• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Sidorejo Lor 05 Kec. Sidorejo Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Sidorejo Lor 05 Kec. Sidorejo Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar (Rusman, 2011). Dimana, perilaku mengajar dan belajar tersebut berhubungan dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, dan ketrampilan. Banyak kegiatan guru dan siswa dalam kaitannya dengan bahan pembelajaran adalah model pembelajaran.

Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil belajar. Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan dan prinsip yang berbeda-beda.

Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu (Mills dalam Suprijono, 2011). Pemilihan model yang tepat perlu memperhatikan tujuan pengajaran.

Model pembelajaran dapat dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip yaitu (1) semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa, maka hal itu semakin baik. (2) Semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar juga semakin baik. (3) Sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan. (4) Dapat dilakukan dengan baik oleh guru. (5) Tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis materi, dan proses belajar yang ada (Hasan dalam Isjoni, 2011).

(2)

guru dapat membantu siswa mendapat informasi, ide keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide. Sehinga model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mangatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang maksimal.

2.1.2Pembelajaran Kooperatif

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie (2002) cooperative learning disebut juga dengan pembelajaran gotong royong yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Istilah cooperative learning dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni, 2011).Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.

(3)

kelompok-kelompok kecil yang mempunyai tanggung jawab bagi individu maupun kelompok terhadap tugas-tugas. Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa dapat lebih menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit melalui diskusi dan bila dibandingkan dengan pembelajaran individual, pembelajaran kooperatif lebih dapat mencapai kesuksesan akademik, tanggung jawab individu, kelompok, dan sosial siswa.

Pengelompokan heterogenitas merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam model pembelajaran kooperatif (Lie, 2002). Kelompok heterogenitas dapat dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender dan kemampuan akademis. Kelompok ini biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang.

Pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok (Slavin dalam Rusman, 2011). Dalam pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan dan menuntup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

(4)

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran dengan teman sebaya dengan cara siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dimana para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, untuk mencapai satu tujuan bersama dalam belajar.

2.1.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Jerolimek dan Parker dalam Isjoni (2007) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan yaitu (1) saling ketergantungan yang positif; (2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu; (3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas; (3) suasana kelas rileks dan menyenangkan; (4) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru; (5) memiliki banyak kesempatan untuk mengekpresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

(5)

dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. (4) Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Cara mengatasi kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, sebaiknya sebelum pembelajaran berlangsung guru mempersiapkan pembelajaran secara matang seperti alat peraga atau yang lainnya, agar pada saat proses belajar mengajar berlangsung tidak ada hambatan. Pada waktu pembelajaran kooperatif berlangsung guru sebaiknya membatasi masalah yang dibahas, agar waktu yang telah ditentukan tidak melebihi batas. Selain itu guru harus berusaha menanamkan dan membina sikap berdemokrasi diantara para siswa. Maksudnya suasana kelas harus diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan kepribadian siswa yang demokratis dan diharapkan suasana yang terbuka dengan kebiasaan-kebiasaan kerjasama, terutama dalam memecahkan kesulitan-kesulitan.

Seorang siswa haruslah dapat menerima pendapat siswa lainnya, seperti siswa satu mengemukakan pendapatnya lalu siswa yang lainnya mendengarkan dimana letak kesalahan, kekurangan atau kelebihan, kalau ada kekurangannya maka perlu ditambah. Penambahan ini harus disetujui oleh semua anggota dan harus saling menghormati pendapat orang lain.

(6)

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif (Rusman, 2011). Secara rinci keenam fase pembelajaran kooperatif dirangkum dalam tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyampaikan Informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan demontrasi atau melalui bahan bacaan.

Fase-3

Mengorganisasi Siswa ke dalam Kelompok-Kelompok Belajar.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Sumber: Rusman, 2011

2.1.3 Pengertian Model Pembelajaran Make A Match

Pengertian Make a Match adalah pembelajaran yang menggunakan media kartu yang berpasangan dengan kartu jawaban. Pembelajaran ini dilaksanakan dengan cara siswa menjodohkan kartu soal dengan kartu jawaban yang tepat sebelum batas waktunya.

(7)

Selanjutnya mereka mencari pasangan yang cocok sesui dengan kartu yang dipegang.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran mengunakan kartu berpasangan ada 3 yaitu: (1) pendalaman materi, (2) menggali materi, dan (3) untuk selingan. Pengembangan model kartu berpasangan pada mulanya untuk pendalaman materi, siswa melatih penguasaan materi dengan cara memasangkan antara pertanyaan dan jawaban. Tetapi sebelumnya guru terlebih dahulu membekali siswa dengan materi yang akan dilatih.

