• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meditasi Arsitektur dan Ruang Dalam (5)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Meditasi Arsitektur dan Ruang Dalam (5)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Meditasi, Arsitektur, dan Ruang Dalam

Hendro Prabowo1, Widyo Nugroho2, Agus Suparman3, Wahyu Prakoso4

1

Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma Email: ndrahu@yahoo.com

2

Lab. Audio visual, Universitas Gunadarma Email: widyo@staff.gunadarma.ac.id 3,4

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma

3

Email: warish@plasa.com 4

Email: nerwasita9@staff.gunadarma.ac.id

Abstrak

Meditasi yang berkembang di Eropa dan Amerika Serikat adalah teknik-teknik yang dikembangkan dari Timur, terutama dari India, Cina, dan Jepang. Terdapat jutaan orang melakukan latihan meditasi di Amerika Serikat. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa meditasi selain dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan dan relaksasi juga dapat meningkatkan kapasitas manusia.

Untuk melakukan meditasi diperlukan ruang yang sesuai dengan teknik meditasi yang dipilih. Sementara pada kenyataannya terdapat beragam teknik meditasi dan dapat pula dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa teknik. Konsekuensinya, arsitektur dan ruang dalam untuk mewadahinya dapat berkembang menjadi hybrid architecture, baik untuk meditasi yang dilakukan secara individual di rumah tinggal maupun secara kolektif dalam suatu bangunan.

Tulisan ini adalah review dari beberapa proyek arsitektur dan ruang dalam yang berkaitan dengan aktivitas meditasi di Amerika Serikat dan Eropa. Hasilnya diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pengembangan meditasi di tanah air yang sedang mulai berkembang.

Kata kunci: meditasi, ruang dalam, arsitektur

Pendahuluan

Meditasi adalah teknik atau metode latihan yang digunakan untuk melatih perhatian untuk dapat meningkatkan taraf kesadaran, yang selanjutnya membawa proses-proses mental dapat lebih terkontrol secara sadar (Walsh, 1983 dalam Subandi, 2002).

Meditasi juga merupakan salah satu topik yang paling banyak dibahas dalam psikologi transpersonal (Walsh & Vaughan, 1993 dalam Davis, 2004; Daniels, 2005)

Dalam psikologi transpersonal, kebanyakan meditasi bentuknya adalah melibatkan fokus perhatian pada suatu objek (seperti nafas atau kata-kata yang diucapkan pelan-pelan dan berulang-ulang) atau perhatian penuh pikiran kepada semua isi dari kesadaran (Davis, 2004).

(2)

atau spiritual. Kebanyakan dari meditasi yang populer berasal dari Timur, terutama yang berasal dari tradisi meditasi Kristiani, Yahudi dan Islam (Wikipedia Encyclopedia,2005). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) meditasi diartikan sebagai pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu.

Menurut Walsh & Vaughan (1993 dalam Davis, 2004) meditasi adalah latihan untuk memfokuskan atau menenangkan proses-proses mental dan membantu seseorang untuk mencapai keadaan transpersonal. Menurut Tart (1993) "trans" berasal dari bahasa Latin yang sama artinya dengan beyond (=melewati), melewati "persona," topeng sosial, suatu self biasa (the ordinary self), yang bersifat personal.

Teknik-teknik Meditasi

Menurut Ken Wilber (dalam Rowan, 1993), untuk memahami proses perkembangan psikospiritual dapat digunakan dua dimensi dimana keduanya dilakukan dengan cara yang berbeda, yaitu eros vs thanatos (cinta vs mati). Berdasarkan kedua dimensi tersebut Wilber membagi teknik meditasi dalam empat kuadran, yaitu the way of form, the expressive way, the negative way, dan the facilitative way.

The Way of Form dikenal sebagai meditasi konsentratif atau absortif, yaitu beberapa cara yang melibatkan objek nyata, seperti mantra, yantra (desain simbolik), mudra (gerakan tangan), bija (afirmasi), kasina (permukaan atau warna), simbol (seperti naga, salib, teratai, hati, matahari).

The Expressive Way berkaitan dengan Tuhan, spirit, dan energi. Merupakan versi dari meditasi dinamis, meliputi: pernafasan kasar, gerakan cepat, nyayian keras, dan lain-lain. Dengan cara ini seseorang mengambil sesuatu yang mengganggu, dan yang dalam bentuk meditasi lain seringkali musuh harus dikatakan dan sebagai pusat dari meditasi. Beberapa bentuk teknik ini antara lain shamatic, metode tantri, dan sufi dancing (dzikir), dan ”berbicara di lidah” dalam gereja Charismatic.

