BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Akses KB
Menurut BKKBN (2005) akses KB atau jangkauan pelayanan KB ini
dimaksudkan agar akseptor dapat memperoleh informasi yang memadai dan
pelayanan KB yang memuaskan. Penggolongan akses Keluarga Berencana yang
di tinjau dari beberapa sudut, yaitu : Akses fisik (jarak), Akses ekonomi (biaya),
Akses administrasi (sumber pelayanan), Akses kognitif (pengetahuan) Keluarga
Berencana.
Menurut Sri Panuntun (2004) dalam Bahtiar dan Hidayahtussani (2013)
Akses KB adalah keterjangkauan individu terhadap pelayan kesehatan atau KB.
Menurut Wijono (1999) dalam Madya (2008), bahwa akses berarti pelayanan
kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial budaya, organisasi atau
hambatan bangsa.
Akses pelayanan yang efektif hanya dapat dijamin jika pelayan terjangkau
secara finansial, dianggap sesuai, dan dapat diterima oleh wanita sebagai
pengguna pelayanan. Beberapa faktor seperti jarak dari tempat pelayanan,
kekurangan alat- alat dan persediaan di tempat pelayanan, dan kekurangan dana
untuk biaya transportasi dan pengobatan sering kali dianggap sebagai kendala
oleh pasien dan klien (Koblinsky, 1997 dalam Bahtiar dan Hidayahtussani, 2013).
Menurut Atriana Nara (2014) Akses pelayanan kesehatan adalah
pelayanan kesehatan itu harus dapat dicapai oleh masyarakat, tidak terhalang oleh
dapat diukur dengan jarak, lama perjalanan, jenis transportasi dan atau hambatan
fisik lain, yang dapat menghalangi seseorang untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
2.2 Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah upaya mencegah
pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma untuk mencegah kehamilan
(Purwastuti, 2014) .
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki- laki
mencapai dan membuahi sel telur wanita (fertilisasi), atau mencegah telur yang
sudah dibuahi untuk berimplentasi (melekat) dan berkembang didalam rahim.
Kontrasepsi dapat bersifat reversible (kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi
yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa
efek lama dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk kembali
memiliki anak. Metode kontrasepsi permanen atau yang kita sebut sterilisasi
adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan karena
melibatkan tindakan operasi. Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan
berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), contohnya kondom
yang menghalangi sperma, metode hormonal seperti konsumsi pil, dan metode
non hormonal atau alami yang tidak menggunakan alat- alat bantu maupun
hormonal, namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk
Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas,
keamanan, frekuensi pemakaian, efek samping, serta kemauan dan kemampuan
untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut,
pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan
kultur mengenai kontrasepsi tersebut (Sulistyawati, 2011).
2.3 Metode Kontrasepsi Hormonal
Kotrasepsi hormonal adalah salah satu metode kontrasepsi yang paling
efektifdan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi.Jenis hormon yang
terkandung adalah estrogen dan progesteron (Baziad, 2002).
Kontrasepsi hormonal terdiri dari peroral Pil, Oral Kombinasi, minipil,
(morning after pill), injeksi atau suntikan (depomedroksi progesterone) ditambah
estrogen atau cyclofem, Depo Medroksi Progesteron Asetat atau DMPA, dan
Depo Noretisteron Anantat atau Depo Noristerat atau NETEN, sub kutis
(implant), Pada dasarnya cara kerja dari kontrasepsi hormonal adalah hormon
estrogen dan progesteron telah sejak awal menekan sekresi gonadotropin. Akibat
adanya pengaruh progesteron sejak awal, proses implantasi akan terganggu,
pembentukan lendir serviks tidak fisiologis, dan motilitas tuba terganggu,
sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula (Purwastuti,
2.3.1 Kontrasepsi Oral
Kontrasepsi oral atau pil mencakup pil kombinasi dan sekuensial yaitu
berisi estrogen dan progesterone dan pil yang berisi progesterone dikenal dengan
istilah mini pil. Pada tahun 1930 Dr. Kurzrok menunjukkan bahwa estrogen oral
dapat meredakan dismenorhea dan menghambat ovulasi (Meilani dkk, 2010).
