• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Dalam Organisasi - Pengaruh Komunikasi dan Kompetensi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Dalam Organisasi - Pengaruh Komunikasi dan Kompetensi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi Dalam Organisasi

Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan

atau komunikasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut

melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang di gunakan dalam percakapan, tetapi

juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus voka dan sebagainya. Dan perpindahan

yang efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi bahwa seseorang

mengirimkan berita dan menerimanya sangat tergantung pada

keterampilan-keterampilan tertentu (membaca, menulis, mendengar, berbicara, dan lain-lain)

untuk membuat sukses pertukaran informasi.

Komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi antar individu

melalui suatu sistem yang (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal

maupun perilaku atau tindakan. Jadi dalam komunikasi itu terdapat di dalamnya

suatu proses, terdapat simbol-simbol dan simbol-simbol itu mengandung arti. Arti

atau makna simbol disini tentu saja tergantung pada pemahaman dan persepsi

komunikan sehingga ada umpan balik (feedback) bagi komunikan setelah

mendapatkan pesan. Oleh karena itu, komunikasi akan efektif dan tujuan

komunikasi akan tercapai, apabila masing-masing pelaku yang terlibat di

(2)

Komunikasi organisasi adalah suatu proses komunikasi yang

menggunakan media yaitu bahasa atau simbol-simbol yang biasa digunakan untuk

mentransfer pesan-pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan melalui proses

komunikasi agar diperoleh suatu hasil yang sangat berarti bagi suatu organisasi.

(Purwanto, 2003:20).

Dalam sebuah organisasi setiap orang yang terlibat didalamnya ketika

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya baik selaku pimpinan diberbagai

tingkatan maupun para karyawan, agar pekerjaannya dapat terlaksana dengan

lancar dan harmonis untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati dan

ditetapkan, maka unsur kerjasama harus senantiasa tercipta dengan baik.

Dengan terjadinya proses kerjasama maka unsur komunikasi pun dengan

sendirinya akan tercipta dalam sebuah organisasi karena apapun bentuk instruksi,

informasi dari pimpinan ke bawahan maupun sebaliknya, masukan, laporan dari

bawahan ke pimpinan, antara sesama bawahan senantiasa dilakukan melalui

proses komunikasi.

Pentingnya peran komunikasi bagi perusahaan adalah sebagai saluran

untuk melakukan dan menerima pengaruh, dan juga sebagai alat untuk mendorong

atau mempertinggi Kompetensi sebagai sarana yang memungkinkan suatu

organisasi untuk mencapai tujuannya.

Komunikasi memiliki peran yang sangat penting dalam memperlancar

kegiatan perusahaan, dapat terlihat dari beberapa hal berikut:

a. Fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian,

(3)

b. Meningkatkan gairah dan Kompetensi kerja

c. Dengan menggunakan komunikasi sebagai alat koordinasi dan

pengendalian para pemimpin dapat mengetahui keadaan dari setiap

bidang yang menjadi tugasnya.

d. Menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyaitas antara bawahan dengan

atasan, bawahan dengan bawahan dan antara atasan, karena

pengawasan yang jelas dan mantap.

e. Dengan komunikasi semua bagian organisasi dapat mengetahui

kebijakan, peraturan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan

oleh pemimpin.

Oleh sebab itu dalam sebuah organisasi setiap orang yang teribat di

dalamnya ketika melaksanakan tugas dan tanggung jawab, agar dapat terlaksana

dengan lancar dan harmonis, maka kerjasama harus senantiasa tercipta dengan

baik. Dengan terjadinya proses kerjasama maka unsur komunikasi pun dengan

sendirinya akan tercipta dalam sebuah organisasi, karena apapun bentuk instruksi,

informasi dari pimpinan ke bawahan maupun sebaliknya senantiasa dilakukan

melalui proses komunikasi.

2.1.2 Proses Komunikasi

Proses komunikasi memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas

tugas. Informasi harus dikomunikasikan kepada para manajer agar mereka

mempunyai dasar perencanaan, rencana-rencana harus di komunikasikan kepada

pihak lain agar diaksanakan. Pengarahan mengharuskan manajer untuk

(4)

Sebelum komunikasi dapat terjadi, dibutuhkan suatu tujuan, yang

terekspresikan sebagai pesan untuk di sampaikan. Pesan tersebut disampaikan

dari seseorang pengirim kepada seseorang penerima. Ia disandikan (diubah

menjadi suatu bentuk simbolis) dan dialihkan melalui perantara (saluran) kepada

penerima, yang lalu menerjemahkan ulang (membaca sandi) pesan yang diberikan

oleh pengirim. Hasilnya adalah transfer makna dari satu orang kepada orang lain.

(Stephen dan Timothy, 2008:6) Adapun komponen yang terkandung dalam proses

komunikasi yaitu:

1. Pengirim

2. Penyandian

3. Pesan

4. Saluran

5. Penerjemahan sandi

6. Penerima

7. Gangguan dan

8. Umpan balik

Menurut Purwanto (2006:11) Pada prinsipnya dalam proses komunikasi

memiliki 6 (enam) tahapan yaitu:

1. Pengiriman mempunyai satu ide atau gagasan.

Sebelum proses penyampaian pesan dilakukan, maka pengirim pesan harus

menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin di sampaikan pada pihak lain.

Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber, ide yang diolah dalam bentuk

(5)

yang memiliki mental yang berbeda. Hal ini disebabkan karena penyerapan

berbagai informasi dan pengalaman berbeda-beda pada setiap individu.

2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan.

