• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hasil Penilaian Kinerja Terhadap Kebutuhan Pelatihan Perawat Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Hasil Penilaian Kinerja Terhadap Kebutuhan Pelatihan Perawat Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS HASIL PENILAIAN KINERJA TERHADAP

KEBUTUHAN PELATIHAN PERAWAT PADA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA PADANGSIDIMPUAN

OLEH

LANGGA SARI NASUTION

110521125

PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN EKSTENSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis hasil penilaian kinerja terhadap perencanaan kebutuhan pelatihan perawat pada rumah sakit umum daerah kota Padangsidimpuan.

Jenis peneltian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan wawancara dan studi dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan. Dan yang dijadikan sampel berjumlah 48 orang.

Hasil penelitian melalui wawancara dengan panduan kuesioner menunjukkan hasil penilaian kinerja perawat berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 43,8%. Dan Kebutuhan pelatihan perawat berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 47,9%.

(3)

ABSTRACT

The purpose of this research is to investigate and analyze of the performance assessment result of training needs of nurses in

Type of this research is qualitative research

general hospital Padangsidimpuan city.

. This research was conducted using qualitative description method with interviews and documentation study. The population in this research is nurses in general hospital Padangsdimpuan city. And is used as the sample is totaling 48 people.

The result of this research by using interviews with questionnaire guides showed performance assessment result in enough category for 43,8. And training needs in enough category for 47,9%.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadiran Allah SWT karena dengan berkat dan

rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Skripsi ini

berjudul “Analisis Hasil Penilaian Kinerja Terhadap Kebutuhan Pelatihan Perawat

Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan”.

Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang tidak

terhingga kepada kedua orang tua peneliti, Bapak Salam Abidin Nasution dan Ibu Alm. Anglerina Hasibuan. Terima kasih buat doa, kasih, nasehat, kerja keras, semangat yang diberi.

Peneliti juga telah memperoleh banyak masukan, bimbingan, nasehat,

motivasi dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti ingin

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec., Ak. sebagai Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E., M.E., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si, selaku Sekretaris Departemen S1 Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si, selaku Ketua Program Studi

(5)

5. Ibu Dra. Komariah Pandia, MSi, selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan ilmu dan waktunya yang berharga untuk membimbing dan

mengarahkan peneliti dalam proses penelitian serta penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Ulfah, MS, selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan

waktu, saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Terima kasih kepada Abang-abang dan kakak-kakak tercinta yang selalu

mendukung dalam suka dan duka.

8. Terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik Yeyen, Risa, Marlina, Agung

Fitri, dan Riskha yang selalu ada untuk berbagi untuk cerita, canda tawa dan

semangat yang selalu diberi walaupun jauh tetap terasa dekat dihati.

9. Dan tidak lupa terima kasih kepada teman-teman tersayang Eda Armi, Eda

Laila, Tika, Sulastri, Tiwi, Risma, Rani, Desi, Reza, Rudi, Johanes, Taufik,

Robi, Bang Dika, Joker, Wiro, Wina, Bang Nicko, yang mau meluangkan

waktunya untuk membantu memberi masukan dalam pengerjaan skripsi ini

dan seluruh teman-teman manajemen ekstensi 2011 yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu.

Akhir kata, peneliti berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan peneliti

sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna

menyempurnakan skripsi ini.

Medan, Agustus 2013

Peneliti

(6)
(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANN ... 42

4.1 Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 42

4.2 Hasil Analisis ... 50

4.3 Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 1.1 Standar Penilaian Kinerja Pegawai RSUD Kota

Padangsidimpuan ... 4

1.2 Penilaian Kinerja Seluruh Perawat RSUD Kota Padangsidimpuan ... 4

3.1 Oprasional Variabel Pnlitian ... 34

3.2 Data Perawat RSUD Kota Padangsidimpuan ... 36

4.1 Karakteristik Informan Berdasarkan usia ... 48

4.2 karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikian ... 49

4.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pertanyaan Hasil Penilaian Kinerja ... 50

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Hasil Penilaian Kinerja ... 54

4.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pertanyaan Kebutuhan Pelatihan ... 54

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis hasil penilaian kinerja terhadap perencanaan kebutuhan pelatihan perawat pada rumah sakit umum daerah kota Padangsidimpuan.

Jenis peneltian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan wawancara dan studi dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan. Dan yang dijadikan sampel berjumlah 48 orang.

Hasil penelitian melalui wawancara dengan panduan kuesioner menunjukkan hasil penilaian kinerja perawat berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 43,8%. Dan Kebutuhan pelatihan perawat berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 47,9%.

(12)

ABSTRACT

The purpose of this research is to investigate and analyze of the performance assessment result of training needs of nurses in

Type of this research is qualitative research

general hospital Padangsidimpuan city.

. This research was conducted using qualitative description method with interviews and documentation study. The population in this research is nurses in general hospital Padangsdimpuan city. And is used as the sample is totaling 48 people.

The result of this research by using interviews with questionnaire guides showed performance assessment result in enough category for 43,8. And training needs in enough category for 47,9%.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu organisasi atau instansi yang bergerak di bidang produksi barang

maupun jasa pasti memiliki tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap

organisasi harus mempersiapkan sumber daya yang dimilikinya untuk

melaksanakan kegiatan organisasi secara efektif dan efisien. Salah satu sumber

daya terpenting adalah sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk

mendapatkan karyawan sebagai sumber daya manusia yang berkualitas, maka

karyawan harus menguasai pekerjaan dan terampil dalam bekerja, sehingga

kinerjanya sesuai dengan target yang diharapkan perusahaan.

Menurut Rivai (2009 : 309), kinerja adalah “perilaku nyata yang

ditampilkan oleh setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan karyawan

sesuai dengan perannya di dalam perusahaan”. Sedangkan Smith (2008 : 29)

berpendapat bahwa “kinerja berhubungan dengan tiga aspek pokok yaitu perilaku,

hasil dan efektivitas organisasi.

Perkembangan suatu perusahaan dapat dilihat dengan melakukan penilaian

kinerja karyawan. Penilaian kinerja digunakan sebagai instrument untuk

mengendalikan perilaku karyawan, membuat keputusan mengenai gaji, dan

penempatan karyawan. Sasaran dari penilaian kinerja tersebut adalah kecakapan dan kemampuan karyawan dalam melaksanakan tugas yang dievaluasi dengan

menggunakan tolak ukur tertentu secara objektif dan dilakukan secara berkala.

(14)

terhadap kinerja yang diukur. Standar yang dibuat harus berhubungan dengan

jenis pekerjaan yang akan diukur dan hasil yang diharapkan akan terlihat dengan

adanya penilaian kinerja ini.

Dari hasil penilaian kinerja dapat diketahui apakah kinerja karyawan sudah

sesuai dengan yang diharapkan atau di bawah target yang telah ditentukan.

Apabila kinerja sesuai dengan yang diharapkan berarti karyawan telah memiliki

kinerja yang sudah ditentukan. Sebaliknya apabila kinerja di bawah target yang

ditentukan berarti hal ini disebabkan ketidakmampuan karyawan dalam mencapai

target yang sudah ditentukan. Maka perusahaan perlu membuat suatu program

pelatihan untuk mendukung kemampuan karyawan dalam bekerja. Pelatihan

adalah “suatu cara yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan

keterampilan yang dibutuhkan melaksanakan pekerjaan (Panggabean, 2004 : 11).

Pelatihan harus dirancang sesuai dengan kebutuhan agar pelatihan yang diberikan

tepat sasaran dan menghindari kegiatan pelatihan yang tidak perlu.