Kontrasepsi oral ini juga sangat efektif dan reversibel, harus diminum
setiap hari, kemudian pada bulan pertama pemakaian, efek samping berupa mual
dan perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang, efek
samping yang serius sangat jarang terjadi, dan ini dapat digunkan oleh semua
perempuan usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak maupun belum,
dapat mulai diminum setiap saat bila yakin sedang tidak hamil, tidak dianjurkan
pada ibu menyusui dan dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.
Jenis Pil :
1) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen atau progestin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif.
2) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
atau progestin dalam 2 dosis yang berdeda, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif.
3) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone
aktif estrogen atau progestin dalam 3 dosis yang berbeda, dengan tablet tanpa
hormon aktif.
1) Menghambat ovulasi
2) Membuat endometrium tidak mendukung untuk implementasi
3) Membuat lender servik tidak bias ditembus sperma
4) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum terganggu.
Manfaat :
1) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi),
apabila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun
pertama penggunaan).
2) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
3) Tidak mengganggu hubungan seksual
4) Siklus haid menjadi teratur, jumlah darah haid berkurang (mencegah anemia)
dan tidak terjadi nyeri haid.
5) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
6) Metode ini dapat membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium,
penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara, dismenore, jerawat.
7) Dan mudah dihentikan setiap saat.
Kelebihan:
1) Reversibel (kesuburan dapat pulih 100%) dan jangka waktu pulihnya
kesuburan yang cepat.
2) Meredakan dismenorea dan menorhagi, siklus haid menjadi teratur dan
mengurangi resiko anemia.
3) Dapat digunakan pada jangka waktu yang lama.
5) Mengurangi terjadinya kista ovarium, kanker endometrium dan ovarium,
kehamilan ektopik, dan penyakit radang panggul.
Kelemahan :
1) Pil harus diminum setiap hari.
2) Dapat mengurangi produksi ASI (karna terdapat hormon estrogen).
3) Kenaikan metabolism sehingga sebagian akseptor akan menjadi lebih gemuk.
4) Dapat meningkatkan tekanan darah (pada kontrasepsi yang menggunakan
turunan estrogen yang jenisnya etinilestradiol).
5) Tidak mencegah infeksi menular seksual.
6) Kontraindikasi
7) Kehamilan (diketahui atau dicurigai).
8) Kerusakan hati, kerusakan fungsi hati, atau hepatitis.
9) Perempuan dengan riwayat gangguan faktor pembekuan darah > 20 tahun.
10)Perempuan dengan thrombosis vena atau arteri pada masa lalu/ saa tini.
11)Perempuan dengan penyakit kardiovaskuler termasuk stroke, jantung iskemik,
atau tekanan darah > 160/90 mmHg.
12)Perempuan dengan perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya.
13)Diabetes mellitus dengan komplikasi.
2.3.2 Kontrasepsi Suntik
Pada tahun 1990 metode ini telah dilisensi sebagai pemilihan metode
kontrasepsi pilihan pertama. Sampai saat ini jenis metode suntik yang digunakan
adalah suntikan kombinasi dan suntikan progestin (Mulyani dkk, 2013).
Kontrasepsi suntik sangat efektif, aman, dapat dipakai oleh semua
perempuan dalam usia reproduksi, kesuburan lebih lambat rata-rata empat bulan,
cocok pada laktasi karna tidak menekan produksi ASI
Jenis Suntik :
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu
sebagai berikut :
a. Depo mendroksi progesteron asetat (DMPA) mengandung 150 mg DMPA
yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara disuntik intramuscular (di daerah
bokong).
b. Depo nerotisteron anentat (Depo Nosisterat), mengandung 200 mg,
nerotindronenantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik
intramuscular.