Pada proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti

dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti dengan sempurna

pengirim pesan harus memperhatikan subjek apa yang ingin disampaikan,

maksud (tujuan), penerima pesan, gaya personal dan latar belakang budaya.

3. Pengirim menyampaikan pesan

Pada saat menyampaikan pesan dapat digunakan berbagai saluran. Biasanya

rangkai komunikasi yang dilakukan relatif pendek, namun ada juga yang

cukup panjang. Hal ini akan berpengaruh terhadap efektifitas penyampaian

pesan. Ketika penyampaian pesan dapat digunakan berbagai media

komunikasi baik media tulis maupun lisan.

4.Penerima menerima Pesan

Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi bila pengirim

mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut.

5.Penerima menafsirkan pesan

Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana

menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah di

mengerti dan tersimpan dalam benak penerima pesan. Selanjutnya pesan baru

bisa di tafsirkan secara benar bila penerima pesan telah memahami isi pesan

(6)

6. Penerima memberi tanggapan dan memberi umpan balik ke pengirim.

Setelah menerima pesan, penerima akan memberikan tanggapan dengan cara

tertentu dan akan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang

diberikan oleh penerima pesan beraneka ragam, hal ini tergantung pesan yang

diterimanya. Umpan balik memegang peranan penting dalam proses

komunikasi karena ia memberi kemungkinan bagi pengirim untuk menilai

efektifitas suatu pesan. Disamping itu, adanya umpan balik dapat

menunjukan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi, misalnya

perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata-kata dan perbedaan

reaksi secara emosional.

2.1.3 Saluran Komunikasi Dalam Organisasi

Pemahaman yang lebih baik tentang komunikasi dapat diperoleh dengan

mempelajari arah-arah dasar gerakkannya yang tampak dengan terbentuknya

salura-saluran komunikasi. Adapun saluran-saluran komunikasi formal yang

biasa terdapat dalam organisasi adalah:

1. Komunikasi Vertikal

Komunikasi vertikal terdiri dari komunikasi ke atas dan ke bawah sesuai

rantai perintah. Komunikasi ke bawah (Downward Communication) di mulai dari

manajemen puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan

manajemen sampai karyawan ini dan personalia paling bawah. Maksud utama

komunikasi ke bawah adalah untuk memberikan pengarahan, informasi, instruksi,

nasehat, sasaran dan penilaian kepada bawahan serta memberikan informasi

(7)

Berita-berita kebawah dapat berbentuk tulisan maupun lisan, dan biasanya

disampaikan melalui memo, laporan atau dokumen lain, pertemuan atau rapat dan

percakapan serta melalui interaksi. Dan manajemen seharusnya tidak

memusatkan perhatiannya pada usaha komunikasi ke bawah, tetapi juga

komunikasi ke atas.

Komunikasi ke atas (Upward Communication) alur pesan yang

disampaikan berasal dari bawah (karyawan) menuju ke atas (manajer). Pesan

yang ingin disampaikan mula-mula berasal dari karyawan yang selanjutnya

disampaikan ke jalur yang ebih tinggi, yaitu bagian pabrik, ke manajer produksi,

dan akhirnya ke manajer umum. Tipe komunikasi ini mencakup laporan-laporan

periodik, penjelasan, gagasan dan permintaan untuk diberikan keputusan. Hal ini

dapat dipandang sebagai data atau informasi umpan balik bagi manajemen atas.

2. Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal meliputi hal-hal berikut ini:

a. Komunikasi di antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar dalam

suatu organisasi

b. Komunikasi yang terjadi antara dan di antara departemen-departemen

pada tingkatan organisasi yang sama.

Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat koordinatif dan merupakan

hasil dari konsep spesialisasi organisasi. Sehingga komunikasi ini dirancang

untuk mempermudah koordinasi dan penanganan masalah. Komunikasi

horizontal selain membantu koordinasi kegiatan-kegiatan horizontal, komunikasi

(8)

3. Komunikasi Diagonal

Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang memotong secara

menyilang diagonal rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil

hubungan-hubungan departemen lini dan staf. Hubungan-hubungan yang ada

antara personalia dan staf dapat berbeda-beda yang akan membentuk beberapa

komunikasi diagonal yang berbeda-beda pula.

2.1.4 Fungsi Komunikasi

Dalam melaksanakan tugasnya pimpinan perusahaan dihadapkan kepada

dua bidang tugas dan tanggungjawab yang harus dikoordinirnya secara terpadu,

yaitu bidang teknis yang dilakukan oleh para petugas dan bidang administrasi

yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab para staf administrasi. Tidak bisa

dipungkiri kedua bidang yang ada diperusahaan ini dalam kenyataan saling

mendukung dan melengkapi.

Dalam mengkoordinir kegiatan di Perusahaan, pimpinan perusahaan harus

benar-benar dapat memanfaatkan proses komunikasi yang dilakukannya dengan

para staf yang sesuai menurut fungsi komunikasi yaitu menghubungkan semua

unsur yang melakukan interaksi pada semua lapisan, sehingga menimbulkan rasa

kesetia-kawanan dan loyalitas antar sesama, seperti:

1. Pimpinan dapat mengetahui langsung keadaan bidang-bidang yang

dibawah, sehingga berlangsung operasional yang efisien.

2. Meningkatkan rasa tanggung jawab semua anggota, dan melibatkan

(9)

keterlibatan atau sense of envolvement, dan rasa ikut memiliki, dan sense if

belonging atau rasa satu kelompok.

3. Memunculkan rasa saling pengertian dan saling menghargai tugas

masing-masing sehingga meningkatkan rasa kesatuan dan pemantapan spirit de

corps (semangat korps).