Menurut Ruky (2001 : 165) kebutuhan pelatihan adalah “sebuah

kesenjangan antara tingkat kompetensi yang diharapkan dengan yang sudah

dimiliki”. Menurut Rivai (2009 : 233) kebutuhan pelatihan diperlukan “untuk

memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau sikap

dengan masing-masing kadar yang bervariasi”. Perusahaan atau instansi harus

mampu mengidentifikasi kebutuhan pelatihan yang diperlukan oleh pegawai

untuk meningkatkan pemahaman akan tugas dan jabatan, keterampilan, keahlian

dan kinerja para pegawai sehingga berdampak pada prestasi kerja yang

(15)

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan adalah salah satu

rumah sakit milik Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara yang dikelola oleh

Pemerintah Kota Padangsidimpuan, yang berstatus Kelas B memiliki kewajiban

memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat dalam rangka

memajukan kesejahteraan masyarakat umum. Rumah Sakit Umum Kota

Padangsidimpuan memiliki pegawai-pegawai yang tergolong ke dalam tenaga

medis dokter, tenaga paramedis perawatan, tenaga paramedis non perawatan dan

tenaga non medis.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan perlu memperhatikan

kinerja pegawai yang optimal agar dapat menambah kepercayaan masyarakat atas

pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan. Kepercayaan ini

sangatlah penting, mengingat masyarakat merupakan pengguna jasanya. Dengan

adanya kepercayaan masyarakat terhadap Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan akan berdampak pada pendapatan maupun nama baik Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan dengan misi rumah

sakit umum yang diminati oleh masyarakat, dalam mempertahankan kelangsungan

dan perkembangannya tidak terlepas dari peran sumber daya manusia. Oleh

karena itu, rumah sakit perlu memperhatikan aspek pengembangan sumber daya

manusia melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan

keahlian yang diperlukan untuk bekerja. Dengan adanya pelatihan diharapkan

kesenjangan yang timbul antara kemampuan yang diharapkan rumah sakit dengan

(16)

Untuk mengetahui tingkat perkembangan kinerja Pegawai Rumah Sakit

Umum Kota Padangsidimpuan, dapat dilihat dari hasil penilaian kinerja yang

dialakukan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan terhadap

kinerja pegawai paramedis perawatan secara keseluruhan, seperti pada Tabel 1.1

berikut :

Tabel 1.1

Standar Penilaian Kinerja Pegawai RSUD Kota Padangsidimpuan Pada Tahun 2010-2012

Peringkat Kategori Skala Penilaian

A Amat Baik 91 – 100

B Baik 76 - 90

C Cukup 61 - 75

D Sedang 51 - 60

E Kurang < 51

Sumber : RSUD Kota Padangsidimpuan (2013)

Tabel 1.2

Penilaian Kinerja Seluruh Perawat RSUD Kota Padangsidimpuan Pada Tahun 2010 – 2012

Sumber : RSUD Kota Padangsidimpuan, diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 1.2 menunjukkan perbandingan persentase penilaian

kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan dari tahun

2010 sampai 2012 mengalami kenaikan dan penurunan pada kategori penilaian.

Dari Tabel standar penilain kinerja tersebut dapat diketahui bahwa dari tahun

Peringkat Kategori Skala

Penilaian

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

(17)

2010 sampai tahun 2012, kinerja Pegawai Keperawatan Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Padangsidimpuan selama 3 tahun terakhir dari tahun 2010 sampai

dengan tahun 2012 berada pada kategori cukup dan baik. Kenaikan dikarenakan

kinerja perawat memenuhi standar penilaian yang telah ditetapkan. Penurunan

ini dikarenakan kinerja perawat yang tidak mampu memenuhi standar penilaian

yang telah ditetapkan. Dalam hal ini Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan membutuhkan program pelatihan yang lebih baik lagi untuk

meningkatkan kemampuan dan pengetahuan perawat dalam menjalankan tugasnya

dengan baik dan masyarakat merasa puas akan pelayanan yang didapatkannya.

Pelaksanaan penilaian kinerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan berpedoman pada Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1979

tentang penilaian kinerja pegawai negeri sipil. Hasil penilaian dituangkan dalam

suatu daftar yang disebut dengan DP3 atau Daftar Penilaian Pelaksanaan

Pekerjaan. Nilai yang dicantumkan dalam DP3 mempunyai arti penting bagi

setiap bawahan, karena menurut Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1979 sebagai

bahan pertimbangan kenaikan pangkat dan penempatan dalam jabatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian

dengan judul “Analisis Hasil Penilaian Kinerja Terhadap Kebutuhan Pelatihan Perawat Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan”.

1.2 Perumusan Masalah

Pada kenyataannya kemampuan dan keterampilan yang dimiliki karyawan

(18)

pengembangan sumber daya manusia yang diimplementasikan dalam bentuk

pelatihan tidak dilakukan secara benar, hanya menghabiskan anggaran yang

disediakan, dan program yang dilakukan tidak berdasarkan analisis kebutuhan

pelatihan. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pelatihan, sebaiknya terlebih

dahulu diadakan penilaian kinerja dan identifikasi kebutuhan pelatihan, agar

pelatihan nantinya tepat dan sesuai kepada siapa yang membutuhkannya serta

alokasi dana program kebutuhan dan efektifitas dalam pelaksanaan pelatihan.

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Hasil Penilaian Kinerja Terhadap Kebutuhan Pelatihan Perawat Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis hasil penilaian kinerja terhadap kebutuhan pelatihan Perawat Pada

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada Rumah Sakit Umum

Daerah Padangsidimpuan untuk menyusun kebijakan dalam upaya

(19)

2. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori –

teori yang penulis dapatkan dalam perkuliahan dan memperdalam pengetahuan

serta menambah wawasan di bidang Manajemen Sumber Daya Manusia yang

khususnya menyangkut dengan penilaian kinerja dan kebutuhan pelatihan.

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang dapat menjadi bahan

perbandingan dalam melakukan penelitian pada bidang yang sama di masa

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Kinerja

Menurut Hasibuan (2003 :86) kinerja adalah “hasil kerja nyata dan

standard kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan”. Kinerja

pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja

karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi

kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun

kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi

(Mathis dan Jackson, 2002 : 78).

Kinerja adalah hasil yang dicapai sseseorang karyawan baik secara

kuantitas dan kualitas sesuai dengan ukuran yang berlaku pada pekerjaan yang

bersangkutan, Meningkatnya kinerja perorangan maka kemungkinan besar juga

akan meningkatkan kinerja perusahaan karena keduanya mempunyai hubungan

yang erat. Oleh karena itu setiap karyawan diharapkan memberi hasil kerja yang

baik agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

Berdasarkan keseluruhan defenisi di atas dapat dilihat bahwa kinerja

karyawan merupakan output dari penggabungan faktor-faktor yang penting yakni

kemampuan dan minat, penerimaan karyawan atas penjelasan delegasi tugas dan

peran serta tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi faktor-faktor di atas,

(21)

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Gibson (2008 : 6) menyatakan terdapat tiga kelompok variabel yang

mempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu:

1. Variabel Individu, yang meliputi kemampuan dan keterampilan, fisik

maupun mental, latar belakang, pengalaman dan demografi, umur dan jenis

kelamin, asal usul sebagainya. Kemapuan dan keterampilan merupakan

faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu kinerja individu sedangkan

demografi mempunyai hubungan tidak langsung pada perilaku dan kinerja.

2. Variabel Organisasi, yakni dukungan yang didapatkan karyawan dari

organisasi tempat karyawan tersebut bekerja, yang meliputi pengembangan

sumber daya, kepemimpinan, imbalan, standar kinerja, struktur dan desain

pekerjaan.

3. Variabel Psikologis atau Jabatan, yakni tingkat usaha yang dicurahkan

karyawan yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan tersebut, yang

meliputi persepsi, sikap, kehadiran, etika kerja, kepribadian dan belajar

merupakan hal yang komplek dan sulit diukur serta kesempatan tentang

pengertiannya sukar dicapai karena seseorang individu masuk dan bergabung

ke dalam suatu organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang, budaya dan

(22)

Mathis dan Jackson (2002 : 180) menyatakan bahwa banyak faktor yang

mempengaruhi kinerja dari individu yaitu:

1. Kualitas Kerja adalah kerapian, ketelitian, keterkaitan hasil dengan tidak

mengabaikan volume kerja untuk menghindari kesalahan dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan.

2. Kuantitas Kerja adalah volume kerja yang dihasilkan di bawah kondisi

normal yang menunjukkann banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan dalam

mencapai efektivitas yang sesuai dengan tujuan perusahaan.

