• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Sistem Pendukung Keputusan - Implementasi Perbandingan Metode Profile Matching Dan Simple Additive Weighting (SAW) Dalam Penilaian Kinerja Karyawan (Studi Kasus Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Sistem Pendukung Keputusan - Implementasi Perbandingan Metode Profile Matching Dan Simple Additive Weighting (SAW) Dalam Penilaian Kinerja Karyawan (Studi Kasus Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Konsep Sistem Pendukung Keputusan

Sistem pendukung keputusan (SPK) adalah salah satu produk software yang

dikembangkan secara khusus untuk membantu manajemen dalam proses pengambilan

keputusan. Tujuan SPK adalah sebagai ‘second opinion’ atau ‘information sources’ sebagai bahan pertimbangan seorang manajer sebelum memutuskan kebijakan

tertentu. Pendekatan untuk SPK yang populer adalah dengan menggunakan teknik

simulasi yang interaktif, sehingga diharapkan sistem ini dapat merepresentasikan

keadaan dunia nyata yang sesungguhnya.

Lima karakteristik utama SPK :  Sistem yang berbasis komputer

 Dipergunakan untuk mengambil keputusan

 Untuk memecahkan Masalah-masalah yang rumit yang tidak dapat digunakan dengan kalkulasi manual

 Melalui cara simulasi yang interaktif

 Komponen utamanya data dan model analisis

DSS juga merupakan sistem berbasis pengetahuan yang dipakai untuk mendukung

pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan. Sistem ini merupakan sistem

komputer yang mengolah data menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari

masalah yang terstruktur atau spesifik. Tujuan pembentukan sistem ini adalah

memanfaatkan keunggulan kedua unsur, yaitu manusia dan perangkat elektronik untuk

mempercepat dan mempermudah proses pengambilan keputusan. Sebuah sistem

(2)

komputer yang dirancang untuk membantu para pengambil keputusan dalam

memecahkan masalah yang tak terstruktur [11].

2.1.1. Tahap - tahap dalam pengambilan keputusan

DSS adalah sistem informasi yang membantu untuk mengidentifikasi kesempatan

pengambilan keputusan atau menyediakan informasi untuk membantu pengambilan

keputusan. Pada dasarnya SPK hampir sama dengan Sistem Informasi Manajemen

(SIM) karena menggunakan basis data sebagai sumber data. SPK bermula dari SIM

karena menekankan pada fungsi mendukung pembuat keputusan diseluruh

tahap-tahapnya, meskipun keputusan aktual tetap wewenang eksklusif pembuat keputusan.

Simon (1977) mengidentifikasikan bahwa sistem pendukung keputusan memiliki tiga

fase proses yaitu fase intelligence, designdan choice[13].

Gambar 2.1. Fase-fase pengambilan keputusan [13] Intelligence

(3)

Tahap - tahap dalam pengambilan keputusan antara lain adalah :

1. Intelligence

Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika

serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses, dan diuji dalam

rangka mengidentifikasikan masalah.

2. Design

Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan menganalisis

alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti

masalah, menurunkan solusi, dan menguji kelayakan solusi.

3. Choice

Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang

mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam

proses pengambilan keputusan.

2.1.2. Karakteristik sistem pendukung keputusan

Sistem pendukung keputusan dirancang secara khusus untuk mendukung seseorang

yang harus mengambil keputusan-keputusan tertentu. Peranan SPK dalam konteks

keseluruhan sistem informasi ditujukan untuk memperbaiki kinerja melalui aplikasi

teknologi informasi.

Banyaknya definisi yang dikemukakan mengenai pengertian dan penerapan dari

sebuah SPK, sehingga menyebabkan terdapat banyak sekali pandangan mengenai

sistem tersebut. Ada beberapa karakteristik dari Sistem Pendukung Keputusan di

antarannya adalah sebagai berikut :

1. Mendukung seluruh kegiatan organisasi

2. Mendukung beberapa keputusan yang saling berinteraksi

(4)

4. Terdapat dua komponen utama, yaitu data dan model

5. Menggunakan baik data ekternal maupun internal

6. Memiliki kemampuan what-if analysisdan goal seeking analysis 7. Menggunakan beberapa model kuantitatif.

Dengan berbagai karakter khusus seperti dikemukakan diatas, SPK memiliki

kemampuan yaitu :

1. Mendukung proses pengambilan keputusan, menitikberatkan pada management by perception

2. Adanya interface manusia / mesin dimana manusia (user) tetap mengontrol proses pengambilan keputusan

3. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah-masalah

terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur.

