotranspiras terbatas adalah evapotranspirasi aktual dengan memperhitungkan kondisi vegetasi, permukaan tanah serta frekuensi curah hujan. Untuk perhitungan Evapotranspirasi terbatas (Et) diperlukan data-data :

1. Curah hujan bulanan (P) 2. Jumlah hari hujan (h)

3. Exposed surface/ permukaan lahan terbuka (m). Menurut Sudirman (2002) exposed sur-face (m) ditentukan berdasar peta tata guna lahan, atau dapat menggunakan nilai asumsi sebagai berikut :

m = 0 % untuk lahan dengan hutan lebat (hutan primer, sekunder)

m = 10 – 30 % untuk lahan tererosi

m = 30 – 50 % untuk lahan pertanian yang diolah (misal: sawah dan ladang)

d. Kesetimbangan Air

Menurut Mock (1973) besarnya kapasitas kelembaban tanah (Soil Moisture Capacity) berdasarkan kondisi porositas lapisan tanah permukaan dari daerah pengaliran sungai yaitu berkisar antara 50 – 250 mm. Ada dua keadaan untuk menentukan SMC, yaitu:

a) SMC = 200 mm/bulan, jika P – Et > 0. Artinya tampungan kelembaban tanah (Soil Moisture Storage, disingkat SMS) sudah mencapai kapasitas maksimumnya atau terlampaui sehingga air tidak disimpan dalam tanah lembab. Ini berarti soil storage

(SS) sama dengan nol dan besarnya water surplus sama dengan P - Ea.

b) SMC = SMC bulan sebelumnya + (P – Et), jika P – Et < 0.

Untuk keadaan ini, tampungan tanah lembab belum mencapai kapasitas maksimum, sehingga ada air yang disimpan dalam tanah lembab. Besarnya air yang disimpan ini adalah P – Ea (Mock, F.J, 1973 dalam Sidharno, 2013)

Kesetimbangan air permukaan tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

 Air hujan (Ds)

Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai berikut: Ds = P – E

di mana :

Ds = air hujan mencapai permukaan tanah P = Curah hujan bulanan

Et = Evapotranspirasi

 Kandungan air tanah

Besar kandungan tanah tergantung dari harga Ds, bila harga Ds negatif, maka kepasitas kelembaban tanah akan berkurang dan bila Ds positif maka kelembaban tanah akan bertambah.

 Kelebihan Air (Water Surplus)

Kelebihan air didefinisikan sebagai air hujan (presipitasi) yang telah mengalami evapotranspirasi dan mengisi tampungan tanah (soil storage, disingkat SS)

WS = (P – Et) -SS Dengan :

WS (Water Surplus) = volume air yang akan masuk ke permukaan tanah.

Akan terjadi surplus, jika (P – Et) –SS > 0 dan defisit air jika (P – Et)-SS < 0. (P–Et) = presipitasi yang telah mengalami

evapotranspirasi.

SS = perubahan volume air yang ditahan oleh tanah yang besarnya tergantung pada (P-Et), soil storage bulan sebelumnya.

e. Limpasan (Run Off)

Limpasan terjadi karena air hujan yang telah mengalami evapotranspirasi, dimana air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan meresap ke tanah (infiltrasi) dan selebihnya akan mengalir menjadi limpasan permukaan (surface runoff). Adapun persamaanya sebagai berikut:

(3)

Dengan :

R = Runoff/ Limpasan (mm) BF = Base Flow/ Aliran dasar (mm)

DR = Direct Runoff/ Limpasan langsung (mm).

Parameter yang mempengaruhi besarnya limpasan adalah:

 Infiltrasi

Menurut Mock besarnya infiltrasi diperoleh dari perkalian antara water surplus (WS) dengan koefisien infiltrasi (if) :

Infiltrasi (i) = WS x if

Koefisien infiltrasi sangat dipengaruhi oleh kondisi porositas maupun kemiringan daerah pengaliran. Nilai koefisen infiltrasi berkisar antara 0,20 ~ 0,50

 Faktor Resesi Aliran Tanah (k)

Dalam penenlitianya Mock menetapkan besaran faktor resesi aliran tanah sebesar 60% konstant setiap bulanya.

