• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Penerapan Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle) dalam Pembiayaan Murabahah pada PT Bank BRISyariah : Studi Deskriptif Pada PT Bank BRISyariah Kantor Pusat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of Penerapan Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle) dalam Pembiayaan Murabahah pada PT Bank BRISyariah : Studi Deskriptif Pada PT Bank BRISyariah Kantor Pusat"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

109 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 Pendahuluan*

Sektor perbankan memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermedia-si yang menunjang perekonomian

* Muhtar memperoleh gelar Sarjana

Eknonomi Syariah (SE.Sy) pada tahun 2015. Sedangkan Isfandayani lahir 19 Oktober 1974. Lulus S2 Ekonomi Syari’ah Universitas Indo -nesia dan saat ini sebagai Dosen Fakultas Agama Islam Unisma Bekasi Program Studi Perbankan Syariah.

nasional. Selain itu, peranan perbank-an nasional perlu lebih ditingkatkperbank-an sesuai fungsinya dalam menghimpun, menyalurkan dana masyarakat dan penyediaan pelayanan jasa perbankan lainnya. Sebagai lembaga keuangan yang mendapat kepercayaan masya-rakat (fiduciary financial institution), bank mempunyai misi dan visi yang sangat mulia yaitu sebagai sebuah lembaga yang diberi tugas untuk me-ngemban amanat pembangunan bang-sa demi tercapainya peningkatan taraf Penerapan Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle) dalam Pembiayaan

Murabahah pada PT. Bank BRISyariah: Studi Deskriptif Pada PT. Bank BRISyariah Kantor Pusat

Muhtar dan Isfandayani*

Abstract: The research objective of this study was to determine the application of Prudential Principle in murabaha financing at PT. Bank BRISyariah: Descriptive Study at Head Office PT. Bank BRISyariah. This study concludes that the purpose of the application of the precautionary principle in order to maintain the health, safety, and stability of national banking systems. In applying the prudential principle all employees of Bank BRI Syariah participate in applying the precautionary principle ranging from employees, directors, commissioners, sharia supervisory board, shareholders and affiliated parties. The application in murabaha financing at Bank has BRISyariah properly implemented, can be found at: Sides in accordance with the law of positive law and administrative law of shariah. And also, murabaha financing can assist banks know your customer and know the purpose of the customer makes a request for financing. And administration of murabaha financing, among others, the financing application documents and financing documents after disetujui.Sisi procedures murabaha financing made by the Bank BRISyariah quite a lot in order to carry out the prudential principle, reflected in the request for funding to finance monitoring. The Bank's risk management side BRISyariah two working unit of risk, ie work unit in charge of operational risk to mitigate operational risk and funding risk duty to mitigate financing risk.

(2)

Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 110 hidup rakyat. Perbankan syariah yang

ikut berperan serta dalam membantu masyarakat dalam memenuhi kebu-tuhan baik dalam pengumpulan dana nasabah maupun dalam membantu menyediakan usahanya yang didasari oleh tuntunan bermu’amalah secara Islam yang juga merupakan keinginan kuat dari sebahagian umat Islam di Indonesia.

Beralihnya fungsi institusi penga-wasan dan pengaturan perbankan sya-riah dari Bank Indonesia (BI) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), juga diharapkan tetap mempertahankan kesinambungan perkembangan per-bankan syariah kedepannya. Kerja-sama yang erat antara Bank Indonesia sebagai otoritas makroprudensial dan Otoritas Jasa Keuangan sebagai otori-tas mikroprudensial menjadi salah satu pilar penting dari arah kebijakan perbankan syariah di masa menda-tang. Pertumbuhan perbankan syariah yang relatif masih cukup tinggi jika dibandingkan perbankan secara umum maupun keuangan syariah secara global ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan perbankan syariah nasional mampu mempertahankan eksistensi dan perkembangannya dalam menghadapi situasi perekono-mian, walaupun memiliki tantangan antara lain dari segi sumber daya insani (SDI), produk, jaringan dan permodalan jika dibandingkan

perbankan konvensional maupun per-bankan syariah global1.

Pembiayaan dalam bank syariah adalah pembiayaan yang tidak meng-gunakan bunga dalam bentuk apapun baik dalam jual-beli, sewa-menyewa dan pelayanan jasa. Prinsip utama yang dianut oleh Bank Syariah adalah larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi, menjalankan bisnis dan aktivitas dalam bentuk perdagangan yang berbasis pada perolehan keun-tungan yang sah menurut syariah dan memberikan zakat2. Salah satu pem-biayaan yang ada di bank syariah adalah pembiayaan murabahah. Da-lam teknis perbankan, murabahah

adalah jual beli antara bank selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah yang memesan untuk mem-beli barang. Bank memperoleh keun-tungan jual-beli yang disepakati ber-sama. Melalui pembiayaan murabahah

nasabah dapat memperoleh kebutuhan barangnya untuk memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tan-pa harus menyediakan uang tunai terlebih dahulu3.

Pembiayaan merupakan kegiatan utama bank yang mengandung risiko karena aktivitas pembiayaan sebagian besar mengandalkan dana titipan masyarakat dan dapat berpengaruh

1 Mulya E. Siregar, disampaikan dalam

acara seminar outlook Perbankan Syariah 2014, Bank Indonesia, Jakarta,16 Desember 2013

2 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen

Bank Syariah, (Tangerang: Azkia Publiser), Hal.15

(3)

111 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 terhadap kesehatan serta

kelang-sungan usaha bank. sehingga dalam pelaksanaannya bank harus menerap-kan prinsip kehati-hatian. Menurut Pasal 2 UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah bahwa Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan prin-sip kehati-hatian. Pada penjelasan Pasal 2 UU Nomor 21 Tahun 2008 yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian adalah pedoman pengelolaan bank yang wajib dianut untuk mewu-judkan perbankan yang sehat, kuat dan efisien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PT. Bank BRISyariah merupakan bank terbesar ketiga menurut aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRI-Syariah menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan4.

Bank BRISyariah dalam meyalur-kan pembiayaan murabahah porsi yang diberikan terhadap pembiayaan

murabahah lebih besar dari pada pembiayaan yang lainnya. Pembia-yaan murabahah di Bank BRISyariah dari tahun 2012 ke tahun 2013 me-ngalami peningkatan, seperti yang terdapat dalam tabel berikut.

4 www.brisyariah.co.id

Tabel 1 Pembiayaan pada Bank BRISyariah tahun 2012 dan 2013 No. Pembiayaan Tahun 2013 Tahun

2012 1 Murabahah 9.004.029 7.022.894

2 Istishna 13.467 17.711

3 Mudharabah 936.688 859.252

4 Musyarakah 3.033.517 1.737.831

Sumber: Laporan Keuangan Bank BRISyariah tahun 2013

Prinsip kehati–hatian (prudential principle) sangat diperlukan khusus-nya dalam hal bank hendak mekhusus-nyalur- menyalur-kan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan. Prin-sip kehati–hatian pada hakikatnya juga memberikan perlindungan hukum bagi nasabah. Intinya adalah bahwa bank harus berhati–hati dalam menya-lurkan dana yang dihimpun dari masyarakat agar dana tersebut terlin-dungi dan kepercayaan masyarakat kepada bank dapat dipertahankan dan ditingkatkan.