Dengan The Negative Way, seseorang mencoba menyingkirkan semua bentuk, semua ekspresi. Cara kerjanya adalah letting go, namun dalam cara mengosongkan pikiran. Beberapa contohnya adalah Meditasi Pantajali yoga, latihan Zen shikan-taza, neti-neti (bukan ini, bukan itu)

Dengan The Facilitative Way, seseorang membuka kesadaran kepada “apa yang ada di sana”. Bentuk meditasi ini merupakan semua hal tentang kesaksian terhadap apapun yang terjadi, fokusnya adalah mengalir dengan apapun yang dialami, mengikutinya, dan membiarkannya. Dengan meditasi Vipassana, Mahavipassana, dan Satipathanna, seseorang berada pada pikiran yang penuh dari apapun yang berlalu.

Selain meditasi berdasarkan keempat kuadran menurut Wilber di atas, terdapat pula beberapa jenis ”meditasi” yang lain, yaitu: active imagination dan visualisasi (Rowan, 1995).

Implikasi dari teknik-teknik meditasi di atas adalah pemahaman terhadap aktivitas-aktivitas meditasi yang disertai pula dengan kebutuhan akan ruang dalam arsitektur (?).

Arsitektur sebagai Wadah untuk Aktivitas Meditasi

(3)

tempat yang tinggi, air terjun, atau di dalam biara (MacWeeney & Ness, 2002). Lantas bagaimana masyarakat perkotaan dapat belajar meditasi dan melakukan meditasi dalam aktivitas sehari-hari baik di rumah maupun di kantor?

Tulisan ini menyajikan beberapa proyek arsitektur dan ruang dalam bagi aktivitas meditasi, baik untuk belajar maupun mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tempat Latihan Meditasi

Salah satu proyek arsitektur bagi tempat untuk berlatih meditasi adalah ”American Bodhi Center”, yang terletak di negara bagian Texas, Amerika Serikat. Untuk

(4)

Gambar 1. Site Plan American Bodhi Center

(5)

1. Struktur dan fungsi, antara lain:

a. Hall untuk Meditasi yang digunakan untuk meditasi, koor gerejani, belajar Dharma, dan lain-lain.

b. Hall untuk ruang makan yang juga dapat digunakan untuk kuliah atau pusat aktivitas.

c. Memorial Hall

d. Ruang Kehidupan Buddha; terletak di perempatan dan digunakan bagi para pendeta atau tamu

e. Hutan Samadhi; dengan kabin dari kayu bagi yang berminat untuk melakukan pengasingan diri.

f. Taman Zen; taman alami

g. Camping Ground digunakan untuk aktivitas para pemuda, kemah keluarga, juga dapat digunakan untuk beragam aktivitas outdoor

h. Hutan buatan yang tenang untuk relaksasi 2. Aktivitas yang mengikutinya antara lain:

a. Latihan fokus dan relaksasi seperti meditasi Zen, yoga, tai chi, dan sebagainya.

b. Aktivitas akhir minggu bagi keluarga dan retreats (perorangan atau kelompok)

c. Bimbingan & Konseling bagi masalah perkawinan, keluarga, anak-anak, pendidikan, kepribadian dan sebagainya.

d. Kuliah atau kursus dalam bidang kesehatan, nutrisi, memasak, hubungan interpersonal relations, teknik-teknik komunikasi, dan lain-lain.

e. Hutan Samadhi untuk retreats individual sampai dengan 7 hari f. Kursus Pertamanan, berupa menanam bunga, buah, dan sayur. g. Kemah untuk keluarga, kelompok, dan masyarakat segala usia h. Aktivitas alami, seperti mengamati burung, hiking, dan sebagainya. i. Aktivitas Memorial untuk mengenang cinta seseorang.

Contoh lain dari proyek arsitektur bagi tempat untuk berlatih meditasi adalah Komunitas Osho, Taman Koregoan, di kota Pune, India. Nama Komunitas Osho yang berada di kota Pune yang indah dan hijau ini berasal dari Bhagwan Rajneesh (yang menyebut dirinya 'Osho'), yang telah menyebarkan ajaran filosofinya sekembalinya ke India. Kota Pune adalah pilihan sempurna bagi tempat berlatih meditasi ini, karena memberikan iklim yang baik sepanjang tahun, penghijauan dan sikap toleransi dari penduduk dekat Bombay yang kesemuanya itu memberikan kenyamanan bagi kebanyakan orang asing yang menjadi anggota komunitas.

(6)
(7)

Gambar 3. Lingkungan Komunitas Osho

Menurut arsiteknya, Hafeez, rancangan bentuk pada tempat ini amat berbeda dengan apapun yang ia pernah kerjakan sebelumnya, rancangan bagi para anggota komunitas (penghuni) merupakan suatu cluster sederhana bagi empat bangunan, yang mengandalkan bentuk dan warna. Piramida memiliki dua makna yaitu sebagai pengalaman perspektif dan merupakan suatu simbol. Warna yang dominan hitam, pemanfaatan energi kosmik dan piramida merupakan bentuk-bentuk paling stabil. Jika piramida hitam tersebut merupakan simbol kelahiran energi dan menggambarkan postur seseorang yang sedang melakukan meditasi, maka jendela dengan kaca berwarna biru dan skylight menyimbolkan pencerahan.