 Tampungan Air Permulaan V(n-1)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dr. Mock (1973) di Bogor, maka diasumsikan bahwa tanah dalam sehari mampu menahan air sebanyak 12 mm.

 Penyimpanan Air Tanah (Ground Water Storage)

Menurut Mock besarnya penyimpanan air tanah dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:

Vn = { 0,5 x (1 + K) x i } + { K x V(n-1) }

 Perubahan Volume Penyimpanan Air Tanah (ΔGS (DVn))

Besaran Perubahan Volume Penyimpanan Air Tanah (DVn) adalah selisih antara volume penyimpanan air tanah (Vn) dengan Tampungan air permulaan V(n-1). Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

ΔGS (DVn) = Vn - V(n-1)

Kebutuhan Air

Besaran kebutuhan air antara suatu daerah dengan daerah lain akan berbeda, hal ini sangat dipengaruhi oleh iklim, lingkungan hidup, penduduk dan faktor-faktor lainnya.

Untuk mengetahui kebutuhan air bersih, maka diperlukan data proyeksi pertumbuhan penduduk untuk masa yang akan datang dengan perhitungan statistik, antara lain:

 Rata-rata aritmatik Pt = Po + r*(dt)

Pt = Penduduk tahun ke t

Po = Penduduk pada awal perolehan data

r = rata-rata pertambahan penduduk pertahun

dt = kurun waktu proyeksi

 Selisih kuadrat minimum (least square)

Pn = a + b*t

t = Tambahan tahun terhitung dari tahu dasar

a =

n = Jumlah data yang diambil harus ganjil

 Berganda (geometric)

Pn = Po (1 + r)*dt

r = rata-rata pertambahan penduduk pertahun

dt = kurun waktu proyeksi

kebutuhan penduduk dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Kebutuhan Air Non Irigasi

Kebutuhan air non irigasi dapat dikelompokan antara lain:

(4)

g. Kebutuhan air untuk peternakan. h. Kebutuhan air industri

i. Kebutuhan air kran umum (hidran). 2. Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan irigasi dipengaruhi beberapa faktor seperti klimatologi, kondisi tanah, koefisien tanaman, pola tanam, pasokan air yang diberikan, luas daerah irigasi, efisiensi irigasi, penggunaan kembali air drainase untuk irigasi, sistem golongan, jadwal tanam, dan lain-lain

Qiriigasi = kebutuhan air irigasi (m3/detik);

Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari); IR = kebutuhan air irigasi di tingkat

persawahan (mm/hari);

WLR = kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari), besaran WLR =50 mm/bulan atau 3,3 mm/hari selama ½ bulan (Standart Perencanaan Irigasi KP-01, 1986);

P = Perkolasi (1-3 mm/hari); Re = hujan efektif (mm/hari);

IE = efisiensi irigasi, berdasarkan asumsi jumlah air yang hilang di petak sawah (%); A = luasan areal irigasi (ha).

Neraca Air

Konsep neraca air pada dasarnya menunjukkan keseimbangan antara jumlah air yang masuk (inflow) dan yang keluar (outflow) dalam suatu proses sirkulasi air pada periode tertentu (Sri Harto, 2000).

Secara umum persamaan neraca air dirumuskan dengan :

I = O ± ΔS

I = masukan (inflow) O = keluaran (outflow)

ΔS = perubahan tampungan.

Perubahan Tata Guna Lahan

Perubahan tata guna lahan merupakan berubahnya fungsi penggunaan lahan dari suatu wilayah yang sesuai kegunaanya pada awalnya berubah alih menjadi fungsi lain dalam kurun waktu yang berbeda (wahyunto dkk., 2001).

Jika suatu DAS terdiri dari berbagai macam penggunaan lahan, maka nilai koefisien aliran permukaan (C) akan beragam. Untuk menganalisa nilai koefisien aliran permukaan (C) suatu DAS, maka dapat digunkan persamaan (Suripin, 2004) :

C

=

A

1

.

C

1

+

A

2

.

C

2

+

...

+

A

n

.

C

n

A

1

+

A

2

+

...

+

A

n Dengan:

C = koefisien aliran permukaan

Ci = koefisien aliran permukaan jenis penutup lahan i,

Ai = luas penutup lahan dengan jenis penutup lahan i,

n = jumlah jenis penutup lahan.

