• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETIKA KEHIDUPAN MUSLIM SEHARI-HARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ETIKA KEHIDUPAN MUSLIM SEHARI-HARI"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

 

ETIKA

 

KEHIDUPAN

 

MUSLIM

  

SEHARI

HARI

 

﴿

بادآ

ﻢﻠﺴﳌا

[  

Indonesia

 

 

Indonesian

 

ﴘﻴﻧوﺪﻧإ

]

 

Penyusun 

:

 

Div.

 

Ilmiyah

 

Dar

 

Al

 

Wathan

Terjemah

 

:

 

 

Tim

 

Dar

 

Al

 

Wathan

 

Editor

 

:

 

Eko

 

Haryanto

 

Abu

 

Ziyad

 

2009

 ‐ 

1430

 

 

 

(2)

﴿

بادآ

ﻢﻠﺴﳌا

»

ﺔﻴﺴﻴﻧوﺪﻧﻹا

ﺔﻐﻠﻟﺎﺑ

«

 

ﻒﻴﻟﺄﺗ

:

ﻟا

ﻦﻃﻮﻟا

راﺪﺑ

ﻲﻤﻠﻌﻟا

ﻢﺴﻘ

ﺔﲨﺮﺗ

:

ﻦﻃﻮﻟا

راﺪﺑ

ﺔﲨﱰﻟا

ﻢﺴﻗ

ﺔﻌﺟاﺮﻣ

:

ﻮﺘﻧﺎﻳرﺎﻫ

ﻮﻜﻳإ

دﺎﻳز

ﻮﺑأ

2009

 

 

1430

 

 

(3)

ETIKA KEHIDUPAN MUSLIM SEHARI-HARI

Pengantar

Dengan m enyebut nam a Allah Yang Maha Pengasih lagi m aha Penyayang. Segala puj i bagi Allah Subhanahu w at a’ala yang t elah m engaj arkan

kesem purnaan et ika kepada m anusia dan m em buka pint u bagi m ereka unt uk m engam alkannya. Shalaw at dan salam sem oga t et ap dilim pahkan kepada m anusia t erbaik yang beribadah dan kem bali kepada Allah Tabaroka w at a'ala.

Sesungguhnya I slam benar- benar m enaruh perhat ian yang sangat besar kepada m anusia di dalam segala perihal dan urusannya, agam a dan dunianya, lapang dan kesulit annya, bangun dan t idurnya, dikala bepergian dan iqam ah, m akan dan m inum , bahagia dan sedihnya. Tidak ada perkara kecil at aupun besar apapun yang t idak dij elaskan oleh I slam .

Rasulullah Shallallahu'alaihi w asallam t elah m enggoreskan buat kit a m elalui ucapan dan perbuat annya ram bu- ram bu et ika yang seyogya- nya dit em puh oleh set iap m u'm in di dalam hidupnya. Melalui kepribadiannya yang m ulia, Rasulullah Shallallahu'alaihi w asallam t elah m enj elaskan kepada kit a cont oh et ika yang seharusnya dit iru. Maka barang siapa yang m enghendaki kebahagiaan, hendaklah ia m enem puh j alan hidup Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam dan m eneladani et ikanya.

Oleh karena kebanyakan orang pada akhir- akhir ini yang t idak m enget ahui et ika- et ika t ersebut at au but uh unt uk diingat kan kem bali, m aka kam i m em andang perlu m enyaj ikannya secara singkat , dengan iringan do` a kepada Allah Tabaroka w at a'ala sem oga am al ini berguna bagi segenap kaum m uslim in.

(4)

Etika Tidur dan Bangun

1. Berint rospeksi diri ( m uhasabah) sesaat sebelum t idur. Sangat dianj urkan sekali bagi set iap m uslim berm uhasabah ( berint rospeksi diri) sesaat sebelum t idur, m engevaluasi segala perbuat an yang t elah ia lakukan di siang hari. Lalu j ika ia dapat kan perbuat annya baik m aka hendaknya m em uj i kepada Allah Subhanahu wat a'ala dan j ika sebaliknya m aka hendaknya segera m em ohon am punan- Nya, kem bali dan bert obat kepada- Nya.

2. Tidur dini, berdasarkan hadit s yang bersum ber dari ` Aisyah

Radhiallahu'anha " Bahwasanya Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam t idur pada awal m alam dan bangun pada penguj ung m alam , lalu beliau m elakukan shalat " .( Mut t afaq ` alaih)

3. Disunnat kan berwudhu' sebelum t idur, dan berbaring m iring sebelah kanan. Al- Bara' bin ` Azib Radhiallahu'anhu m enut urkan : Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: " Apabila kam u akan t idur, m aka berw udlu'lah

sebagaim ana wudlu' unt uk shalat , kem udian berbaringlah dengan m iring ke sebelah kanan..." Dan t idak m engapa berbalik kesebelah kir i nant inya.

4. Disunnat kan pula m engibaskan sperei t iga kali sebelum berbaring, berdasarkan hadit s Abu Hurairah Radhiallahu'anhu bahw asanya Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: " Apabila seorang dari kam u akan t idur pada t em pat t idurnya, m aka hendaklah m engirapkan kainnya pada t em pat t idurnya it u t erlebih dahulu, karena ia t idak t ahu apa yang ada di at asnya..." Di dalam sat u riw ayat dikat akan: " t iga kali" . ( Mut t afaq ` alaih) .

5. Makruh t idur t engkurap. Abu Dzar Radhiallahu'anhu m enut urkan : " Nabi Shallallahu'alaihi wasallam pernah lew at m elint asi aku, dikala it u aku sedang berbaring t engkurap. Maka Nabi Shallallahu'alaihi w asallam m em bangunkanku dengan kakinya sam bil bersabda : " Wahai Junaidab ( panggilan Abu Dzar) , sesungguhnya berbaring sepert i ini ( t engkurap) adalah cara berbaringnya penghuni neraka" . ( H.R. I bnu Maj ah dan dinilai shahih oleh Al- Albani) .

6. Makruh t idur di at as dak t erbuka, karena di dalam hadit s yang bersum ber dari ` Ali bin Syaiban disebut kan bahwasanya Nabi Shallallahu'alaihi w asallam t elah bersabda: " Barangsiapa yang t idur m alam di at as at ap rum ah yang t idak ada penut upnya, m aka hilanglah j am inan darinya" . ( HR. Al- Bukhari di dalam al- Adab al- Mufrad, dan dinilai shahih oleh Al- Albani) .

7. Menut up pint u, j endela dan m em adam kan api dan lam pu sebelum t idur. Dari Jabir ra diriwayat kan bahwa sesungguhnya Rasulullah Shallallahu'alaihi

(5)

8. Mem baca ayat Kursi, dua ayat t erakhir dari Surah Baqarah, Surah Al-I khlas dan Al- Mu` awwidzat ain ( Al- Falaq dan An- Nas) , karena banyak hadit s-hadit s shahih yang m enganj urkan hal t ersebut .

9. Mem baca do` a- do` a dan dzikir yang ket erangannya shahih dari Rasulullah Shallallahu'alaihi w asallam , sepert i : Allaahum m a qinii yaum a t ab'at su 'ibaadaka. " Ya Allah, peliharalah aku dari adzab- Mu pada hari Engkau m em bangkit kan kem bali segenap ham ba- ham ba- Mu" . Dibaca t iga kali.( HR. Abu Dawud dan di hasankan oleh Al Albani)

10. Dan m em baca: Bism ika Allahum m a Am uut u Wa ahya. " Dengan m enyebut nam a- Mu ya Allah, aku m at i dan aku hidup." ( HR. Al Bukhari)

11. Apabila di saat t idur m erasa kaget at au gelisah at au m erasa ket akut an, m aka disunnat kan ( dianj urkan) berdo` a dengan do` a berikut ini : " A'uudzu bikalim aat illaahit t aam m at i m in ghadhabihi Wa syarri 'ibaadihi, wa m in ham azaat isy syayaat hiini w a an yahdhuruuna." Art inya, " Aku berlindung dengan Kalim at ullah yang sem purna dari m urka- Nya, kej ahat an ham ba-ham ba- Nya, dari gangguan syet an dan kehadiran m ereka kepadaku" . ( HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Al Albani)

12. Hendaknya apabila bangun t idur m em baca : " Alham du Lillahilladzii

Ahyaanaa ba'da m aa Am aat anaa wa ilaihinnusyuur" Art inya, " Segala puj i bagi Allah yang t elah m enghidupkan kam i set elah kam i dim at ikan- Nya, dan

kepada- Nya lah kam i dikem balikan." ( HR. Al- Bukhari)

Etika (Adab) Buang Hajat

1. Segera m em buang haj at .

2. Apabila seseorang m erasa akan buang air m aka hendaknya bersegera m elakukannya, karena hal t ersebut berguna bagi agam anya dan bagi kesehat an j asm ani.

3. Menj auh dari pandangan m anusia di saat buang air ( haj at ) . berdasarkan hadit s yang bersum ber dari al- Mughirah bin Syu` bah Radhiallaahu 'anhu disebut kan " Bahwasanya Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam apabila pergi unt uk buang air ( haj at ) m aka beliau m enj auh" . ( Diriw ayat kan oleh em pat I m am dan dinilai shahih oleh Al- Albani) .

4. Menghindari t iga t em pat t erlarang, yait u aliran air, j alan- j alan m anusia dan t em pat bert eduh m ereka. Sebab ada hadit s dari Mu` adz bin Jabal

Radhiallaahu 'anhu yang m enyat akan dem ikian.

(6)

6. Tidak m em bawa sesuat u yang m engandung penyebut an Allah kecuali karena t erpaksa. Karena t em pat buang air ( WC dan yang serupa) m erupakan t em pat kot oran dan hal- hal yang naj is, dan di sit u set an berkum pul dan dem i unt uk m em elihara nam a Allah dari penghinaan dan t indakan m erem ehkannya.

7. Dilarang m enghadap at au m em belakangi kiblat , berdasarkan hadit s yang bersum ber dari Abi Ayyub Al- Anshari Radhiallahu'anhu m enyebut kan

bahw asanya Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda: " Apabila kam u t elah t iba di t em pat buang air, m aka j anganlah kam u m enghadap kiblat dan j angan pula m em belak anginya, apakah it u unt uk buang air kecil at aupun air besar. Akan t et api m enghadaplah ke arah t im ur at au ke arah barat " .