(4)

Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 112 hatian secara faktual dapat kita lihat

dalam penerapan analisis pemberian pembiayaan secara mendalam dengan menggunakan prinsip the five c principle, yakni meliputi unsur cha-racter (watak), capital (permodalan),

capacity (kemampuan nasabah), colla-teral (agunan), dan condition of economy (kondisi perekonomian).

Pengaturan prinsip kehati-hatian (prudential principle) pada Bank Syariah hanya diatur secara umum seperti yang terdapat didalam pasal 35 ayat 1 UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah bahwa Bank Syariah dan UUS dalam men-jalankan kegiatan usahanya wajib me-nerapkan prinsip kehati-hatian. Peng-aturan prinsip kehati-hatian ( pruden-tial principle) pada Bank Syariah tidak diatur secara rinci. Penulis tidak menemukan literatur manapun yang mengatur secara rinci mengenai pene-rapan prinsip kehati-hatian ( pruden-tial principle) pada Bank Syariah termasuk pengaturan penerapan prin-sip kehati-hatian (prudential princip-le) dalam pembiayaan murabahah.

Islam mengatur bahwa kita harus berhati-hati dalam menjaga harta kita. Sikap hati-hati ini diisyaratkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits. Seseorang berkata kepada Nabi Sholl

Allahu ‘alaihi wa sallam, ‚Aku lepas -kan untaku dan (lalu) aku bertawakkal

?‛ Nabi bersabda, ‚Ikatlah kemudian

bertawakkallah kepada Allah.‛ (HR. Tirmidzi dan dihasankan Al Albani dalam Shohih Jami’ush Shoghir). Da-lam riwayat Imam Al-Qudha’i dise

-butkan bahwa Amr bin Umayah

RadhiyAllahu ‘anhu berkata, ‚Aku bertanya, ‘Wahai Rosululloh!! Apa -kah aku ikat dahulu unta tung-ganganku lalu aku berTawakkal kepada Allah, ataukah aku lepaskan

begitu saja lalu aku bertawakkal?’, Beliau menjawab, ‘Ikatlah untamu lalu bertawakkallah kepada Allah.‛

(Musnad Asy-Syihab, Qayyidha wa Tawakkal, no. 633, 1/368)

Penulis dalam penelitian ini ingin mendeskripsikan bagaimana penerap-an prinsip kehati-hatipenerap-an (prudential principle) dalam pembiayaan mura-bahah pada praktek Bank Syariah. Prinsip kehati-hatian (prudential prin-ciple) dalam pembiayaan murabahah

yang akan teliti lebih dalam oleh penulis mengenai penerapan prinsip kehati-hatian (prudential principle) dalam pembiayaan murabahah dari sisi administrasi pembiayaan mura-bahah, prosedur pemberian pembia-yaan murabahah, hukum pemberian

murabahah, manajemen risiko pem-biayaan murabahah.

(5)

adminis-113 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 trasi, prosedur pembiayaan dan

mana-jemen risiko.

Temuan Penelitian

A. Temuan Penelitian Penerapan Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle) dalam Pembiayaan

Murabahah pada Bank BRISyariah 1. Penerapan Prudential Principle

dari Sisi Hukum

Bank BRISyariah dalam menya-lurkan pembiayaan murabahah kepada nasabah menggunakan dua akad pem-biayaan, yaitu pertama, akad pembia-yaan murabahah secara langsung. Bank membeli barang secara langsung kepada pihak ketiga kemudian dijual kembali kepada nasabah sesuai kese-pakatan bersama. Kedua, akad mura-bahah disertai akad wakalah. Nasabah mewakili bank dalam pembelian ba-rang kepada pihak ketiga, setelah barangnya dapat maka bank menjual kembali kepada nasabah dengan harga dan keuntungan yang telah disepakati. Pembiayaan yang disalurkan harus berdasarkan hukum yang kuat sebagai landasan dalam melakukan kegiatan usaha Bank Syariah. Kekuatan hukum memberikan rasa aman bagi pelaku usaha, nasabah, bank dan bagi inves-tor. Bank syariah sebagai manajerial investasi dari nasabah deposan. Bank wajib menyalurkan sebagian besar dana masyarakat itu berdasarkan pe-nerapan prinsip kehati-hatian ( pruden-tial Principle).

Pembiayaan murabahah merupa-kan produk jual-beli bank kepada nasabah yang membutuhkan barang.

Dalam membeli barang bank harus memperhatikan aspek hukum apakah barang yang dibeli oleh bank berten-tangan dengan hukum positif, fatwa DSN-MUI dan landasan syariah atau tidak. Obyek pembiayaan juga harus diperhatikan sebelum bank memberi-kan pembiayaan murababah kepada nasabah.

Pemberian pembiayaan murabahah

diberikan kepada calon nasabah mini-mal berusia 21 tahun atau telah menikah untuk usia lebih besar atau sama dengan 18 tahun dan maksimal usia 65 tahun saat akhir jangka waktu pembiayaan. Usia 18 tahun dianggap mencapai masa dewasa yang dapat melakukan transaksi jual-beli dan tidak bertentangan pemenuhan prinsip syariah. Minimal usia 18 tahun telah memasuki masa baligh dalam fiqih muamalah dan merupakan salah satu syarat melakukan transaksi pembia-yaan murabahah.

Pasal 35 ayat 1 UU No. 21 tahun 2008 bahwa Bank Syariah dan UUS dalam menjalankan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian. Untuk memastikan kemanan dana dan menghasilkan return yang diharapkan nasabah deposan. Untuk memperkecil risiko-risiko yang mun-cul dari pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah pemohon pembia-yaan. Landasan hukum pembiayaan

(6)

Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 114 Nomor 21 tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah. (2) PBI Nomor 10/17/PBI/2007 tentang Produk Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. (3) PBI Nomor 10/17/PBI/ 200 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. 9/19/2008 ten-tang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah. (b) Landasan dalam Fatwa DSN-MUI: (1) Nomor: 4/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 1 April 2000, tentang Murabahah. (2) No-mor: 13/DSN-MUI/IX/2000, tang-gal 16 September 2000, tentang Uang Muka dalam Murabahah. (3) Nomor: 16/DSN-MUI/IX/2000, tanggal 16 September 2000, tentang Diskon dalam Murabahah. (4) Nomor:17/ DSN-MUI/XI/2000, tanggal 16 Sep-tember 2000, tentang Sanksi atas Nasabah Mampu yang Menunda-nunda Pembayaran. (c) Landasan Syariah: (1) QS. An Nisa: 29: Allah SWT melarang kita untuk makan harta sesama dengan cara bathil dan meyuruh kita dengan melakukan perniagaan yang berlaku suka sama suka. (2) QS. Al Baqarah: 275: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (3) Hadist Riwaya Al Baihaqi dan Ibnu Majah:

‚Sesungguhnya jual-beli itu harus

dilakukan atas dasar suka sama suka‛. Dalam menjalankan kegiatan usa-hanya Bank BRISyariah harus tetap berpegang teguh terhadap hukum baik hukum positif, fatwa DSN-MUI dan landasan syariah. Prinsip hati-hati

dalam meyalurkan pembiayaan sangat penting bagi bank, agar bank tidak mendapatkan kerugian dalam menja-lankan usahanya. Satuan kerja kepa-tuhan bagian shariah compliance me-mastikan bahwa pembiayaan yang disalurkan bank kepada nasabah se-suai dengan prinsip-prinsip syariah dan mengawasi bank dalam peng-gunaan akad pembiayaan sesuai tujuan pembiayaan dan memastikan pembelian barang hingga pembiayaan dapat diimplementasikan telah sesuai dengan prinsip syariah dan tidak terjadi pelanggaran terhadap prinsip syariah.