Konservasi Sumber Daya Air 1. Metode Vegetatif

Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa-sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran permukaan dan erosi.

Dalam analisa konservasi vegetasi faktor simpanan lengas tanah (soil water storage) atau disingkat SWS sangat mempengaruhi dalam ketersediaan air dalam tanah. Simpanan lengas tanah adalah jumlah total air yang tersimpan

SWS = simpanan lengas tanah (mm), RD = Kedalaman efektif perakaran tanaman dalam (m),

AWSC = Kedalaman efektif perakaran tanaman (mm/m).

Termasuk dalam metode mekanik adalah:

 pengolahan tanah (tillage).

 pengolahan tanah menurut kontur (con-tour cultivation).

 Guludan dan guludan bersaluran menu-rut kontur.

 Terras.

 Dam penghambat (check dam)

 waduk (balong) atau (form ponds).

 Pemanen air hujan (rainwater harves-ting).

3. Metodologi Penelitian

(5)

survei di lapangan dan data sekunder dari instansi yang berwenang. Data-data sekunder tesebut terdiri dari peta administrasi, peta daerah aliran sungai (DAS) Brantas, peta tata guna lahan, peta hidrogeologi, data debit air Sungai, data curah hujan, data klimatologi, data demografi penduduk, data jenis dan kemiringan lahan serta peta jenis tanah dan sebaranya.

Langkah Pengerjaan Studi

a. Melakukan analisa hidrologi dengan meng-ambil beberapa stasiun hujan terdekat yang dianggap berpengaruh terhadap Sub DAS Brantas hulu. Metodologi yang digunakan dalam menganalisa curah hujan mengguna-kan Poligon Thiessen.

b. Perhitungan evapotranspirasi di Sub DAS Brantas. Data yang dibutuhkan dalam men-ganalisa evapotranspirasi yaitu memasukan data eksisting temperatur dari stasiun pe-nakaran hujan serta data klimatologi. transpirasi yang digunakan adalah Evapo-transpirasi Potensial (EP), dimana sangat dipengaruhi oleh permukaan lahan terbuka. Perhitungan evapotranspirasi potensial pada penelitian ini menggunakan metode Thorn-thwaite disebabkan data yang tersedia hanya suhu rata-rata bulanan dalam setahun. c. Untuk menghitung ketersediaan air di Sub

DAS Brantas Hulu, dilakukan perhitungan limpasan air permukaan (surface runoff) dan limpasan air bawah tanah (ground water) menggunakan metode Mock. Data-data yang dijadikan sebagai input antara lain: jumlah curah hujan bulanan, nilai Eto, nilai soil moist storage 200 mm jika curah hujan > 200 mm dan merupakan nilai curah hujan jika besar curah hujan < 200 mm, koefisien infiltrasi, nilai K = 0,6. Setelah semua data dimasukan, maka perhitungan di lanjutkan dengan menganalisa ketersediaan air yang hasil perhitungannya merupakan debit ketersediaan air pada DAS.

d. Perhitungan kebutuhan air domestik dan non domestik.

e. Usaha konservasi sumber daya air baik seca-ra vegetatif maupun mekanik. Dalam usaha konservasi vegetatif perlu diperhatikan ta-naman yang memberi keuntungan ganda di-antaranya meranti-merantian, gaharu, palem-paleman, anggrek, kantung semar dan ang-gota ordo paku-pakuan pohon. Sedangkan usaha konservasi secara mekanik dengan memanfaatkan metode pemanen air hujan

(rainwater harvesting) dengan atap bangun-an (Haryoso, 2010). Untuk mengetahui po-tensi jumlah air hujan yang dapat dipanen,

maka dapat dihitung dengan persamaan se-bagai berikut:

Jumlah air hujan yang dapat dipanen = Luas area x curah hujan x koefisien run off (Heryani, 2009)

Gambar 1. Pemanen air hujan dengan atap bangunan

4. Hasil dan Pembahasan

Gambaran Umum Sub Daerah Aliran Sungai Brantas

Jika ditinjau dari area pelayanan sungai atau batas Sub DAS Sungai Brantas, maka luas sub DAS tersebut sebesar ± 182,96 km² yang termasuk dalam wilayah Kota Batu. Wilayah Kota Batu terdiri dari 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo, dan Kecamatan Bumiaji.