( Mut t afaq'alaih) .

8. Ket ent uan di at as berlaku apabila di ruang t erbuka saj a. Adapun j ika di dalam ruang ( WC) at au adanya pelindung / penghalang yang m em bat asi ant ara si pem buang haj at dengan kiblat , m aka boleh m enghadap ke arah kiblat .

9. Dilarang kencing di air yang t ergenang ( t idak m engalir) , karena hadit s yang bersum ber dari Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Jangan sekali- kali seorang diant ara kam u buang air kecil di air yang m enggenang yang t idak m engalir kem udian ia m andi di sit u" .( Mut t afaq'alaih) .

10. Makruh m encuci kot oran dengan t angan kanan, karena hadit s yang bersum ber dari Abi Qat adah Radhiallaahu 'anhu m enyebut kan bahw asanya Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Jangan sekali- kali seor ang diant ara kam u m em egang dzakar ( kem aluan) nya dengan t angan kanannya di saat ia kencing, dan j angan pula bersuci dari buang air dengan t angan

kanannya." ( Mut t afaq'alaih) .

11. Dianj urkan kencing dalam keadaan duduk, t et api boleh j ika sam bil berdir i. Pada dasarnya buang air kecil it u di lakukan sam bil duduk, berdasarkan hadit s ` Aisyah Radhiallaahu 'anha yang berkat a: Siapa yang t elah m em ber it akan kepada kam u bahw a Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam kencing sam bil berdir i, m aka j angan kam u percaya, sebab Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t idak pernah kencing kecuali sam bil duduk. ( HR. An- Nasa` i dan dinilai shahih oleh Al- Albani) . Sekalipun dem ikian seseorang dibolehkan kencing sam bil berdiri dengan syarat badan dan pakaiannya am an dari percikan air kencingnya dan am an dari pandangan orang lain kepadanya. Hal it u karena ada hadit s yang bersum ber dari Hudzaifah, ia berkat a: " Aku pernah bersam a Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam ( di suat u perj alanan) dan ket ika sam pai di t em pat pem buangan sam pah suat u kaum beliau buang air kecil sam bil berdiri, m aka akupun m enj auh daripadanya. Maka beliau bersabda: " Mendekat lah kem ari" . Maka aku m endekat i beliau hingga aku berdiri di sisi kedua m at a kakinya. Lalu beliau berw udhu dan m engusap kedua khuf- nya." ( Mut t afaq alaih) .

12. Makruh berbicara di saat buang haj at kecuali darurat . berdasarkan hadit s yang bersum ber dari I bnu Um ar Shallallaahu 'alaihi w a sallam dir iw ayat kan: " Bahw a sesungguhnya ada seorang lelak i lew at , sedangkan Rasulullah Shallallahu'alaihi w asallam . sedang buang air kecil. Lalu orang it u m em beri salam ( kepada Nabi) , nam un beliau t idak m enj awabnya. ( HR. Muslim ) .

(7)

bersum ber dari Salm an Al- Farisi Radhiallaahu 'anhu disebut kan bahw asanya ia berkat a: " Kam i dilarang oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam

berist inj a ( bersuci) dengan m enggunakan kurang dari t iga bij i bat u, at au berist inj a dengan m enggunakan kot oran hewan at au t ulang. ( HR. Muslim ) .

14. Dan Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam j uga bersabda: " Barangsiapa yang bersuci m enggunakan bat u ( ist ij m ar) , m aka hendaklah diganj ilkan."

15. Disunnat kan m asuk ke WC dengan m endahulukan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan berbarengan dengan dzikirnya m asing- m asing. Dari Anas bin Malik Radhiallaahu 'anhu diriw ayat kan bahwa ia berkat a: " Adalah

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam apabila m asuk ke WC m engucapkan : " Allaahum m a inni a'udzubika m inal khubusi w al khabaait s" Art inya, " Ya Allah, aku berlindung kepada- Mu dari pada syet an j ant an dan set an bet ina" .

16. Dan apabila keluar, m endahulukan kaki kanan sam bil m engucapkan : " Ghufraanaka" ( am punan- Mu ya Allah) .

17. Mencuci kedua t angan sesudah m enunaikan haj at . Di dalam hadis yang bersum ber dari Abu Hurairah ra. diriwayat kan bahwasanya " Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam m enunaikan haj at nya ( buang air) kem udian bersuci dari air yang berada pada sebej ana kecil, lalu m enggosokkan t angannya ke t anah. ( HR. Abu Daud dan I bnu Maj ah) .

Etika Berpakaian dan Berhias

1. Disunnat kan m em akai pakaian baru, bagus dan bersih.

2. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda kepada salah seorang shahabat nya di saat beliau m elihat nya m engenakan pakaian j elek : " Apabila Allah Tabaroka w at a'ala m engaruniakan kepadam u hart a, m aka t am pakkanlah bekas ni` m at dan kem urahan- Nya it u pada dirim u. ( HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

3. Pakaian harus m enut up aurat , yait u longgar t idak m em bent uk lekuk t ubuh dan t ebal t idak m em perlihat kan apa yang ada di baliknya.

4. Pakaian laki- laki t idak boleh m enyerupai pakaian perem puan at au

sebaliknya. Karena hadit s yang bersum ber dari I bnu Abbas Radhiallaahu 'anhu ia m enut urkan: " Rasulullah m elaknat ( m engut uk) kaum laki- lak i yang

m enyerupai kaum w anit a dan kaum w anit a yang m enyerupai kaum pria." ( HR. Al- Bukhari) .

5. Tasyabbuh at au penyerupaan it u bisa dalam bent uk pakaian at aupun lainnya.

6. Pakaian t idak m erupakan pakaian show ( unt uk ket enaran) , karena Rasulullah Radhiallaahu 'anhu t elah bersabda: " Barang siapa yang

(8)

7. Pakaian t idak boleh ada gam bar m akhluk yang bernyaw a at au gam bar salib, karena hadit s yang bersum ber dari Aisyah Radhiallaahu 'anha m enyat akan bahw asanya beliau ber kat a: " Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t idak pernah m em biarkan pakaian yang ada gam bar salibnya m elainkan Nabi m enghapusnya" . ( HR. Al- Bukhari dan Ahm ad) .

8. Laki- laki t idak boleh m em akai em as dan kain sut era kecuali dalam keadaan t erpaksa. Karena hadit s yang bersum ber dari Ali Radhiallaahu 'anhu

m engat akan: " Sesungguhnya Nabi Allah Subhaanahu wa Ta'ala pernah m em bawa kain sut era di t angan kanannya dan em as di t angan kirinya, lalu beliau bersabda: Sesungguhnya dua j enis benda ini haram bagi kaum lelaki dari um at ku" . ( HR. Abu Daud dan dinilai shahih oleh Al- Albani) .

9. Pakaian laki- laki t idak boleh panj ang m elebihi kedua m at a kaki. Karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda : " Apa yang berada di bawah kedua m at a kaki dari kain it u di dalam neraka" ( HR. Al- Bukhari) . – pent ing- < t ilm idzi>

10. Adapun perem puan, m aka seharusnya pakaiannya m enut up seluruh badannya, t erm asuk kedua kakinya. Adalah haram hukum nya orang yang m enyeret ( m eng- gusur) pakaiannya karena som bong dan bangga diri. Sebab ada hadit s yang m enyat akan : " Allah t idak akan m em perhat ikan di hari

Kiam at kelak kepada orang yang m enyeret kainnya karena som bong" . ( Mut t afaq'alaih) .

11. Disunnat kan m endahulukan bagian yang kanan di dalam berpakaian at au lainnya. Aisyah Radhiallaahu 'anha di dalam hadit snya berkat a: " Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam suka bert ayam m un ( m em ulai dengan yang kanan) di dalam segala perihalnya, ket ika m em akai sandal, m enyisir ram but dan bersuci'. ( Mut t afaq'- alaih) .

12. Disunnat kan kepada orang yang m engenakan pakaian baru m em baca : " Segala puj i bagi Allah yang t elah m enut upi aku dengan pakaian ini dan m engaruniakannya kepada- ku t anpa daya dan kekuat an dariku" . ( HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al- Albani) .

13. Disunnat kan m em akai pakaian berwarna put ih, karena hadit s m engat akan: " Pakailah yang berw arna put ih dari pakaianm u, karena yang put ih it u adalah yang t erbaik dari pakaian kam u ..." ( HR. Ahm ad dan dinilah shahih oleh Albani) .

14. Disunnat kan m enggunakan farfum bagi laki- laki dan perem puan, kecuali bila keduanya dalam keadaan berihram unt uk haj i at aupun um rah, at au j ika perem puan it u sedang berihdad ( berkabung) at as kem at ian suam inya, at au j ika ia berada di suat u t em pat yang ada laki- laki asing ( bukan m ahram nya) , karena larangannya shahih.

15. Haram bagi perem puan m em asang t at o, m enipiskan bulu alis, m em ot ong gigi supaya cant ik dan m enyam bung ram but ( bersanggul) . Karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam di dalam hadit snya m engat akan: " Allah

(9)

Etika di Jalanan

1. Berj alan dengan sikap waj ar dan t awadlu, t idak berlagak som bong di saat berj alan at au m engangkat kepala karena som bong at au m engalihkan waj ah dari orang lain karena t akabbur. Allah Subhaanahu w a Ta'ala berfirm an yang art inya: " Dan j anganlah kam u m em alingkan m ukam u dari m anusia ( karena som bong) dan j anganlah kam u berj alan di m uka bum i dengan angkuh. Sesungguhnya Allah t idak m enyukai orang- orang yang som bong lagi m em banggakan diri" . ( Luqm an: 18)

2. Mem elihara pandangan m at a, baik bagi laki- laki m aupun perem puan. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirm an yang art inya: " Kat akanlah kepada orang laki- lak i berim an: " Hendaklah m ereka m enahan pandangannya, dan

m em elihara kem aluannya; yang dem ikian it u adalah lebih suci bagi m ereka. Sesungguhnya Allah Yang Maha Menget ahui apa yang m ereka perbuat . Dan kat akanlah kepada w anit a yang berim an: " Hendaklah m ereka m enahan pandangannya, dan m em elihara kem aluannya...." ( An- Nur: 30- 31) .