4. Menggunakan model-model matematis dan statistik yang sesuai

5. Memiliki kapabilitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan

kebutuhan – model interaktif

6. Output ditujukan untuk semua personil organisasi dalam semua tingkatan

sehingga dapat berfungsi sebagai kesatuan sistem

7. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan

informasi seluruh tingkatan manajemen

8. Memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga

dapat berfungsi sebagai kesatuan sistem

9. Pendekata easy to use, ciri SPK yang efektif adalah kemudahannya untuk digunakan, dan memungkinkan keleluasaan pemakai untuk memilih atau

mengembangkan pendekatan-pendekatan baru dalam membahas masalah yang

dihadapi.

10. Kemampuan sistem beradaptasi dengan cepat, dimana pengambil keputusan

dapat menghadapi masalah-masalah baru, dan pada saat yang sama dapat

menanganinya dengan cara mengadaptasikan sistem terhadap kondisi-kondisi

(5)

Dari berbagai kemampuan dan karakteristik seperti yang dijelaskan di atas, sistem

pendukung keputusan juga memiliki keterbatasan, antara lain:

1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia sebagai pengguna

yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak

semuanya mencerminkan persoalan yang sebenarnya.

2. Kemampuan suatu sistem pendukung keputusan terbatas pada pengetahuan

dasar serta model dasar yang dimilikinya.

3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh sistem pendukung keputusan

biasanya tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang

digunakannya.

4. Sistem pendukung keputusan tidak memiliki intuisi seperti yang dimiliki oleh

manusia. Karena sistem pendukung keputusan hanya suatu kumpulan

perangkat keras, perangkat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi

oleh kemampuan berpikir.

Secara luas, dapat dikatakan bahwa sistem pendukung keputusan berlandaskan pada

kemampuan dari sebuah sistem berbasis komputer dan dirancang untuk menghasilkan

berbagai alternatif yang ditawarkan kepada para pengambil keputusan dalam

melaksanakan tugasnya.

2.2. Prestasi Kerja Karyawan

Pengukuran prestasi kerja karyawan adalah suatu proses mengkuantifikasikan secara

akurat dan valid tingkat efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan yang telah terealisasi

dan membandingkannya dengan tingkat prestasi yang direncanakan (Martoyo, 2002:

28). Untuk itu seorang atasan perlu mempunyai ukuran prestasi kerja para karyawan

supaya tidak timbul suatu masalah. Informasi tentang prestasi kerja karyawan juga

diperlukan pula bila suatu saat atasan ingin mengubah sistem yang ada [14].

Agar karyawan dapat bekerja sesuai yang diharapakan maka dalam diri

(6)

yang diinginkan. Apabila semangat kerja menjadi tinggi maka semua pekerjaan yang

dibebankan kepadanya akan lebih cepat selesai dan tepat selesai. Pekerjaan yang cepat

dan tepat selesai adalah merupakan suatu prestasi kerja karyawan yang baik.

Menurut Handoko (2001:135) motivasi adalah suatu daya pendorong yang

menyebabkan orang berbuat sesuatu atau yang diperbuat karena takut akan sesuatu.

Oleh karena itu diperlukan suatu sistem yang dapat mengukur kinerja karyawan agar

dapat ditentukan karyawan berprestasi dan pemberian reward sehingga memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik lagi.

2.3 Profile Matching

Profile matching adalah salah satu dari metode dalam pengambilan keputusan yang mekanismenya mengasumsikan bahwa terdapat tingkat variabel prediktor yang ideal

yang harus dimiliki oleh pegawai. Bukannya tingkat minimal yang harus dipenuhi

atau dilewati[9] . Dalam profile matching pegawai yang bisa dikategorikan sebagai pegawai terbaik adalah pegawai yang mendekati nilai ideal tersebut.

Adapun langkah-langkah dalam metode profile matching adalah sebagai

berikut[9] :

1. Menentukan Aspek-aspek penilaian

2. Pemetaan GAP kompetensi. 3. Pembobotan.

4. Perhitungan dan Pengelompokan Coredan Secondary Factor.

GAP kompetensi adalah perbedaan antara profil pegawai terbaik dengan profil

pegawai aktual[9].