Bank BRISyariah dalam melaku-kan kegiatan usahanya termasuk me-nyalurkan pembiayaan murabahah ke-pada nasabah harus menerapkan prin-sip kehari-hatian (prudential prin-ciple). Jika Bank BRISyariah tidak menerapkan prinsip kehati-hatian (Prudential principle) akibatnya bank akan mendapatkan sanksi dari Bank Indonesia atau sekarang beralih ke Otoritas Jasa Keuangan sebagai eksternal regulator berupa denda uang, teguran, penurunan tingkat kesehatan bank, pelarangan dalam kegiatan kliring, pembekuan kegiatan usaha tertentu.

2. Penerapan Prudential Principle

dari Sisi Administrasi Pembiayaan

Murabahah

Pembiayaan murabahah merupa-kan salah satu pembiayaan yang ada di bank syariah dalam menghasilkan keuntungan. Pembiayaan murabahah

(7)

meng-115 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 gunakan pola jual-beli barang dengan

menyatakan harga perolehan dan menginformasikan margin yang telah ditentukan oleh bank dengan kesepa-katan bersama. Produk pembiayaan Bank BRISyariah yang menggunakan akad pembiayaan murabahah, antara lain sebagai berikut:5 (a) Pembiayaan

Konsumtif: KPR BRISyariah iB; KPR Sejahtera BRISyariah iB; KKB (Ke-pemilikan Kendaraan Bermotor) BRI Syariah iB; PKE (Pembiayaan Kepemilikan Emas) BRISyariah iB; (2) Pembiayaan Produktif: Pembia-yaan Mikro 25 iB, 75 iB, dan 500 iB; Pembiayaan Kepemilikan Kendaraan Usaha Administrasi pembiayaan

murabahah pada Bank BRISyariah untuk proses pencatatan data yang berkaitan dengan proses pembiayaan yang diberikan kepada nasabah. Penerapan prinsip kehati-hatian ( pru-dential principle) dalam pembiayaan

murabahah memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan dokumentasi dalam pemberian pembiayaan antara lain: (c) Mengetahui kelayakan nasabah de-ngan mudah; (c) Mengetahui peme-nuhan persyaratan (d) Mengetahui perkembangan pembiayaan; (e) Me-ngetahui target market pembiayaan nasabah

Untuk permohonan pembiayaan harus berdasarkan adanya permo-honan pembiayaan secara tertulis yang ditandatangani oleh calon nasabah disertai dengan dokumen-dokumen untuk kelengkapan

5 Buku Saku Produk BRISyariah

yaan. Jenis dokumen dikelompokkan menjadi menjadi 2 (dua), yaitu: (a) Dokumen saat permohonan pembia-yaan. Dokumen standar saat permo-honan pembiayaan dapat dilihat pada tabel berikut.

Jenis Dokumen Nasabah

perorangan Badan usaha (badan

(8)

Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 116

a.

b.

c.

d.

e.

a. Dokumen setelah pembia-yaan disetujui

Penandatanganan akad yaan, keputusan persetujuan pembia-yaan, pengikatan agunan, bukti ke-pemilikan agunan dan kontrak kerja yang berkaitan dengan pemberian pembiayaan.

Berbagai mekanisme harus dilaku-kan bank agar bank berhati-hati dalam menyalurkan permohonan pembia-yaan kepada nasabah, selain itu Bank BRISyariah dalam penerapan prinsip kehati-hatian mensyaratkan beberapa ketentuan kepada nasabah. Adminis-trasi pembiayaan pada Bank BRI Syariah terdapat 2 (dua) jenis pembiayaan berdasarkan sifatnya, antara lain: (a) Pembiayaan Kon-sumtif, persyaratan dokumen nasabah, yaitu: Karyawan dengan penghasilan tetap, seperti: Kartu Tanda Pengenal (KTP), Kartu Keluarga dan Surat Nikah, Usia minimal pada saat pembiayaan diberikan adalah 21 tahun, Slip gaji terakhir atau Surat Keterangan Gaji, karyawan tetap

dengan pengalaman kerja minimal 2 (dua) tahun, Rekening koran/tabungan 3 bulan terakhir, NPWP pribadi untuk pembiayaan diatas Rp.50 juta.(b) Profesional, seperti: Kartu Tanda Pengenal (KTP), Kartu Keluarga dan Surat Nikah, karyawan tetap dengan pengalaman kerja minimal 2 (dua) tahun, Usia minimal pada saat pembiayaan diberikan adalah 21 tahun, Rekening koran/tabungan 3 bulan terakhir, NPWP pribadi untuk pembiayaan diatas Rp.50 juta. (c) Pembiayaan produktif, persyaratan dokumen nasabah, yaitu: KTP nasa-bah dan pasangan, Akta nikah/surat keterangan belum menikah, Kartu keluarga, Surat keterangan usaha (SKU) atau SIUP, Foto 3x4 nasabah dan pasangan, NPWP, SPPT PBB 1 tahun terakhir (jika agunan tanah atau bangunan), usia minimal 21 tahun atau telah menikah untuk usia lebih besar atau sama dengan 18 tahun dan maksimal usia 65 tahun saat akhir jangka waktu pembayaran.

Bank BRISyariah dalam pene-rapan prinsip kehati-hatian ( pruden-tial principle) pada agunan untuk dijadikan jaminan dalam pengajuan pembiayaan murabahah, memiliki be-berapa jenis agunan yang dapat dijadikan jaminan dalam pengajuan pembiayaan murabahah, antara lain: Tanah kosong; Tanah dan bangunan; Kendaraan; Kios; dan Deposito BRIS. Dokumen agunan dalam sebuah pembiayaan memiliki peran penting, karena agunan yang bermasalah tidak akan bisa dijadikan agunan walaupun 9 Fotocopy

NPWP perusahaan dan pengurus

10 Fotocopy akta pendirian/ anggaran dasar dan

perubahannya

11 Fotocopy rekening tabungan/giro 3 bulan terakhir

(9)

117 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 agunan bagus, memiliki nilai jual

yang tinggi. Jika agunan tidak memiliki surat kepemilikan agunan yang jelas maka agunan tidak dapat dijadikan dalam pengajuan pembia-yaan. Dokumen agunan dalam pem-biayaan sangat berguna jika pembia-yaan menjadi bermasalah dikemudian hari maka bank dapat mengeksekusi agunannya. Beberapa jenis dokumen agunan yang dapat dijadikan agunan, sebagai berikut: Sertifikat (SHM, SHGB, SHMSRS, SHP); BPKB mo-bil/motor; SIPTB, SIPTU atau sejenis (kios/lapak/dasaran); AJB/APHB dari girik/letter C/tanah adat yang telah disetujui; dan Deposito BRIS.