3. Pemanfaatan Waktu yaitu penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan

kebijaksanaan dari perusahaan untuk mencapai ketepatan waktu dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan.

4. Kemampuan Bekerja Sama yaitu di mana karyawan dapat melakukan

pekerjaannya dengan karyawan lainnya atau kelompoknya dalam

menyelesaikan pekerjaannya.

2.1.3. Penilaian Kinerja

Menurut Mathis dan Jackson (2002 :382) Penilaian Kinerja adalah “proses

mengevaluasi seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan mereka jika

dibandingkan dengan seperangkat standard dan kemudian mengkomunikasikan

informasi tersebut kepada karyawan”. Penilaian kinerja merupakan evaluasi yang

sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan

(Mangkunegara, 2006 :10).”

Menurut Bangun (2012 : 231) Penilaian kinerja adalah “proses yang

(23)

dalam melaksanakan tugasnya”. Penilaian kinerja adalah salah satu tugas penting

untuk dilakukan oleh seorang manajer atau pimpinan. Walaupun demikian,

pelaksanaan kinerja yang objektif bukanlah tugas yang sederhana. Penilaian harus

dihindari adanya “like dan dislike” dari penilai, agar objektifitas penilai dapat terjaga.Kegiatan penilai ini penting karena dapat digunakan unutk memperbaiki

keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para

karyawan tentang kinerja mereka.

Penilaian kinerja dapat menjadi sumber informasi utama dan umpan balik

untuk karyawan, yang merupakan kunci pengembagan bagi mereka di masa

mendatang.Di saat atasan mengidentifikasi kelemahan, potensi dan kebutuhan

pelatihan melalui umpan balik penilaian kinerja. Mereka dapat memberitahu

karyawan mengenai kemajuan mereka, mendiskusikan keterampilan apa yang

perlu mereka kembangkan dan melaksanakan perencanaan pengembangan

(Malthis dan Jackson, 2002 : 83).

2.1.4. Tujuan Dan Kegunaan Penilaian Kinerja

Tujuan dan kegunaaan penilaian kinerja adalah sebagia bahan

pertimbangan bagi pihak manajemen dalam pertimbangan pengambilan keputusan

terhadap karyawan. Baik keputusan perbaikan kelemahan karyawan dalam proses

pengembangan , promosi jabatan, pemberian penghargaan dan kompensasi.

Menurut Hasibuan (2003 : 89), tujuan dan kegunaan penilaian kinerja

(prestasi kerja) karyawan adalah sebagai berikut:

1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi,

(24)

2. Untuk mengukur prestasi kerja, yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses

dalam pekerjaannya.

3. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan pelatihan bagi karyawan dala

organisasi.

4. Sebagai kriteria dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan.

5. Sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan personel dan

dengan demikian bisa sebagai bahan pertimbangan agar bisa diikutsertakan

dalam program latihan kerja tambahan.

6. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan di dalam

perusahaan, seperti keefektivan jadwal kerja, metode kerja, struktur

organisasi, gaya pengawasan, uraian pekerjaan, kondisi kerja, dan peralatan

kerja.

2.1.5. Elemen Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja yang baik adalah mampu untuk menciptakan gambaran

yang tepat mengenai kinerja pegawai yang dinilai. Penilaian tidak hanya

ditujukan untuk menilai dan memperbaiki kinerja yang buruk, namun juga tidak

mendorong para pegawai untuk bekerja lebih baik lagi. Berkaitan dengan hal ini,

penilaian kinerja membutuhkan standar pengukuran, cara penilaian dan analisa

data hasil pengukuran, serta tindak lanjut atas hasil pengukuran. Elemen-elemen

utama dalam sistem penilaian kinerja adalah:

1. Standar Penilaian

Penilaian kinerja sangat membutuhkan standar yang jelas untuk

(25)

yang dibuat tentu saja harus berhubungan dengan jenis pekerjaan yang akan

diukur dan hasil yang diharapkan akan terlihat dengan adanya penilaian kinerja

ini.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun standar penilain

kinerja yang baik dan benar yaitu:

a. Validity adalah keabsahan standar tersebut sesuai dengan jenis pekerjaan yang dinilai. Keabsahan yang dimaksud di sini adalah standar tersebut

memang benar-benar sesuai atau relevan dengan jenis pekerjaan yang akan

dinilai tersebut.

b. Agreement berarti persetujuan, yakni standar penilaian tersebut disetujui dan diterima oleh semua pegawai yang akan mendapat penilaian. Ini

berkaitan dengan prinsip validity di atas.

c. Realism bearti standar penialain tersebut bersifat realistis, dapat dicapai oleh para pegawai dan sesuai dengan kemampuan pegawai.

d. Objectivity berarti standar tersebut bersifat obyektif, yakni adil, mampu mencerminkan keadaan yang sebenarnya tanpa menambah atau

mengurangi kenyataan yang ada.

2. Faktor-faktor Penilaian Kinerja

Faktor-faktor penilaian kinerja dapat dilihat melalui beberapa dimensi

berikut sebagai beikut:

a. Tingkat Kedisiplinan

Tingkat kedisiplinan karyawan sebagai suatu bentuk pemenuhan kebutuhan

(26)

dalam penilaian terhadap ketidakhadiran, keterlambatan dan lama waktu

kerja.

b. Tingkat Kemampuan

Tingkat kemampuan karyawan sebagai suatu bentuk pemenuhan kebutuhan

organisasi untuk memperoleh hasil penyelesaian tugas yang terandalkan,

baik dari sisi kuantitas maupun kualitas kinerja yang harus dicapai oleh

seorang karyawan.

c. Sikap dan Perilaku

Sikap dan perilaku di luar persyaratan-persyaratan tugas formal untuk

meningkatkan efektivitas organisasi, antara lain dalam bentuk kerja sama,

tindakan protektif, gagasan-gagasan yang konstruktif dan kreatif, pelatihan

diri serta sikap-sikap lainnya yang menguntungkan organisasi

3. Unsur-Unsur Yang Dinilai Dalam Penilaian Kinerja

Ada beberapa unsur yang yang dinilai dalam penilaian atau prestasi kerja

karyawan. Menurut Hasibuan (2003 : 95) ada beberapa unsur penilaian kinerja

meliputi:

a. Kesetiaan

Penilaian menilai kesetiaan pekerja terhadap pekerjaannya, jabatannya dan

organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga

dan membela organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dan rongrongan

(27)

b. Prestasi Kerja

Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat

dihasilkan oleh karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya.

c. Kejujuran

Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi

perjanjian baik bagi dirinya maupun bagi dirinya maupun orang lain seperti

kepada bawahannya.

d. Kedisiplinan

Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan

yang ada dan mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang

diberikan kepadanya.

e. Kerja sama

Penialai menilai kesediaan karyawan berpartisivasi dan bekerja sama

dengan karyawan lainnya vertikal atau horizontal di dalam maupun di luar

pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.

f. Kepemimpinan

Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai

pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa dan dapat memotivasi orang lain

atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.

g. Prakarsa

Penilai menilai kemampuan berfikir yang original dan berdasrkan inisiatif

(28)

mendapatkan kesimpulan dan membuat keputusan penyelesaian masalah

yang dihadapinya.

h. Tanggung Jawab

Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggung jawabkan

kebijaksaannya, pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang

digunakan, perilaku dan hasil kerja bawahannya.