Kota Batu memiliki suhu minimum 18°– 24°C dan suhu maksimum 28°- 32° C dengan kelembaban udara sekitar 75% – 98% dan curah hujan rata-rata 875mm – 3000 mm per tahun.

Jenis tanah di Kota Batu terdiri dari jenis tanah andosol, kambisol, dan alluvial. Kota Batu terletak pada ketinggian rata-rata 871 m di atas permukaan laut.

Perubahan tata guna lahan yang drastis merupakan salah satu penyebab berkurangnya ketersediaan air di Kota Batu (Sub DAS Brantas Hulu). Hal ini dapat dilihat kondisi perubahan lahan dari tahun 2006 hingga 2013, seperti yang diuraikan pada Tabel 1 dan grafik tata guna lahan pada Gambar 2 berikut ini:

(6)

Gambar 2. Prosentase tata guna lahan Kota Batu tahun 2006 - 2013

Kebutuhan Air

Berdasarkan perhitungan dengan metode Mock diperoleh debit rata-rata pada Sub DAS Brantas Hulu seperti dijelaskan pada tabel 2 berikut.

Tabel 2: Debit air rata-rata dengan metode Mock

Bulan Debir Air(m³/dt)

Januari 17,21

Februari 15,49

Maret 11,94

April 11,84

Mei 4,50

Juni 2,18

Juli 1,65

Agustus 1,62

September 1,25

Oktober 3,59

Nopember 11,52

Desember 16,17

Analisis kebutuhan air Kota Batu didasarkan pada rencana tata ruang wilayah (RTRW) hingga tahun 2030, dimana analisis dilakukan setiap 5 tahun.

Tabel 3: Kebutuhan air

No Tahun Total Kebutuhan Air (m³)

1 2015 13.436.559,67

2 2020 15.736.357,57

3 2025 20.490.912,12

4 2030 31.435.292,67

Tabel diatas merupakan rekapitulasi kebutuhan air setiap periode rencana tahun. Untuk mengetahui detail analisa kebutuhan air setiap bulan sesuai umur rencana, maka dapat dilihat pada grafik kebutuhan air total berikut ini.

Gambar 3. Grafik kebutuhan air

Neraca Air

Kebutuhan air Kota Batu setiap periode lima tahun dapat diwujudkan dalam bentuk neraca air. Untuk mengetahui berapa besar ketersediaan dan kebutuhan air, maka disajikan pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 4: Neraca air

No Tahun Inflow Outflow Defisit (m³) (m³) (m³)

1 2015 1.445.737,03 1.566.592,52 120.855,49 2 2020 4.093.404,04 4.560.037,01 466.632,97 3 2025 4.022.065,75 5.485.223,97 1.463.158,22

4 2030

5.882.318,4 1

10.501.695,6 7

4.619.377,2 6

Dari tabel diatas dapat diketahui nilai defisit pada periode lima tahunya. Untuk mengetahui tentang seberapa besar tingkat defisit air setiap periode tahunya, maka dapat dilihat pada kurva massa sebagai berikut:

Gambar 5. Kurva masa tahun 2015

(7)

Gambar 7. Kurva masa tahun 2025

Gambar 8. Kurva masa tahun 2030

Konservasi Mekanik

Pemanen Air Hujan (Rain Water Harvesting) Penentuan berapa besar nilai potensial air yang dihasilkan bergantung luasan area tangkapan dan curah hujan rata-rata tahunan. Perhitungan:

1. Curah hujan tahunan (P) = 3276 mm = 32,76 dm2

2. Luas area tangkapan (atap) = 20 m x 10 m = 200 m2 = 20.000 dm2

3. Koefisien run off = 80 %

4. Defisit air pada tahun 2015 = 120.855,49m3

Jumlah air yang dapat dipanen ditetapkan sebagai berikut:

1. Volume air hujan yang jatuh di area tersebut = 20.000 dm2 x 32,76 dm

= 655.200 liter/ tahun

2. Dengan asumsi hanya 80 % dari total hujan yang dapat dipanen (20% hilang karena evaporasi atau kebocoran), maka volume yang dapat dipanen:

= 655.200 liter/ tahun x 80 % = 524.160 liter/ tahun = 524,16 m3/ tahun

3. Jumlah pemanen air hujan yang dibutuhkan untuk mengurangi defisit air pada tahun 2015 adalah:

=

120.855,49

m

3

524,16

m

3

= 231 unit.