Seluruh dokumen persyaratan da-lam permohonan pembiayaan mura-bahah

harus dipenuhi oleh nasabah pembiayaan. Hal ini dilakukan oleh Bank BRISyariah dalam rangka mene-rapkan prinsip kehati-hatian ( pruden-tial principle) dalam pembiayaan murabahah. Dokumen persyaratan ini berguna untuk pengikatan akad pem-biayaan murabahah antara Bank BRI-Syariah dan nasabah. persyaratan yang diberikan kepada bank menun-jukan ada I’tikad baik dari nasabah karena menyerahkan salah satu dokumen nasabah yang penting kepa-da bank. Dokumen persyaratan yang terkait dalam permohonan pembia-yaan harus selalu dilakukan secara terus menerus agar pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah benar-benar disalurkan kepada orang yang tepat dan membutuhkan dana. Bank BRISyariah juga harus berhati-hati

dalam menyimpan dokumen nasabah agar nasabah tidak kecewa dan percaya terhadap Bank BRISyariah karena dokumen yang diserahkan kepada bank merupakan dokumen yang dianggap penting bagi nasabah dan bank.

3. Penerapan Prudential Principle

dari Sisi Prosedur Pembiayaan

murabahah

Adminstrasi dan dokumen persya-ratan dalam permohonan pembiayaan

murabahah sudah dipenuhi oleh na-sabah. Maka Bank BRISyariah mela-kukan cara-cara yang tidak merugikan bank dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian (prudential principle) dalam pemberian pembiayaan kepada nasabah. Prosedur dalam penyaluran pembiayaan murabahah melalui bebe-rapa tahapan agar pembiayaan yang akan diberikan benar-benar dianalisa terlebih dahulu oleh Bank BRISyariah dan meminmalisirkan pembiayaan yang berpotensi menjadi pembiayaan bermasalah.

Prosedur pembiayaan yang dilaku-kan oleh Bank BRISyariah sebelum menyalurkan kepada nasabah. Bebe-rapa tahapan yang harus dilakukan oleh Bank BRISyariah dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian ( pru-dential principle) dalam pemberian pembiayaan, sebagai berikut:

(10)

Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 118 syariah. Marketing pembiayaan harus

dapat menjelaskan mengenai manfaat, fasilitas, persyaratan dokumen kepada nasabah agar nasabah benar-benar paham terhadap akad pembiayaan yang akan dilakukan. Marketing pembiayaan sekurang-kurangnya me-miliki informasi nasabah meliputi: (a) Permohonan pembiayaan yang diaju-kan mencakup: Jumlah pembiayaan yang diajukan, Jangka waktu pem-biayaan; dan Tujuan dari pembiayaan murabahah yang diinginkan, harus dijelaskan secara jelas dan terperinci untuk kebutuhan konsumtif, untuk kebutuhan barang investasi, atau untuk kebutuhan modal kerja. (b) Dokumen nasabah secara umum, seperti KTP, aplikasi pembiayaan diisi dengan benar, kartu keluarga. (c) Data agunan secara umum, mengenai: (1) Status kepemilikan agunan, apakah status agunan yang dimiliki atas nama pribadi atau atas nama orang lain; Agunan yang akan dijaminkan oleh nasabah dalam bentuk apa; Status legalitas agunan dari agunan oleh nasabah pemohon. (2) Data kekayaan calon nasabah pembiayaan, mencakup: Penghasilan suami/istri setiap bulan dari nasabah pemohon; Penghasilan bersih sua-mi/istri setiap bulan dari nasabah pemohon; Penghasilan tambahan suami/istri setiap bulan dari nasabah pemohon; Mengenai angsuran lain (jika ada); Pengeluaran setiap bulan suami/istri nasabah pemohon; Sisa penghasilan bersih suami/istri setiap bulan dari nasabah pemohon; Harta

lain yang dimiliki serta simpanan rekening yang dimiliki oleh nasabah pemohon.

Marketing pembiayaan harus cer-mat dalam menganalisa awal data nasabah yang telah didapatkan. Mar-keting membuat Memorandum Usul-an PembiayaUsul-an (MUP) untuk disam-paikan kepada Financing Review Group (FRG).

2. Prosedur analisa dan evaluasi Pembiayaan

(11)

119 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015

Personal checking; Cek lingkungan; dan BI checking; (b) Penilaian kemampuan (capacity). Bank BRI-Syariah dalam mengukur kemampuan nasabah memiliki dua pendekatan, yaitu: (1) Pendekatan historis, yaitu menilai nasabah dari sejarah usaha nasabah yang bersangkutan, apakah usahanya banyak mengalami kegagal-an atau mengalami perkembkegagal-angkegagal-an yang semakin maju dari waktu kewaktu. (2) Pendekatan finansial, yaitu dengan menilai posisi neraca dan laporan perhitungan laba rugi untuk tiga bulan terakhir untuk me-ngetahui seberapa besar keuntungan atau kerugian serta risiko usahanya.

Bank BRISyariah dalam meng-analisa kemampuan nasabah ( capa-city) untuk pembiayaan mikro meng-gunakan rumus sebagai berikut:

1. Laba

Laba yang dihasilkan nasabah setelah dikurangi biaya-biaya yang muncul dari usahanya dan kebutuhan nasabah baru didapati laba bersih dari usahanya. Bank BRISyariah tidak memakai metode bahwa laba bersih usaha untuk membayar kewajiban kepada bank. Akan tetapi bank mem-berikan saving 25% bagi nasabah. RPC Ratio itu yang dijadikan dasar

pembayaran bank dalam membayar kewajibannya kepada bank.

Intinya Bank BRISyariah meng-inginkan adanya kemampuan mem-bayar nasabah minimal dalam satu bulan dua kali angsuran. Penerapan prinsip kehati-hatian tercermin bahwa Bank BRISyariah menginginkan nasa-bah tidak terbebani dalam menyele-saikan kewajibannya kepada bank dan dapat memperkecil pembiayaan ber-masalah.

Dalam pembiayaan produktif ti-dak menggunakan rumus ratio RPC karena pembiayaan yang disalurkan dalam jumlah besar. Pembiayaan pro-duktif biasanya nasabah yang ber-badan hukum yang telah memiliki manajemen keuangan yang tersusun dengan rapih. Maka Bank BRISyariah dalam menilai pembiayaan produktif lebih melihat kepada laporan keuang-an nasabah. Laporkeuang-an keukeuang-angkeuang-an nasabah dapat mencerminkan usaha nasabah dalam kondisi bagus atau tidak, usahanya mengalami perkem-bangan dari waktu-kewaktu atau tidak. Laporan keuangan menggambar posisi kemampuan nasabah dalam mengembalikan kewajiban kepada bank. Untuk pembiayaan non mikro minimal RPC ratio adalah 1,5 dari kewajiban nasabah kepada bank

a. Penilaian agunan (collateral) Aspek collateral yang cukup men-jamin pengembalian dana yang dipinjam oleh nasabah pembiayaan. Oleh karena itu agunan menjadi faktor yang penting dalam pemberian pembiayaan. Collateral sebagai salah

Laba kotor – (Biaya-biaya + kebutuhan) – hutang

bank lain (jika ada) = Laba Bersih

Laba bersih x 75% = RPC Ratio

(12)

Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 120 satu faktor penting dalam pemberian

pembiayaan harus diperhatikan bank dalam mengurangi risiko pemberian pembiayaan. agunan dikatakan sebagai faktor penting karena pada dasarnya agunan bertujuan menghi-langkan atau paling tidak memini-malisir risiko yang mungkin timbul yaitu dalam hal debitur tidak melu-nasi hutangnya.