2.1.5 Hambatan-Hambatan Komunikasi Organisasi

Komunikasi adalah vital, tetapi komunikasi sering tidak efektif dengan

adanya kekuatan-kekuatan dari luar yang menghambatnya. Penghambat

komunikasi dapat dikelompokkan menjadi:

1. Hambatan Organisasional

Ada 3 (tiga) hambatan organisasional yaitu:

a. Tingkatan Hierarki

Bila suatu organisasi tumbuh, strukturnya berkembang dan akan

menimbulkan berbagai masalah komunikasi. Karena berita harus melalui

tingkatan (jenjang) tambahan, yang memerlukan waktu yang lebih lama untuk

mencapai tempat tujuan dan cendrung menjadi berkurang ketepatannya. Berita

mengalir keatas atau kebawah tingkatan-tingkatan organisasi akan melalui

beberapa “filter” dengan persepsi, motif, kebutuhan, hubungan sendiri. Setiap

tingkatan dalam rantai komunikasi dapat menambah, mengurangi, merubah, atau

sama sekali berbeda dengan berita aslinya.

b. Wewenang Manajerial

Tanpa wewenang untuk membuat keputusan tidak mungkin manajer dapat

(10)

seseorang yang mengendalikan orang lain juga menimbulkan hambatan-hambatan

terhadap komunikasi. Banyak atasan merasa bahwa mereka tampak lemah.

Sebaliknya, banyak bawahan menghindari situasi dimana mereka harus

mengungkapkan informasi yang dapat membuat mereka dalam kedudukan yang

tidak menguntungkan. Sebagai hasilnya ada kesenjangan “leveling” antara

atasan dan bawahan.

c. Spesialisasi

Meskipun spesialisasi adalah prinsip dasar organisasi, tetapi juga

menciptakan masalah-masalah komunikasi, dimana hal ini cenderung

memisahkan orang-orang, bahkan bila mereka bekerja saling berdekatan.

Perbedaan fungsi, kepentingan dan istilah-istilah pekerjaan dapat membuat

orang-oarang merasa bahwa mereka hidup dalam dunia yang berbeda. Akibatnya dapat

menghalangi perasaan memasyarakat, membuat sulit memahami, dan mendorong

terjadinya kesalahan-kesalahan.

2. Hambatan-Hambatan Antar Pribadi

Seseorang manajer perlu memperhatikan hambatan-hambatan antar pribadi

seperti:

a. Perspektif Selektif

Persepsi adalah suatu proses yang menyeluruh dengan apa seseorang

mensleksi, mengorganisasikan, mengartikan dan mengartikan segala sesuatu

dilingkungannya. Dalam hal ini pengalaman mengajarkan seseorang dengan

reaksi tertentu, dengan kata lain, pengharapan yang mengarahkan seseorang untuk

(11)

ingin dilihat atau didengar. Hal ini disebut Persepsi selektif. Pelajaran bagi

manajer untuk memahami sebanyak mungkin tentang kebutuhan, motif tujuan,

tingkat bahasan dan stereotip (proses penyusunan berita menjadi seperti sesuatu

yang diharapkan) dari penerima, agar dapat mengkomunikasikan pengertian

secara efektif.

b. Status atau Kedudukan Komunikator

Hambatan-hambatan lainnya adalah kecendrungan untuk menilai,

mempertimbangkan dan membentuk pendapat atas dasar

kerakteristik-karakteristik pengirim terutama kredibilitasnya, berdasarkan keahlian seseorang

dalam bidang yang sedang dikomunikasikan dan tingkat kepercayaan seseorang

bahwa orang tersebut akan mengkomunikasikan kebenaran. Manajer harus

dipandang bawahan mereka sebagai orang terpercaya dan dapat dipercaya. Kalau

tidak, usaha meKompetensi, mempengaruhi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan

bawahan akan sangat terhambat.

c. Keadaan Membela Diri

Perasaan membela diri pada pengirim, penerima berita atau keduanya juga

menimbulkan hambatan-hambatan komunikasi. Keadaan membela diri seseorang

mengakibatkan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan pembicaraan tertentu, dan

sebaliknya meningkatkan tingkat pembelaan dipihak lain. Keadaan ini membuat

Pendengar lebih berkonsentrasi pada apa yang akan dikatakan dan bukan pada apa

(12)

d. Pendengaran Lemah

Manajer perlu belajar untuk mendengar secara efektif agar mampu

mengatasi hambatan ini. Berbagai kebiasaan sehubungan dengan pendengaran

lemah meliputi: mendengar hanya dipermukaan saja, hanya memberikan sedikit

perhatian pada apa yang sedang dikatakan, memberikan pengaruh, melalui baik

perkataan maupun tanda-tanda, menunjukkan kejengkelan atau kebosanan

terhadap bahan pembicaraan dan mendengar dengan tidak efektif.

e. Ketidaktepatan Penggunaan Bahasa

Salah satu kesalahan besar yang terdapat dalam komunikasi adalah

anggapan bahwa pengertian terletak dalam kata-kata yang digunakan, sebagai

contoh: Perintah Manajer untuk mengerjakan “secepat mungkin” bisa berarti satu

jam, satu hari atau satu minggu. Disamping itu, bahasa non-verbal yang tidak

konsisten seperti nada suara, ekspresi wajah dan sebagainya dapat mengehambat

komunikasi. Dengan demikian jelaslah bahwa arus komuniukasi dari atasan

kebawahan komunikasi dari atasan ke bawahan belum tentu berjalan dengan

mulus, sesuai dengan yang diharapkan karena dipengaruhi berbagai faktor.