1. Cara kerja
a. Mencegah ovulasi.
b. Mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma.
c. Menjadikan selaput lender rahim tipis dan atrofi.
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Kedua jenis kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi,
dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal penyuntikan dilakukan
secara teratur sesuai jadwal yang telah di tetapkan.
3. Keuntungan
a. Sangat efektif pencegahan kehamilan jangka panjang
b. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
c. Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
d. Tidak memiliki pengaruh terhadap pemberian ASI.
e. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
f. Dapat digunakan perempuan usia >35 tahun sampai primenopause.
g. Membantu mencegah kanker endometrium, kehamilan ektopik, penyakit
radang panggul.
h. Menurunkan kejadian tumor jinak payudara.
i. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).
j. Keterbatasan
k. Sering ditemukan gangguan haid seperti, siklus haid yang memendek atau
memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak
teratur atau bercak (spotting), tidak haid sama sekali.
l. Klien sangat tergantung pada sarana pelayanan kesehatan (harus kembali
untuk suntik).
m. Tidak bias dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.
o. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian penggunaan.
p. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual
hepatitis B, atau infeksi virus HIV (Mulyani, dkk, 2013).
2.3.3 Kontrasepsi Bawah Kulit (Implan)
Kontrasepsi bawah kulit atau yang disebut dengan implant ini sangat
efektif lima tahun untuk norplant dan tiga tahun untuk jadena, indoplant, atau
implanon, nyaman untuk digunakan, dapat digunakan semua perempuan dalam
usia reproduksi, pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan, kesuburan segera
kembali setelah implant dicabut, efek samping utama berupa perdarahan tidak
teratur, perdarahan bercak, dan amenore, aman dipakai pada masa laktasi
(Mulyani, dkk, 2013).
Jenis
1. Norplant, terdiri dari enam batang silastik lembut berongga dengan panjang
3,4 cm, diameter 2,4 mm, berisi 36 mg lovonogesterel dengan lama kerja lima
tahun.
2. Jadena dan Indoplant, terdiri dua batang silastik berongga dengan panjang 4,3
cm, diameter 2,5 mm, berisi 75 mg lovonogestere dengan lama kerja tiga
tahun
3. Implanon, terdiri satu batang silastik lembut berongga dengan panjang
kira-kira 4,0 cm, diameter 2 mm, berisi 68 mg 3–keto-desogesterel dan lama
kerjanya tiga tahun.
Cara kerja
2. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.
3. Mengurangi kontrasepsi sperma.
4. Menekan ovulasi.
Efektifitas yaitu sangat efektif (0,2-1 kehamilan per 100 perempuan).
Kegunaan Kontrasepsi
1. Daya guna tinggi
2. Capat bekerja 24 jam setelah pemasangan
3. Perlindungan jangka panjang (bisa sampai lima tahun).
4. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
5. Tidak memerlukan periksa dalam.
6. Bebas dari pengaruh estrogen.
7. Tidak mengganggu proses senggama.
8. Tidak mempengaruhi ASI.
9. Klien perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
10.Dapat di cabut setiap saat sesuai kebutuhan.
Keuntungan dari segi non kontrasepsi
1. Mengurangi nyeri haid.
2. Mengurangi jumlah darah haid.
3. Mengurangi atau memperbaiki anemia.
4. Melindungi terjadinya kanker endometrium.
5. Menurunkan angka kejadian tumor jinak payudara
Klien yang boleh menggunakan implant
1. Perempuan pada usia reproduksi
2. Telah memiliki anak ataupun yang belum.
3. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
4. Menyusui membutuhkan kontrasepsi.
5. Paska persalinan dan tidak menyusui
6. Paska keguguran
7. Tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak sterilisasi.
8. Riwayat kehamilan ektopik.
9. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau
anemia bulan sabit (sickle cell).
10.Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
estrogen.
11.Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil.
