• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS PSIKOPAT DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI KASUS PSIKOPAT DI INDONESIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA : RILLA FAUZIA N.A

NIM : J71214072

PSIKOPAT??!! DI INDONESIA??!! KOK BISA??!! PROLOG:

“POSTUR tubuhnya tinggi besar dan atletis. Wajahnya ganteng. Kepercayaan dirinya begitu besar. Pemegang sabuk hitam salah satu aliran bela diri ini juga tak merasa takut dan ragu untuk bertindak. Dialah MG, seorang polisi berpangkat inspektur satu di Kepolisian Daerah (Polda) Jambi.”

“Prestasi MG tergolong bagus. Pria kelahiran Medan, 1966, ini masuk dinas kepolisian di Polda Sumatera Utara pada 1986. Setahun kemudian, ia ditempatkan di Kepolisian Kota Besar Medan.”

“Setelah menjalani mutasi di berbagai tempat, ia dilantik menjadi Kepala Urusan Sabhara Kepolisian Resor Kerinci, Jambi, 1999. Setelah itu, sejumlah kepala satuan di beberapa satuan di Polda Jambi pernah disandangnya hingga 2004.”

“Tapi tak sedikit pun orang percaya bahwa MG menjadi tersangka kasus pembunuhan sedikitnya tujuh korban. Semua korbannya dihabisi secara sadis dalam rentang waktu berbeda. Ditembak dan sebagian di antaranya dibakar. Seluruh identitas korban dilenyapkan. MG tergolong rapi dalam merencanakan dan merahasiakan kejahatannya yang digarap sejak 2002.”

(2)

Ilustrasi diatas merupakan kisah nyata salah satu pengidap Psikopati. Menurut pengamatan psikolog dari Universitas Indonesia, Sartono Mukadis, “Saya menilainya sebagai orang awam yang mengerti psikologi,” ujarnya. Menurut Sartono, perilaku MG cocok dengan 20 kriteria Psikopat yang disusun ahli Psikopati dunia, Robert D. Hare.

Istilah psiko (psycho) atau psiki (psyche) berasal dari Yunani yang berarti jiwa. Psikopatologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang kelainan atau gangguan emosi dan perilaku. Dalam psikiatri, Psikopat atau sosiopat atau gangguan karakter cukup sulit menerima terapi. Sebelum jauh membahas Psikopat, ada baiknya kita tinjau sejenak, apa itu Psikopat? Apa penyebabnya (Etiologi)? Bagaimana mendeteksinya? Dan bisakah disembuhkan?

Lalu Apa itu Psikopat ?

Psikopat dalam ilmu psikologi merupakan bentuk gangguan kepribadian, dimana penderita bertendensi narsistis dan juga antisosial. Seorang psikopat tidak pernah mengakui atau merasakan bahwa dirinya sakit atau memiliki gangguan, mereka memiliki kepercayaan diri berlebih (narsistis) sehingga mampu mempengaruhi orang lain, tidak merasa bersalah atau menyesal atas setiap tindakannya karena memiliki rasionalisasi pembenaran terhadap perilakunya.

Korban-korban mereka juga bukanlah orang yang cenderung bodoh, dalam buku without conscience, Robert Hare, seorang yang mengabdikan sebagian hidupnya untuk studi tentang psikopat, menyebutkan bahwa dirinya yang merupakan seorang psikolog pernah menjadi korban dari teror seorang psikopat saat dirinya sedang bertugas sebagai psikolog di penjara. Hal tersebut dilakukan oleh seorang napi yang menjadi pasiennya.

(3)

lainnya, namun diluar sana ternyata 80% psikopat masih beredar bebas dan hidup disekitar kita (sumber: without conscience- Robert Hare).

Para psikopat memang sulit untuk diperkirakan dan juga tidak mudah untuk ditebak tindak-tanduknya, berbeda dengan jenis penyakit kejiwaan lain seperti skizofrenia yang cenderung terlihat dengan jelas ciri-cirinya pada seorang penderita seperti menarik diri dari lingkungan sosial, mengalami waham, halusinasi. Sedangkan para psikopat, mereka terlihat baik dan normal sehingga mereka dapat diterima oleh masyarakat bahkan hingga dilapisan tingkat sosial yang paling tinggi sekalipun seperti menduduki suatu jabatan penting dalam pemerintahan.