2.2 Kompetensi

2.2.1 Pengertian Kompetensi

Istilah kompetensi menurut Webster Dictionary mulai muncul pada Tahun

1596. Istilah ini diambil dari kata latin “Competere” yang artinya “to be suitabel”.

Kemudian ini secara sunstansial mengalami perubahan dengan masuknya

(13)

Pengertian kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang

berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau

kerekteristik dasar yang memiliki hubungan kausal atau sebagai sebab akibat

dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior

di tempat kerja atau pada situasi tertentu.

Menurut Spencer dalam (Moeheriono, 2009:4) kompetensi terletak pada

bagian dalam setiap manusia dan selamanya ada pada kepribadian seseorang

yang dapat memprediksikan tingkah laku dan performansi secara luas pada semua

situasi dan tugas pekerjaan atau jobs task.

Adapun makna yang terkandung dalam defenisi kompetensi ini adalah:

a. Karakteristik dasar (underlying characteristic) kompetensi adalah bagian

dari kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang serta

mempunyai prilaku yang dapat dipresiksi pada berbagai keadaan tugas

pekerjaan.

b. Hubungan kausal (causally related) berarti kompetensi dapat

menyebabkan atau digunakan untuk memprediksi kinerja sesorang, artinya

jika mempunyai kompetensi yang tinggi, maka akan mempunyai kinerja

yang tinggi pula (sebab akibat).

c. Kriteria (criterian referenced) yang dijadikan sebagai acuan bahwa

kompetensi secara nyata akan memprediksi seseorang dapat bekerja

dengan baik, harus terukur dan spesifik atau terstandar.

Memiliki SDM adalah keharusan bagi perusahaan. Mengelola SDM

(14)

tujuan. Sebagian besar perusahaan memakai kompetensi sebagai dasar dalam

memilih pekerja, mengelola kinerja, pelatihan dan pengembangan serta pemberian

kompensasi.

Analisis kompetensi disusun sebagian besar untuk pengembangan karier,

tetapi penentuan tingkat kompetensi dibutuhkan untuk mengetahui efektivitas

tingkat kerja yang diharapkan. Keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge),

dan sikap (attitude) merupakan faktor yang menentukan penilaian terhadap

kompetensi sumber daya manusia dalam menghasilkan tingkat kinerja pada suatu

perusahaan.

Hutapea dan Thoha (2008:28) mengungkapkan bahwa ada tiga komponen

utama pembentukan kompetensi yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang,

kemampuan, dan prilaku individu. Pengetahuan (knowledge) adalah informasi

yang dimiliki seseorang karyawan untuk melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya sesuai bidang yang digelutinya (tertentu), misalnya bahasa komputer.

Pengetahuan karyawan turut menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan tugas

yang dibebankan kepadanya, karyawan yang mempunyai pengetahuan yang

cukup meningkatkan kinerja di perusahaa misalnya harus mengetahui teori

pekerjaan, mampu berfikir kreatif dan memahami aturan dalam pekerjaan.

Keterampilan (skill) merupakan suatu upaya untuk melaksanakan tugas

dan tanggung jawab yang diberikan perusahaan kepada seseorang karyawan yang

baik dan maksimal, misalnya seorang programmer computer. seorang karyawan

dituntut harus mampu memecahkan masalah, mampu berkomunikasi dengan baik

(15)

hal yang paling perlu diperhatikan adalah sikap prilaku karyawan. Sikap

(attitude) merupakan pola tingkah laku karyawan di dalam melaksanakan tugas

dan tanggung jawabnya sesuai degan peraturan perusahaan. Apabila karyawan

mempunyai sifat mendukung pencapaian organisasi misanya, mengenal

pekerjaannya, disiplin, dan patuh maka secara otomatis segala tugas yang

dibebankan kepadanya akan dilaksanakan sebaik-baiknya . Dimensi dari

kompetensi yaitu:

Kompetensi knowledge, skill, dan attitude cenderung lebih nyata dan

relatif berada di permukaan (ujung) sebagai kerteristik yang dimiliki manusia.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan

kemauan untuk melakukan tugas dengan kinerja yang efektif dan efisien untuk

mencapai tujuan perusahaan.

2.3Kinerja Karyawan 2.3.1Pengertian Kinerja

Kinerja adalah hasil yang dicapai melalui serangkaian kegiatan dan tata

cara tertentu dengan menggunakan sumber daya perusahaan untuk mencapai

sasaran perusahaan yang ditetapkan (Mangkunegara, 2005:43). Kinerja

merupakan istilah yang berasal dari kata job performance yang diartikan sebagai

hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai karyawan dalam melaksanakan

tugasnya per satuan periode waktu sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.

Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

(16)

dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu

organisasi (Moeheriono, 2009:60). Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak

berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan kepuasan kerja karyawan

dan tingkat besaran imbalan yang diberikan, serta dipengaruhi oleh keterampilan,

kemampuan, dan sifat-sifat individu. Oleh karenanya, menurut mitra- lawyer

kinerja individu pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Harapan mengenai imbalan

2. Dorongan

3. Kemampuan

4. Kebutuhan dan sifat

5. Persepsi tentang tugas

6. Imbalan internal dan eksternal

7. Persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja.

Dharma (2010:25), Manajemen kinerja adalah sebuah proses untuk

menetapkan apa yang harus dicapai, dan pendekatannya untuk mengelola dan

pengembangan manusia melalui suatu cara yang dapat meningkatkan

kemungkinan bahwa sasaran akan dapat dicapai dalam suatu jangka waktu

tertentu baik pendek maupun panjang.