3. Tidak m engganggu, yait u t idak m em buang kot oran, sisa m akanan di j alan-j alan m anusia, dan t idak buang air besar at au kecil di sit u at au di t em pat yang dij adik an t em pat m ereka bernaung.

4. Menyingkirkan gangguan dari j alan. I ni m erupakan sedekah yang karenanya seseorang bisa m asuk surga. Dari Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu

diriw ayat kan bahw asanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Ket ika ada seseorang sedang berj alan di suat u j alan, ia m enem ukan dahan berduri di j alan t ersebut , lalu orang it u m enyingkirkannya. Maka Allah bersyukur kepadanya dan m engam puni dosanya..." Di dalam suat u riwayat disebut kan: m aka Allah m em asukkannya ke surga" . ( Mut t afaq'alaih) .

5. Menj awab salam orang yang dikenal at aupun yang t idak dikenal. I ni hukum nya w aj ib, karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam

bersabda: " Ada lim a perkara waj ib bagi seorang m uslim t erhadap saudaranya- diant aranya: m enj awab salam " . ( Mut t afaq alaih) .

6. Beram ar m a` ruf dan nahi m unkar. I ni j uga waj ib dilakukan oleh set iap m uslim , m asing- m asing sesuai kem am puannya.

7. Menunj ukkan orang yang t ersesat ( salah j alan) , m em berikan bant uan kepada orang yang m em but uhkan dan m enegur orang yang berbuat keliru sert a m em bela orang yang t eraniaya. Di dalam hadit s disebut kan: " Set iap persendian m anusia m em punyai kew aj iban sedekah...dan disebut kan diant aranya: berbuat adil di ant ara m anusia adalah sedekah, m enolong dan m em bawanya di at as kendaraannya adalah sedekah at au m engangkat kan barang- barangnya ke at as kendaraannya adalah sedekah dan m enunj ukkan j alan adalah sedekah...." ( Mut t afaq alaih) .

(10)

9. Tidak ngebut bila m engendarai m obil khususnya di j alan- j alan yang ram ai dengan pej alan kaki, m elapangkan j alan unt uk orang lain dan m em berikan kesem pat an kepada orang lain unt uk lewat . Sem ua it u t ergolong di dalam t olong- m enolong di dalam kebaj ikan.

Etika Memberi Salam

1. Makruh m em beri salam dengan ucapan: " Alaikum us salam " karena di dalam hadit s Jabir Radhiallaahu 'anhu diriw ayat kan bahw asanya ia m enut urkan : Aku pernah m enj um pai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam m aka aku

berkat a: " Alaikas salam ya Rasulallah" . Nabi m enj awab: " Jangan kam u

m engat akan: Alaikas salam " . Di dalam riw ayat Abu Daud disebut kan: " karena sesungguhnya ucapan " alaikas salam " it u adalah salam unt uk orang- orang yang t elah m at i" . ( HR. Abu Daud dan At - Turm udzi, dishahihkan oleh Al-Albani) .

2. Dianj urkan m engucapkan salam t iga kali j ika khalayak banyak j um lahnya. Di dalam hadit s Anas disebut kan bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam apabila ia m engucapkan suat u kalim at , ia m engulanginya t iga kali. Dan apabila ia dat ang kepada suat u kaum , ia m em beri salam kepada m ereka t iga kali" ( HR. Al- Bukhari) .

3. Term asuk sunnah adalah orang m engendarai kendaraan m em berikan salam kepada orang yang berj alan kaki, dan orang yang berj alan kaki m em beri salam kepada orang yang duduk, orang yang sedikit kepada yang banyak, dan orang yang lebih m uda kepada yang lebih t ua. Dem ikianlah disebut kan di dalam hadit s Abu Hurairah yang m ut t afaq'alaih.

4. Disunnat kan keras ket ika m em beri salam dan dem ikian pula m enj awabnya, kecuali j ika di sekit arnya ada orang- orang yang sedang t idur. Di dalam hadit s Miqdad bin Al- Aswad disebut kan di ant aranya: " dan kam i pun m em erah susu ( binat ang t ernak) hingga set iap orang dapat bagian m inum dari kam i, dan kam i sediak an bagian unt uk Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam Miqdad berkat a: Maka Nabi pun dat ang di m alam hari dan m em berikan salam yang t idak m em bangunkan orang yang sedang t idur, nam un dapat didengar oleh orang yang bangun" .( HR. Muslim ) .

5. Disunat kan m em berikan salam di w akt u m asuk ke suat u m aj lis dan ket ika akan m eninggalkannya. Karena hadit s m enyebut kan: " Apabila salah seorang kam u sam pai di suat u m aj lis hendaklah m em berikan salam . Dan apabila hendak keluar, hendaklah m em berikan salam , dan t idaklah yang pert am a lebih berhak daripada yang kedua. ( HR. Abu Daud dan disahihkan oleh Al-Albani) .

6. Disunnat kan m em beri salam di saat m asuk ke suat u rum ah sekalipun rum ah it u kosong, karena Allah t elah berfirm an yang art inya: " Dan apabila kam u akan m asuk ke suat u rum ah, m aka ucapkanlah salam at as diri kalian" ( An-Nur: 61)

(11)

m engucapkan : Assalam u ` alaina w a ` ala ` ibadillahis shalihin" ( HR. Bukhari di dalam Al- Adab Al- Mufrad, dan disahihkan oleh Al- Albani) .

8. Dim akruhkan m em beri salam kepada orang yang sedang di WC ( buang haj at ) , karena hadit s I bnu Um ar Radhiallaahu 'anhum a yang m enyebut kan " Bahwasanya ada seseorang yang lewat sedangkan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam sedang buang air kecil, dan orang it u m em beri salam . Maka Nabi t idak m enj awabnya" . ( HR. Muslim )

9. Disunnat kan m em beri salam kepada anak- anak, karena hadit s yang

bersum ber dari Anas Radhiallaahu 'anhu m enyebut kan: Bahw asanya ket ika ia lew at di sekit ar anak- anak ia m em beri salam , dan ia m engat akan:

" Dem ikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam " . ( Mut t afaq'alaih) .

10. Tidak m em ulai m em berikan salam kepada Ahlu Kit ab, sebab Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda : " Janganlah kalian t erlebih dahulu m em beri salam kepada orang- orang Yahudi dan Nasrani..." ( HR. Muslim ) . Dan apabila m ereka yang m em beri salam m aka kit a j awab dengan

m engucapkan " w a ` alaikum " saj a, karena sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam : " Apabila Ahlu Kit ab m em beri salam kepada kam u, m aka

j aw ablah: wa ` alaikum " .( Mut t afaq'alaih) .

11. Disunnat kan m em beri salam kepada orang yang kam u kenal at aupun yang t idak kam u kenal. Di dalam hadit s Abdullah bin Um ar Radhiallaahu 'anhu disebut kan bahwasanya ada seseorang yang bert anya kepada Nabi

Shallallaahu 'alaihi w a sallam : " I slam yang m anakah yang paling baik? Jaw ab Nabi: Engkau m em berikan m akanan dan m em beri salam kepada orang yang t elah kam u kenal dan yang belum kam u kenal" . ( Mut t afaq'alaih) .

12. Disunnat kan m enj awab salam orang yang m enyam paikan salam lewat orang lain dan kepada yang dit it ipinya. Pada suat u ket ika seorang lelaki dat ang kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam lalu berkat a:

Sesungguhnya ayahku m enyam paikan salam unt ukm u. Maka Nabi m enj awab : " ` alaika wa` ala abikas salam "

13. Dilarang m em beri salam dengan isyarat kecuali ada uzur, sepert i karena sedang shalat at au bisu at au karena orang yang akan diberi salam it u j auh j araknya. Di dalam hadit s Jabir bin Abdillah Radhiallaahu 'anhu diriw ayat kan bahw asanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Janganlah kalian m em beri salam sepert i orang- orang Yahudi dan Nasrani, karena sesungguhnya pem berian salam m ereka m em akai isyarat dengan t angan" . ( HR. Al- Baihaqi dan dinilai hasan oleh Al- Albani) .

14. Disunnat kan kepada seseorang berj abat t angan dengan saudaranya. Hadit s Rasulullah m engat akan: " Tiada dua orang m uslim yang saling berj um pa lalu berj abat t angan, m elainkan diam puni dosa keduanya sebelum m erek a berpisah" ( HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

15. Dianj urkan t idak m enarik ( m elepas) t angan kit a t erlebih dahulu di saat berj abat t angan sebelum orang yang dij abat t angani it u m elepasnya. Hadit s yang bersum ber dari Anas Radhiallaahu 'anhu m enyebut kan: " Nabi

Shallallaahu 'alaihi w a sallam apabila ia dit erim a oleh seseorang lalu berj abat t angan, m aka Nabi t idak m elepas t angannya sebelum orang it u yang

(12)

16. Haram hukum nya m em bungkukkan t ubuh at au suj ud ket ika m em beri penghorm at an, karena hadit s yang bersum ber dari Anas m enyebut kan: Ada seorang lelaki berkat a: Wahai Rasulullah, kalau salah seorang di ant ara kam i berj um pa dengan t em annya, apakah ia harus m em bungkukkan t ubuhnya kepadanya? Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam m enj aw ab: " Tidak" . Orang it u bert anya: Apakah ia m erangkul dan m encium nya? Jaw ab nabi: Tidak. Orang it u bert anya: Apakah ia berj abat t angan dengannya? Jawab Nabi: Ya, j ika ia m au. ( HR. At - Turm udzi dan dinilai shahih oleh Al- Albani) .

17. Haram berj abat t angan dengan w anit a yang bukan m ahram . Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam ket ika akan dij abat t angani oleh kaum wanit a di saat baiat , beliau bersabda: " Sesung- guhnya aku t idak berj abat t angan

dengan kaum w anit a" . ( HR.Turm udzi dan Nasai, dan dishahihkan oleh Albani) .

Etika Minta Izin

1. Hendaknya orang yang akan m em int a izin m em ilih w akt u yang t epat unt uk m int a izin.

2. Hendaknya orang yang akan m int a izin m enget uk pint u rum ah orang yang akan dikunj unginya secara pelan. Anas Radhiallaahu 'anhu m eriw ayat kan bahw asanya ia t elah berkat a: Sesung- guhnya pint u- pint u kediam an Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam diket uk ( oleh para t am unya) dengan uj ung kuku" . ( HR. Bukhari di dalam Adab Mufrad dan dishahihkan oleh Al-Albani) .

