• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA. A. Unsur Meditasi dalam Yoga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISA. A. Unsur Meditasi dalam Yoga"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV ANALISA A. Unsur Meditasi dalam Yoga

Dalam mencapai tujuan pada hakekatnya yang lebih tinggi dari pada mistik Hindu merupakan ajaran yang diharuskan dalam kitab Weda yaitu mendapatkan lahir dan bathin, bersatunya jiwa (atman) dengan Tuhan (Brahman) atau moksha. Moksha adalah tujuan yang terakhir dari seluruh ajaran Hindu tentang bersatunya manusia dengan Tuhan. Untuk mencapai yang demikian seseorang selalu harus berusaha berbuat baik sesuai dengan ajaran kerohanian Hindu, terdapat jalan di dalam mencapai kesempurnaan yang mutlak tak lain adalah moksha dan dharma, dengan jalan memusatkan pikiran kepada Shang Hyang Widhi dengan cara yoga.1

Ajaran Hindu menerangkan adanya alam rohani sebagai perwujudan Tuhan dan kedudukannya sebagai sumber segala alam, Brahman sebagai Tuhan agama Hindu yang menjadi sumber kehidupan tiap-tiap mahluk, sehingga atman tidak dapat dipisahkan dengan Brahman. Dengan demikian adanya moksha sebagai tujuan Hindu merupakan kebahagiaan yang senantiasa ada pada tiap individu yang menjalani ajarannya dengan benar.

Untuk mempermudah penyatuan atman dengan Brahman haruslah mengenal apa yang ada pada dirinya yang berbentuk materi atau jiwa kasar, karena jasad adalah alat untuk mendapakan dharma (alam yang mengatur kodrat manusia), arta (alat pemuas hidup atau nafsu), kama (nafsu keinginan yang memberikan kenikmatan)2. Maka dengan meditasi manusia akan mencapai tujuannya.

Banyak orang yang beranggapan bahwa meditasi adalah pekerjaan yang sulit yang hanya boleh dipelajari oleh mereka yang sudah selesai menjalani kehidupan duniawi, mereka yang usianya sudah lanjut, mereka

1

Oka Punyatmaja, Panca Creda, ( Jakarta : Dharma Sarathi, 1989), hIm. 83 2

Ibid., hIm. 84

(2)

yang sudah mampu konsentrasi, atau mereka yang beragama Hindu. Ada juga yang beranggapan mereka yang belajar meditasi bisa menjadi gila, dianggap orang-orang yang tidak normal, tidak mengenal Tuhan, dan malahan ada yang lebih ekstrim lagi mengatakan bahwa mereka yang mempelajari ilmu hitam. Sementara itu juga ada yang beranggapan bahwa meditasi hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu saja. Seperti telah dikemukakan dalam pembahasan di atas bahwa meditasi adalah dilakukan secara sadar dengan cara memusatkan perhatian yang banyak sehingga atman atau spirit atau roh ataupun nama-Nya menurut kepercayaan akan berfungsi dan mengambil alih fungsi mental atau pikiran atau logika, dan menfungsikan tubuh semaksimum mungkin untuk melaksanakan tugasnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu meditasi adalah proses yang disadari, dan yoga atau samadhi

adalah hal yang sama pula. Yang membedakan adalah sasaran yang berbeda.3

Jika seseorang sedang bermeditasi biasanya yang dimaksudkan adalah orang tersebut sedang melakukan salah satu teknik meditasi. Sedangkan keadaan meditasi lebih mengarah pada ketenangan batin atau jiwa seseorang. Oleh karena itu. moksha (penyatuan dengan atman) dan nirwana (hilangnya sifat-sifat manusia atau penderitaan) yang merupakan tujuan akhir dari meditasi Hindu dan Budha juga tidak dapat dilukiskan karena berhubungan dengan kesadaran murni.

Untuk mencapai tujuan di atas diperlukan teknik atau syarat yang berjumlah delapan yang dikenal dengan astanga Yoga.

1. Yama yoga, menahan diri untuk membunuh, berdusta, curang, khianat, dengki, iri, ria, tamak, dan segala jenis perbuatan yang dipandang dosa. Pelaksanaannya pada tingkatan ini tetap merupakan anggota biasa di dalam. masyarakat.

3

Luh Ketut Suryani, Menemukan Jatidiri Dengan Meditasi, (Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2001 ), hIm. 43

(3)

2. Niyama yoga, melatih dan membiasakan diri melakukan segala perbuatan yang bersifat kebaikan dan kebajikan. Pelaksanaannya pada tingkatan ini masih tetap merupakan anggota biasa di dalam masyarakat.

3. Asana yoga, memilih dan menentukan sikap tubuh tertentu bagi meditasi. Pada tingkatan ini seseorang telah memilih tempat tertentu bagi meditasi itu.

4. Pranayana yoga, menahan nafas dalam sikap tubuh tertentu pada saat meditasi itu. Sifatnya bertahan sampai kemudian mampu menahan nafas itu dalam jangka waktu yang panjang.