Defenisi diatas mengandung unsur-unsur penting sebagai berikut:

a. Suatu kerangka kerja dari sasaran yang telah direncanakan, standar dan

persyaratan kompetensi yang telah disepakati. Manajemen kinerja

adalah suatu kesepakatan diantara seseorang karyawan dengan

(17)

kebanyakkan adalah tentang pengelolaan harapan dari seorang

karyawan.

b. Sebuah proses: Manajemen kinerja bukan hanya serangkaian system

formulir dan prosedur, melainkan serangkaian tindakan yang diambil

untuk mencapai suatu hasil dari hari ke hari dan mengelola

peningkatan kinerja diri mereka sendiri dan orang lain.

c. Pemahaman bersama: untuk memperbaiki kinerja, para individu perlu

memiliki pemahaman bersama tentang bagaimana seharusnya bentuk

tingkat kinerja dan kompetensi yang tinggi itu dan apa pula yang

hendak dicapai.

d. Suatu pendekatan dalam mengelola dan mengembangkan sumber daya

manusia. Manajemen kinerja berfokus dalam tiga hal. Pertama,

bagaimana para manajer dan pemimpin kelompok bekerja secara

efektif dengan orang-orang yang ada disekitar mereka. Kedua,

bagaimana peran individu bekerja sama dengan para manajer dan

kelompok. Ketiga, bagaimana individu dapat dikembangkan untuk

meningkatkan pengetahuan, keahlian, dan kepiawaian mereka dan

tingkat kompetensi dan kinerja mereka.

Adapun Dimensi dari kinerja karyawan yaitu:

1. Kuantitas kerja adalah volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi

normal. Kuantitas juga menunjukkan banyaknya jenis pekerjaan yang

dilakukan dalam satu waktu sehingga efektivitas kinerja dapat

(18)

a. Target Kerja

b. Volume Pekerjaan

2. Kualitas kerja adalah ketelitian, kerapian, dan keterikatan hasil kerja

yang dilakukan dengan baik agar dapat menghindari kesalahan

didalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Indikatornya adalah :

a. Pelaksanaan pekerjaan tepat

b. Minimalisasi tingkat kesalahan dalam bekerja

3. Pemanfaatan waktu adalah penggunaan masa kerja yang disesuaikan

dengan kebijakan perusahaan agar pekerjaan selesai tepat waktu pada

waktu yang ditetapkan. Indikatornya adalah :

a. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan

b. Batas waktu dalam menyelesaikan pekerjaan.

2.3.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang karyawan. Faktor yang

mempengaruhi pencapaian kinerja yang baik menurut Mathis dan Jackson

(2007:83) adalah “kemampuan, Kompetensi, dukungan yang diterima, keberadaan

pekerjaan yang mereka lakukan dan hubungan mereka dengan organisasi”.

Menurut Mangkunegara (2000:67) faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja karyawan adalah :

1. Faktor kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan

potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya karyawan

(19)

memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan

sehari-hari, maka maka ia akan lebih muda mencapai prestasi yang

diharapkan. Oleh sebab itu karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan

yang sesuai keahliannya.

2. Faktor Kompetensi

Kompetensi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam

menghadapi situasi kerja. Kompetensi merupakan kondisi yang

menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan

organisasi (tujuan kerja).

Menurut Anogara (2004:178), ada faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja karyawan adalah sebagai berikut :

1. Kompetensi

Pimpinan organisasi perlu mengetahui Kompetensi kerja dari anggota

organisasi. Dengan mengetahui Kompetensi itu maka pimpinan dapat

mendorong bekerja lebih baik.

2. Pendidikan

Pada umumnya seseorang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan

mempunyai kinerja yang lebih baik, hal demikian merupakan syarat yang

penting dalam meningkatkan kinerja karyawan. Tanpa bekal pendidikan,

mustahil orang akan mudah dalam mempelajari hal-hal yang bersifat baru

(20)

3. Disiplin kerja

Disiplin kerja adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok yang

senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala peraturan

yang telah ditentukan. Disiplin kerja mempunyai hubungan yang sangat

erat dengan Kompetensi, kedisiplinan dengan suatu latihan antara lain

dengan bekerja menghargai waktu dan biaya akan memberikan pengaruh

yang positif terhadap kinerja karyawan.

4. Komunikasi

Komunikasi memiliki bnayak pengaruh terhadap kinerja karyawan.

Komunikasi yang terjadi antara atasan dan bawahan serta dengan sesama

anggota karyawan lain dalam perusahaan dapat meKompetensi karyawan

untuk melakukan pekerjaan karena komunikasi yang sesuai telah terjalin

dan karyawan mengerti satu sama lain sehingga dapat mencapai tujuan

yang dimaksud. Komunikasi yang dilakukan dapat berupa komunikasi

verbal maupun komunikasi non verbal.

5. Sikap etika kerja

Sikap seseorang atau kelompok orang dalam membina hubungan yang

serasi, selaras dan seimbang didalam kelompok itu sendiri maupun dengan

kelompok lain. Etika dalam hubungan kerja sangat penting karena dengan

tercapainya hubungan yang seimbang antara prilaku dalam proses

(21)

6. Gizi dan kesehatan

daya tahan tubuh seseorang biasanya dipengaruhi oleh gizi dan makanan

yang didapat, hal ini mempengaruhi kesehatan karyawan, dengan semua

itu akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

7. Tingkat penghasilan

Penghasilan yang cukup akan memberikan semangat kerja tiap karyawan

untuk memacu prestasi sehingga kinerja karyawan akan meningkat.