3. Hendaknya orang yang m enget uk pint u t idak m enghadap ke pint u yang diket uk, t et api sebaiknya m enolehkan pandangannya ke kanan at au ke kiri agar pandangan t idak t erj at uh kepada sesuat u di dalam rum ah t ersebut yang dim ana penghuni rum ah t idak ingin ada orang lain yang m elihat nya. Karena m int a izin it u sebenarnya dianj urkan unt uk m enj aga pandangan.

4. Sebelum m int a izin hendaknya m em beri salam t erlebih dahulu. Rib` iy berkat a: Telah bercerit a kepada saya seorang lelaki dar i Bani ` Am ir,

bahw asanya ia pernah m int a izin kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam di saat beliau ada di suat u rum ah. Orang it u berkat a: Bolehkah saya m asuk? Maka Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam berkat a kepada pem bant unya: " Jum pailah orang it u dan aj ari dia cara m int a izin, dan kat akan kepadanya: Ucapkan Assalam u ` alaikum , bolehkah saya m asuk?" . ( HR. Ahm ad dan Abu Daud, dishahihkan oleh Al- Albani) .

5. Mint a izin it u sam pai t iga kali, j ika sesudah t iga kali t idak ada j aw aban m aka hendaknya pulang. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda: " Apabila salah seorang di ant ara kam u m int a izin sudah t iga kali, lalu t idak diber i izin, m aka hendaklah ia pulang" . ( Mut t afaq'alaih) .

(13)

Maka aku j awab: Saya. Maka Nabi berkat a: " Saya! Saya! " dengan nada t idak suka." ( Mut t afaq'alaih) .

7. Hendaknya pem int a izin pulang apabila perm int aan izinnya dit olak, karena Allah t elah berfirm an yang art inya: " Dan j ika dikat akan kepada kam u

" pulang" , m aka pulanglah kam u, karena yang dem ikian it u lebih suci bagi kam u" . ( An- Nur: 28) .

8. Hendaknya pem int a izin t idak m em asuki rum ah apabila t idak ada orangnya, karena hal t ersebut m erupakan perbuat an m elam paui hak orang lain.

Etika Majlis

1. Hendaknya m em beri salam kepada orang- orang yang di dalam m aj lis di saat m asuk dan keluar dari m aj lis t ersebut . Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu t elah m eriw ayat kan bahw asanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda: " Apabila salah seorang kam u sam pai di suat u m aj lis, m aka hendaklah m em beri salam , lalu j ika dilihat layak baginya duduk m aka duduklah ia. Kem udian j ika bangkit ( akan keluar) dari m aj lis hendaklah m em beri salam pula. Bukanlah yang pert am a lebih berhak daripada yang selanj ut nya. ( HR. Abu Daud dan At - Tirm idzi, dinilai shahih oleh Al- Albani) .

2. Hendaknya duduk di t em pat yang m asih t ersisa. Jabir bin Sam urah t elah m enut urkan: Adalah kam i, apabila kam i dat ang kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam m aka m asing- m asing kam i duduk di t em pat yang m asih t ersedia di m aj lis. ( HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

3. Jangan sam pai m em indahkan orang lain dari t em pat duduknya kem udian m endudukinya, akan t et api berlapang- lapanglah di dalam m aj lis. I bnu Um ar Radhiallaahu 'anhum a t elah m eriw ayat kan bahw a sesungguhnya Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda: " Seseorang t idak boleh m em indahkan orang lain dari t em pat duduknya, lalu ia m enggant ikannya, akan t et api berlapanglah dan perluaslah." ( Mut t afaq'alaih) .

4. Tidak duduk di t engah- t engah halaqah ( lingkaran m aj lis) .

5. Tidak duduk di ant ara dua orang yang sedang duduk kecuali seizin m ereka. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Tidak halal bagi seseorang m em isah di ant ara dua orang kecuali seizin keduanya" . ( HR. Ahm ad dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

6. Tidak boleh m enem pat i t em pat duduk orang lain yang keluar sem ent ara w akt u unt uk suat u keperluan. Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Apabila seorang di ant ara kam u bangkit ( keluar) dari t em pat duduknya, kem udian kem bali, m aka ia lebih berhak m enem pat inya" . ( HR.Muslim )

(14)

dengan orang banyak, karena hal t ersebut dapat m em buat nya sedih" . ( Mut t afaq'alaih) .

8. Para anggot a m aj lis hendaknya t idak banyak t ert aw a. Rasulullah

Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda: " Janganlah kam u m em perbanyak t aw a, karena banyak t aw a it u m em at ikan hat i" . ( HR. I bnu Maj ah dan dinilai shahih oleh Al- Albani) .

9. Hendaknya set iap anggot a m aj lis m enj aga pem bicaraan yang t erj adi di dalam forum ( m aj lis) . Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Apabila seseorang m em bicarakan suat u pem bicaraan kem udian ia m enoleh, m aka it u adalah am anat " . ( HR. At - Tirm idzi, dinilai hasan oleh Al- Albani) .

10. Anggot a m aj lis hendaknya t idak m elakukan suat u perbuat an yang

bert ent angan dengan perasaan orang lain, sepert i m enguap at au m em buang ingus at au bersendawa di dalam m aj lis.

11. Tidak m elakukan perbuat an m em at a- m at ai. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: " Janganlah kam u m encari- cari at au m em at a- m at ai orang" . ( Mut t afaq'alaih) .

12. Disunnat kan m enut up m aj lis dengan do` a Kaffarat m aj lis, karena

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda: " Barang siapa yang duduk di dalam suat u m aj lis dan di m aj lis it u t erj adi banyak gaduh, kem udian sebelum bubar dari m aj lis it u ia m em baca :

َﻙُﺮِﻔْﻐَﺘْﺳﹶﺃ

َﺖْﻧﹶﺃ

ﱠﻻﹺﺇ

َﻪﹶﻟﹺﺇ

ﹶﻻ

ﹾﻥﹶﺃ

ُﺪَﻬْﺷﹶﺃ

،

َﻙِﺪْﻤَﺤﹺﺑَﻭ

ﱠﻢُﻬﱠﻠﻟﹶﺍ

َﻚَﻧﺎَﺤْﺒُﺳ

َﻚْﻴﹶﻟﹺﺇ

ُﺏْﻮُﺗﹶﺃَﻭ

(15)

Etika Berbicara

1. Hendaknya pem bicaran selalu di dalam kebaikan. Allah Subhaanahu w a Ta'ala berfir m an yang art inya: " Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan m ereka, kecuali bisik- bisik-bisikan dari orang yang m enyuruh ( m anusia) m em beri sedekah at au berbuat m a` ruf, at au m engadakan perdam aian diant ara m anusia" . ( An- Nisa: 114) .

2. hendaknya pem bicaran dengan suara yang dapat dide- ngar, t idak t erlalu keras dan t idak pula t erlalu rendah, ungkapannya j elas dapat difaham i oleh sem ua orang dan t idak dibuat - buat at au dipaksa- paksakan.

3. Jangan m em bicarakan sesuat u yang t idak berguna bagim u. Hadit s Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam m enyat akan: " Term asuk kebaikan islam nya seseorang adalah m eninggalkan sesuat u yang t idak berguna" . ( HR. Ahm ad dan I bnu Maj ah) .

4. Janganlah kam u m em bicarakan sem ua apa yang kam u dengar. Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu di dalam hadisnya m enut urkan : Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam t elah bersabda: " Cukuplah m enj adi suat u dosa bagi

seseorang yait u apabila ia m em bicarakan sem ua apa yang t elah ia dengar" .( HR. Muslim )

5. Menghindari perdebat an dan saling m em bant ah, sekali- pun kam u berada di fihak yang benar dan m enj auhi perkat aan dust a sekalipun bercanda.

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Aku adalah penj am in sebuah ist ana di t am an surga bagi siapa saj a yang m enghindari bert ikaian ( perdebat an) sekalipun ia benar; dan ( penj am in) ist ana di t engah- t engah surga bagi siapa saj a yang m eninggalkan dust a sekalipun bercanda" . ( HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al- Albani) .

6. Tenang dalam berbicara dan t idak t ergesa- gesa. Aisyah Radhiallaahu 'anha. t elah m enut urkan: " Sesungguhnya Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam apabila m em bicarakan suat u pem bicaraan, sekiranya ada orang yang m enghit ungnya, niscaya ia dapat m enghit ungnya" . ( Mut t a- faq'alaih) .

7. Menghindari perkat aan j orok ( kej i) . Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Seorang m u'm in it u pencela at au pengut uk at au kej i

pem bicaraannya" . ( HR. Al- Bukhari di dalam Al- Adab Mufrad, dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

8. Menghindari sikap m em aksakan diri dan banyak bicara di dalam berbicara. Di dalam hadit s Jabir Radhiallaahu 'anhu disebut kan: " Dan sesungguhnya m anusia yang paling aku benci dan yang paling j auh dariku di hari Kiam at kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura- pura fasih dan orang- orang yang m ut afaihiqun" . Para shahabat bert anya: Wahai Rasulllah, apa art i m ut afaihiqun? Nabi m enj awab: " Orang- orang yang som bong" . ( HR. At - Turm udzi, dinilai hasan oleh Al- Albani) .

(16)

10. Mendengarkan pem bicaraan orang lain dengan baik dan t idak

m em ot ongnya, j uga t idak m enam pakkan bahwa kam u m enget ahui apa yang dibicarakannya, t idak m enganggap rendah pendapat nya at au

m endust akannya.

11. Jangan m em onopoli dalam berbicara, t et api berikanlah kesem pat an kepada orang lain unt uk berbicara.

12. Menghindari perkat aan kasar, keras dan ucapan yang m enyakit kan perasaan dan t idak m encari- cari kesalahan pem bicaraan orang lain dan kekeliruannya, karena hal t ersebut dapat m engundang kebencian, perm usuhan dan pert ent angan.