Klien yang tidak boleh menggunakan implant
1. Hamil atau diduga hamil.
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3. Benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
4. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
5. Mioma uterus dan kanker payudara
6. Gangguan toleransi glukosa.
1. Setiap saat selama siklus haid hari ke- 2 sampai hari ke-7 tidak diperlukan
metode kontrasepsi tambahan
2. Insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini tidak terjadi
kehamilan. Apabila insersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien di anjurkan
untuk tidak melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
3. Apabila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat
diyakini tidak terjadi kehamilan, klien dianjurkan tidak melakukan
hubungan seksual atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari.
4. Apabila menyusui antara enam minggu sampai enam bulan pasca
persalinan, insersi dapat dilakukan detiap saat, klien dianjurkan untuk
tidak melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan
metode kontrasepsi lain untuk 7 hari.
5. Apabila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin
menggantinya dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan
syarat diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan
kontrasepsi terdahulu dengan benar.
Keuntungan
1. Aman
2. Murah
3. Banyak diterima banyak golongan agama
4. Sangat berguna untuk merencakan maupun menghindari terjadinya
5. Mengajarkan wanita perihal siklus haid.
6. Tanggung jawab suami istri sehingga menambah komunikasi dan kerja
sama.
Kerugian
1. Kurang begitu efektif dibandingkan dengan metode - metode kontrasepsi
yang lain.
2. Perlu kontruksi dan konseling sebelum memakai metode ini.
3. Memerlukan catatan siklus haid yang cukup.
4. Dapat menghambat spontanitas seksual, stress psikologis dan
kesulitan-kesulitan dalam perkawinan.
5. Bila siklus haid tidak teratur dapat mempersulit, metode kontrasepsi ini.
6. Bila terjadi kehamilan ada resiko bahwa ovum atau spermatozoa sudah
terlalu tua.
2.4 Metode Kontrasepsi Non Hormonal
Kontrasepsi non hormonal adalah kontrasepsi yang tidak mengandung
hormon,baik estrogen maupun progesteron. Jenis – jenis kontrasepsi non
hormonal meliputi metode sederhana (metode kalender, metode suhu badan
basal, metode lendir serviks, metode simpto termal, senggama terputus atau
coitus interuptus, kondom, diafragma), dan metode modern (IUD tanpa hormon,
MOW, MOP). Pada dasarnya cara kerja kontrasepsi non hormonal dengan
metode sederhana adalah menghindari senggama selama kurang lebih 718 hari,
termasuk masa subur dari tiap siklus. Sedangkan kondom menghalangi
Cara kerja IUD terutama mencegah sperma dan ovum bertemu. Sedangkan
MOW dan MOP adalah dengan mengikat dan memotong saluran ovum atau
sperma sehingga sperma tidak bertemu dengan ovum. Tidak ada satupun yang
seratus persen efektif dan semua disertai dengan tingkat risiko tertentu.
Akibatnya, perlu ditekankan pentingnya penyuluhan yang tepat dan menyeluruh
(Saifuddin, 2006).
2.4.1 IUD (Intra Uterine Device)
Merupakan alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam, terbuat dari plastik, plastik yang dililit tembaga
atau tembaga bercampur perak yang berisi hormone progesterone (Mailani dkk,
2010).
1. Jenis IUD.
a. AKDR yang berkandung tembaga, yaitu copper T (CuT 380A) dan nova
T.
b. AKDR yang terkandung hormone progesterone, yaitu Mirena.
2. Cara kerjanya.
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke dalam tuba falopi.
b. Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
3. Keuntungan
a. Efektif dengan segera yaitu 24 jam dari pemasangan.
b. Reversibel dan sangat efektif.
d. Metode jangka panjang (8 tahun)
e. Tidak mengganggu produksi ASI.
f. Dapat di pasang segera setelah melahirkan ataupun pasca abortus.