8. Lingkungan kerja dan iklim kerja

Lingkungan kerja dari karyawan termasuk hubungan atara karyawan,

hubungan dengan pimpinan, suhu serta lingkungan penerangan dan

sebagainya. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan perhatian dari

perusahaan karena sering karyawan enggan bekerja, karena tidak ada

kekompakkan dalam kelompok kerja atau ruang kerja yang tidak

menyenangkan. Hal itu tentu menggangu kerja karyawan.

9. Teknologi

Dengan adannya kemajuan teknologi yang meliputi peralatan yang

semakin otomatis dan canggih akan membuat dukungan tingakat produksi

dan mempermudah manusia dalam melaksanakan pekerjaan.

10.Sarana produksi

Faktor-faktor produksi harus memadai dan saling mendukung dalam

(22)

11.Jaminan sosial

Perhatian dan pelayanan perusahaan kepada setiap karyawan, menunjang

kesehatan dan keselamatan. Dengan harapan agar karyawan semakin

bergairah dan mempunyai semangat untuk bekerja.

12.Manajemen

Dengan adanya manajemen yang baik maka karyawan akan berorganisasi

dengan baik, dengan demikian kinerja akan tercapai.

13.Kesempatan berprestasi

Setiap orang dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya,

dengan memberikan kesempatan berprestasi, maka karyawan akan

meningkatkan kinerja.

2.3.3 Penilaian Kinerja

Menurut Sofyandi (2008:122), Penilaian kinerja (performance appraisal)

adalah proses organisasi dalam mengevaluasi pelaksanaan kerja karyawan.

Dalam penilaian dinilai kontribusi karyawan kepada organisasi selama priode

tertentu. Umpan balik kinerja memungkinkan karyawan mengetahui seberapa

baik bekerja jika dibandingkan dengan standar organisasi. Apabila penilaian

kinerja dilakukan secara benar, para karyawan, penyelia, departemen SDM, dan

akhirnya organisasi akan diuntungkan dengan melalui upaya-upaya karyawan

memberikan kontribusi yang memuaskan pada organisasi.

Penilaian kinerja berkenaan dengan seberapa baik seseorang melakukan

(23)

keputusan-keputusan yang mempengaruhi gaji, promosi, pemberhentian,

pelatihan, transfer, dan kondisi-kondisi kekaryawanan lainnya.

Penilaian kinerja adalah penilaian tentang prestasi kerja karyawan dan

penilaian kerja sangat penting bagi manajemen untuk digunakan dalam

menjelaskan tujuan dan standar kerja. Dalam persaingan global, perusahaan

menuntut kinerja yang tinggi. Seiring dengan itu, karyawan membutuhkan umpan

balik atas kinerja mereka sebagai pedoman perilakunya dimasa mendatang.

Penilaian prestasi adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku

prestasi kerja keryawan serta menetapkan kebijakan selanjutnya (Hasibuan,

2007:87). Adapun tujuan dan kegunaan penilaian kerja adalah sebagai berikut:

1. Sebagai dasar pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi,

demosi, pemberhentian dan penetapan berapa besarnya balas jasa.

2. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa

sukses dalam pekerjaannya.

3. Sebagai dasar mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan dalam

perusahaan.

4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program pelatihan dan keefektifan

jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan,

kondisi kerja dan peralatan kerja.

5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi

(24)

6. Sebagai alat untuk meningkatkan Kompetensi kerja karyawan

sehingga dicapai tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang

baik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa

hanya sekedar mempunyai sistem penilaian saja, sistem harus efektif, diterima dan

pantas digunakan. Dengan terpenuhinya kondisi-kondisi itu akan menghasilkan

peningkatan yang diperlukan dalam sumber daya manusia.

2.3.4 Evaluasi Kinerja

Evaluasi kinerja merupakan salah satu bagian siklus berkelanjutan yang

bisa digunakan oleh manajer untuk mengelola kinerja individu dan tim. Menurut

Paul (2001:5), evaluasi kinerja adalah proses yang mencangkup perencanaan sejak

awal dan memeliharanya secara teratur.

Evaluasi kinerja memberi cara untuk menjelaskan bagaimana anggota tim

dapat melaksanakan pekerjaannya, dan bagaimana caranya untuk memperbaiki

kinerja dimasa yang akan datang sehingga karyawan, dan perusahaan dapat

memperoleh manfaat. Evaluasi kerja juga member peluang untuk bersama-sama

menentukan sasaran kerja dan merumuskan cara mencapainya.

Moeheriono (2009:63), mengemukakan bahwa evaluasi kinerja itu dapat

diartikan dalam :

1. Sebagai alat yang baik untuk menentukan apakah karyawan telah

memberikan hasil kerja yang memadai dan sudah melaksanakan aktivitas

(25)

2. Sebagai cara untuk menilai kinerja karyawan dengan melakukan penilaian

tentang kekuatan dan kelemahan keryawan.

3. Sebagai alat yang baik untuk menganalisis kinerja karyawan dan membuat

rekomendasi perbaikan dan pengembangan selanjutnya.

Keberhasilan suatu organisasi dalam berbagai ragam kinerja tergantung

kepada kinerja seluruh anggota organisasi. Unsur individu manusialah yang

memegang peranan penting dan sangat menentukan keberhasilan organisasi

ataupun perusahaan.

Menurut Dharma (2010:120), evaluasi kinerja adalah dasar dari penilaian

atas tiga elemen kunci suatu kinerja yaitu: kontribusi, kompetensi dan

pengembangan yang berkelanjutan. Penilaian harus berakar pada realitas

karyawan. Penilaian bersifat nyata, bukan abstrak dan memungkinkan manajer

dan individu untuk mengambil pandangan yang positif tentang bagaimana kinerja

bisa menjadi lebih baik dimasa depan dan bagaimana masalah-masalah yang

timbul dalam memenuhi standar dan sasaran kinerja dapat dipecahkan.