13. Menghindari sikap m engej ek, m em perolok- olok dan m em andang rendah orang yang berbicara. Allah Subhaanahu w a Ta'ala berfirm an yang art inya: " Wahai orang- orang yang berim an, j anganlah suat u kaum m engolok- olokan kaum yang lain ( karena) boleh j adi m ereka ( yang diolok- olokan) lebih baik dari m ereka ( yang m engolok- olokan) , dan j angan pula wanit a- wanit a ( m engolok- olokan) w anit a- w anit a lain ( karena) boleh j adi w anit a- w anit a ( yang diperolok- olokan) lebih baik dari w anit a ( yang m engolok- olokan) . ( Al-Huj urat : 11) .

Etika Berbeda Pendapat

1. I khlas dan m encari yang haq sert a m elepaskan diri dari nafsu di saat

berbeda pendapat . Juga m enghindari sikap show ( ingin t am pil) dan m em bela diri dan nafsu.

2. Mengem balikan perkara yang diperselisihkan kepada Kit ab Al- Qur'an dan Sunnah. Karena Allah Subhaanahu w a Ta'ala t elah berfirm an yang art inya: " Dan j ika kam u berselisih pendapat t ent ang sesuat u m aka kem balikanlah ia kepada Allah ( Kit ab) dan Rasul" . ( An- Nisa: 59) .

3. Berbaik sangka kepada orang yang berbeda pendapat denganm u dan t idak m enuduh buruk niat nya, m encela dan m enganggapnya cacat .

4. Sebisa m ungkin berusaha unt uk t idak m em peruncing perselisihan, yait u dengan cara m enafsirkan pendapat yang keluar dari law an at au yang dinisbat kan kepadanya dengan t afsiran yang baik.

5. Berusaha sebisa m ungkin unt uk t idak m udah m enyalahkan orang lain, kecuali sesudah penelit ian yang dalam dan difikirkan secara m at ang. 6. Berlapang dada di dalam m enerim a krit ikan yang dit uj ukan kepada anda

at au cat at an- cat at ang yang dialam at kan kepada anda.

7. Sedapat m ungkin m enghindari perm asalahan- perm asalahan khilafiyah dan fit nah.

(17)

Etika Bercanda

1. Hendaknya percandaan t idak m engandung nam a Allah, ayat - ayat - Nya, Sunnah rasul- Nya at au syi` ar- syi` ar I slam . Karena Allah t elah berfir m an t ent ang orang- orang yang m em perolok- olokan shahabat Nabi Shallallaahu 'alaihi w a sallam , yang ahli baca al- Qur` an yang art im ya: " Dan j ika kam u t anyakan kepada m ereka ( t ent ang apa yang m ereka lak ukan) , t ent ulah m ereka m enj awab: " Sesungguh- nya kam i hanyalah bersenda gurau dan berm ain- m ain saj a" . Kat akanlah: " Apakah dengan Allah, ayat - ayat - Nya dan Rasul- Nya kam u selalu berolok- olok?" . Tidak usah kam u m int a m a` af, karena kam u kafir sesudah berim an" . ( At - Taubah: 65- 66) .

2. Hendaknya percandaan it u adalah benar t idak m engandung dust a. Dan hendaknya pecanda t idak m engada- ada cerit a- cerit a khayalan supaya orang lain t ert aw a. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdust a supaya dengannya orang banyak j adi t ert aw a. Celakalah baginya dan celakalah" . ( HR. Ahm ad dan dinilai hasan oleh Al- Albani) .

3. Hendaknya percandaan t idak m engandung unsur m enyakit i perasaan salah seorang di ant ara m anusia. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi w a sallam bersabda: " Janganlah seorang di ant ara kam u m engam bil barang t em annya apakah it u hanya canda at au sungguh- sungguh; dan j ika ia t elah m engam bil t ongkat t em annya, m aka ia harus m engem balikannya kepadanya" . ( HR. Ahm ad dan Abu Daud; dinilai hasan oleh Al- Albani) .

4. Bercanda t idak boleh dilakukan t erhadap orang yang lebih t ua darim u, at au t erhadap orang yang t idak bisa bercanda at au t idak dapat m enerim anya, at au t erhadap perem puan yang bukan m ahram m u.

5. Hendaknya anda t idak m em perbanyak canda hingga m enj adi t abiat m u, dan j at uhlah wibawam u dan akibat nya kam u m udah diperm ainkan oleh orang lain.

Etika Bergaul Dengan Orang Lain

1. Horm at i perasaan orang lain, t idak m encoba m enghina at au m enilai m ereka cacat .

2. Jaga dan perhat ikanlah kondisi orang, kenalilah karakt er dan akhlaq m ereka, lalu pergaulilah m ereka, m asing- m asing m enurut apa yang sepant asnya.

3. Mendudukkan orang lain pada kedudukannya dan m asing- m asing dari m ereka diberi hak dan dihargai.

4. Perhat ikanlah m ereka, kenalilah keadaan dan kondisi m ereka, dan t anyakanlah keadaan m ereka.

(18)

6. Berm uka m anis dan senyum lah bila anda bert em u orang lain.

7. Berbicaralah kepada m ereka sesuai dengan kem am puan akal m ereka.

8. Berbaik sangkalah kepada orang lain dan j angan m em at a- m at ai m ereka.

9. Mem aafkan kekelir uan m ereka dan j angan m encari- cari kesalahan-kesalahannya, dan t ahanlah rasa benci t erhadap m ereka.

10. Dengarkanlah pem bicaraan m ereka dan hindarilah perdebat an dan bant ah- m em bant ah dengan m ereka.

Etika di Masjid

1. Berdo` a di saat pergi ke m asj id. Berdasarkan hadit s I bnu Abbas

Radhiallaahu anhu beliau m enyebut kan: Adalah Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam apabila ia keluar ( rum ah) pergi shalat ( di m asj id) berdo` a : " Ya Allah, j adik anlah cahaya di dalam hat iku, dan cahaya pada lisanku, dan j adikanlah cahaya pada pendengaranku dan cahaya pada penglihat anku, dan j adikanlah cahaya dari belakangku, dan cahaya dari depanku, dan j adikanlah cahaya dari at asku dan cahaya dari baw ahku. Ya Allah, anugerahilah aku cahaya" . ( Mut t afaq'alaih) .

2. Berj alan m enuj u m asj id unt uk shalat dengan t enang dan khidm at . Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam t elah bersabda: " Apabila shalat t elah

diiqam at kan, m aka j anganlah kam u dat ang m enuj unya dengan berlari, t et api dat anglah kepadanya dengan berj alan dan m em perhat ikan ket enangan. Maka apa ( bagian shalat ) yang kam u dapat i ikut ilah dan yang t ert inggal

sem purnakanlah. ( Mut t afaq'alaih) .

3. Berdo` a disaat m asuk dan keluar m asj id. Disunat kan bagi orang yang m asuk m asj id m endahulukan kaki kanan, kem udian bershalawat kepada Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam lalu m engucapkan: " ( Ya Allah, bukakanlah bagiku pint u- pint u rahm at - Mu) "

4. Dan bila keluar m endahulukan kaki kiri, lalu bershalawat kepada Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam kem udian m em baca do` a: " ( Ya Allah, sesungguhnya aku m em ohon bagian dari karunia- Mu) " . ( HR. Muslim ) . 5. Disunnat kan m elakukan shalat sunnah t ahiyat ul m asj id bila t elah m asuk

m asj id. Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam bersabda: " Apabila seorang di ant ara kam u m asuk m asj id hendaklah shalat dua raka` at sebelum duduk" . ( Mut t afaq alaih) .

6. Dilarang berj ual- beli dan m engum um kan barang hilang di dalam m asj id. Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam bersabda: " Apabila kam u m elihat orang yang m enj ual at au m em beli sesuat u di dalam m asj id, m aka doakanlah " Sem oga Allah t idak m em beri keunt ungan bagim u" . Dan apabila kam u m elihat orang yang m engum um kan barang hilang, m aka do` akanlah " Sem oga Allah t idak m engem balikan barangm u yang hilang" . ( HR. At - Turm udzi dan

(19)

7. Dilarang m asuk ke m asj id bagi orang m akan baw ang put ih, baw ang m erah at au orang yang badannya berbau t idak sedap. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: " Barangsiapa yang m em akan bawang put ih, baw ang m erah at au bawang daun, m aka j angan sekali- kali m endekat ke m asj id kam i ini, karena m alaikat m erasa t erganggu dari apa yang dengan- nya m anusia t erganggu" . ( HR. Muslim ) . Dan t erm asuk j uga rokok dan bau lain yang t idak sedap yang keluar dari badan at au pakaian.

8. Dilarang keluar dari m asj id sesudah adzan. Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam bersabda: " Apabila t ukang adzan t elah adzan, m aka j angan ada seorangpun yang keluar sebelum shalat " . ( HR. Al- Baihaqi dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

9. Tidak lew at di depan orang yang sedang shalat , dan disunnat kan bagi orang yang sholat m enaroh bat as di depannya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: " Kalau sekiranya orang yang lewat di depan orang yang sedang sholat it u m enget ahui dosa perbuat annya, niscaya ia berdir i dari j arak em pat puluh it u lebih baik baginya daripada lewat di depannya" . ( Mut t afaq alaih) .

10. Tidak m enj adikan m asj id sebagai j alan. Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam bersabda: " Janganlah kam u m enj adikan m asj id sebagai j alan, kecuali ( sebagai t em pat ) unt uk berzikir dan shalat " . ( HR. At h- Thabrani, dinilai hasan oleh Al- Albani) .

11. Tidak m enyaringkan suara di dalam m asj id dan t idak m engganggu orang-orang yang sedang shalat . Term asuk perbuat an m engganggu orang-orang shalat adalah m em biarkan Handphone anda dalam keadaan akt if di saat shalat . 12. Hendaknya w anit a t idak m em akai farfum at au berhias bila akan pergi ke

m asj id. Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam bersabda: " Apabila salah seorang di ant ara kam u ( kaum wanit a) ingin shalat di m asj id, m aka j anganlah m enyent uh farfum " . ( HR. Muslim ) .

(20)

Etika Membaca Al-Qur'an

1. Sebaiknya orang yang m em baca Al- Qur'an dalam keadaan sudah berwudhu, suci pakaiannya, badannya dan t em pat nya sert a t elah bergosok gigi.

2. Hendaknya m em ilih t em pat yang t enang dan w akt unya pun pas, karena hal t ersebut lebih dapat konsent rasi dan j iw a lebih t enang.