4. Kerugian.
a. Dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi panggul
b. Perforasi uterus, usus dan kandung kemih.
c. Bila terjadi kehamilan bias terjadi kehamilan ektopik (kehamilan ektopik
akseptor KB dengan yang tidak menggunakan KB lebih banyak yang tidak
menggunakan KB).
d. Tidak menncegah infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS
sehingga wanita yang memiliki peluang promiskuitas (berganti-ganti
pasangan) tidak direkomendasikan untuk menggunakan alat kontrasepsi
ini.
e. Prosedur medis (pemeriksaan pelvik) diperlukan sebelum pemasangan
sehingga banyak perempuan yang takuut menggunakan kontrasepsi jenis
ini.
f. Adanya perdarahan bercak atau spotting selama 1-2 hari pasca
pemasangan tetapi kemudian akan menghilang.
g. Klien tidak bias memasang atau melepas sendiri, petugas kesehatan yang
diperbolehkan memasang juga yang telah terlatih.
h. Kemungkinan terlepasnya AKDR setelah pemasangan atau selama
pemakaian, sehingga akseptor harus mengecek keberadaan AKDR dengan
indikasi terlepasnya AKDR) atau rutin pada akhir menstruasi (mailani dkk,
2010).
5. Indikasi akseptor IUD.
a. Usia produktif
b. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
c. Perempuan yang menyusui.
d. Setelah mengalami keguguran da tidak terinfeksi.
e. Perempuan yang sering lupa minum pil setiap hari.
f. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
2.4.2 Kontrasepsi Kondom
Kondom adalah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet atau lateks,
berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat
dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma (Mailani dkk,2010).
1. Jenis Kondom.
a. Kondom laki laki terbuat dari karet yang disebut dengan lateks, selain
terbuat dari lateks kondom juga memproduksi kondom berbahan dasar
plastic (polyurethane).
b. Adapula kondom yang terbuat dari bahan alami yakni membran
hewan, sayangnya kondom ini cukup mahal dan tidak efektif untuk
mencegah penularan penyakit.
a. Kondom akan menghalangi sperma masuk kedalam rahim, sehingga
akan melindungi wanita dari kehamilan yang tidak diinginkan, karena
sel sperma dan sel telur tidak bertemu.
3. Efektifitas Kondom.
a. Efektifitas kondom untuk mencegah kehamilan sekitar 85%.
b. Efektifitas akan meningkat dengan penggunaan yang benar.
c. Angka kegagalan teoritis 3%, praktis 5-20%.
d. Sangat efektif jika digunakan pada waktu istri menyusui.
e. Akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan system kalendir.
4. Manfaat Kondom.
a. Efektif sebagai alat kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar.
b. Murah dan mudah didapat tanpa resep dokter dan dapat didistribusikan
oleh masyarakat.
c. Praktis dan dapat di pakai sendiri, tidak ada efek hormonal.
d. Dapat mencegah penularan penyakit menular seksual termasuk HIV/
AIDS.
e. Mudah dibawa.
f. Kondom membantu suami yang ejakulasi dini.
g. Adanya jaminan pengawasan kualitas produksi bahwa produk layak
dipasarkan. Sebelum dipasarkan kondom harus diuji di laboratorium dan
harus memenuhi standar internasional yang ditetapkan oleh ISO, CEN
dan ASTM (Amerikan society for Testing and Materials).
a. Apotik, klinik KB,
b. PPKBD/ sub PPKBD
c. Pos KB desa
d. Toko obat
e. Pasar swalayan
f.Puskesmas / pustu
6. Efek samping.
a. Mengurangi kenikmatan hubungan seksual.
b. Alergi terhadap karet.
c. Kondom rusak atau bocor.
2.4.3 Vasektomi (Metode Operasi Pria)
Vasektomi adalah cara KB permanen bagi pria yang sudah memutuskan
tidak ingin punya anak lagi. Klien harus mempertimbangkan secara matang
sebelum mengambil keputusan (Mailani dkk, 2010).