2.1.6. Metode Penilaian Kinerja

Menurut Hasibuan (2003 : 97), metode penilaian kinerja karyawan pada

dasarnya dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Metode Tradisional

Metode ini adalah metode paling tua dan paling sederhana untuk menilai

prestasi karyawan dan diterapkan secara tidak sistematis maupun dengan

sistematis. Yang termasuk dalam metode tradisional adalah:

a. Rating Scale

Metode dengan menilai kinerja dengan skala untuk mengukur

faktor-faktor kinerja. Misalnya dalam mengukur tingkat inisiatif dan tanggung

jawab karyawan.

b. Alternative Ranking

Metode ini adalah metode penilaian dengan cara mengurutkan peringakat

karyawan mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi atau sebaliknya.

c. Paired Comparation

Meetode ini dilakukan dengan melakukan perbandingan antara seorang

(29)

d. Employee Comparation

Metode ini dilakukan dengan membandingkan seorang karyawan dengan

karyawan lainnya.

e. Cheklist

Metode ini sebenarnya tidak menilai tetapi hanya memberikan masukan

bagi personalia dengan memberikan gambaran beberapa kalimat.

f. Freeform Essay

Dalam metode ini seorang penilai harus membuat karangan yang

berkenaan dengan karyawan yang sedang dinilai.

g. Critical Incident

dalam metode ini penilaian tentang tingkah laku dicatat dan dimasukkan

ke dalam buku catatan khusus tentang berbagai katagori tingakh laku.

2. Metode Modren

Metode penilaian ini merupakan perkembangan dari metode tradisional,

yang termasuk dalam katagori ini adalah:

a. Assesment Centre

Metode ini dilakukan dengan pembentukan tim khusus bisa dari luar

maupun dalam organisasi. Cara penilaiannya adalah dengan wawancara,

permainan bisnis, dan lain-lain.

b. Management by Objective (MBO)

Dalam metode ini karyawan ikutserta dalam perumusan dan pemutusan

(30)

menentukan sasarannya masing-masing yag ditekankan pada pencapaian

target.

c. Human Asset Accounting

Metode ini dilakukan dengan dengan menilai faktor sebagain individu

modal jangka panjang sehingga sumber tenaga kerja dinilai dengan cara

membandingkan dengan variabel-variabel yang dapat memenuhi

keberhasilan organisasi. Jika biaya untuk tenga kerja meningkat

mengakibatkan laba pun meningkat.Maka peningkatan tenaga kerja

tersebut telah berhasil.

2.1.7. Evaluasi Penilaian Kinerja

Evaluasi penilaian kinerja adalah proses pemberian umpan balik kepada

karyawan setelah dinilai. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan antara lain:

1. Evaluasi interview

Memberikan umpan balik dengan memperliatkan perbandingan kerja masa

lalu dan potensi masa depan.

2. Tell and listen method

Memberikan karyawan kesempatan untuk memberikan alasan,,

mempertahankan apa yang sudah dikerjakannya, dan mencoba

memberikan bimbingan untuk perilaku yang lebih baik.

3. Problem solving approach

Mengatasi permasalahan karyawan dalam pekerjaannya dengan

(31)

4. Tell and sell approach

Memperlihatkan hasil pekerjaan karyawan dan menyakinkan karyawan

tersebut untuk berperilaku lebih baik.

2.1.8. Pengertian Pelatihan

Menurut Panggabean (2004 : 41) bahwa pelatihan adalah “sebagai suatu

cara yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan keterampilan yang

dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaannya sekarang.”

Menurut Rivai (2009 : 226) pelatihan adalah “sebagai bagian pendidikan

yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan

keterampilan di luar system pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif

singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktik daripada teori.

Pelatihan diberikan untuk membantu karyawan mempelajari pengetahuan

yang akan meningkatkan keterampilan mereka. Jadi apabila keterampilan

karyawan meningkat maka kinerjanya pun akan menjadi lebih baik. Dengan

demikian pelatihan merupakan suatu hal penting dalam perusahaan untuk

mendapatkan karyawan yang berkualitas untuk mencapai tujuan perusahaan.

2.1.9. Tujuan Pelatihan

Menurut Panggabean (2004 : 41) pada umumnya, pelatihan dilakukan

untuk kepentingan karyawan, perusahaan dan konsumen.

1. Bagi Karyawan

(32)

b. Meningkatkan moral karyawan.

Dengan keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan pekerjaannya maka

karyawan tersebut lebih antusias untuk menyelesaikan pekerjaannya

dengan baik.

c. Memperbaiki kinerja.

Dengan adanya pelatihan maka karyawan dapat memperbaiki

kelemahan-kelemahannya karena telah mendapatkan pengetahuan yang meningkatkan

keterampilannya. Jadi apabila keterampilannya meningkat maka kinerja

pun akan lebih baik.

d. Peningkatan karier karyawan

Dengan adanya pelatihan kesempatan untuk meningkatkan karier menjadi

lebih besar karena keahlian dan keterampilan yang menyebabkan prestasi

kerja meningkat.

2. Bagi Perusahaan

a. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan perencanaan sumber daya manusia.

Dengan pelatihan perusahaan melakukan upaya besama untuk secara

benar mendapatkan sumber daya manusia yang memenuhi kebutuhan

perusahaan.

b. Penghematan.

Pelatihan dapat mengurangi biaya produksi karena pelatihan dimaksudkan

untuk meningkatkan keterampilan karyawan. Jika karyawan lebih

terampil, maka nekerja lebih cepat selesai dan penggunaan bahan baku

(33)

c. Memperkuat komitmen karyawan

Organisasi yang gagal menyediakan pelatihan akan kehilangan karyawan

yangberorientasi pencapaian yang merasa frustasi karena merasa tidak ada

kesempatan untuk promosi dan akhirnya memilih keluar untuk mencari

perusahaan lain yang menyediakan pelatihan bagi kemajuan karier

mereka.

3. Bagi Konsumen

a. Konsumen akan mendapatkan produk dan jasa yang lebih baik dalam hal

kualitas dan kuantitas.

b. Meningkatkan pelayanan karena pemberian pelayanan yang baik

merupakan daya tarik yang sangat penting bagi rekanan perusahaan yang

bersangkutan.

2.1.10.Sistem Pelatihan

Menurut Mathis dan Jackson ( 2002 : 20) tahap-tahap dalam pelatihan

adalah sebagai berikut:

1. Tahap Penilaian

Pelatihan dirancang untuk membantu organisasi mencapai tujuan-tujuannya.

Menentukan kebutuhan pelatihan dalam organisasi memerlukan tahap

diagnosik dalam menyusun tujuan-tujuan pelatihan. Untuk dapat

mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan, maka ada tiga hal yang harus

(34)

a. Analisa Organisasi

Merupakan cara pertama untuk mendiagnosis kebutuhan pelatihan.

Sumber informasi yang spesifik dan pengukuran operasional untuk

kebutuhan pelatihan organisasi yaitu berupa keluhan, catatan kecelakaan

kerja, observasi, wawancara perpisahan, pengaduan dari konsumen, data

quality control dan lainnya b. Analisa Tugas

Untuk melakukan analisis ini, penting untuk mengetahui persyaratan

pekerjaan dalam organisasi. Deskripsi pekerjaan serta spesifikasi

pekerjaan menyediakan informasi bagi kinerja yang diharapkan dan

keterampilan yang dibutuhkan bagi karyawan untuk berhasil melakukan

pekerjaan. Dengan membandingkan persyaratan pekerjaan dengan

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan karyawan serta kebutuhan

pelatihan akan dapat diidentifikasi.

c. Analisa Individual

Dalam analisis ini, diagnosis kebutuhan pelatihan adalah dengan

memfokuskan pada individu-individu dan bagaimana mereka melakukan

pekerjaan mereka. Sumber-sumber yang bermanfaat bagi analisis ini

adalah melalui kuesioner, alat pengetahuan kerja, tes keterampilan, survey

sikap, data-data dari pusat penilaian karyawan, dan lainnya.

Setelah kebutuhan pelatihan telah diidentifikasikan dengan menggunakan

berbagai analisi, kemudian prioritas serta tujuan pelatihan harus ditentukan.

(35)

yang mengidentifikasikan jarak antara organisasi berada dengan kemampuan para

karyawannya. Prioritas serta tujuan pelatihan disusun untuk menutupi jarak

perbedaan tersebut. Tujuan pelatihan dapat dibuat dengan menggunakan salah

satu dari keempat dimensi yaitu kuantitas pekerjaan, kualitas pekerjaan, batasan

waktu dari pekerjaan dan penghematan biaya.

2. Tahap Implementasi

Pada saat tujuan telah ditetapkan, pelatihan dapat dimulai. Metode atau

teknik yang tepat adalah hal terpenting.