3. Hendaknya m em ulai t ilawah dengan t a` awwudz, kem u- dian basm alah pada set iap aw al surah selain selain surah At - Taubah. Allah Subhanahu w a Ta'ala berfirm an yang art inya: " Apabila kam u akan m em - baca al- Qur'an, m aka m em ohon perlindungan- lah kam u kepada Allah dari godaan syet an yang t erkut uk" . ( An- Nahl: 98) .

4. Hendaknya selalu m em perhat ikan hukum - hukum t aj wid dan m em bunyikan huruf sesuai dengan m akhraj nya sert a m em bacanya dengan t art il ( perlahan-lahan) . Allah berfirm an yang Subhanahu w a Ta'ala art inya: " Dan Bacalah Al-Qur'an it u dengan perlahan- lahan" . ( Al- Muzzam m il: 4) .

5. Disunnat kan m em anj angkan bacaan dan m em perindah suara di saat m em bacanya. Anas bin Malik Radhiallaahu anhu pernah dit anya: Bagaim ana bacaan Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam ( t erhadap Al- Qur'an? Anas

m enj awab: " Bacaannya panj ang ( m ad) , kem udian Nabi m em baca " Bism illahirr ahm anirrahim " sam bil m em anj angkan Bism illahi, dan

m em anj angkan bacaan ar- rahm ani dan m em anj angkan bacaan ar- rahim " . ( HR. Al- Bukhari) . Dan Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam j uga bersabda: " Hiasilah suara kalian dengan Al- Qur'an" . ( HR. Abu Daud, dan dishahih- kan oleh Al- Albani) .

6. Hendaknya m em baca sam bil m erenungkan dan m enghayat i m akna yang t erkandung pada ayat - ayat yang dibaca, berint eraksi dengannya, sam bil m em ohon surga kepada Allah bila t erbaca ayat - ayat surga, dan berlindung kepada Allah dari neraka bila t erbaca ayat - ayat neraka. Allah Subhanahu w a Ta'ala berfir m an yang art inya: " I ni adalah sebuah kit ab yang Kam i t urunkan kepadam u penuh dengan berkah supaya m ereka m em perhat ikan ayat -ayat nya dan supaya m endapat pelaj aran orang- orang yang m em punyai fikiran." ( Shad: 29) . Dan di dalam hadit s Hudzaifah ia m enut urkan:

" ...Apabila Nabi t erbaca ayat yang m engandung m akna bert asbih ( kepada Allah) beliau bert asbih, dan apabila t erbaca ayat yang m engandung do` a, m aka beliau berdo` a, dan apabila t erbaca ayat yang berm akna m em int a perlindungan ( kepada Allah) beliau m em ohon perlindungan" . ( HR. Muslim ) . Allah berfir m an yang art inya:

(21)

8. Hendaklah selalu m enj aga al- Qur'an dan t ekun m em bacanya dan

m em pelaj ar inya ( bert adarus) hingga t idak lupa. Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam bersabda: " Peliharalah Al- Qur'an baik- baik, karena dem i Tuhan yang diriku berada di t angan- Nya, ia benar- benar lebih liar ( m udah lepas) dari pada unt a yang t erikat di t ali kendalinya" . ( HR. Al- Bukhari) .

9. Hendaknya t idak m enyent uh Al- Qur'an kecuali dalam keadaan suci. Allah Subhanahu wa Ta'ala t elah berfirm an yang art inya: " Tidak akan

m enyent uhnya kecuali orang- orang yang disucikan" . ( Al- Waqi` ah: 79) .

10. Boleh bagi w anit a haid dan nifas m em baca al- Qur'an dengan t idak

m enyent uh m ushafnya m enurut salah sat u pendapat ulam a yang lebih kuat , karena t idak ada hadit s shahih dari Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam yang m elarang hal t ersebut .

11. Disunnat kan m enyaringkan bacaan Al- Qur'an selagi t idak ada unsur yang negat if, sepert i riya at au yang serupa dengannya, at au dapat m engganggu orang yang sedang shalat , at au orang lain yang j uga m em baca Al- Qur'an.

12. Term asuk sunnah adalah berhent i m em baca bila sudah ngant uk, karena Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam bersabda: " ?pabila salah seorang kam u bangun di m alam hari, lalu lisannya m erasa sulit unt uk m em baca Al-Qur'an hingga t idak m enyadari apa yang ia baca, m aka hendaknya ia berbaring ( t idur) " . ( HR. Muslim ) .

Etika Berdoa

1. Terlebih dahulu sebelum berdo` a hendaknya m em uj i kepada Allah kem udian bershalaw at kepada Nabi Shallallaahu alaihi w a Sallam . Rasulullah

Shallallaahu alaihi wa Sallam pernah m endengar seorang lelaki sedang berdo` a di dalam shalat nya, nam un ia t idak m em uj i kepada Allah dan t idak bershalawat kepada Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam m aka Nabi bersabda kepadanya: " Kam u t elah t ergesa- gesa w ahai orang yang sedang shalat . Apabila anda selesai shalat , lalu kam u duduk, m aka m em uj ilah kepada Allah dengan puj ian yang layak bagi- Nya, dan bershalawat lah kepadaku, kem udian berdo` alah" . ( HR. At - Turm udzi, dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

2. Mengakui dosa- dosa, m engakui kekurangan ( ket eledoran diri) dan m erendahkan diri, khusyu', penuh harapan dan rasa t akut kepada Allah di saat anda berdo` a. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirm an yang art inya: " Sesungguhnya m ereka adalah orang- orang yang selalu bersegera di dalam ( m engerj akan) perbuat an- perbuat an yang baik dan m ereka berdo` a kepada Kam i dengan harap dan cem as. Dan m ereka adalah orang- orang yang

khusyu` kepada Kam i" . ( Al- Anbiya': 90) .

(22)

4. Benar- benar ( m em int a sangat ) di dalam berdo` a dan berbulat t ekad di dalam m em ohon. Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam bersabda: " Apabila kam u berdo` a kepada Allah, m aka bersungguh- sungguhlah di dalam berdo` a, dan j angan ada seorang kam u yang m engat akan : Jika Engkau m enghendaki, m aka berilah aku" , karena sesungguhnya Allah it u t idak ada yang dapat

m em aksanya" . Dan di dalam sat u riwayat disebut kan: " Akan t et api hendaknya ia bersungguh- sungguh dalam m em ohon dan m em besarkan harapan, karena sesungguhnya Allah t idak m erasa berat karena sesuat u yang Dia berikan" . ( Mut t afaq'alaih) .

5. Menghindari do` a buruk t erhadap diri sendiri, anak dan hart a. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: " Jangan sekali- kali kam u m endo` akan buruk t erhadap diri kam u dan j uga t erhadap anak- anak kam u dan pula

t erhadap hart a kam u, karena khawat ir do` a kam u bert epat an dengan wakt u dim ana Allah m engabulkan do` am u" . ( HR. Muslim ) .

6. Merendahkan suara di saat berdo` a. Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam bersabda: " Wahai sekalian m anusia, kasihanilah diri kam u, karena

sesungguhnya kam u t idak berdo` a kepada yang t uli dan t idak pula ghaib, sesungguhnya kam u berdo` a ( m em ohon) kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia selalu m enyert ai kam u" . ( HR. Al- Bukhari) .

7. Berkonsent rasi di saat berdo` a. Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam bersabda: " Berdo` alah kam u kepada Allah sedangkan kam u dalam keadaan yakin dikabulkan, dan ket ahuilah bahw a sesungguhnya Allah t idak

m engabulkan do` a dari hat i yang lalai" . ( HR. At - Turm udzi dan dihasankan oleh Al- Albani) .

8. Tidak m em aksa bersaj ak di dalam berdo` a. I bnu Abbas pernah berkat a kepada ` I krim ah: " Lihat lah saj ak dari do` am u, lalu hindarilah ia, karena sesungguhnya aku m em perhat ikan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam dan para shahabat nya t idak m elakukan hal t ersebut " .( HR. Al- Bukhari) .

Etika Makan dan Minum

1. Berupaya unt uk m encari m akanan yang halal. Allah Subhanahu w at a'ala berfirm an: “ Wahai orang- orang yang berim an, m akanlah di ant ara rizki yang baik- baik yang Kam i berikan kepadam u” . ( Al- Baqarah: 172) . Yang baik disini art inya adalah yang halal.

2. Hendaklah m akan dan m inum yang kam u lakukan diniat kan agar bisa dapat beribadah kepada Allah, agar kam u m endapat pahala dari m akan dan

m inum m u it u.

3. Hendaknya m encuci t angan sebelum m akan j ika t angan kam u kot or, dan begit u j uga set elah m akan unt uk m enghilangkan bekas m akanan yang ada di t anganm u.

(23)

5. Hendaknya j angan m akan sam bil bersandar at au dalam keadaan

m enyungkur. Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam ber sabda; “ Aku t idak m akan sedangkan aku m enyandar” . ( HR. al- Bukhari) . Dan di dalam hadit snya, I bnu Um ar Radhiallaahu anhu m enut urkan: “ Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam t elah m elarang dua t em pat m akan, yait u duduk di m ej a t em pat m inum kham ar dan m akan sam bil m enyungkur” . ( HR. Abu Daud, dishahihkan oleh Al-Albani) .

6. Tidak m akan dan m inum dengan m enggunakan bej ana t erbuat dari em as dan perak. Di dalam hadit s Hudzaifah dinyat akan di ant aranya bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam t elah bersabda: “ ... dan j anganlah kam u m inum dengan m enggunakan bej ana t erbuat dari em as dan perak, dan j angan pula kam u m akan dengan piring yang t erbuat darinya, karena keduanya unt uk m ereka ( orang kafir) di dunia dan unt uk kit a di akhirat kelak” .

( Mut t afaq’alaih) .

7. Hendaknya m em ulai m akanan dan m inum an dengan m em baca Bism illah dan diakhiri dengan Alham dulillah. Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam

bersabda: “ Apabila seorang diant ara kam u m akan, hendaklah m enyebut nam a Allah Subhanahu w a Ta'ala dan j ika lupa m enyebut nam a Allah Subhanahu w a Ta'ala pada awalnya m aka hendaknya m engat akan : Bism illahi aw w alihi w a akhirihi” . ( HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al- Albani) . Adapun m eng-akhirinya dengan Ham dalah, karena Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam bersabda: “ Sesungguhnya Allah sangat m eridhai seorang ham ba yang apabila t elah m akan suat u m akanan ia m em uj i- Nya dan apabila m inum m inum an ia pun m em uj i- Nya” . ( HR. Muslim ) .