Setelah menentukan bobot nilai gap untuk setiap aspek penilaian, tiap aspek tersebut

dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok core factor dan secondary factor. Rumus untuk perhitungan core factor[9] :

(7)

= ∑ / ∑ ... (1)

Keterangan :

NCF = Nilai rata-rata core factor

∑NC(Aspek) = Jumlah total nilai core factor IC = Jumlah item core factor

Rumus perhitungan secondary factor:

= ∑ / ∑ ...(2)

Keterangan :

NSF = Nilai rata-rata secondary factor

∑NS(Aspek) = Jumlah total nilai secondary factor IS = Jumlah item secondary factor

Rumus perhitungan nilai total dari aspek :

= ( %) + ( %) ...(3)

Keterangan :

N = Nilai total

(x%) = Nilai persen yang di inputkan

NCF = Nilai rata-rata core factor NSF = Nilai rata-rata secondary factor

Setelah didapat nilai total dari aspek kemudian dapat di tentukan hasil akhir yang

berupa ranking dari pegawai dengan menggunakan rumus[9] :

= ( %) 1 + ( %) 2 + ⋯ ( %) ...(4)

Contoh langkah perhitungan dengan kasus penentuan pegawai terbaik terdapat pada

(8)

Tabel 2.1 Tabel Skala Penilaian

Tabel 2.2 Tabel Data Pegawai dan Nilai Gap

Nama Kedisiplinan Prestasi Kerja Tanggung jawab Kepemimpinan

Fanny Anggara 3 3 3 4

0 5 Tidak ada selisih (Kompetensi sesuai dengan yg dibutuhkan)

1 4.5 Kompetensi individu kelebihan 1 tingkat

-1 4 Kompetensi individu kekurangan 1 tingkat

2 3.5 Kompetensi individu kelebihan 2 tingkat

-2 3 Kompetensi individu kekurangan 2 tingkat

3 2.5 Kompetensi individu kelebihan 3 tingkat

-3 2 Kompetensi individu kekurangan 3 tingkat

4 1.5 Kompetensi individu kelebihan 4 tingkat

(9)

Tabel 2.4 Tabel Hasil Pembobotan

Nama Kedisiplinan Prestasi Kerja Tanggung jawab Kepemimpinan

Fanny Anggara 4 5 4 4.5

Muhammad Fadhli 3 4 4 4

Jesades Berlin 5 4.5 5 4

Hidayat Syahputra 4 4.5 4.5 3

Mencari nilai Core factor dan Secondary factor :

Core factor = Kedisiplinan dan Tanggung jawab

Secondary factor= Prestasi kerja dan Kepemimpinan

Tabel 2.5 Nilai Core factor dan Secondary factor

Nama Core Factor Secondary Factor

Fanny Anggara 4 4.75

Muhammad Fadhli 3.5 4

Jesades Berlin 5 4.25

Hidayat Syahputra 4.25 3.75

Perhitungan Nilai Total

N1 = (60% x 4) + (40% x 4.75) = 4.3

N2 = (60% x 3.5) + (40% x 4) = 3.7

N3 = (60% x 5) + (40% x 4.25) = 4.7

N4 = (60% x 4.25) + (40% x 3.75) = 4.05

Pada contoh ini hanya terdapat 1 aspek penilaian oleh karena itu nilai total menjadi hasil akhir

(10)

2.4 Simple Additive Weighting (SAW)

Metode SAW adalah metode penjumlahan terbobot yang digunakan dalam

memecahkan masalah multi kriteria. Konsep dasar metode ini adalah mencari

penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut[10].

Churchman dan Ackoff (1954) pertama sekali menggunakan metode SAW ini untuk

mengatasi masalah penyeleksian portofolio. Metode ini mungkin yang paling populer

dan sering digunakan dalam penyelesaian masalah multiple attribute decision making (MADM) [15].

Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke

suatu skala yang dapat dibandingkan dengan semua rating alternatif yang ada. Hasil

akhir metode SAW didapatkan dari ranking nilai utilitas terbesar dari semua alternatif. Rumus untuk mencari nilai utilitas setiap alternatif adalah[15] :

( ) = wj ( ) ... (5)

Keterangan :

( )= nilai utilitas alternatif

wj = nilai bobot preferensi kriteria

= ratingkinerja ternormalisasi dari alternatif pada kriteria .

Dalam Penentuan matriks pada setiap kriteria dari alternatif-alternatif yang ada

perlu diketahui atribut keuntungan dan atribut biaya terlebih dahulu. Jika dalam suatu

kriteria nilai yang dicari adalah nilai terbesar maka atribut keuntunganlah yang

digunakan, dan jika yang dicari adalah nilai yang paling minimum maka atribut biaya

yang digunakan. Berikut adalah rumus untuk menghitung atribut keuntungan dan

(11)

=

...(6)

Keterangan :

= ratingkinerja ternormalisasi dari alternatif pada kriteria .