Dengan adanya agunan maka bank mempunyai kedudukan yang kuat, aman, dan terjamin dalam memper-oleh kembali dana yang telah disalurkannya kepada debitur melalui pemberian pembiayaan. Agunan yang ideal adalah agunan yang memu-dahkan penagihan utang dan setiap waktu dapat dieksekusi sebagai pelu-nasan utang. Agunan merupakan jalan keluar kedua (second way out) dalam menyelesaikan pembiayaan bermasa-lah.

b. Penilaian permodalan ( capi-tal)

Penilaian capital ini merupakan analisis yang menghubungkan antara permohonan pembiayaan oleh calon nasabah terhadap sejumlah dana yang disetor untuk membiayai suatu barang maka akan semakin ringan calon tersebut dalam melunasi pembiayaan tersebut. Akan tetapi sebaliknya, semakin sedikit jumlah dana yang disetor maka akan semakin berat juga calon nasabah tersebut dalam melu-nasi kewajibannya.

Bank BRISyariah menpunyai per-timbangan dalam analisis ini yaitu jangka waktu yang diambil calon

nasabah dalam permohonan pembia-yaan. Kondisi seperti ini akan dikem-balikan kepada kemampuan calon nasabah dalam pengambilan keputusan permohonan pembiayaan.

c. Penilaian prospek usaha (condition of economy)

Penilaian terhadap prospek usaha dapat dilihat pada trade checking.

Trade checking merupakan analisa terhadap harga pasar atau harga sebenarnya dari barang yang ingin dibeli oleh nasabah. trade checking ini diperlukan untuk berjaga-jaga agar bank tidak berlebihan dalam mem-berikan pembiayaan sesuai dengan kebutuhan nasabah pemohon.

2. Persetujuan Pembiayaan Pembiayaan yang dapat disetujui adalah pembiayaan yang telah me-lengkapi semua dokumen persyaratan permohonan pembiayaan oleh nasa-bah. Dalam proses persetujuan mini-mal ada dua memorandum. Pertama, Memorandum Usulan Pembiayaan (MUP) yang dibuat oleh marketing pembiayaan. Kedua, Memorandum Analisa Pembiayaan (MAP) yang dibuat oleh tim reviewer Bank BRISyariah.

Kedua memorandum ini diajukan kepada komite pembiayaan untuk diputuskan pembiayaan layak dibiyai oleh bank atau ditolak. Persetujuan pembiayaan diputuskan dengan bebe-rapa cara, antara lain:

a. Rapat

(13)

121 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 pembiayaan, kewajaran pembiayaan.

Komite pembiayaan diputuskan de-ngan hati-hati agar pembiayaan yang diberikan sesuai dengan aturan eks-ternal dan aturan ineks-ternal perusahaan. Pembiayaan mikro diputuskan dengan rapat, akan tetapi hanya diputuskan oleh manajer pembiayaan dan kepala cabang.

b. Circulate dokumen

Pembiayaan diputuskan dengan cara mensirkulasikan dokumen. Doku-men pembiayaan ditandatangani mu-lai dari pimpinan cabang sampai dengan penandatanganan oleh direk-tur utama.

3. Pencairan Pembiayaan Pembiayaan disetujui dilanjutkan dengan tahapan pencairan pembia-yaan. Nasabah mendapatkan konfir-masi dari Bank BRISyariah melalui Surat Persetujuan Prinsip Pembiayaan (SP3). Nasabah melakukan pengikat-an akad pembiayapengikat-an murabahah dan membayar biaya-biaya yang muncul dari transaksi pembiayaan. Adminis-trasi Pembiayaan (ADP) melakukan pencairan sesuai dengan permohonan pembiayaan yang disetujui. Dalam melakukan pencairan pembiayaan Bank BRISyariah menempuh bebe-rapa cara, yaitu mencairkan dana secara menyeluruh ke rekening nasabah dan mencairkan dana secara bertahap sesuai yang disyaratkan oleh Bank BRISyariah.

4. Pemantauan Pembiayaan Ketika pembiayaan itu sudah direalisasikan bank juga tetap meng-awasi usaha yang dibiayai yang

bertujuan untuk menjamin kepen-tingannya terhadap pembayaran kembali kewajibannya dan untuk memastikan digunakan sesuai rencana permohonan pembiayaan. Aktivitas ini memiliki aspek dan tujuan tertentu.Tujuan dari pemantauan, yaitu:

a. Kekayaan bank syariah akan selalu terpantau dan menghindari adanya penyelewengan baik oknum dari luar maupun dari dalam bank syariah.

b. Untuk memastikan ketelitian dan kebenaran data administratif dalam pemberian pembiayaan.

c. Untuk memajukan efisiensi di dalam pengelolaan tata laksana usaha dalam pembiayaan murabahah dan sasaran pencapaian yang ditetapkan bank.

Bebarapa tahapan yang dilakukan Bank BRISyariah dalam melakukan pemantauan pembiayaan kepada nasabah, sebagai berikut:

1. Kunjungan on the spot

Kunjungan On The Spot ini merupakan tahap yang paling penting dalam pemantauan terhadap nasabah. Hal ini ditujukan untuk memperearat tali silaturrahmi antara bank dan nasabah dan untuk memastikan peng-gunaan pembiayaan sesuai dengan tujuan permohonan pembiayaan.

2. Pembinaan terhadap nasabah pembiayaan

(14)

Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 122 bank menyalurkan pembiayaan dan

usahanya berkembang berarti bank dalam menyalurkan pembiayaan sasarannya tercapai.

3. Monitoring

Kegiatan monitoring yang dilaku-kan oleh Bank BRISyariah yaitu meliputi rekening nasabah, laporan keuangan usaha yang dijalani, serta terhadap agunan yang diberikan kepada bank. Tujuan dari monitoring ini yaitu mengamankan dana bank yang disalurkan kepada nasabah dan risiko kerugian yaitu dengan memberi keyakinan bahwa pembiayaan yang telah diberikan cukup aman dari segi penggunanannya maupun agunannya.

Prosedur pemberian pembiayaan harus dilakukan secara berurutan mu-lai dari prosedur permohonan pem-biayaan hingga pemantauan pembia-yaan. prosedur yang dilakukan dengan benar wujud Bank BRISyariah dalam menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential principle) dalam pemberi-an pembiayapemberi-an. Prosedur pemberipemberi-an pembiayaan dari setiap tahapan me-miliki peran penting agar pembiayaan benar-benar dijalankan sesuai dengan aturan perusahaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan aturan eksternal.