Dalam sebuah Surat kabar online (Tempo Interactive : Psikopat disebabkan Masalah Psikososial dan Biologis) menyebutkan bahwa psikopat disebabkan oleh masalah psikososial dan biologis. Dalam artikel tersebut seorang psikiater, Dr. Limas Sutanto, mengatakan bahwa psikopat merupakan gejala seseorang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial. Hal ini ditandai dengan adanya keengganan untuk mentaati norma-norma sosial umum yang biasanya ditaati orang dewasa ditengah kehidupan sehari-hari. Penyebab gangguan ada dua yaitu psikososial dan biologis.

Faktor psikososial diantaranya berbentuk rasa takut seseorang untuk menjalin hubungan yang dekat dengan sesama manusia yang berakibat munculnya perasaan cemas, takut dan khawatir secara berlebihan. Sedangkan dari faktor biologis terjadi karena adanya perubahan pada psikis kimiawi tubuh yang disebabkan oleh ketakutan, rasa cemas, frustasi, pada seseorang. Rasa cemas itu muncul karenanya ada kegagalan dalam struktur kepibadian yang bernama super-ego, katanya.

(4)

bukunya “The Mask of Sanity” (1947, dalam Hare, 1993), menggambarkan Psikopat sebagai pribadi yang “likeable, charming, intelligent, alert, impressive, confidence-inspiring, an a great success with the ladies”, tetapi sekaligus juga “irresponsible, self destructive, and the like”. Demikian pula Dr. Robert Hare, dalam bukunya “Without Conscience: The disturbing world of the Psychopaths among us“ (1993) masih bergelut dengan isu yang sama, yaitu kepribadian Psikopat yang nampaknya baik hati, tetapi sangat merugikan masyarakat.

Namun perlu dicatat, bahwa istilah Psikopat, yang sejak 1952 diganti dengan Sosiopat dan dalam DSM II 1968 resmi dinamakan Sosiopat (Ramsland, tanpa tahun) itu, justru tidak bisa ditemukan dalam DSM IV. Yang ada dalam manual baku yang digunakan oleh para psikitaer di seluruh Amerika Serikat (dan diacu juga oleh para psikolog klinis dan psikiater dan psikolog di Indonesia) itu adalah 10 jenis Kelainan Kepribadian (Personality Disorders) (American Psychiatric Association, 1994: 629).

Seorang Psikopat dapat melakukan apa saja yang diinginkan dan yakin bahwa yang dilakukannya itu benar. Sifatnya yang pembohong, manipulatif, tanpa rasa kasihan atau rasa bersalah setelah menyakiti orang lain, tanpa ekspresi, sulit berempati dengan orang lain dan mudah mengancam siapa saja, bahkan kadang-kadang ia dapat bertindak kejam tanpa pandang bulu.Pembicaraan mengenai dirinya sangat melambung tinggi dan melihat kelemahan dirinya ada pada orang lain dan tidak peduli terhadap siapapun.

Apa sih penyebab Psikopat ?

Sama seperti definisi dan ruang lingkup, tidak berbicara jelas tentang faktor-faktor penyebab kelainan kepribadian yang bernama Psikopat ini. Sampai saat ini, banyak penelitian yang mendukung berbagai aspek penyebab kelainan ini antara lain :

(5)

Hubungan antara gejala Psikopat dengan kelainan sistem serotonin, kelainan struktural (“…decreased prefrontal grey matter, decreased posterior hippocampal volume and increased callosal white matter) dan kelainan fungsional (… dysfunction of particular frontal and temporal lobe) otak. (Pridmore, Chambers & McArthur 2005).

2. Lingkungan.

Mereka yang berkepribadian Psikopat memiliki latar belakang masa kecil yang tidak memberi peluang untuk perkembangan emosinya secara optimal. (Kirkman, 2002).

3. Kepribadian sendiri.

Adanya korelasi antara perilaku orang-orang dengan sindrom Psikopat, dengan skor yang tinggi dalam tes kepribadian Revised NEO Personality Inventory (NEO-P-I-R,1992). (Miller & Lynam, 2003)

Selain beberapa penelitian diatas masih banyak lagi penelitian tentang etiologi Psikopat. Sebagian besar psikolog dan psikiater masih berpegang pada faktor lingkungan dalam timbulnya kepribadian Psikopat ini.

Namun pendapat bahwa psikopat ditentukan oleh dua faktor yang saling menunjang kurang disetujui oleh Robert Hare, dimana didalam buku without conscience beliau mengatakan bahwa penyebab dari kemunculan psikopat masih belum bisa diprediksi secara pasti, apakah hal tersebut merupakan pengaruh dari faktor eksternal (kehidupan sosial, lingkungan) ataukah faktor internal (genetik, kerusakan fungsi otak), mungkin juga campuran dari keduanya. Walau kini sudah banyak ahli yang menyetujui (dengan pengamatan yang mendalam tentunya) bahwa faktor eksternal dan internal saling mempengaruhi dalam menjadi penyebab munculnya pribadi psikopat.