Menurut Panggabean (2004 : 42) pada dasarnya metode pelatihan dapat

dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu: on the job training dan off the job training

a. On the job training

Pelatihan pada karyawan untuk mempelajari bidang pekerjaannya di

tempat kerja yang sebenarnya. Beberapa bentuk pelatihan on the job training yaitu:

1. Couching atau inderstudy

Teknik pelatihan dan pengembangan dengan melakukan praktik

langsung dengan atasan atau karyawan yang berpengalaman.

Metode ini dapat menjalin kekompakan dan hubungan antara atasan

(36)

2. Program Magang

Program yang mengkombinasikan antara pelajaran di kelas dengan

praktik di tempat kerja setelah beberapa teori diberikan kepada

karyawan.

3. Rotasi Pekerjaan

Proses perpindahan karyawan dari satu bagian pekerjaan ke bagian

pekerjaan lain dalam waktu yang telah direncanakan.

b. Off the job training

Pelatihan yang menggunakan situasi di luar pekerjaan, karena individu

yang dilatih dengan cepat seperti halnya dalam penguasaan pekerjaan.

Beberapa bentuk pelatihan off the job training, yaitu: 1. Vestibule training

Pelatihan dilakukan di tempat yang dibuat seperti tempat kerja yang

sesungguhnya dan dilengkapi fasilitas peralatan yang sama dengan

pekerjaan sesungguhnya.

2. Studi kasus

Teknik ini dilakukan dengan memberi sebuah atau beberapa kasus

maajemen untuk dipecahkan dan didiskusikan di kelompok atau tim di

mana masing-masing tim akan saling berinteraksi dengan anggota tim

(37)

3. Role Playing

Teknik pelatihan ini dilakukan seperti simulasi dimana peserta

memerankan jabatan atau posisi tertentu untuk bertindak dalam situasi

yang khusus.

4. Seminar

Metode ini bertujuan mengembangkan kecakapan peserta untuk

menilai dan memberi saran-saran mengenai tanggapan orang lain.

3. Tahap evaluasi

Evaluasi pelatihan adalah membandingkan hasil-hasil sesudah pelatihan pada

tujuan-tujuan yang diharapkan oleh atasan. Pelatih dan peserta pelatihan.

Ada empat tingkatan evaluasi atau penilain pelatihan yaitu:

a. Reaksi

Menilai tingkat reaksi peserta pelatihan dengan melakukan wawancara

atau melakukan wawancara atau dengan memberikan kuesioner kepada

peserta pelatihan.

b. Pembelajaran

Evaluasi dilakukan dengan mengukur seberapa baik peserta pelatihan

telah mempelajari fakta, ide, konsep, teori dan sikap dengan

membandingkan hasil sebelum dan setelah pelatihan.

c. Perilaku

Mengevaluasi pelatihan dalam tingkat perilaku melibatkan pengukuran

dari pengaruh pelatihan terhadap kinerja melalui wawancara kepada

(38)

d. Hasil

Atasan menilai hasil-hasil kerja dengan mengukur pengaruh pelatihan

terhadap pencapaian tujuan organisasi. Jenis evaluasi ini dapat dilakukan

dengan membandingkan data-data sebelum dan setelah pelatihan.

2.1.11.Kebutuhan Pelatihan

Analisa kebutuhan pelatihan sangat penting karena di samping menjadi

landasan kegiatan selanjutnya seperti pemilihan metode pelatihan yang tepat,

biaya pelatihannya tidak murah sehingga jika pelatihan tidak sesuai dengan

kebutuhan, selain tidak meningkatkan kemampuan organisasi juga akan

menghabiskan banyak biaya. Menurut Ruky ( 2001 : 165 ) Kebutuhan pelatihan

adalah sebuah kesenjangan antara tingkat kompetensi yang diharapkan dengan

yang sudah dimiliki. Kebutuhan pelatihan dapat ditentukan dengan melalui teknik

wawancara, mengedarkan kuesioner dan mengadakan tes.

Menurut Rivai (2009 : 233) kebutuhan dapat digolongkan menjadi:

1. Kebutuhan memenuhi tuntutan sekarang

Kebutuhan ini biasanya dapat dikenali dari prestasi karyawannya yang tidak

sesuai dengan standar hasil kerja yang dituntut pada jabatan tersebut dan

masalah ini dapat dipecahkan dengan memberikan pelatihan.

2. Memenuhi kebutuhan tuntutan jabatan lainnya

Kebutuhan ini dapat dilakukan dengan rotasi jabatan dimana salah satu

tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman kerja serta

(39)

3. Untuk memenuhi tuntutan perubahan

Dengan adanya perubahan dalam organisasi maka diperlukan pelatihan untuk

menambah pengetahuan baru.

2.1.12.Tujuan Kebutuhan Pelatihan

Menurut Panggabean (2004) tujuan dari kebutuhan pelatihan sebagai

berikut:

1. Mengidentifikasi keterampilan prestasi kerja khusus yang dibutuhkan untuk

memperbaiki kinerja dan produktivitas

2. Menganalisis karakteristik peserta untuk menjamin bahwa program cocok

untuk tingkat pendidikan, pengalaman, dan keterampilan begitu juga sikap dan

motivasi sesorang.

3. Mengembangkan pengetahuan khusus yang dapat diukur dan objektif. Dalam

tahap ini harus ada keyakinan bahwa penurunan kinerja dapat ditingkatkan

melalui pelatihan dan bukan disebabkan ketidakpuasan terhadap kompensasi.

2.1.13.Identifikasi Kebutuhan Pelatihan

Menurut Rivai (2009 : 234) upaya untuk melakukan identifikasi kebutuhan

pelatihan dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Membandingkan uraian pekerjaan atau jabatan dengan pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki karyawan atau calon karyawan.

2. Menganalisis penilaian kinerja

Menganalisis prestasi yang berada di bawah standar dan menentukan apakah

(40)

3. Menganalisis catatan karyawan, yang berisi tentang latar belakang

pendidikan, pelatihan yang pernah diikuti, penilaian prestasi kerja secara

periodok dan sebagainya. Dan dari catatan inilah apakah

kekurangan-kekurangan yang dapat diisi dari pelatihan.

4. Menganalisis masalah

Masalah yang dianalisis disini adalah masalah sumber daya manusia nya.

Jadi masalah inilah yang dijadikan bahan buat kebutuhan pelatihan.

5. Menganalisis laporan perusahaan lain, yaitu tentang keluhan pelanggan,

keluhan karyawan dan lain-lainnya yang dapat dipelajari dan disimpulkan

adanya kekurangan-kekurangan yang bisa diatasi melalui pelatihan.

2.1.14.Dimensi-Dimensi Pelatihan

Menurut Rae dalam Sofyandi (2008 : 19) dimensi program pelatihan yang

efektif diberikan perusahaan kepada karyawannya adalah sebagai berikut:

1. Materi yang diajarkan atau isi pelatihan

Dalam hal ini isi program pelatihan relevan dans sejalan dengan kebutuhan

pelatihan, dan apakah pelatihan tersebut dapat meningkatkan keterampilan

dan menunjang pekerjaan karyawan.

2. Metode yang digunakan

Metode yang diberikan apakah sesuai untuk subjek dan gaya belajar peserta.

3. Sarana dan fasilitas pendukung

Yaitu apakah tempat penyelenggaraan pelatihan dapat dikendalikan oleh

(41)

4. Kemampuan instruktur

Maksudnya apakah instruktur mempunyai sikap dan keterampilan

penyampaian yang mendorong peserta untuk belajar.

2.2. Penelitian Terdahulu

Wijaya (2013) melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Hasil Penilaian

Kinerja Terhadap Perencanaan Kebutuhan Pelatihan Pada PT. Sanobar Gunjaya

Medan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh

hasil penilaian kinerja terhadap perencanaan kebutuhan pelatihan serta untuk

menentukan pelatihan yang tepat guna meningkatkan kualitas kerja karyawan dan

meningkatkan keuntungan pada PT. Sanobar Gunajaya Medan. Penelitian ini

adalah penelitian kuantitatif dan pengujian hipotesis menggunakan regresi linier

berganda. Hasil uji-t pada hasil penilaian kinerja memiliki pengaruh secara parsial

terhadap perencanaan kebutuhan pelatihan pada PT. Sanobar Gunajaya Medan.