2.1.3.1 Kelebihan dari model Make a Match yaitu:

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik. b. Karena ada unsur permainan, pembelajaran ini menyenangkan.

c. Miningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. d. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

e. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi. f. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar

2.1.3.2 Langkah-langkah Model Make a Match menurut Loma Curran (2010).

a. Guru menjelaskan materi yang ingin dicapai.

b. Guru menyiapkan beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi riview, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lain kartu jawaban.

c. Setiap siswa mendapat sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban. d. Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

e. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal-jawaban).

f. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

(8)

h. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.

i. Bersama siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. 2.1.3.3Kelemahan Model Make a Match

a. Diperlukan bimbingan, masukan dan arahan dari guru untuk melakukan kegiatan.

b. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.

c. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai untuk proses pembelajaran.

2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar yang sering disebut dengan istilah "scholastic achievement" atau "academic achievement" adalah seluruh efisiensi dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar (Briggs dalam Sumarno, 2010). Menurut Gagne dan Driscoll dalam Sumarno (2010) Hasil belajar yaitu kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner 's performance).

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011). Dalam hal ini, seorang guru harus benar-benar memberikan pengalaman belajar yang bermanfaat dan mempunyai konsep yang jelas sehingga akan berpengaruh positif terhadap diri siswa sebagai bekal dalam kehidupannya.

(9)

adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. (2) Faktor-faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditunjukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan (Rusman, 2011). Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan dan penggunaan hasil belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa Hasil belajar adalah hasil akhir atau tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan seseorang yang dicapai setelah mengalami proses belajar yang dapat dibuktikan melalui hasil tes. Dalam penelitian ini menggunakan Tes pilihan ganda merupakan prosedur tes dengan soal yang harus dijawab oleh siswa dengan memilih jawaban yang tersedia. Tes pilihan ganda digunakan saat uji validitas intrumen tes dan posttest. Hasil dari uji validitas tes berupa nilai akhir pembelajaran.

2.3 Pengertian Pembelajaran IPA 2.3.1 Hakikat Pembelajaran IPA

(10)

melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk ditemukan.

Secara umum, kegiatan dalam IPA berhubungan dengan eksperimen. Namun dalam hal-hal tertentu, konsep ipa adalah hasil tanggapan pikiran manusia atas gejala yang terjadi di alam. Seorang ahli IPA (ilmuwan) dapat memberikan sumbangan besar kepada IPA tanpa harus melakukan sendiri suatu percobaan, tanpa membuat suatu alat atau tanpa melakukan observasi.

2.3.2 Tujuan IPA

Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat kesimpulan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

2.3.3 Ruang Lingkup IPA

Ruang lingkup bahan kajian IPA untu SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi: cair padat dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

(11)

2.3.4 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah.

2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) telah dilakukan oleh

peneliti lain. Penelitian tersebut telah membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa, kajian hasil penelitian yang relevan.

Pertama, Milya Angreranti. 2012. Metode Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar IPA Berdasarkan Gender Siswa Kelas V

SDN 01 KabuPaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012. Peneliti ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada bidang studi IPA.

(12)

2.5 Kerangka Pikir

(13)

Gambar kerangka pikir 2.1

Kelas Eksperimen Kelas Control

Guru menjelaskan materi dengan ceramah

bervariasi

Guru menjelaskan materi dengan model Make a Match

Siswa dibagi kelompok Siswa dibagi kelompok

siswa diminta bekerja kelompok untuk mengelompokkan bahan makanan berdasarkan asalnya.

Siswa diminta bekerja kelompok untuk menjodohkan

(mencari pasangan ) soal dan jawaban

Sebagian siswa diberi kartu soal dan sebagian siswa diberi kartu jawaban

Kemudian siswa diminta mecari pasangan dari kartu

yang didapatnya

Hasil belajar siswa meningkat tinggi dan signifikan Penilaian

Siswa diberi soal evaluasi

Efektivits hasil belajar IPA

Hasil belajar siswa meningkat tapi tidak signifikan

(14)

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan, maka penulis merumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

Ho : tidak ada pengaruh positif dan signifikan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap hasil belajar IPA bagi siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 05 Kec. Sidorejo Salatiga semester II tahun pelajaran 2014/2015.

Gambar

Tabel 2.1
Gambar kerangka pikir 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Adanya globalisasi ini kemudian merubah ruang lingkup dari perdagangan serta bisnis dari internasional itu sendiri dimana awalnya firma tradisional yang

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN PETA KONSEP.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah Artificial Neural Network, karena pada pelelitiannya sebelumnya terkait dengan peramalan harga,

Koordinator tiap jurusan akan memanggil para wisudawan sesuai.. Kegiatan Non protokoler Foto Grup setiap Jurusan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS praktikum untuk materi larutan penyangga kelas XI IPA SMA dapat dikembangkan melalui penelitian pengembangan dan media

Di dalam lingkungan kampus ia mendapatkan beberapa halangan yang dikarenakan pemikiran Asri yang berbeda dengan pemikiran anak pada umumnya, sala satu

Section 87 of t he Administration of the Religion of Islam (State of Selangor) Enactment 2003... Institution of zakat is one of the most important bodies in developing the

No Nama Penyedia Hasil Evaluasi Administrasi 1 KAP.. Kumalahadi,Kuncara,Sugen g Pamudji