(6)

kambuh untuk melakukan kesalahan yang sama dan diulang-ulang tanpa pernah belajar dari apa yang pernah mereka alami. Sebagai contoh kebanyakan dari para residivis kambuhan merupakan individu dengan kepribadian psikopat karena mereka tidak pernah kapok ditangkap serta keluar-masuk penjara.

Bagaimana cara mendeteksi Psikopat ?

Psikopat bersikap manipulatif serta penuh dengan daya pikat. Hal ini ditunjang oleh kemampuan mereka dalam menemukan titik lemah dalam kepribadian korbannya, yang dengannya mereka dapat memanipulasi korbannya agar dapat diperlakukan sesuai dengan kehendak mereka. Mereka tidak memiliki empati, buta secara emosi dan hanya mengandalkan pikiran murni. Mereka cacat secara moral, cacat karena tidak memiliki mata hati dan kepekaan dalam emosi.

Dalam hal emosi seorang psikopat diibaratkan seperti manusia yang buta warna sedang mengendarai mobil dijalan dan kemudian bertemu dengan lampu merah, mungkin ia mampu mengetahui dimana letak lampu hijau, kuning atau merah walaupun ia tidak mengetahui apa warnanya. Letak lampu untuk mewakili pikiran dan warna lampu mewakili emosi, dengan kata lain mereka adalah pribadi yang tidak mampu merasakan penderitaan orang lain yang menjadi korbannya. Mereka tidak bisa mencerna nada emosi dalam suatu pembicaraan, sehingga setiap kata apa yang mereka dengar selalu serupa dengan artian kamus yang dangkal.

(7)

Walaupun tidak dapat menentukan penyebabnya, saat ini terdapat alat yang baik untuk mendiferensiasi antara orang-orang dengan gejala Psikopat dengan yang tidak, yaitu Psychopath Check List – Revised (PCL-R) yang dikembangkan oleh Prof.Robert Hare yang terdiri atas 20 kuesioner yang memiliki skor 0-2 di setiap pertanyaan.

Sedikit kutipan dari 20 pertanyaan dalam PCL-R tentang ciri-ciri Psikopat, sebagai berikut (5) :

1. Persuasif dan memesona di permukaan. 2. Menghargai diri yang berlebihan. 3. Butuh stimulasi atau gampang bosan. 4. Pembohong yang patologis.

5. Menipu dan manipulatif.

6. Kurang rasa bersalah dan berdosa. 7. Emosi dangkal.

8. Kasar dan kurang empati. 9. Hidup seperti parasit.

10. Buruknya pengendalian perilaku. 11. Longgarnya perilaku seksual

12. Masalah perilaku dini (sebelum usia 13 tahun). 13. Tidak punya tujuan jangka panjang yang realistis. 14. Impulsif.

15. Tidak bertanggung jawab atas kewajiban. 16. Tidak bertanggung jawab atas tindakan sendiri. 17. Pernikahan jangka pendek yang berulang. 18. Kenakalan remaja.

19. Melanggar norma. 20. Keragaman kriminal.

(8)

MMPI-2 digunakan dalam pelayanan kesehatan jiwa, kemudian meluas ke kalangan militer dan pemerintahan sebagai bagian dari seleksi dan rekruitmen calon pegawai, pejabat (Legislatif & Eksekutif), termasuk calon presiden dan wakilnya.

Alat ukur lain yang digunakan berdasarkan teori yang sudah eksis (metode deduksi) adalah Primitive Defense Guide (Helfgott, 2004), Rorschach (Cunliffe & Gacono, 2005), ToM (Theory of Mind) (Dolan & Fullam, 2004; Ritchell, et al. 2003), SCT (Sentence Completion Test) (Endres, 2004), dan NEO PIR (Miller & Lynam, 2003).

Apakah Psikopat Bisa disembuhkan ?

Sebagai kelainan kepribadian yang belum bisa dipastikan penyebabnya, Psikopat belum bisa dipastikan bisa disembuhkan atau tidak. Perawatan terhadap penderita Psikopat menurut pengamatan Hare, bukan saja tidak menyembuhkan, melainkan justru menambah parah gejalanya, karena Psikopat yang bersangkutan bisa semakin canggih dalam memanipulasi perilakunya yang merugikan orang lain. Beberapa hal, kata Hare akan membaik sendiri dengan bertambahnya usia, misalnya energi yang tidak sebesar waktu muda.