Evaluasi kerja diperusahaan atau di instansi pemerintah sebaiknya

dibedakan evaluasinya terhadap pimpinan dan bawahan, serta penilai harus

mengumpulkan data terlebih dahulu melalui pengamatannya terhadap kinerja

karyawan sebagai bukti awal dalam memecahkan permasalahan karyawan yang

bersangkutan dan dapat melindunginya. Selain itu, juga pabila diperlukan

pelaksanaan pelatihan terlebih dahulu dalam memberikan penilaian pada evaluasi

(26)

cocok dan tepat dengan organisasi yang bersangkutan karena sebuah metode yang

tepat di suatu tempat belum tentu cocok dengen tempat lainnya.

Menurut Paul (2001:10), jenis-jenis evaluasi kerja adalah:

1. Evaluasi Kinerja Pengenalan

Evaluasi kinerja pengenalan sering dilakukan antara satu sampai dengan

enam bulan sejak tanggal pengangkatan karyawan untuk menentukan

apakah karyawan tersebut cocok dengan pekerjaannya.

2. Evaluasi Kinerja Tahunan

Evaluasi kinerja tahunan adalah evaluasi yang hampir diperoleh oleh

semua orang yang bekerja diorganisasi. Dokumentasi formal tahunan

mengenai hal-hal yang menonjol ini sangat mempengaruhi keputusan

kepesonaliaan dan akan berakhir menjadi berkas kinerja karyawan (sekali

dan selamanya)

3. Evaluasi Kinerja Khusus

Evaluasi kinerja khusus sama dengan evaluasi kinerja tahunan,

pebedaannya adalah evaluasi ini dilakukan “sesuai kebutuhan” atas

permintaan ketua atau anggota tim. Biasanya, evaluasi ini digunakan

untuk mendukung perubahan status karyawan, seperti untuk meninjau

peran karyawan, perubahan supervisior ataiu pengarahan, penyesuaian

gaji, promosi, dan sebagainya.

4. Tindakan Koreksi

Tindakan koreksi sering disebut sebagai “peringatan”, evaluasi ini

(27)

5. Sesi Umpan Balik

Sesi umpan balik merupakan evaluasi merupakan evaluasi kinerja

ditempat kerja yang bersifat informal, dilakukan selama proses pembinaan

sehari-hari antara ketua dengan anggota tim. Catatan yang diperoleh

selama sesi ini sering dimasukkan dalam berkas keryawan yang terus

dipelihara oleh ketua tim.

6. Laporan Status

Laporan status adalah laporan periodik (misalnya, mingguan, bulanan,

kuartalan) yang biasanya disampaikan kepada manajemen untuk

mendokumentasikan kinerja penting yang menonjol dari individu dan tim.

Untuk dapat memiliki kesempatan berhasil, sasaran dan metodologi

evaluasi kinerja harus berjalan dengan harmonis dengan budaya organisasi atau

diperkenalkan secara sengaja sebagai suatu tujuan bagi perusahaan, bergerak dari

manajemen berdasarkan perintah kearah manajemen sasaran. Manajemen kinerja

dan proses evaluasi kinerja dapat membantu dalam mencapai perubahan kultural

tapi hanya bila perubahan tersebut dikelolah dengan baik dari atas.

Dharma (2010:102), mengemukakan bahwa sasaran evaluasi kinerja

adalah:

a. MeKompetensi: untuk merancang orang dalam meningkatkan kinerja

dan mengembangkan keahlian.

b. Pengembangan: untuk memberitakan dasar untuk mengembangakan

dan memperluas atribut dan kompetensi yang relevan atas peran

(28)

memiliki potensi untuk melakukannya. Pengembangan dapat

difokuskan kepada peran yang dipegang saat ini, mnemungkinkan

orang untuk memperbesar dan memperkaya jangkauan tanggung jawab

mereka dan keahlian yang mereka perluakan dan mendapat imbalan

sebagaimana mestinya.

c. Komunikasi: untuk berfungsi sebagai saluran komunikasi dua arah

tentang peran, sasaran, hubungan, masalah kerja dan aspirasi.

Dari uraian diatas, dapat dsimpulkan bahawa evaluasi kinerja sangat

penting untuk memfokuskan dan mengarahkan karyawan terhadap tujuan strategi

pada penempatan, penggantian perencanaan, dan tujuan pengembangan sumber

daya manusia.

2.4Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Jurnal dan Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Variabel Penelitian

Judul Penelitian Teknik Analisis

Adanya pengaruh positif dan signifikan dari kompetensi karyawan terhadap efektifitas kerja karyawan pada Carrefour Citra Garden Padang Bulan Medan. Dan variabel yang paling dominan adalah variabel Skill (keterampilan). Berdasarkan nilai Adjusted R Square

sebesar 0,571 berarti 57,1 % faktor efektifitas kerja dapat dijelaskan oleh

knowledge (pengetahuan), skill

(keterampilan), dan attitude (sikap). Sedangkan sisanya 42,9% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini seperti akal dan perasaan.

(29)

Bisnis

Purwanto (2003:13) yang menyatakan bahwa apabila cara menyampaikan pesan dan mengembangkan pesan tidak terdapat masalah-masalah dan si penerima juga bisa menerima pesan dan menafsirkan pesan dengan komunikasi yang efektif ini maka kinerja bisnis akan mampu

meningkat karena antara karyawan dan atasan juga antar karyawan lebih mudah mengerti dan memahami pesan yang disampaikan, selain itu pesan yang ingin disampaikan mengenai target perusahaan juga dapat disampaikan dengan tepat sasaran.