Hasil uji koefisien determinasi (R2

Pradipta (2013) melakukan penelitian berjudul “ Analisis Pengaruh

Kinerja Agen Terhadap Kebutuhan Pelatihan Agen Pada PT. Asuransi Jiwa

Manulife Indonesia Divisi Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

dan menganalisis pengaruh kinerja agen terhadap kebutuhan pelatihan agen pada

PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Divisi Medan.Penelitian ini adalah

asosiatif. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode linier

sederhana.Hasil penelitian dengan menggunakan uji signifikan parsial (uji t)

menunjukkan variabel kinerja agen berpengaruh signifikan terhadap kebutuhan ) di dapat sebesar 34,5% sisanya 65,5%

(42)

pelatihan agen pada PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Divisi Medan.

Koefisien determinasi sebesar 0,464 menunjukkan bahwa pengaruh variabel

kinerja terhadap kebutuhan pelatihan sebesar 46,4%.

Probosemi (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

Kebutuhan Pelatihan Karyawan Bidang Pelayanan Pada PT. Taspen (Persero)

Kantor Cabang Bogor. Metode yang dilgunakan untuk analisis data adalah

metode Training Need Assement (TNA-T), untuk mengetahui terjadinya suatu kesenjangan antara kemampuan kerja jabatan (KKJ) dan kemampuan kerja

pribadi (KKP). Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan pelatihan yang dilakukan

oleh PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Bogor hanya berdasarkan formulir yang

disediakan oleh perusahaan bagi karyawan yang ingin mengajukan pelatihan, serta

berdasarkan ketetapan dari kantor pusat apabila ada materi baru yang perlu

disampaikan untuk karyawan. Hal tersebut tidak menunjukkan kesenjangan

kinerja antara KKJ dan KKP sehingga tidak dapat menentukan suatu prioritas

kebutuhan pelatihan”.

2.3 Kerangka Konseptual

Menurut Mahis dan Jackson (2002 : 382) hasil penilaian kinerja adalah

“hasil yang diperoleh dari proses mengevaluasi seberapa baik karyawan

melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan seperangkat standard dan

kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut kepada karyawan. Penilaian

kinerja yang baik adalah mampu untuk menciptakan gambaran yang tepat

(43)

Kebutuhan pelatihan menurut Ruky (2001 : 165) adalah sebuah

kesenjangan antara tingkat kompetensi yang diharapkan dengan yang sudah

dimiliki. Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan uraian teori

pendukung, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut :

Sumber : Mathis dan Jackson (2002), Bangun (2012), Rivai (2009), Ruky (2001) (Data Diolah)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kebutuhan Pelatihan

(Y) Hasil Penilaian Kinerja

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Metode deskriptif merupakan metode analisis dimana data-data yang

dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis dan diinterprestasikan secara objektif

sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai tofik yang dibahas.

Pendekatan analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hasil

penilaian kinerja terhadap kebutuhan pelatihan pada perawat rumah sakit umum

daerah kota padangsidimpuan.

3.2Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan, yang beralamat di Jalan Dr.Ferdinand Lumban Tobing,

Kelurahan Wek IV Kecamatan Padangsidimpuan. Waktu Penelitian

dilaksanakan mulai dari bulan Agustus sampai Oktober 2013.

3.3Defenisi Operasional

Untuk mempermudah dalam penelitian, maka variabel yang menjadi

sasaran penelitian ini perlu didefenisikan secara operasional, adapun operasional

dari variabel – variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Hasil Penilaian Kinerja Perawat (X)

Hasil penilaian kinerja adalah hasil yang diperoleh dari proses menilai dan

mengevaluasi perawat pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota

(45)

Hasil penilaian kinerja dapat diukur melalui :

1. Standar Penilaian adalah tolak ukur atau patokan terhadap kinerja yang

diukur.

2. Kualitas Kerja adalah kerapian, ketelitian, keterkaitan hasil dengan tidak

mengabaikan volume kerja untuk menghindari kesalahan dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan.

3. Kuantitas kerja adalah volume kerja yang dihasilkan di bawah kondisi

normal yang menunjukkan banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan

dalam mencapai efektivitas yang sesuai dengan tujuan peusahaan.

4. Kemampuan bekerja sama yaitu di mana perawat dapat melakukan

pekerjaannya dengan karyawan lainnya atau kelompoknya dalam

menyelesaikan pekerjaan.

b. Kebutuhan Pelatihan (Y)

Yang diperlukan perawat untuk memenuhi kekurangan pengetahuan,

meningkatkan keterampilan dan sikap dengan msing-masing kadar yang

bervariasi.

Kebutuhan pelatihan dapat diukur melalui :

1. Analisis Organisasi adalah cara pertama untuk mendiagnosis kebutuhan

pelatihan dari perspektif organisasi secara menyeluruh, misi-misi, sasaran,

dan tujuan-tujuan perusahaan.

2. Analisis Tugas adalah cara menganalisis kebutuhan pelatihan dengan

berfokus pada tugas-tugas yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan

(46)

3. Analisis Individu adalah cara menganalisis kebutuhan pelatihan dengan

memfokuskan pada individu untuk melihat pengetahuan, keterampilan

dan kemampuan individu dalam pekerjaannya.

Berdasarkan defenisi operasional yang telah dikemukan, maka peneliti

merumuskan mekanisme penganalisaan variabel yang dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1

(47)

3.4Aspek Pengukuran a. Hasil Penilaian Kinerja

Pengukuran dalam variabel ini menggunakan skala guttman dengan

jawaban “Ya” dan “Tidak”. Untuk jawaban pertanyaan “Ya” diberi skor 1

dan untuk jawaban “Tidak” diberi skor 0 (Sugiono, 2008 : 77). Pertanyaan

dalam penelitian ini terdiri dari 9 pertanyaan dan hasil pengukuran

dikategorikan atas 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang (Arikunto,

2010)

1. Kategori baik apabila hasil penilaian kinerja memperoleh jumlah skor

atau nilai ≥ 76 % - 100 % dari total skor atau nilai.

2. Kategori cukup apabila hasil penilaian kinerja memperoleh jumlah

skor atau nilai ≥ 56 % - 75% dari total skor atau nilai.

3. Kategori kurang apabila hasil penilaian kinerja memperoleh jumlah

skor atau nilai < 56 % dari total skor atau nilai.

b. Kebutuhan Pelatihan

Pengukuran dalam variabel ini menggunakan skala guttman dengan

jawaban “Ya” dan “Tidak”. Untuk jawaban pertanyaan “Ya” diberi skor 1

dan untuk jawaban “Tidak” diberi skor 0 (Sugiyono, 2008 : 77).

Pertanyaan dalam penelitian ini terdiri dari 10 pertanyaan. Dan hasil

pengukuran diikategorikan atas tiga kategori yaitu baik, cukup, kurang

(Arikunto, 2010).

1. Kategori baik apabila hasil penilaian kinerja memperoleh jumlah skor

(48)

2. Kategori cukup apabila hasil penilaian kinerja memperoleh jumlah

skor atau nilai ≥ 56 % - 75% dari total skor atau nilai.

3. Kategori kurang apabila hasil penilaian kinerja memperoleh jumlah

skor atau nilai < 56 % dari total skor atau nilai.

3.5Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah perawat Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Padangsidimpuan yang berjumah 145 orang.