4. Penerapan Prudential Principle

dari Sisi Manajemen Risiko Setiap pembiayaan terdapat po-tensi risiko yang akan muncul dari pembiayaan yang diberikan. Semakin besar pembiayaan yang diberikan kepada nasabah maka semakin tinggi pula risiko yang akan muncul. Risiko

tidak dapat dihilangkan akan tetapi risiko dapat di minimalisirkan dengan cara mitigasi risiko yang benar. Sesuai dengan PBI No. 13/23 PBI/ 2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Bahwa bank syariah menghadapi beberapa risiko, antara lain: (1) Risiko kredit, (2) Risiko Pasar, (3) Risiko Likuiditas, (4) Risiko Operasional, (5) Risiko Hukum, (6) Risiko Reputasi, (7) Risiko Stratejik, (8) Risiko Kepatuh-an, (9) Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk), dan (10) Risiko Investasi (Equity Investment Risk).

Bank BRISyariah dalam memi-tigasi risiko memiliki cara, salah satu nya menghindari sektor usaha yang dianggap berpotensi menimbulkan risiko. Usaha yang dihindari oleh Bank BRSyariah dalam pemberian pembiayaan, antara lain:

1. Usaha yang masuk dalam daftar negative list, seperti: tidak sesuai dengan prinsip syariah, dan bertentangan dengan peraturan perun-dang-undangan yang berlaku.

2. Usaha yang berisiko tinggi, seperti: usaha yang sudah jenuh, usaha yang daya persaingannya tinggi, sangat tergantung dengan alam, dan bisnis yang tidak dikuasai.

(15)

kewajiban-123 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 nya terhadap bank. Akibat nya bank

mengalami penurunan dalam menda-patkan keuntungan. Pembiayaan bermasalah juga dapat mempengaruhi tingkat kesehatan bank. Maka bank harus cermat dalam menilai kemam-puan nasabah dalam mengembalikan dana yang telah diberikan.

Kedua, risiko operasional. Terjadi-nya risiko opersional sebagai akibat tidak berfungsinya, (1) proses internal dalam pemberian pembiayaan tidak dijalankan sesuai prosedur internal perusahaan ; (2) kesalahan manusia; (3) kegagalan sistem; (4) problem eksternal.

Bank BRISyariah dalam mencegah atau memperkecil risiko yang muncul dari pembiayaan yang telah diberikan kepada nasabah menempuh beberapa cara, yaitu: Memilih calon nasabah dengan selektif; Melakukan anlisa pembiayaan dengan benar; Mereview dokumen nasabah dengan benar; dan Memberikan pelatihan soft skill dan

hard skill kepada setiap unit bisnis.

B. Analisis Penerapan Prinsip Kehati-hatian (Prudential Princip-le) dalam Pembiayaan Murabahah

pada Bank BRISyariah

1. Penerapan Prudential Principle

dari Sisi Hukum

Hukum pembiayaan murabahah

dalam kegiatan usaha bank syariah berlandaskan pada UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal 19 ayat 1 pada huruf d. Pada dasarnya pembiayaan muraba-hah merupakan akad jual-beli dengan

menyatakan harga pokok dan peroleh-an keuntungperoleh-an (margin) yang telah disepakati bersama antara bank dan nasabah.

Usia calon nasabah minmal ber-usia 21 tahun atau telah menikah untuk usia lebih besar atau sama dengan 18 tahun. Hal ini menjadi perhatian Bank BRISyariah dalam penerapan prinsip kehati-hatian (prudential principle) karena usia minimal 18 tahun sudah dianggap dewasa yang sudah dapat membe-dakan baik dan buruk dan dapat mempertanggung jawabkan perbuat-annya di mata hukum. Dalam hukum fiqih juga diperbolehkan usia 18 tahun melakukan transaksi jual-beli karena dalam usia 18 tahun sudah mencapai waktu baligh. Jadi Bank BRISyariah menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential principle) dalam sisi hukum dengan memberikan pembia-yaan kepada nasabah yang memang sudah cukup umur baik dari hukum positif dan hukum syariah.

(16)

Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 124 Baqarah ayat 282. Dengan mencatat

utang piutang dihadapan pihak ketiga yang dipercaya memberikan kepastian bahwa transaksi jual-beli dilakukan dengan hati-hati.

Pengaturan prinsip kehati-hatian (prudential principle) dalam pemberi-an pembiayapemberi-an pada bpemberi-ank syariah hanya terdapat pada pasal 35 ayat 1 UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Prinsip kehati-hatian (prudential principle) masih bersifat umum dan tidak adanya pe-ngaturan hukum yang secara spesifik mengatur bagaimana bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential principle) pada kegiatan usahanya. Hal ini juga berdampak pada Bank BRISyariah dalam pe-ngaturan prinsip kehati-hatian ( pru-dential principle) dalam kegiatan usahanya hanya mengadopsi dari UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Penulis menggambarkan bahwa pengaturan prinsip kehati-hatian ( pru-dential principle) pada Bank BRI Syariah hanya sebagai formalitas kepatuhan terhadap perundang-un-dangan. Satuan kerja kepatuhan harus dapat memastikan shariah compliance

dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dalam menyalurkan pem-biayaan bank tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Shari-ah compliance sangat penting bagi bank syariah karena perbedaan dengan bank konvensional terletak pada pemenuhan prinsip syariah dalam

menyalurkan pembiayaan kepada nasabah.

2. Penerapan Prudential Principle

dari Sisi Administrasi Pembiayaan

Murabahah

Administrasi dalam sebuah pem-biayaan sebagai syarat nasabah untuk melakukan permohonan pembiayaan. Administrasi dan dokumen nasabah mempermudah nasabah dalam mem-proses permohonan pembiayaan. Ad-minstrasi pembiayaan di Bank BRI Syariah untuk pembiayaan mikro memiliki perbedaan dalam pengum-pulan dokumen nasabah.

Pembiayaan mikro pada Bank BRISyariah seperti mikro 25 iB tidak perlu menyerahkan dokumen agunan kepada bank, dengan kata lain tidak ada agunan yang dijaminkan. Pem-biayaan yang bersifat investasi atau produktif dalam jumlah besar per-syaratan administrasi dan dokumen agunan yang harus diserahkan oleh nasabah sangat selektif dan banyak. Pembiayaan yang bersifat investasi dalam jumlah besar nasabah wajib menyerahkan dokumen agunan, minimal agunan tersebut dapat menu-tupi hutang nasabah jika terjadi pembiayaan bermasalah dikemudian hari.

(17)

125 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 bank dapat mengetahui dokumen

yang disyaratkan kepada nasabah dapat dipenuhi. Administrasi ini sangat penting bagi bank untuk mendata siapa saja yang meng-gunakan dana bank dapat dicek dikemudian hari jika pembiayaan yang disalurkan ternyata pembiayaan yang fiktif.