1. Kelebihan.
a. Tidak akan menganggu ereksi, potensi seksual dan produksi hormone.
b. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapat
digunakan seumur hidup.
c. Tidak mengganggu kehidupan seksual suami istri.
d. Lebih aman ( keluhan lebih sedikit)
e. Lebih praktis (hanya memerlukan hanya satu kali tindakan).
f. Lebih ekonomis ( hanya memerlukan biaya untuk satu kali tindakan)
h. Pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit
i. Tidak ada resiko kesehatan
j. Tidak harus diingat-ingat, tidak harus selalu ada persediaan.
k. Sifatnya permanen.
2. Kelemahan atau Efek Samping.
a. Harus ada tindakan pembedahan.
b. Tidak dilakukan pada suami yang masih ingin memiliki anak.
c. Kadang-kadang terasa nyeri, atau terjadi perdarahan setelah operasi.
d. Kadang-kadang timbul infeksi pada kulit skrotum, apabila operasinya
tidak sesuai dengan prosedur.
3. Tempat Memproleh Pelayanan vasektomi.
a. Pelayanan penyakit dapat diperoleh di rumah sakit dan klinik KB yang
terstandar untuk melakukan tindakan pembedahan.
4. Kontraindikasi
a. Penderita hernia.
b. Penderita kencing manis (diabetes).
c. Penderita kelaian pembekuan darah.
d. Penderita penyakit kulit atau jamur didaerah kemaluan.
e. Tidak tetap pendiriannya.
f. Memiliki perradangan pada buah zakar.
g. Infeksi didaerah testis (buah zakar) dan penis.
h. Hernia (turun bero).
j. Buah zakar membesar karena tumor
k. Hidrokel (penumpukan cairan pada kantong zakar).
l. Buah zakar tidak turun (kriptokismus).
m. Penyakit kelainan pembuluh darah.
2.4.3 Tubektomi (Motode Operasi Wanita)
Tubektomi pada wanita adalah tindakan yang dilakukakn pada kedua
saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan
mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini hanya digunakan untuk jangka panjang,
walaupun kadang-kadang masih dapat dipulihkan kembali seperi semula
(Sulistyawati, 2011).
1. Kelebihan.
a. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan).
b. Tidak mempengaruhi proses menyusui.
c. Tidak bergantung pada faktor senggama.
d. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang
serius.
e. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi local.
f. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
g. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada produksi dalam
hormone).
2. Kelemahan
b. Kadang-kadang sedikit merasa nyeri pada saat operasi.
c. Infeksi mungkin saja terjadi, bila prosedur operasi tidak benar.
3. Kontraindikasi.
a. Hamil.
b. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan.
c. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut.
d. Memiliki penyakit jantung dan paru-paru, hernia diafragmatika, hernia
umbilikalis dan peritonitis akut.
e. Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
f. Kurang pasti mengenai keinginan untuk fertilitas di masa depan.
g. Belum memberikan persetujuan tertulis.
4. Tempat Memproleh Pelayanan Tubektomi.
a. Pelayanan penyakit dapat diperoleh di rumah sakit dan klinik KB yang
terstandar untuk melakukan tindakan pembedahan.
5. Waktu Pelaksanaan Tubektomi.
a. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional
klien tidak hamil.
b. Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi).
c. Pasca persalinan yaitu sebaiknya dilakukan dalam 24 jam pertama atau
selambat-lambatnya 48 jam pertama. Apabila lewat dari 48 jam maka
tubektomi akan dipersulit oleh oedema tuba uterine, infeksi dan
kegagalan. Edema tuba uterina kakan berkurang setelah hari ke-7
dipersulit oleh adanya penciutan alat-alat genital dan mudahnya terjadi
perdarahan.
d. Paska keguguran yaitu triwulan pertama dengan minilap atau
laparaskopi, atau triwulan kedua dengan minilap saja.