8. Hendaknya m akan dengan t angan kanan dan dim ulai dari yang ada di depanm u. Rasulllah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda Kepada Um ar bin Salam ah: “ Wahai anak, sebut lah nam a Allah dan m akanlah dengan t angan kananm u dan m akanlah apa yang di depanm u. ( Mut t afaq’alaih) .

9. Disunnat kan m akan dengan t iga j ari dan m enj ilat i j ar i- j ar i it u sesudahnya. Diriw ayat kan dari Ka` ab bin Malik dari ayahnya, ia m enut urkan: “ Adalah Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam m akan dengan t iga j ari dan ia m enj ilat inya sebelum m engelapnya” . ( HR. Muslim ) .

10. Disunnat kan m engam bil m ak anan yang t erj at uh dan m em buang bagian yang kot or darinya lalu m em akannya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “ Apabila suapan m akan seorang kam u j at uh hendaklah ia

m engam bilnya dan m em buang bagian yang kot or, lalu m akanlah ia dan j angan m em biarkannya unt uk syet an” . ( HR. Muslim ) .

11. Tidak m eniup m akan yang m asih panas at au bernafas di saat m inum . Hadit s I bnu Abbas m enut urkan “ Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam m elarang bernafas pada bej ana m inum an at au m eniupnya” . ( HR. At -Turm udzi dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

12. Tidak berlebih- lebihan di dalam m akan dan m inum . Karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “ Tiada t em pat yang yang lebih buruk yang dipenuhi oleh seseorang daripada perut nya, cukuplah bagi seseorang beberapa suap saj a unt uk m enegakkan t ulang punggungnya; j ikapun

(24)

13. Hendaknya pem ilik m akanan ( t uan rum ah) t idak m elihat ke m uka orang-orang yang sedang m akan, nam un seharusnya ia m enundukkan pandangan m at anya, karena hal t ersebut dapat m enyakit i perasaan m ereka dan

m em buat m ereka m enj adi m alu.

14. Hendaknya kam u t idak m em ulai m akan at au m inum sedangkan di dalam m aj lis ada orang yang lebih berhak m em ulai, baik kerena ia lebih t ua at au m em punyai kedudukan, karena hal t ersebut bert ent angan dengan et ika. 15. Jangan sekali- kali kam u m elakukan perbuat an yang orang lain bisa m erasa

j ij ik, sepert i m engirapkan t angan di bej ana, at au kam u m endekat kan kepalam u kepada t em pat m akanan di saat m akan, at au berbicara dengan nada- nada yang m engandung m akna kot or dan m enj ij ik- kan.

16. Jangan m inum langsung dari bibir bej ana, berdasarkan hadit s I bnu Abbas beliau berkat a, “ Nabi Shallallaahu alaihi w a Sallam m elarang m inum dari bibir bej ana wadah air.” ( HR. Al Bukhari)

17. Disunnat kan m inum sam bil duduk, kecuali j ika udzur, karena di dalam hadit s Anas disebut kan “ Bahw a sesungguhnya Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam m elarang m inum sam bil berdir i” . ( HR. Muslim ) .

Etika Bertamu

Un t u k or a n g ya n g m e n gu n da n g:

1. Hendaknya m engundang orang- orang yang bert aqw a, bukan orang yang fasiq. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “ Janganlah kam u bersahabat kecuali dengan seorang m u` m in, dan j angan m em akan

m akananm u kecuali orang yang bert aqw a” . ( HR. Ahm ad dan dinilai hasan oleh Al- Albani) .

2. Jangan hanya m engundang orang- orang kaya unt uk j am uan dengan m engabaikan orang- orang fakir. Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam bersbda: “ Seburuk- buruk m akanan adalah m akanan pengant inan ( walim ah) , karena yang diundang hanya orang- orang kaya t anpa orang- orang faqir.” ( Mut t afaq’ alaih) .

3. Undangan j am uan hendaknya t idak diniat kan berbangga- bangga dan berfoya- foya, akan t et api niat unt uk m engikut i sunnah Rasulullah

Shallallaahu alaihi wa Sallam dan m em bahagiakan t em an- t em an sahabat .

4. Tidak m em aksa- m aksakan dir i unt uk m engundang t am u. Di dalam hadit s Anas Radhiallaahu anhu ia m enut urkan: “ Pada suat u ket ika kam i ada di sisi Um ar, m aka ia berkat a: “ Kam i dilarang m em aksa diri” ( m em buat diri sendiri repot ) .” ( HR. Al- Bukhari)

(25)

6. Jangan kam u m enam pakkan kej em uan t erhadap t am um u, t et api t am pakkanlah kegem biraan dengan kahadirannya, berm uka m anis dan berbicara ram ah.

7. Hendaklah segera m enghidangkan m akanan unt uk t am u, karena yang dem ikian it u berart i m enghorm at inya.

8. Jangan t ergesa- gesa unt uk m engangkat m akanan ( hida- ngan) sebelum t am u selesai m enikm at i j am uan.

9. Disunnat kan m engant ar t am u hingga di luar pint u rum ah. I ni m enunj ukkan penerim aan t am u yang baik dan penuh perhat ian.

Ba gi t a m u :

1. Hendaknya m em enuhi undangan dan t idak t erlam bat darinya kecuali ada udzur, karena hadit s Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam m engat akan:

“ Barangsiapa yang diundang kepada w alim ah at au yang serupa, hendaklah ia m em enuhinya” . ( HR. Muslim ) .

2. Hendaknya t idak m em bedakan ant ara undangan orang fakir dengan

undangan orang yang kaya, karena t idak m em enuhi undangan orang faqir it u m erupakan pukulan ( cam buk) t erhadap perasaannya.

3. Jangan t idak hadir sekalipun karena sedang berpuasa, t et api hadirlah pada w akt unya, karena hadit s yang bersum ber dari Jabir Shallallaahu alaihi wa Sallam m enyebut kan bahwasanya Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam t elah bersabda: ” Barangsiapa yang diundang unt uk j am uan sedangkan ia berpuasa, m aka hendaklah ia m enghadirinya. Jika ia suka m akanlah dan j ika t idak, t idaklah m engapa. ( HR. I bnu Maj ah dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

4. Jangan t erlalu lam a m enunggu di saat bert am u karena ini m em berat kan yang punya rum ah j uga j angan t ergesa- gesa dat ang karena m em buat yang punya rum ah kaget sebelum sem uanya siap.

5. Bert am u t idak boleh lebih dari t iga hari, kecuali kalau t uan rum ah m em aksa unt uk t inggal lebih dari it u.

6. Hendaknya pulang dengan hat i lapang dan m em aafkan kekurang apa saj a yang t erj adi pada t uan rum ah.

7. Hendaknya m endo` akan unt uk orang yang m engundangnya seusai

m enyant ap hidangannya. Dan di ant ara do` a yang m a’t sur adalah : “ Orang yang berpuasa t elah berbuka puasa padam u. dan orang- orang yang baik t elah m em akan m akananm u dan para m alaikan t elah bershalaw at unt ukm u” . ( HR. Abu Daud, dishahihkan Al- Albani) . dan j uga doa, “ Ya Allah, am punilah

(26)

Etika Menjenguk Orang Sakit

Un t u k or a n g ya n g be r k u n j u n g ( m e n j e n gu k ) :

1. Hendaknya t idak lam a di dalam berkunj ung, dan m encari wakt u yang t epat unt uk berkunj ung, dan hendaknya t idak m enyusahkan si sakit , bahkan berupaya unt uk m enghibur dan m em bahagiakannya.

2. Hendaknya m endekat kepada si sakit dan m enanyakan keadaan dan

penyakit yang dirasakannya, sepert i m engat a- kan: “ Bagaim ana kam u rasakan keadaanm u?” . Sebagai- m ana pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam .

3. Mendo` akan sem oga cepat sem buh, dibelaskasihi Allah, selam at dan disehat kan. I bnu Abbas Radhiallaahu anhu t elah m eriwayat - kan bahw asanya Nabi Shallallaahu alaihi w a Sallam apabila beliau m enj enguk orang sakit , ia m engucapkan: “ Tidak apa- apa. Sehat ( bersih) insya Allah” . ( HR. Al- Bukhari) . Dan berdo` a t iga kali sebagai- m ana dilakukan oleh Nabi Shallallaahu alaihi w a Sallam .

4. Mengusap si sakit dengan t angan kanannya, dan berdo` a: “ Hilangkanlah kesengsaraan ( penyakit nya) w ahai Tuhan bagi m anusia, sem buhkanlah, Engkau Maha Penyem buh, t iada kesem buhan kecuali kesem buhan dari- Mu, kesem buhan yang t idak m eninggalkan penyakit ” . ( Mut t afaq’alaih) .

5. Mengingat kan si sakit unt uk bersabar at as t aqdir Allah Subhanahu wa Ta'ala dan j angan m engat akan “ t idak akan cepat sem buh” , dan hendaknya t idak m engharapkan kem at iannya sekalipun penyakit nya sudah kronis.

6. Hendaknya m ent alkinkan kalim at Syahadat bila aj alnya akan t iba,

m em ej am k an kedua m at anya dan m endo` akan- nya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam t elah bersabda: “ Talkinlah orang yang akan m eninggal di ant ara kam u “ La ilaha illallah” . ( HR. Muslim ) .

Un t u k or a n g y a n g sa k it :

1. Hendaknya segera bert obat dan bersungguh- sungguh beram al shalih.

2. Berbaik sangka kepada Allah, dan selalu m engingat bahw a ia sesungguhnya adalah m akhluk yang lem ah di ant ara m akhluk Allah lainnya, dan bahw a sesungguhnya Allah Subhanahu w a Ta'ala t idak m em but uhkan unt uk m enyiksanya dan t idak m em - but uhkan ket aat annya

3. Hendaknya cepat m em int a kehalalan at as kezhalim an- kezhalim an yang dilakukan olehnya, dan segera m em - bayar/ m enunaikan hak- hak dan kewaj iban kepada pem i- liknya, dan m enyam paikan am anat kepada yang berhak m enerim anya.