3. Penerapan Prudential Principle

dari Sisi Prosedur Pembiayaan

Murabahah

Pemberian pembiayaan dalam sebuah bank harus didasarkan pada prinsip kehati-hatian (prudential prin-ciple). Pemberian pembiayaan harus-lah hati-hati dalam menyalurkan pembiayaan kepada nasabah karena pemberian pembiayaan yang diberi-kan menggunadiberi-kan dana nasabah deposan. Pengelolaan dana nasabah deposan yang digunakan bank dalam meyalurkan pembiayaan kepada nasabah haruslah megikuti aturan yang berlaku,baik dari eksternal regulator maupun peraturan internal dijalankan dengan benar dan tidak tergesa-gesa dalam mengeksekusi pembiayaan.

Pemberian pembiayaan murabahah

pada Bank BRISyariah pada umum-nya berdasarkan pada prinsip 5 C (character, capital, capacity, colla-teral, dan condition of economy). Dalam mengenal nasabah tidak hanya cukup hanya berdasarkan prinsip 5 C saja, melainkan harus dilakukan

screening untuk menangani pembia-yaan bermasalah baik dari mendeteksi

gejala awal pembiayaan bermasalah. Pembiayaan yang tidak dikelola dengan baik maka akan berpotensi menjadi pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah dapat meru-gikan pihak bank, dapat mengurangi tingkat pendapat bank sehingga bank wajib mencadangkan pembiayaan yang telah disalurkan.

Bank syariah seharusnya tidak hanya berpedoman dengan prinsip 5 C dalam menganalisa pembiayaan. Hal ini tidak ada bedanya dengan bank konvensional dalam pemberian pem-biayaan yang berdasarkan pada prinsip 5 C. Bank BRISyariah dalam menerapkan prinsi kehati-hatian yang berpegang pada pemenuhan prinsip syariah, namun belum secara rinci atau ciri khas Bank BRISyariah dalam menganalisa pembiayaan.

Prosedur pemberian pembiayaan pada bank BRISyariah secara umum hampir sama dengan bank konven-sional. Perbedaan mendasar terletak pada obyek pembiayaan yang dibiayai oleh Bank BRISyariah. Bank BRI Syariah dalam pemberian pembiayaan dibatasi oleh obyek pembiayaan, obyek pembiayaan harus memenuhi prinsip-prinsip syariah.

(18)

Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 126 Prosedur pemberian pembiayaan

murabahah pada Bank BRISyariah sudah cukup bagus karena tahapan yang dilaksanakan dari sebelum akad pembiayaan murabahah diawasai oleh

financing review group, financing support group, complance desk, legal group. Hal ini dilakukan untuk memastikan pembiayaan yang akan diberikan benar-benar tepat sasaran dan pembiayaan tidak menimbulkan permasalahan. Untuk pemantauan pembiayaan dilakukan oleh internal audit untuk memastikan pembiayaan dijalankan oleh nasabah sesuai dengan persyaratan dan tujuan pengajuan pembiayaan.

Dalam melakukan analisis dan evaluasi pembiayaan seharusnya bank syariah tidak hanya fokus pada prinsip 5 C akan tetapi unsur-unsur peme-nuhan prinsip syariah juga tidak kalah penting untuk dianalisa dan dieva-luasi. Bank syariah dalam pemberian pembiayaan murabahah aspek syariah harus diutamakan karena kegiatan usaha bank syariah berdasarkan pada prinsip syariah. Bank BRISyariah dalam menganalisa berdasarkan pada prinsip 5 C dalam pembiayan mikro permodalan dan prospek usaha tidak dianalisa lebih dalam. Seharusnya Bank BRISyariah dalam melakukan analisa pembiayaan tetap menganalisa permodalan nasabah karena dari per-modalan terlihat berapa modal yang dimiliki nasabah dalam mengem-bangkan usahanya. Permodalan juga mengindikasikan bahwa nasabah memiliki keseriusan dalam pengajuan

pembiayaan. Prospek usaha juga tidak kalah penting untuk dilakukan analisa lebih dalam karena secara tidak langsung prospek usaha dapat berpe-ngaruh dalam menjalankan usahanya.

Bank BRISyariah kurang konsis-ten dalam menganalisa pembiayaan mikro berdasarkan prinsip 5 C. Seba-gian dianalisi oleh bank akan tetapi ada beberapa variabel tidak dianalisa dengan benar dan secara mendalam, seperti: permodalan dan prospek usaha. Pada dasarnya bank harus tetap melakukan analisa terhadap permo-dalan dan prospek usaha karena jika tidak dilakukan maka penerapan prinsip kehati-hatian pada pembia-yaan mikro kurang optimal.

Persetujuan pembiayaan diputus-kan sesuai obyek pembiayaan. Dalam proses persetujuan pembiayaan tidak boleh adanya kepentingan pribadi. Sebelum memutuskan persetujuan pembiayaan bank sebaiknya harus memperhatikan baik dan buruknya bagi kelangsungan kegiatan usaha bank. Dengan memperhatikan baik dan buruk pemberian pembiayaan, risiko pembiayaan, prospek usaha yang akan dibiayai dan pembiayaan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah maka Bank BRI Syariah telah menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential principle) dengan baik.

(19)

127 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 terdapat Potensi risiko yang muncul.

Proses pemantauan pembiayaan tidak hanya dilakukan oleh audit internal saja, akan tetapi marketing pembia-yaan yang mengusulkan pembiapembia-yaan juga harus dapat bertanggung jawab terhadap kelancaran pembayaran kewajiban nasabah kepada bank. Dengan melakukan pemantauan seca-ra berkala, maka nasabah juga meseca-rasa diperhatikan oleh bank sehingga nasabah dapat menyelesaikan pemba-yaran sesuai jangka waktu yang telah disepakati bersama.

4. Penerapan Prudential Principle

dari Sisi Manajemen Risiko Bank BRISyariah dalam memper-kecil risiko yang muncul dari setiap transakasi pembiayaan yang telah disalurkan, bank membentuk unit kerja yang khusus membidangi masalah risiko. Unit kerja manajeman risiko pada Bank BRISyariah yaitu Satuan Kerja Risiko Operasional dan Satuan Kerja Risiko Pembiayaan dan Pasar. Manajemen risiko dalam penerapan prinsip kehati-hatian ( pru-dential principle) memiliki peranan penting dalam meyalurkan pembiyaan kepada nasabah.

Bank BRISyariah dalam penerap-an prinsip kehati-hatipenerap-an (principle prudential) pemberian pembiayaan

murabahah untuk memperkecil risiko yang muncul, sebaiknya mengguna-kan akad wakalah. Dengan meng-gunakan akad wakalah dalam pem-biayaan murabahah Bank BRISyariah

dapat memperkecil kemungkinan barang rusak, barang ditolak oleh nasabah, dan barang hilang. Akad

wakalah memberikan kemudahan bank dalam meyalurkan pembiayaan

murabahah. Bank juga tetap menga-wasi nasabah dalam membeli barang sesuai dengan harga yang ditawarkan nasabah kepada bank, membeli barang sesuai dengan kebutuhan nasabah.

Bank BRISyariah dalam menem-patkan marketing pembiayaan dica-bang-cabang harus memiliki kemam-puan dan keahlian yang cukup di bidang perbankan syariah. Dalam upaya meningkatkan prinsip kehati-hatian (prudential principle) dalam menyalurkan pembiayaan kepada nasabah. Bank BRISyariah memberi-kan pelatihan kepada marketing pembiayaan, baik pelatihan soft skill

dan hard skill untuk dapat mening-katkan kemampuan dalam meng-analisa pembiayaan. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan sum-ber daya insani perbankan syariah yang professional dan amanah.