2.5 Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Akses KB Dengan pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal dan non Hormonal
2.5.1 Jarak Tempuh ke Pelayanan Kesehatan
Yang dimaksud dengan jarak dalam penelitian ini adalah ukuran jauh
dekatnya dari rumah atau tempat tinggal seseorang ke Puskesmas dimana adanya
kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat diwilayahnya. Menurut
Departemen Pendidikan Nasional (2002) dalam Khalimah (2007), jarak adalah
ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara
rumah dengan tempat Puskesmas Menurut Effendy (1997) dalam Khalimah
(2007), letak Puskesmas sebaiknya berada di tempat yang mudah didatangi oleh
masyarakat, hal ini agar jarak Puskesmas tidak terlalu jauh sehingga tidak
menyulitkan masyarakat untuk datang ke pelayanan KB . Dari beberapa hasil
penelitian, bahwa faktor jarak ternyata memberikan kontribusi terhadap seseorang
dalam melakukan suatu tindakan.
Konsep jarak tempat tinggal merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Semakin jauh
jarak antara tempat tinggal dengan tempat kegiatan akan semakin menurunkan
motivasi seseorang dalam melakukan aktivitas. Sebaliknya semakin dekat jarak
tempat tinggal dengan tempat kegiatan tak terlepas dari adanya besarnya biaya
yang digunakan dan waktu yang lama. Kaitannya dengan kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesehatan masih rendah, sehingga jarak antara rumah tinggal dan
tempat pelayanan kesehatan mempengaruhi perilaku mereka (Azwar, 1996).
Menurut Anderson dan Mc.Farlen dalam Susanti (2009) jarak merupakan
penghalang yang meningkatkan kecenderungan penundaan upaya seseorang atau
masyarakat dalam mencari pelayanan kesehatan. Masyarakat diharapkan dapat
memanfaatkan pelayanan kesehatan (dalam hal ini Puskesmas) untuk
keluarganya, jika jarak tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari pusat pelayanan
kesehatan. Kendala jarak dapat diatasi jika akses menuju puskesmas ini
dipermudah dengan jalan meningkatkan sarana dan prasarana transportasi yang
ada.
2.6.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan ini terjadi
melalui panca indra manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga, pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan atau kognitif menurut Notoatmodjo (2010) mencakup semua
tingkatan yaitu : tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tingkat
dalam pengetahuan iniakan memberikan gambaran sejauhmana tingkat
yang dimiliki oleh masyarakat akan semakin mudah dalam menyelesaikan suatu
masalah yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang adekuat menunjang
terwujudnya peran serta yang baik. Semakin tinggi tingkat pengetahuan yang
berkaitan dengan perannya sebagai kader, semakin luas pula pemahaman terhadap
masalah yang mungkin timbul sebagai dampak dari ke tidak aktifannya sehingga
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan, termasuk peran sertanya dalam
memberikan penyuluhan. Setiap langkah dan tindakan yang akan dilakukan selalu
dipertimbangkan dampak positif maupun negatifnya. Sehingga terwujud tingkat
peran serta karena kesadaran (Depkes RI, 1991).
Menurut Bloom yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010) mengatakan agar
seseorang dapat melakukan suatu prosedur dengan baik harus sudah ada pada
tingkat pengetahuan aplikasi. Aplikasi ini diartikan sebagai kemampuan untuk
mengunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi yang
sebenarnya. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan pengetahuan
yang baik seseorang akan mampu mengaplikasikan materi tentang kesehatan yang
didapatnya.
2.6.2 Biaya
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis- jenis alat kontrasepsi.
Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang
diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. walaupun jika
dihitung dari segi keekonomisannya, kontrasepsi jangka panjang jauh lebih murah
dibanding dengan alat kontrasepsi jangka pendek, tetapi kadang masyarakat
Untuk sekali pemasangan alat kontrasepsi jangka panjang bisa aktif selama 3-5
tahun. Bahkan seumur hidup sampai masa menopause. Sedangkan alat kontrasepsi
jangka pendek hanya mempunyai masa aktif 1- 3 bulan saja, yang artinya untuk
mendapatkan efek yang sama dengan alat kontrasepsi jangka panjang, seseorang
harus melakukan 12-36 kali suntikan bahkan berpuluh- puluh kali lipat
(Saifuddin, 2003).
