HUKUM AGRARIA
Makalah Politik Pertanahan Era-Reformasi di Indonesia
Dosen : Ana Silviana, S.H.,M.Hum
Disusun oleh
Nama : Hizki Alfredo NIM : 11010216410140 Kelas/semester : A-2 / I
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Lantar Belakang
Tanah merupakan suatu pengertian yang telah diberikan batasan resmi oleh UUPA. Bahwa tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi yang diberikan kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak-hak yang disediakan oleh UUPA, adalah untuk digunakan atau dimamfaatkan.1 Tanah merupakan elemen
terpenting dan modal bagi negara untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
Hukum Tanah adalah keseluruhan peraturan-peraturan Hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur hak-hak penguasaan tanah, yang merupakan lembaga-lembaga hukum dan hubungan-hubungan konkrit dengan tanah.2
Sedangkan Politik Hukum Pertanahan adalah Kebijakan pemerintah dibidang pertanahan yang ditujukan untuk peruntukan dan penggunaan penguasa atau pemilik tanah, peruntukan penggunaan tanah untuk menjamin perlindungan hukum dan meningkatkan kesejateraan serta mendorong kegiatan ekonomi melalui pemberlakuan Undang-Undang Pertanahan dan Peraturan Pelaksanaannya.
Dengan lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) maka lahirlah politik hukum agraria nasional dan tidak dipakainya lagi selain UUPA ini. Didalam pasal 3 dan pasal 18 UUPA yang lebih memetingkan kepentingan nasional dan negara yang berdasarkan atas persatuan bangsa daripada kepentingan lainnya.
Dari situ juga lahirnya Ketetapan MPR no IX tahun 2001 yang dilakukannya revisi undang-undang pokok agraria. Beberapa peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan sumber daya alam (agrarian) dikeluarkan sejak dilakukannya reformasi pemerintahan di tahun 1998.
BAB II PEMBAHASAN
Momentum Politik Hukum Pertanahan Era-Reformasi dengan dikeluarkannya TAP MPR RI No. IX/MPR-RI/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam. Selanjutnya BPN-RI mengusung sebuah program yang disebut dengan PPAN (Program Pembaruan Agraria Nasional) yang didengungkan akan mengalokasikan tanah objek reforma agraria seluas 9,25 juta hektar (8,15 juta ha berasal dari hutan konversi, dan 1,1 juta ha berasal dari tanah di bawah kewenangan langsung BPN). Namun program yang telah dicanangkan sejak 2006 tersebut hingga akhir 2008 ini belum juga terealisasi.
Landreform kembali masuk dalam program penting pembaruan agraria, yaitu disebutkan dalam pasal 5 TAP MPR RI No. IX/MPR/2001 bahwa salah satu arah kebijakan pembaruan agraria adalah:
1. Melaksanakan penataan kembali pengusaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (landreform) yang berkeadilan dengan memperhatikan kepemilikan tanah oleh rakyat.
sebagai objek landreform untuk dibagikan kepada warga masyarakat yang termasuk dalam kelompok yang memperoleh hak utama.
BAB III KESIMPULAN
Menurut saya dengan Politik Hukum Agraria Era-Reformasi dengan dikeluarkannya TAP MPR RI No. IX tahun 2001 bila dilaksanakan fungsi dan tujuannya dengan benar akan menimbulkan hal positif demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, yang mana fungsi Agraria yang sangat fital bagi kehidupan berbangsa.
tentang pendataan tanah. Program ini sangat bermamfaat bila benar-benar untuk dilaksanakan dikarenakan lebih memetingkan kepentingan nasional dan negara yang berdasarkan atas persatuan bangsa daripada kepentingan lainnya sesuai dengan pasal 3 dan pasal 18 Undang-Undang Pokok Agraria.
DAFTAR PUSTAKA