Tabel 3.2

Keadaan perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan Tahun 2012/2013

No Instalasi Jumlah

1. Instalasi Rawat Jalan 18

2. Instalasi Rawat Inap 91

3. Instalasi Gawat Darurat 13

4. Instalasi Bedah Sentral 12

5. Instalasi Perawatan Intensif 7

6. Instalasi Rehabilitasi Medis 4

Total 145

Sumber : RSUD Kota Padangsidimpuan (2013) b. Sampel

Mengingat terdapat perbedaan jenis pekerjaan dan bentuk pelatihan pada

perawat, maka peneliti memilih instalasi rawat inap sebagai sampel. Hal

ini dikarenakan pada rumah sakit terdiri dari beberapa instalasi, dimana

perawat pada setiap instalasi memiliki jenis pekerjaan dan pelatihan yang

(49)

sama, maka peneliti memilih instalasi rawat inap sebagai sampel. Selain

itu dikarenakan jumlah perawat di instalasi rawat inap lebih banyak

dibandingkan dengan instalasi lainnya. Sehingga perawat di instalasi

rawat inap harus bisa menguasai pekerjaannya.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan berdasarkan pada rumus

slovin sebagai patokan untuk menentukan sampel minimal yang harus

dimabil (Umar, 2004 : 149) yaitu :

N = Ukuran populasi

e = Standar error

maka jumlah sampel menjadi :

2

Dalam penelitian ini sampel sebanyak 47,64 perawat dan dibulatkan

menjadi 48 perawat. Kemudian untuk penarikan sampel dari populasi

dengan cara non probability sampling. Pada cara non probability sampling tidak semua populasi mempunyai kesempatan untuk mengikuti penelitian. Pendekatan yang digunakan adalah purposive sampling.

(50)

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu dan

disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh peneliti”. Dan

responden tersebut dianggap membantu dan memberikan informasi

mengenai hasil penilaian kinerja terhadap kebutuhan pelatihan.

Pengambilan sampel berdasarkan kriteria berikut:

1. Perawat yang telah mendapatkan minimal lima kali penilaian kinerja.

Peneliti memilih kriteria ini dikarenakan perawat yang telah

mendapatkan minimal lima kali penilaian lebih pengalamanan dalam

hal penerimaan hasil penilaian kinerja. Berdasarkan dari hasil-hasil

yang diperolehnya perawat dalam kriteria ini sudah bisa merasakan

apakah hasil yang didapatkan sudah sesuai atau tidak dengan

pekerjaan yang dilakukannya.

2. Perawat yang telah mengikuti pelatihan minimal dua kali

Peneliti memilih kriteria ini dikarenakan perawat yang telah mengikuti

pelatihan minimal dua kali sudah lebih berpengalaman atau lebih

mengetahui apakah pelatihan-pelatihan yang telah didapatkannya

sudah sesuai dengan yang dibutuhkannya dalam meningkatkan

keterampilan dan pengetahuannya dalam melaksanakan pekerjaan.

3. Perawat dengan masa kerja minimal lima tahun

Peneliti menentukan sampel dengan kriteria ini dikarenakan perawat

dengan masa kerja minimal lima tahun memiliki pengalaman lebih

baik dan terampil dalam melaksanakan pekerjaan dibandingkan

(51)

3.6 Jenis Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau

tempat penelitian. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan

informasi langsung tentang hasil penilaian kinerja terhadap kebutuhan

pelatihan perawat pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang berisikan informasi dan teori-teori

yang digunakan untuk mendukung penelitian. Peneliti memperoleh data

sekunder dari, buku dan internet.

3.7 Metode Pengumpulan Data a. Wawancara

Menurut Suyanto dan Sutinah (2008 : 69), “wawancara (interview) diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi

(data) dari responden dengan cara bertanya langsung secara tatap muka

(face to face)”. Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan yang terlebih dahulu dipersiapkan terkait

penelitian ini kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan yang berwenang memberi data dan informasi yang

(52)

b. Daftar Pertanyaan (Questionare)

Menurut Sugiyono (2012 : 142), “kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan kepada responden untuk dijawabnya”.

Kuesioner dalam penelitian ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang

dipersipkan peneliti adalah untuk mempermudah peneliti dalam

melakukan wawancara dengan responden. Sehingga pertanyaan yang

diberikan peneliti dalam melakukan wawancara lebih terarah.

c. Studi Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2012 : 240), “studi dokumentasi merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif “. Studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data

melalui peninggalan arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat, teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain berhubungan

dengan masalah penelitian.

3.8 Analisis Data

Dalam suatu penelitian diperlukan dalam suatu analisis data yang berguna

untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisa data

adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola,

kategori dan satuan uraian dasar. Hasil data dalam penelitian ini disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase kemudian dikategorikan dengan 3

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu

Rumah Sakit Milik Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara yang didirikan

pada tahun 1937, di mana letak bangunannya berada di Jl. Dr. Ferdinand

Lumban Tobing, Kelurahan Wek IV Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kota

Padangsidimpuan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Jakarta Tanggal 22

Februari 1979 No : 51/MENKES/SK/11/1979. Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan ditetapkan sebagai Rumah Sakit Berstatus Kelas “C”, dan

dengan Struktur Hirarki Rumah Sakit Milik Pemerintah Daerah telah ditetapkan

dalam keputusan Gubernur Kepala Tingkat I Sumatera Utara Tanggal 10 Maret

1983 No : 061-1-58/K/Tahun 1983 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan, selanjutnya dikembangkan

dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara tanggal 21

Juni 1996 No. 11 Tahun 1996.

Untuk memenuhi perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang

terus menerus meningkat disertai dengan keberhasilan pengelolaan dan

pembangunan yang dilaksanakan , Rumah Sakit Umum Daerah Kota

(54)

Non Pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No : 316/MENKES/SK/IV/1999 Tanggal 23 April 1999.

Dengan Persetujuan Menteri Dalam Negeri No : 061/1732/SJ/1999

Tanggal 23 Juli 1999, kemudian dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah

Provinsi Sumatera Utara Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum

Padangsidimpuan dengan Surat Keputusan No : 8 Tahun 1999.

Seiring dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 4 Tahun 2001

tentang Pembentukan Kota Padangsidimpuan, maka Rumah Sakit Umum

Padangsidimpuan menjadi Lembaga Tekhnis Daerah berbentuk Badan milik

Pemerintah Kota Padangsidimpuan, sesuai dengan Peraturan Daerah Kota

Pdangsidimpuan No. 05 Tahun 2003.

4.1.2 Kondisi Fisik Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan menempati area

seluas 5.292,5 m2.

Pada saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan

memiliki pegawai Pegawai Negeri Sipil, Honor dan Tenaga Suka Rela. Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan ini memiliki sarana Rawat Jalan dan

Rawat Inap dengan jumlah tempat tidur 136 buah, terbagi atas : Kelas-I, Kelas-II,

Kelas-III, Kelas-IV dan VIP. Jumlah Instalasi di Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Padangsidimpuan adalah sebanyak 13 (tiga belas) Instalasi yaitu :

Dimana untuk tempat pelayanan rawat jalan terletak pada

posisi depan dan rawat inap berada pada posisi bagian tengah, posisi yang paling

belakang adalah Mesjid, Kantor Keperawatan dan posisi sebelah kiri adalah

(55)

1. Instalasi Rawat Jalan

Mempunyai tugas melaksanakan diagnose, pengobatan, perawatan,

penyuluhan, pencegahan akibat penyakit dan peningkatkan pemulihan

kesehatan untuk penderita Rawat Jalan yang datang dan melaksanakan

Rujukan balik ke Instalasi lainnya maupun ke Unit Pelayanan Kesehatan di

luar Rumah Sakit.

Dalam melayani Pasien Rawat Jalan, Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Padangsidimpuan memiliki sarana Poliklinik Umum dan Spesialis antara lain:

a. Klinik Umum

b. Klinik Gigi dan Mulut

c. Klinik Spesialis Penyakit Dalam

d. Klinik Spesialis Kesehatan Anak

e. Klinik Spesialis Kebidanan

f. Klinik Spesialis Bedah

g. Klinik Spesialis Paru

h. Klinik Spesialis THT

i. Klinik Spesialis Mata

2. Instalasi Rawat Inap

Mempunyai tugas melaksanakan diagnose, pengobatan, perawatan,

pencegahan akibat penyakit dan peningkatkan pemulihan kesehatan untuk

penderita yang Rawat Inap. Instalasi Rawat Inap terdiri dari : ruang I untuk

perawatan umum dan THT, ruang II untuk perawatan perinatologi dan anak,

(56)

penyakit paru, ruang RR untuk perawatan dan pemulihan pasca operasi, ruang

bersalin untuk perawatan obsetri dan ginekologi dan ruang mata untuk

perawatan penyakit mata.