Dari pembahasan dan analisis data diatas dapat dirumuskan bahwa pene-rapan prinsip kehati-hatian ( pruden-tial principle) dalam pembiayaan

(20)

Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 128 Sumber: Hasil Wawancara dan

Studi Dokumentasi Internal

Berdasarkan tabel 3 dapat diketa-hui bahwa dilihat dari empat sisi penerapan prinsip kehati-hatian (prudential principle) dalam pembia-yaan murabahah pada Bank BRI

Syariah telah melaksanakan prinsip kehati-hatian (prudential principle) dengan baik.

Kesimpulan

Dari penjabaran yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Tujuan dari penerapan prin-sip kehati-hatian dalam rangka menjaga kesehatan, keamanan, dan kestabilan sistem perbankan nasional. Dalam menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential principle) seluruh karyawan Bank BRISyariah ikut dalam menerapkan prinsip kehati-hatian mulai dari karyawan, direksi, komisaris, dewan pengawas syariah, pemegang saham dan pihak terafiliasi. Penerapan prinsip kehati-hatian pada Bank BRISyariah telah sesuai dengan UU No. 21 tahun 2008 tentang Per-bankan Syariah, PBI No. 10/ 16/PBI/2008 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Syariah dan Fatwa DSN-MUI Nomor 4/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah.

2. Penerapan prinsip kehati-hatian (prudential principle) dalam pembiayaan murabahah pada Bank BRISyariah telah dilaksanakan dengan baik, dapat dilihat pada: (a) Sisi hukum sesuai dengan hukum positif dan hukum syariah. (b) Sisi administrasi pembiayaan murabahah

dapat memudahkan bank dalam me-ngenal nasabah dan mengetahui tuju-an dari nasabah melakuktuju-an permo-Tabel 4.2

Matriks Penerapan Prinsip Kehati-hatian (Application of Prudential Principle)

(21)

129 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 honan pembiayaan. administrasi

pem-biayaan murabahah antara lain doku-men permohonan pembiayaan dan dokumen pembiayaan setelah disetujui. (c) Sisi prosedur pembia-yaan murabahah yang dilakukan oleh Bank BRISyariah cukup banyak dalam rangka melaksanakan prinsip kehati-hatian (prudential principle), tercermin dari permohonan pembia-yaan hingga pemantauan pembiapembia-yaan. (d) Sisi manajemen risiko Bank BRI Syariah membetuk dua satuan kerja risiko, yaitu satuan kerja risiko opera-sional bertugas untuk memitigasi risiko operasional dan risiko pem-biayaan bertugas untuk memitigasi risiko pembiayaan.

Daftar Pustaka

Ali, Atabik & Ahmad Zuhdi Muhdor,

Kamus Kontemporer Arab– Indo-nesia, Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1998

Arifin, Zainul, Dasar-dasar Manaje-men Bank Syariah, Jakarta: Pus-taka Alvabet, 2006

Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Praktek di Beberapa Negara, Jakarta: Bank Indonesia, 2006

Bank Indonesia, Kodifikasi Produk Perbankan Syariah, Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2008

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No: 10/17/PBI/2007 tentang Produk Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Bank Indonesia, Peraturan Bank

Indo-nesia Nomor 11/16/PBI/2008 ten-tang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpun Da-na dan Penyaluran DaDa-na serta Pelayanan Jasa Bank Syariah. Bank Indonesia, Surat Edaran Bank

Indonesia Nomor 10/14/DPbs/ 2008 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Peng-himpun Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 4/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang diskon dalam Murabahah

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang uang muka dalam Murabahah

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 17/DSN-MUI/IX/2000 tentang Sanksi atas Nasabah Mampu yang Menunda-nunda Pembayaran.

(22)

Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 130

di Bank Syariah, dalam Skripsi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010.

Faisal, Restrukturisasi Pembiayaan Murabahah dalam Mendukung Manajemen Risiko sebagai Imple-mentasi Prudential Principle Pada Bank Syariah di Indonesi, dalam

Skripsi Fakultas Hukum Malikus-saleh, 2011.

Imaniyati, Neni Sri. Hukum Perban-kan. Bandung: Fakultas Hukum Unisba, 2008

J Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013 (revisi).

Jumaisyawal, Harry, Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam Pelaksanaan Pembiayaan Muraba-hah Pada BNI (Bank Negara Indonesia) Syariah Cabang Padang, dalam Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas, 2011.

Karim, Adiwarman, Bank Islam: Analsis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007

Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010 (cetakan ke-9)

Kristy Wulandari, Belinda, Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam Rangka Pemberian Kredit Melalui

Produk Pinjaman Untuk Usaha Kecil Menengah (UKM) Pada Commonwealth Bank dalam Skripsi Fakultas Hukum Program Kekhususan

Hukum Ekonomi Universitas

Indonesia, Januari 2012.

Kurniawan Adnans, Ridha, Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah (Studi Terhadap Pembiayaan Rumah/Properti Pada Bank Negara Indonesia Syariah Cabang Medan) dalam Tesis Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan, 2007 Mahmud, Yunus, Kamus Arab –

Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990

Octaviano Dendhana, Toto, Penerap-an Prudential BPenerap-anking Principle Dalam Upaya Perlindungan Hu-kum Bagi Nasabah Penyimpan Dana, dalam Jurnal Lex et Socie-tatis, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Rivai, Veithzal, dan Rifki Ismal,

Islamic Risk Management For Islamic Bank: Risiko Bukan Untuk Ditakuti, Tapi Dihadapi Dengan Cerdik, Cerdas, dan Profesional, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013

Gambar

Tabel 4.2 Matriks Penerapan Prinsip Kehati-hatian

Referensi

Dokumen terkait

manajemen risiko sebagai prinsip kehati-hatian diterpakan oleh bank sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, manajemen risiko ini diperlukan untuk dapat

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yaitu: Bagaimana implementasi prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan warung mikro di Bank Syariah

Dengan demikian, bagi bank yang melibatkan anak perusahaan sebagai manajer investasi dalam penjualan reksadana maka bank tersebut harus memperhatikan konsolidasi risiko keseluruhan

Musibah yang terjadi pada calon anggota juga mengakibatkan pembiayaan yang dilakukan oleh calon anggota, dari hal ini sudah bisa diidentifikasi penyebab terjadinya

Semua bank , baik bank syariah maupun bank konvensional tanpa terkecuali dalam melakukan kegiatan usahanya, wajib menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential

Terkait dengan penerapan prinsip kehati-hatian yang menjadi suatu keharusan untuk diterapkan dalam kegiatan usaha Bank Syariah sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Perbankan Syariah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan prinsip kehati-hatian perbankan di PT Bank Sumut Tbk Cabang Sibuhuan dan upaya meminimalisir risiko kredit bermasalah pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) di PT. Bank Sumut Tbk Cabang

Oleh karena itu setiap Notaris dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya wajib untuk mentaati prinsip tersebut untuk menghindari hal-hal yang bertentangan dengan hukum dan juga