Menurut Tieneke, perilaku Psikopatik biasanya muncul dan berkembang pada masa dewasa, mencapai puncak di usia 40 tahun-an, mengalami fase plateau sekitar usia 50 tahun-an lantas perlahan memudar. “ Psikopat juga bisa disebabkan kesalahan pola asuh.” Tambahnya. Saran Tieneke, “Waspadai anak yang pemarah, suka berkelahi dan melawan, melanggar aturan merusak, dan bengis terhadap hewan serta anak yang lebih kecil”.

Waspadai anak yang pemarah, suka berkelahi dan melawan, melanggar aturan merusak, dan bengis terhadap hewan serta anak yang lebih kecil.

(9)

Indikasi KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) dapat disebabkan karena kepribadian Psikopat ternyata mungkin. Menurut Dr. Husein Anuz Sp.KJ,“Ayah yang Psikopat cenderung memberikan anak yang Psikopat juga.”. Ini menunjukkan besarnya peran faktor lingkungan. Biasanya Anak akan meniru apa yang dilakukan Orang Tua-nya, jadi tidak heran kasus KDRT rata-rata disebabkan karena apa yang mereka perbuat kepada keluarganya saat ini seperti apa yang orang tua mereka dulu perbuat terhadap keluarganya.

Yang terpenting adalah penanganan korban Psikopat. Penanganan korban Psikopat seringkali harus mengalami proses penyembuhan yang panjang dan sulit. Umumnya mereka jatuh dalam trauma yang mendalam. Jadi, tak perlu membuang waktu untuk mengubah Psikopat.

Di beberapa negara timbul reaksi di masyarakat akibat ketidaktahuan tentang penyembuhan Psikopat. Masyarakat mencoba melindungi diri melalui Undang-Undang. Di Belanda, UU Anti Psikopat diluncurkan dua kali (Abad XX dan di tahun 2002). Demikian pula di AS, hukum anti Psikopat dimulai tahu 1930-an yang ditujukan pada Sex Offenders. (Granlund, 2005; Quinn, Forsyth & Mullen-Quinn, 2004).

Richard "The IceMan" Kuklinski Seorang pembunuh bayaran yang bekerja pada beberapa keluarga keturunan Italia-Amerika dan kabarnya sudah membunuh hampir 200 orang termasuk Jimmy Hoffa dengan senjata favorit pistol, belati dan gergaji.

Seseorang psikopat cenderung sangat sulit untuk bisa disembuhkan bahkan beberapa ahli mengatakan bahwa hal itu adalah mustahil untuk bisa dilakukan. Walaupun ada yang pernah memberikan terapi kelompok dalam menyelesaikan masalah ini, ternyata hal tersebut dapat dikatakan sia-sia, bahkan membuat mereka menjadi semakin berbahaya dikarenakan mereka mempelajari trik-trik baru dalam bersosial melalui terapi kelompok yang diberikan.

(10)

juga kelemahan-kelemahan lain yang terdapat dalam diri korban, mereka memanfaatkannya untuk dapat mengendalikan korban secara fisik dan mental, sehingga korban merasa hancur dan putus asa dalam menjalani kehidupannya tanpa disadari.

Referensi

Dokumen terkait

Iuran kepada negara yang terhutang oleh yang wajib membayarnya (Wajib Pajak) berdasarkan' undang-undang, dengan tidak mendapat prestasi (balas jasa) kembali se~

Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan menambah wawasan mengenai Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual terhadap

Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada perubahan skor tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu serta tingkat kecukupan energi,

Seperti yang di kemukakan oleh DeFleur di atas, maka implementasinya kedalam Penelitian ini adalah dimana musisi sebagai sumber dalam mempromosikan dan mempublikasikan

Berdasarkan analisis dengan menggunakan aplikasi Lindo61, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Keuntungan dalam satu kali produksi adalah sebesar Rp.6.190.347, dan Hasil

Masalah yang terdapat pada siswa kelas IV MI Miftahul Huda Soga Desa Tenajar Kidul Kecamatan Kertasemaya Kabupaten Indramayu adalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata

Pada taraf iradiasi 25 Gy, biji yang dipotong setelah dilakukan iradiasi sinar gamma menunjukkan jumlah biji yang membentuk tunas lebih tinggi yaitu tiga biji pada perlakuan biji

Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh hasil pengukuran volume sputum yang dapat dikeluarkan p=0,00 dimana p < 0,05 yang bermakna Ha