Max = Nilai maks jika yang dicari adalah atribut keuntungan atau nilai tertinggi.

Min = Nilai min jika yang dicari adalah atribut biaya atau nilai terendah.

Hasil akhir diperoleh dari setiap proses perangkingan yaitu penjumlahan dari

perkalian matriks ternormalisasi dengan bobot prefrensi sehingga diperoleh nilai

terbesar yang dipilih sebagai alternatif terbaik (ui) sebagai solusi.

Contoh perhitungan dengan kasus penilaian ketua OSIS :

Tabel 2.6 Tabel Skala Penilaian

Nilai Bobot Nilai Sangat Baik 5

Baik 4

Cukup 3

Kurang 2

Buruk 1

Tabel 2.7 Tabel Data Kandidat Pemilihan :

Nama Kerja sama Prestasi Tanggung jawab

Fanny Anggara 3 3 3

Muhammad Fadhli 2 3 2

Jesades Berlin 4 4 3

(12)

Tabel 2.8 Tabel Rating Kecocokan

Matriks keputusan X berdasarkan kriteria bobot :

(13)

r33=

3

= 0.75 r43 =

4

= 1

Max (3;2;3;4) Max (3;2;3;4)

D

Dari hasil perhitungan diatas didapat matriks ternormalisasi sebagai berikut :

0.75 0.75 0.75

R = 0.5 0.75 0.5

1 1 0.75

0.5 1 1

Mencari nilai utilitas alternatif terbaik dengan persamaan[12] :

= wj ... (6)

u1= (0,75 x 4) + (0,75x3) + (0.75x 4) = 8.25

u2= (0,5x4) + (0.75x3) + (0,5x4) = 6.25

u3= (1x4) + (1x3) + (0,75x4) = 10

u4= (0,5x4) + (1x3) + (1x4) = 9

u3 merupakan nilai preferensi dari alternatif A3, sehingga A3 atau dalam kasus ini

(14)

2.5 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain :

a. Penelitian Ilman fahma dwijaya dengan judul Sistem pendukung keputusan

kenaikan jabatan pada PT. SYSMEX Menggunakan Metode Profile Matching. Penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi terbaik dalam kenaikan jabatan berdasarkan kompetensi karyawan di PT. SYSMEX (divisi

sales) menggunakan sistem pendukung keputusan dengan metode profile matching[4].

b. Penelitian Gerdon dengan judul Sistem pendukung keputusan keputusan

untuk menentukan penerimaan beasiswa bagi mahasiswa STMIK AMIKOM

Yogyakarta. Dalam penelitian ini digunakan metode Simple Additive Weighting(SAW) untuk menyelesaikan masalah multi criteria(MCDM) yaitu dalam penerimaan beasiswa bagi mahasiswa STMIK AMIKOM Yogyakarta

Gambar

Gambar 2.1. Fase-fase pengambilan keputusan [13]
Tabel 2.3  Tabel Pembobotan Nilai
Tabel 2.7 Tabel Data Kandidat Pemilihan :
Tabel 2.8 Tabel Rating Kecocokan

Referensi

Dokumen terkait

d. percaya dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai agama dan kepercayaannya 3. Anton dan Hasan adalah teman sekelas. Meskipun berbeda agama, keduanya tidak perna cekcok.

SMEP Negeri Nahdlatul Ulama (NU) 2 Andi Achmad Kahu Kantor BKDH Sinjai Nahdlatul Ulama (NU) 3.. Abdullah Achmad

Penelitian yang menunjukkan hasil assurance pada kepuasan telah diteiliti Elviani ( 2010 ) yang meneliti tentang Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pengguna Jasa

ju ren~ menim- bulkem bobDh psikis tertentu bogi mereke, k3reno selDin terjedi nya kadenE-kadsne proses pombeboGDn tenah yang kureng berkensn dihati maroks, ju~

post test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terlebih dahulu peneliti melakukan validitas agar instrument penelitian berupa post.. test yang digunakan dalam mengetahui

Peneliti memilih industri plastic and glass sebagai obyek penelitian dengan alasan karena melihat adanya fenomena yakni seluruh perusahaan dalam industri tersebut cenderung

Keberterimaan bahan ajar menggali informasi dari teks narasi sejarah untuk menanamkan karakter bagi peserta didik kelas V SD diketahui dari beberapa hasil angket,

[r]