(8)

Gambar 4. Perspektif Lingkungan Komunitas Osho

Karakteristik peserta dari komunitas Osho, antara lain dapat dikategorikan berdasarkan jumlah, usia, kewarganegaraan, profesi, dan kepercayaan,

Dewasa ini terdapat kurang lebih 750 meditator dengan usia 35-45 tahun dari 80 negara yang berbeda, dimana 40%nya adalah orang India.

Berdasarkan tingkat pendidikan, para meditator terdiri dari 34% berpendidikan universitas, 30% akademi (seni, musik, teater, ilmu sosial, dan perdagangan), serta 30% berpendidikan sekolah menengah. Berdasarkan profesi, 9% dari bidang medis, 11% dalam bisnis dan manajemen, 10% seniman, 11% tenaga pendidikan, 13% terapis, 15% bidang jasa profesional, dan 9% bidang teknologi dan sains. Agama yang dianut meliputi 20% Yahudi, 40% Kristen, kira-kira 35% Hindu, 5 % Shinto/Budha, dan 5% dari agama lainnya.

Meditasi dan Rumah Tinggal di Perkotaan

Meditasi Sebagai Bagian dalam Aktivitas di Kantor

Meditasi dan Arsitektur Lansekap Meditasi dan Elemen Arsitektur

Daftar Pustaka

(1) American Bodhi Center. Available http://www.jadebuddha.org/BodhiCenter/ Englist%20HTML/E_The%20First%20Phase.htm. 2005.

(2) Daniels, M. “Introduction to Transpersonal Psychology”. 2005. http://www.mdani. demon.co.uk/trans/tranintro.htm. Diakses 13 Maret 2005

(3) Davis, J. Introduction to Transpersonal Psychology. Diakses 13 Maret 2005. http://www.naropa.edu/ faculty/ johndavis/tp/tpintro1.html.

(4) MacWeeney, A. & Ness, C. Space for Silence. Boston: Tuttle Publishing. 2002. (5) Osho Commune Project Details. Koregoan Park, Pune. Client: Bhagwan Rajneesh,

(9)

(7) Rowan, J. The Transpersonal: Psychotherapy and Counseling. New York: Routledge. 1993.

(8) Subandi. Latihan Meditasi untuk Psikoterapi. Dalam Subandi (ed.). Psikoterapi: Pendekatan Konvensional dan Kontemporer. Yogyakarta: Unit Publikasi Fakultas Psikologi UGM. 2002.

(9) Tart, C. T. Consciousness: A Psychological, Transpersonal and Parapsychological Approach. Paper presented at the Third International Symposium on Science and Consciousness in Ancient Olympia, 4-7 January, 1993. http://www. paradigm-sys.com/cttart/sci-docs/ctt93-capta.html.

Gambar

Gambar 1. Site Plan American Bodhi Center
Gambar 2. Denah Beberapa Ruang Utama
Gambar 3. Lingkungan Komunitas Osho
Gambar 4. Perspektif Lingkungan Komunitas Osho

Referensi

Dokumen terkait

Mengatur Database Dengan Navigation Form Menambahkan Field Ke Form Pada Design View Menambahkan Field Ke Form Pada Layout View Menambahkan Subf orm Ke Form Yang Sudah Ada.

Dalam hal metode, penelitian ini menggunakan metode tafsir tematik (maudhu’i), yaitu pendekatan penafsiran yang ditempuh dengan menghimpun seluruh ayat Al-Qur’an yang

dalam belajar, setelah membuka pembelajaran dengan mengucapkan basmallah dan berdo’a bersama. Pendidik memberikan apersepsi kepada peserta didik untuk membangkitkan

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: (1) Fimbriae S.mutans berfungsi sebagai sarana perlekatan pada reseptor spesifik

aeruginosa dan disalut dengan protein pili hemaglutinin pada potongan pili ketiga dengan bobot molekul 38,19 kDa dengan berbagai pengenceran dosis menunjukkan

Pada siklus kedua ini, penelitian dilanjutkan dengan menganalisa atau menguji keaslian silabus dan rencana kegiatan harian yang disusun oleh guru. Metode yang

- Gas pembawa : Sebagai fasa gerak yang membawa sampel melalui kolom. Umumnya merupakan gas stabil dan inert. Gas yang digunakan pada praktikum kali ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengaruh pemberian latihan mengunyah menggunakan permen karet terhadap jumlah sekresi saliva pada pasien dengan Diabetes