Pemasaran yang baik harus mempertimbangkan agar perilaku pelayanan
yang dipasarkan bisa dijangkau konsumen. KB misalnya tidak akan berhasil bila
konsumen tidak mampu memproleh alat kontrasepsi. Atau promosi penggunaan
oralit hanya akan berhasil bila oralitnya ada dan bisa terjangkau. Terjangkau itu
dalam arti ibu merasa beruntung atas pengeluarannya untuk memproleh tanpa
bayar di posyandu, namun ada biaya tersembunyi yang harus dikeluarkannya.
Apakah ibu punya waktu datang ke posyandu? Inilah “biaya” dalam bentuk waktu
yang harus ada pada ibu-ibu. Biaya yang nyata maupun tersembunyi harus
terjangkau agar promosi berhasil (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Mulyadi (2005), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis
yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Menurut Azwar (1996),
keterjangkauan biaya adalah biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan
kemampuan ekonomi masyarakat karena pelayanan kesehatan yang mahal hanya
mungkin dinikmati sebagian masyarakat saja.
Biaya adalah kas atau nilai yang setara kas yang dikorbankan untuk produk
datang bagi organisasi. Disebut setara dengan kas karena aset non kas dapat
ditukar dengan produk yang diinginkan. Biaya dikeluarkan untuk menghasilkan
manfaat dalam bentuk pendapatan di masa kini maupun dimasa datang. Dengan
demikian biaya digunakan untuk menghasilkan manfaat pendapatan yang disebut
beban.
Biaya adalah pengorbanan sumber daya ekonomis tertentu untuk
memproleh sumber daya ekonomi lainnya. Biaya diartikan sebagai suatu sumber
daya yang dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Mulyadi (2005)
biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang dilakukan dalam satuan uang
yang telah terjadi atau kemungkinan akan mencapai untuk tujuan tersebut. Dari
defenisi diatas ada empat unsur pokok biaya yaitu:
a. Biaya merupakan sumber daya ekonomis
b. Diukur dalam satuan uang.
c. Yang telah terjadi atau akan terjadi.
d. Pengorbanan tersebut atau tujuan tersebut.
jika kita lihat biaya banyak sekali pembagian jenisnya jadi salah satu jenisnya
adalah biaya variable demikian juga biaya operasi perusahaan juga terbagi biaya
umum dan minimal transaksi jika ada biaya penjualan, biaya bunga, biaya
lain-lain, dan biaya luar biasa. Dan biaya tersebut ada sangkut pautnya dengan hasil
produk tersebut atau singkatnya total semua biaya yang dikeluarkan hanya lebih
kecil dari total penjualan, dan inilah tujuan perusahaan untuk mendapatkan
2.6.3 Sumber Pelayanan
Secara umum pelayanan dapat diartikan dengan melakukan perbuatan
yang hasilnya ditujukan untuk kepentingan orang lain, baik perorangan, maupun
kelompok atau masyarakat. Menurut Keputusan Menteri Negara Aparatur Negara
No. 63 Tahun 2003 disebutkan bahwa: "Pelayanan adalah Segala bentuk kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di
lingkungan badan usaha milik negara/daerah dalam bentuk barang atau jasa dalam
rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan".
Menurut Azwar (1996) secara umum dapat dirumuskan bahwa batasan
pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai kode etik dan standar yang telah
ditetapkan. Kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas merupakan suatu
fenomena unik, sebab dimensi dan indikatornya dapat berbeda diantara
orang-orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan. Untuk mengatasi perbedaan
dipakai suatu pedoman yaitu hakikat dasar dari penyelenggaraan pelayanan
kesehatan, yaitu memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan
kesehatan.
2.7 Kerangka Konsep
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Akses KB Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal dan non Hormonal Pada Akseptor KB Aktif di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu Tahun 2016.
Akses KB:
1. Jarak
2. Pengetahuan
3. Biaya
4. Sumber pelayanan
PemilihanAlat Kontrasepsi
Hormonal dan non