(27)

5. Mengharap pahala dari Allah dari m usibah ( penyakit ) yang diderit anya, karena dengan dem ikian ia past i diberi pahala. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “ Apa saj a yang m enim pa seorang m u’m in baik berupa kesedihan, kesusahan, kelet ihan dan penyakit , hingga duri yang m enusuknya, m elainkan Allah m eninggikan karenanya sat u deraj at baginya dan

m engam puni kesalahannya karenanya” . ( Mut t afaq’alaih) .

6. Berserah diri dan t awakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan berkeyakinan bahwa kesem buhan it u dari Allah, dengan t idak m elupakan usaha- usaha syar` i unt uk kesem buhan- nya, sepert i berobat dari

penyakit nya.

Etika Janazah dan Ta'ziah

1. Segera m erawat j anazah dan m engebum ikannya unt uk m eringankan beban keluarganya dan sebagai rasa belas kasih t erhadap m ereka. Abu Hurairah Radhiallaahu anhu di dalam hadit snya m enyebut kan bahw asanya Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam t elah bersabda: “ Segeralah ( di dalam m engurus) j enazah, sebab j ika am al- am alnya shalih, m aka kebaikanlah yang kam u berikan kepadanya; dan j ika sebaliknya, m aka keburukan- lah yang kam u lepaskan dari pundak kam u” . ( Mut t afaq alaih) .

2. Tidak m enangis dengan suara keras, t idak m erat apinya dan t idak m erobek-robek baj u. Karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam t elah bersabda: “ Bukan golongan kam i orang yang m em ukul- m ukul pipinya dan m erobek-robek baj unya, dan m enyerukan kepada seruan j ahiliyah” . ( HR. Al- Bukhari) . 3. Disunat kan m engant ar j anazah hingga dikubur. Rasulullah Shallallaahu alaihi

w a Sallam bersada: “ Barangsiapa yang m enghadiri j anazah hingga

m enshalat kannya, m aka baginya ( pahala) sebesar qirat h; dan barangsiapa yang m enghadirinya hingga dikuburkan m aka baginya dua qirat h” . Nabi dit anya: “ Apa yang disebut dua qirat h it u?” . Nabi m enj awab: “ Sepert i dua gunung yang sangat besar” . ( Mut t afaq’alaih) .

4. Mem uj i si m ayit ( j anazah) dengan m engingat dan m enyebut kebaikan- kebaikannya dan t idak m encoba unt uk m enj elek- j elekkannya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: ” Janganlah kam u m encaci- m aki orang- orang yang t elah m at i, karena m ereka t elah sam pai kepada apa yang t elah m ereka perbuat ” . ( HR. Al- Bukhari) .

5. Mem ohonkan am pun unt uk j anazah set elah dikuburkan. I bnu Um ar

Radhiallaahu anhu pernah berkat a: “ Adalah Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam apabila selesai m engubur j anazah, m aka berdiri di at asnya dan bersabda: ” Mohonkan am punan unt uk saudaram u ini, dan m int akan kepada Allah agar ia diberi ket eguhan, karena dia sekarang akan dit anya” . ( HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Albani) .

(28)

7. Disunnat kan bert a` ziah kepada keluarga korban dan m enyarankan m ereka unt uk t et ap sabar, dan m engat akan kepada m ereka: “ Sesungguhnya m ilik Allahlah apa yang t elah Dia am bil dan m ilik- Nya j ualah apa yang Dia berikan; dan segala sesuat u disisi- Nya sudah dit et apkan aj alnya. Maka hendaklah kam u bersabar dan m engharap pahala dari- Nya” . ( Mut t afaq’alaih) .

Etika Safar (Bepergian Jauh)

1. Disunnat kan bagi orang yang berniat unt uk m elakukan perj alan j auh ( safar) berist ikharah t erlebih dahulu kepada Allah m engenai rencana safarnya it u, dengan sholat dua raka` at di luar shalat waj ib, lalu berdo` a dengan do` a ist ikharah.

2. Hendaknya bert obat kepada Allah Shallallaahu alaihi w a Sallam dari segala kem ak- siat an yang pernah ia lakukan dan m em int a am pun kepada- Nya dari segala dosa yang t elah diperbuat nya, sebab ia t idak t ahu apa yang akan t erj adi di balik kepergiannya it u.

3. Hendaknya ia m engem balikan barang- barang yang bukan haknya dan am anat - am anat kepada orang- orang yang berhak m enerim anya, m em bayar hut ang at au m enyerah- kannya kepada orang yang akan m elunasinya dan berpesan kebaikan kepada keluarganya.

4. Mem bawa perbekalan secukupnya, sepert i air, m akanan dan uang.

5. Disunnat kan bagi m usafir pergi dengan dit em ani oleh t em an yang shalih selam a perj alanannya unt uk m eringankan beban diperj alananya dan m enolongnya bila perlu. Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam t elah bersabda: “ Kalau sekiranya m anusia m enget ahui apa yang aku ket ahui di dalam kesendirian, niscaya t idak ada orang yang m enunggangi kendaraan ( m usafir) yang berangkat di m alam hari sendir ian” . ( HR. Al- Bukhari)

6. Disunnat kan bagi para m usafir apabila j um lah m ereka lebih dari t iga orang m engangkat salah sat u dari m ereka sebagai pem im pin ( am ir) , karena hal t ersebut dapat m em per- m udah pengat uran urusan m ereka. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “ Apabila t iga orang keluar unt uk safar, m aka hendaklah m ereka m engangkat seorang am ir dari m ereka” . ( HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

7. Disunnat kan berangkat safar pada pagi ( dini) hari dan sore hari, karena Rasulullah Shallallaahu alaihi w a Sallam bersabda: “ Ya Allah, berkahilah bagi um m at ku di dalam kediniannya” . Dan j uga bersabda: “ Hendaknya kalian m em anfaat kan w akt u senj a, karena bum i dilipat di m alam hari” . ( Keduanya diriw ayat - kan oleh Abu Daud dan dishahihkan oleh Al- Albani) .

(29)

9. Apabila si m usafir akan naik kendaraannya, baik berupa m obil at au lainnya, m aka hendaklah ia m em baca basm alah; dan apabila t elah berada di at as kendaraannya hendaklah ia bert akbir t iga kali, kem udian m em baca do` a safar berikut ini: “ Maha Suci Tuhan yang t elah m enundukkan sem ua ini bagi kam i, padahal kam i sebelum nya t idak m am pu m enguasainya, dan sesungguhnya kam i akan kem bali kepada Tuhan kam i; Ya Allah, sesungguhnya kam i

m em ohon kepadam u di dalam perj alanan kam i ini kebaj ikan dan ket aqw aan, dan am al yang Engkau ridhai; Ya Allah, m udahkanlah perj alannan ini bagi kam i dan dekat kanlah kej auhannya; Ya Allah, Engkau adalah Penyert a kam i di dalam perj alanan ini dan Penggant i kam i di keluarga kam i; Ya Allah,

sesungguhnya aku berlindung kepada- Mu dari bencana safar dan kesedihan pem andangan, dan keburukan t em pat kem bali pada hart a dan keluarga” . ( HR. Muslim ) .

10. Disunnat kan bert akbir di saat j alan m enanj ak dan bert asbih di saat m enurun, karena ada hadit s Jabir yang m enut urkan: “ Apabila ( j alan) kam i m enanj ak, m aka kam i bert akbir, dan apabila m enurun m aka kam i bert asbih” . ( HR. Al- Bukhari) .

11. Disunnat kan bagi m usafir selalu berdo` a di saat perj ala- nannya, karena do` anya m ust aj ab ( m udah dikabulkan) .

12. Apabila si m usafir perlu unt uk berm alam at au berist irahat di t engah perj alanannya, m aka hendaknya m enj auh dari j alan; karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “ Apabila kam u hendak m am pir unt uk berist irahat , m aka m enj auhlah dari j alan, karena j alan it u adalah j alan

binat ang m elat a dan t em pat t idur bagi binat ang- binat ang di m alam hari” . ( HR. Muslim ) .

13. Apabila m usafir t elah sam pai t uj uan dan m enunaikan keperluannya dari safar yang ia lakukan, m aka hendaknya segera kem bali ke kam pung halam annya. Di dalam hadit s Abu Hurairah Radhiallaahu anhu disebut kan diant aranya: “ ...Apabila salah seorang kam u t elah m enunaikan haj at nya dari safar yang dilakukannya, m aka hendaklah ia segera kem bali ke kam pung halam annya” . ( Mut t afaq’ alaih) .

14. Disunnat kan pula bagi si m usafir apabila ia kem bali ke kam pung halam annya unt uk t idak m asuk ke rum ahnya di m alam hari, kecuali j ika sebelum nya diberi t ahu t erlebih dahulu. Hadit s Jabir m enut urkan : ” Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam m elarang seseorang m enget uk rum ah ( m em bangunkan) keluarganya di m alam hari” . ( Mut t afaq’alaih) .

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah, komunikasi yang baik akan mampu memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada anak didik tentang apa

Peristiwa kerusuhan dan krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 merupakan contoh faktor nonekonomi yang berkaitan dengan...... Politik, ketidakpercayaan

Baik metode SDUV maupun KCKT dapat digunakan untuk penentuan kadar kafein pada minuman suplemen, karena dari hasil pengujian secara statistik kedua metode tidak memberikan

Selain untuk pemakaian sebagai isolator radiasi, Timah Selain untuk pemakaian sebagai isolator radiasi, Timah hitam digunakan juga sebagai bahan pelapis pada bantalan

Hal ini diduga bahwa pada saat awal pertumbuhan tanaman lebih banyak dipengaruhi oleh sifat genetisnya daripada lingkungannya, sehingga pada tinggi tanaman maupun

Bahan baku seperti NBKP, LBKP, broke dan kalsium karbonat yang sudah dihaluskan kemudian dicampur di dalam mixing chest dengan komposisi yang berlainan sesuai dengan grade

Apabila ada pengaduan dari masyarakat terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik maupun pelanggaran Undang-Undang jabatan Notaris, maka MPD

Prinsip pengembangan karier bidan dipengaruhi oleh beberapa hal yakni pendidikan berkelanjutan,jabatan fungsional.sebagai pelayan masyarakat kita harus