Tabel 3. menyajikan hasil rekapitulasi jumlah pemanen air hujan yang dibutuhkan:

Tabel 5: Jumlah pemanen air hujan

Tahun Defisit

(m³) Jatuh (li-Vol. Air ter)

Vol Air

(m³/tahun) Jum-lah (unit)

2015 120.855,49 655.200,00 524,16 231

2020 466.632,97 655.200,00 524,16 890

2025 1.463.158,22 655.200,00 524,16 2.791

2030 4.619.377,26 655.200,00 524,16 8.813

Kesimpulan

1. Pada Sub DAS Brantas hulu telah terjadi alih guna lahan, dimana jumlah permukiman penduduk semakin tinggi sehingga mengurangi luas hutan sebagai lahan konservasi DAS.

2. Terjadi defisit air setiap periode lima tahun khususnya di musim kemarau yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan domestik maupun non domestik.

3. Untuk meminimalisir defisit air, maka perlu dilakukan upaya konservasi sumber daya air salah satunya dengan metode mekanik dengan memanfaatkan “pemanen air hujan”.

Daftar Pustaka

Anonim. 1986. Standar Perencanaan Irigasi

(Bagian Penunjang, KP 01-07). Direktorat Jenderal Pengairan: Departemen Pekerjaan Umum.

Arsyad, S (1989), Konservasi Tanah Dan Air, IPB Press, Bogor.

Balai Besar Wilayah Sungai Brantas (2013),

Data Dan Informasi, BBWS Brantas, Surabaya.

Haryoso , B (2010), “Teknik Pemanen Air Hujan (Rain Water Harvesting) Sebagai Alternatif Upaya Penyelamatan Sumber Daya Air Di Wilayah DKI Jakarta”, Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 11, No. 2, 2010, hal 29-39.

Mock, F.J, (1973), Land Capability Appraisal Indonesia, edisi pertama, Food And Agriculture Organization, Bogor.

Sidharno, W (2013), Kajian Ketersediaan Air Baku Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Kota Kupang Dengan Skenario Dampak Perubahan Iklim, Tesis Master., Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Surabaya.

Suripin (2004), Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Andi Offset, Yogyakarta. Triatmodjo, Bambang, (2010), Hidrologi

Terapan, edisi kedua, Beta Offset, Yogyakarta.

(8)

Gambar

Gambar 1. Pemanen air hujan dengan atap bangunan
Tabel 4: Neraca air
Gambar 7.  Kurva masa tahun 2025

Referensi

Dokumen terkait

Jika kita membaca sebuah riwayat dari salah seorang imam, maka kita tidak tahu apakah sang imam mengucapkan sabdanya dalam keadaan taqiyah atau tidak hal ini penting

Simpulan yang dapat dirumuskan mengacu pada pembahasan di atas, yaitu : (1) Pengaruh persepsi keadilan distributif dalam pemulihan layanan pada kepuasan, menunjukan

Pilihan A,C, dan D menggunakan persempitan bilangan (lima rasa,lima rasa,dua rasa) sementara dalam kalimat pertama teks disebutkan rasa tersebut bermacam-macam (tidak

Mekanisme yg dilakukan dlm konteks ini adalah para mereka yg kemudian diwakili memandatkan suaranya pd lembaga perwakilan tertentu, lantas lembaga perwakilan itulah yg

Ukuran pori-pori membran yang semakin kecil akan memperbesar kemungkinan jumlah NaCl yang tertahan pada permukaan membran, sehingga nilai rejeksi yang dihasilkan akan

isikan distance dan isikan Trapezoidal Loads dan Uniform Loads  Klik OK.. Lakukan langkah yang sama pada balok yang menerima beban mati dinding = 501,96 Kg/m 2. b)

Adanya Agrowisata di muntea ini maka sumber pendapatan hasil daerah meningkat, begitupun pendapatan masyartkat yang mengelolah tanaman apel dan strawberry itu,

Proses pengelompokkan data dilakukan untuk mengelompokkan data dan menggunakan fungsi and dan or dari fuzzy, dimana bertujuan untuk memilih nilai yang nantinya