3. Instalasi Gawat Darurat

Mempunyai tugas melaksankan pelayanan darurat medis, yang meliputi

diagnose, pengobatan, perawatan pencegahan akibat penyakit dan

peningkatkan pemulihan kesehatan.

4. Instalasi Bedah Sentral

Mempunyai tugas mempersiapkan ruangan, peralatan medis dan non medis

untuk suatu tindakan bedah. Bedah sentral mempunyai dua kamar

pemulihan.

5. Instalasi Perawatan Insentif

Mempunyai tugas untuk melaksanakan pelayanan diagnose, pengobatan,

perawatan, pencegahan akibat penyakit dan peningkatan pemulihan kesehatan

terhadap penderita yang memerlukan perawatan intensif.

6. Instalasi Radiologi

Mempunyai tugas melakukan pelayanan Radiologi yang meliputi diagnose,

pengobatan, perawatan, pencegahan akibat penyakit dan pemulihan

kesehatan.

7. Instalasi Farmasi

Mempunyai tugas peracikan, penyimpanan dan penyaluran obat-obatan, gas

(57)

penawaran dan alat perawatan dan alat kesehatan yang dilakukan oleh tenaga

dalam jabatan Fungsional.

8. Instalasi Gizi

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengolahan, penyediaan,

penyaluran makanan dan penyuluhan Gizi yang dilakukan oleh tenaga dalam

Jabatan Fungsional.

9. Instalasi Rehabilitasi Medis

Mempunyai tugas melaksanakan pengobatan atau rehabilitasi fisik terhadap

penderita yang dirujuk, baik dari instalasi rawat jalan, rawat inap, puskesmas

maupun dari unit kesehatan lainnya.

10. Instalasi Laboratorium

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pemeriksaan di bidang

Laboratorium Klinik untuk keperluan diagnosa dan kegiatan transfusi darah

yang dilakukan oleh tenaga dalam jabatan fungsional.

11. Instalasi Pemulasaraan Jenazah

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan dalam bidang Jenazah dan

perawatan Mayat yang dilakukan tenaga pemulasaraan dalam jabatan

fungsional.

12. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

Mempunyai tugas pemeliharaan bangunan, Instalasi air minum, air panas,

Listrik, Gas Teknik, Elektronik Medis, Radiologi, Kedokteran, Nuklir, serta

(58)

juga bertugas dalam penyediaan Air Minum, Air Panas, Gas Teknik dan

Listrik.

13. Instalasi Pengolahan Air Limbah

Instalasi pengolahan air limbah mampu mengolah seluruh limbah di Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan yang non nuklir, baik cair

maupun padat dan dilengkapi dengan laboratorium untuk pemeriksaan

limbah. Limbah yang keluar dari Instalasi Pengolahan Air Limbah sudah

memenuhi standart dari Kementrian Lingkungan Hidup.

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan 1. Visi Perusahaan

“Menjadi Rumah Sakit Umum Yang Diminati Oleh Masyarakat”.

2. Misi Perusahaan

a. Mewujudkan pelayanan Kesehatan secara Profesional

b. Mewujudkan Pengelolaan Rumah Sakit Umum yang transparan dan

Akuntabel.

c. Menjadikan Rumah Sakit rujukan di pantai barat.

d. Terwujudnya peningkatan kwalitas, disiplin aparatur dan pengelolaan

adminstrasi, keuangan yang dapat mendukung peningkatan pelayanan

(59)

4.1.3. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan

Setiap perusahaan pasti memiliki struktur organisasi. Struktur

organisasi sangat penting di dalam perusahaan karena berfungsi sebagai landasan

bagi seluruh fungsi yang ada dalam organisasi. Dengan adanya struktur

organisasi akan kelihatan batas-batas tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta

bagaimana hubungan antara suatu bagian dengan bagian yang lainnya dalam

organisasi tersebut guna mencapai tujuan bersama. Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Padangsidimpuan mempunyai struktur organisasi sesuai dengan Peraturan

Daerah Kota Padangsidimpuan No. 05 Tahun 2003 sebagai berikut :

1. Direktur

2. Wadir Administrasi dan Keuangan

3. Wadir Pelayanan Medis

4. Wadir Komite Klinik dan Diklat

5. Kabag Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi

6. Kabid Keperawatan

7. Kabid Pelayanan Medis

(60)

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan

Sumber : RSUD Kota Padangsidimpuan (2013)

KOMITE NIP. 19600103 198712 1 001

WADIR KOMITE

KEPERAWATAN II KA.SI KOMITE

(61)

4.2 Hasil Analisis 4.2.1 Responden

Responden dalam penelitian ini adalah perawat pada ruangan rawat inap,

Karakteristik responden dalam penelitian ini dilihat berdasarkan umur, jenis

kelamin dan pendidikan. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel – tabel di bawah

ini :

a. Usia

Karakteristik usia merupakan hal yang penting dilakukan, karena usia

mempengaruhi kemampuan responden dalam menyerap informasi dan

pengetahuan dalam pekerjaan. Kelompok umur responden dalam penelitian ini

diterangkan pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi (Orang) Persentasi (%)

20 – 29 Tahun 13 27,08

30 – 39 Tahun 20 41,67

> 40 Tahun 15 31,25

Jumlah 48 100

Sumber : Hasil Penelitian (2013 )

Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa jumlah responden terbanyak berusia

30 – 39 tahun yaitu 20 orang atau 41,67 %, kemudian berusia .40 tahun sebanyak

15 orang atau 31,25 %, sedangkan yang paling sedikit berusia 20-39 tahun

sebanyak 13 orang atau 31,25 %. Hal ini disebabkan kebanyakan perawat yang

ditempatkan di ruang rawat inap adalah perawat pada usia produktif sehingga

(62)

b. Jenis Kelamin

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Laki – laki 19 39,58

Perempuan 29 60,42

Jumlah 48 100

Sumber : Hasil Penelitian (2013)

Pada Tabel 4.2 di atas terlihat bahwa karakteristik menurut jenis kelamin,

responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 29 orang atau 60,42% dan

laki-laki sebanyak 19 orang atau 39,58%. Hal ini menunjukkan bahwa jenis

kelamin tidak mempengaruhi pekerjaan, karena yang lebih penting adalah

ketepatan dan ketelitian seseorang dalam bekerja, pengetahuan dan tanggung

jawab terhadap pekerjaan.

c. Tingkat Pendidikan

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi (Orang) Persentase (%)

SPK 14 29,17

D3 24 50,00

S1 10 20,83

Jumlah 48 100

Sumber : Hasil Penelitian (2013)

Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa jumlah responden paling banyak

berpendidikan D-III sebanyak 24 orang atau sebanyak 25%, SPK sebanyak 14

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian
Tabel 3.2 Keadaan perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil karya ilmiah yang berjudul “ Desain Balanced Scorecard Sebagai Penilaian Kinerja Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr.. Mohammad

kinerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Umum. Daerah Sultan

variabel pelatihan yang diberikan oleh kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Pertamina Pangkalan Brandan, di dapat bahwa pelatihan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran work-family conflict perawat wanita yang bekerja di Rumah Sakit dengan sistem shift dalam hal ini yaitu Rumah Sakit Umum

Uji hipotesis menunjukan adanya pengaruh signifikan terhadap loyalitas perawat pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Sawahlunto.Namun,jika dilihat dari uji

5.1.Hubungan Motivasi Perawat Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2014 ... 5.2.Hubungan Beban Kerja Terhadap

5.2 Hubungan Usia Ibu Bersalin dengan Berat Bayi Lahir Rendah BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Dari hasil penelitian diperoleh dari 42 ibu bersalin yang

Untuk menganalisis kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Bengkalis apabila dinilai dengan Balanced Scorecard dalam perspektif proses bisnisinternal.4. Untuk menganalisis kinerja Rumah Sakit