3. Fauzillah Salleh dan Zahara Dzulkifli

Hubungan Karyawan dengan pimpinan baik sebesar 26 responden 48,15%. Laporan ini menunjukkan bahwa

pimpinan memiliki hubungan yang sangat baik dengan karyawan semua masalah yang terkait dengan karyawan secara langsung meningkatkan ke manajemen puncak atau bos memecahkan keadaan dan menjaga kemajuan yang baik dan hubungan dengan karyawan, 26 responden 48,15 % adalah keyakinan bahwa pimpinan sangat baik . Hal ini menunjukkan bahwa karyawan benar-benar percaya & tentang keputusan manajemen puncak. Komunikasi dengan atasan/manajemen juga terdaftar dengan baik dengan 24 responden 44,44 % dibandingkan hanya 5 responden 9,26 % yang terdaftar buruk dalam komunikasi. Hal ini adalah komunikasi yang baik antara pimpinan & karyawan. Pengakuan dari manajemen telah didaftarkan baik dengan 23 responden 42,59 % yang merupakan pertanda baik. Karyawan menjadi bangga bahwa upaya mereka sedang diterima. Mereka akan

mendapatkan lebih banyak kepentingan dalam pekerjaan mereka & terus berusaha untuk melakukan lebih banyak upaya . 4. Ayu Brahmasari dan A

(30)

dan kemampuan yang baik maka akan memiliki kinerja yang baik.

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel

yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiono, 2008:89).

Kerangka konseptual bertujuan untuk mengemukakan secara umum mengenai

objek penelitian yang dilakukan dalam kerangka dari variabel yang akan diteliti.

Kerangka konseptual yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah komunikasi

dan kompetensi kerja sebagai variabel X dan Kinerja karyawan sebagai variabel

Y.

Menurut (Purwanto, 2003:20) Komunikasi organisasi adalah suatu proses

komunikasi yang menggunakan media yaitu bahasa atau simbol-simbol yang bisa

digunakan untuk mentrasfer pesan –pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan

melalui proses komunikasi. Apabila cara menyampaikan pesan dan

mengembangkan pesan tidak terdapat masalah-masalah dan si penerima pesan

juga bisa menerima pesan dan menafsirkan pesan dengan komunikasi yang efektif

ini maka kinerja karyawan akan meningkat karena antara karyawan telah mengerti

pesan yang telah disampaikan.

Menurut Spencer (1994) dalam Hutapea dan Thoha (2008:28)

mengungkapkan ada tiga komponen pembentuk kompetensi yang terdiri dari:

pengetahuan (knowledge) merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dalam

(31)

melakukan suatu aktivitas atau pekerjaan, sedangkan Sikap (attitude) merupakan

prilaku pekerja yang muncul pada orang-orang yang bekerja dengan produktif.

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan dilakukan

pengkajian terhadap tiga kelompok variabel yaitu: variabel individu, variabel

organisasi dan variabel psikologis. Adapun variabel individu terdiri dari kemauan

dan keterampilan, latar belakang pribadi dan demografis. Hal ini berkaitan erat

dengan kompetensi individu yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap

yang dimiliki oleh individu tersebut. Sedangkan variabel organisasi terdiri dari

variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.

Dan terakhir variabel psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar,

Kompetensi dan semangat. Hal ini berkaitan erat dengan kemampuan individu

untuk berkomunikasi dan berinteraksi dalam perusahaan.

Dari penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa komunikasi dan

kompetensi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan.

Kemampuan dalam berkomunikasi dan kompetensi kerja karyawan merupakan

faktor yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja karyawan. Dengan

sumber daya manusia yang mampu berkomunikasi dengan baik dan kompeten

akan menghasilkan hasil yang positif yang sangat besar terhadap peningkatan

kinerja karyawan, tanpa adanya kecakapan karyawan dalam berkomunikasi dan

adanya kompetensi kerja yang baik maka target dalam perusahaan akan sulit

(32)

Sumber : Purwanto (2003), Hutapea dan Thoha (2008), Hasibuan (2003), Ilyas (2002) Data diolah

Gambar 2.1 Kerangka konseptual 2.6 Hipotesis

Menurut Kerlinger (2003:30), hipotesis adalah pernyataan tentang

hubungan antara dua variabel atau lebih dengan kata lain hipotesis merupakan

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian berdasarkan teori yang

ada.

Berdasarkan perumusan masalah maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah: “Komunikasi dan kompetensi kerja mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara III

(Persero) Medan”.

Komunikasi (X1)

Kompetensi kerja (X2)

Gambar

Tabel 2.1 Jurnal dan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria

• Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang mengurutkan dan menuliskan urutan peristiwa pada teks (Bahasa Indonesia KD 3.8 dan 4.8) serta

Sebagai tambahan, untuk mengetahui bahwa proses replikasi telah berhasil dengan baik—di mana server slave siap mengejar operasi penulisan pada server master,

12.00 WIB, Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Sekretariat Negara Tahun Anggaran 2012 telah mengadakan Rapat Pemberian

Air Merupakan Komposisi Yang Penting Dalam Hidup, Air Merupakan Sumber Dari Segala Kehidupan, Bumi Yang Kita Tahu Sebagai Tempat Tinggal Umat Manusia Dan Makhluk

Ikan kalauna ( Panirus sp ) yang tertangkap didominasi oleh ikan yang sudah berumur dewasa dan memasuki umur tangkap sehinga dapat dikatakan bahwa bagan apung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) hasil belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan alat peraga sederhana lebih baik

Tindak pidana penggelapan premi asuransi sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Asuransi tidak dapat dilepaskan dari rumusan tindak pidana