5. Pracahara yoga, meniadakan pengaruh indera atas benda apapun yang ada di sekitar diri sampai semuanya itu dipandang tidak ada sama sekali.

6. Dharana yoga, pemusatan pikiran atas suatu titik sasaran yaitu Brahman, tanpa tergetar oleh suatu apapun.

7. Dhyana yoga, renungan ruhani yang terus menerus terhadap titik konsentrasi yaitu Brahman, tanpa ada ingatan lainnya.

8. Samadhi, mencapai titik ekstase hingga pada saat itu bersatulah

atman dengan Brahman yang dirumuskan dalam “Dia adalah Aku dan Aku adalah Dia.”4

Delapan anggota ini dapat dibagi lagi menjadi dua bagian yang besar yaitu mulai dari pengekangan diri (yama) sampai dengan penarikan indera dari objek-objeknya (pratahara), yang disebut pertolongan. Pertolongan yang tidak langsung dari luar (bahiranga), dan mulai pemusatan perhatian (dharana) sampai dengan perenungan yang sempurna (samadhi), yang disebut dengan pertolongan yang langsung atau yang ada dari dalam (antaranga). Bagian pertama dapat dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu persiapan etis, yang terdiri dari pengekangan diri (yama) dan pengamatan

(4)

(niyama), dan persiapan badani yang terdiri dari, sikap tubuh (asana), pengamatan nafas (pranayama) dan penarikan indera dari objek-objeknya (pratyahara). Bagian kedua dapat dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu permenungan yang terdiri dari pemusatan perhatian (dharana) dan permenungan atau meditasi (dhyana) dan pemusatan yang terdiri dari

samadhi.5

Menurut Harun Hadiwijono jika disusun secara sistematis dapat dirangkumkan sebagai berikut:

1. Yama = Pengekangan diri I. Persiapan Etis

2. Niyama = Pengamatan

3. Asana = Sikap Tubuh Pertolongan yang II. Persiapan Badani 4. Pranayama = Pengaturan tidak atau dari luar

Napas ( BAHIRANGA )

5. Pratyahara = Penarikan Indera 6. Dharana

III. Perenungan Pertolongan yang langsung 7. Dyana dari dalam (ANTARANGA) IV. Pemusatan 8. Shamadhi6

4

Joesoef Su’aib, Agama-Agama Besar di Dunia, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1996), hlm.55-56

5

Harun Hadiwijono, Sari Filsafat India, (Jakarta : PT. BPK. Gunung Mulia, 1989), hIm. 72

6

Ibid., hlm. 73

(5)

Dari bagan di atas tampaklah bahwa pengekangan diri (yama) dan pengamatan (niyama) mewujudkan azas etis Yoga. Pengekangan diri (yama) terdiri dari lima peraturan yaitu :

1. Tidak merugikan (ahimsa), yang melarang orang menyiksa, berbuat tidak adil, membenci dengan cara bagaimanapun, berlebih-lebih, (ahimsa) melarang orang membunuh, baik untuk membela diri maupun untuk meniadakan orang lain (musuh).

2. Mengucapkan yang benar (satya), yang berarti orang tidak boleh berbuat curang.

3. Tidak mencuri (astya), yang melarang orang mencuri atau menyalahgunakan milik orang lain.

4. Menjauhkan diri dari kegiatan seksual (brahma carya) yang melarang orang berbuat mesum.

5. Menolak milik (aparigraha) yang mengandung arti orang tidak boleh kikir. Inilah peraturan (hukum) yang besar (mahawrata) yang berlaku bagi semua orang tanpa mengingat akan kasta, tempat, waktu atau keadaan.7

Pengamatan (niyama) meliputi lima peraturan yaitu :

1. Kemurnian atau kesucian (sauca), secara lahir dan batin. 2. Kepuasan (santosa)

3. Kesederhanaan (tapas)

4. Pelajaran (swadayaya) yaitu mempelajari ayat-ayat kitab suci 5. Penyembahan kepada Tuhan (Iswarapradidana).8

Kesepuluh peraturan ini dapat disebut hukum sepuluh dari sistem yoga yang pertama-tama harus dilaksanakan oleh orang-orang yang hendak melakukan yoga. Maka dapat dikatakan bahwa hidup etis yang tinggi itu menjadi persiapan azasi dari yoga. Patut diperhatikan disini bahwa yama dan

7 I Gede Sura, Pengendalian Diri dan Etika Dalam Ajaran Agama Hindu, (Denpasar: Hanuman Sakti, 2001), hlm.50

(6)

niyama (pengekangan diri dan pengamatan) menekankan kepada hubungan yang selaras antara perorangan dan masyarakat, antara manusia dan segala makhluk yang hidup dan antara manusia dan Tuhan. Anggota yoga ketiga sikap tubuh. Asana yaitu memusatkan bantuan fisik bagi pemusatan, keempat pengaturan nafas (pranayama), dimaksudkan agar orang dengan mudah mengawasi akal dan pikirannya. Kelima penarikan indera dari obyek-obyeknya (pratayahara) dimaksudkan untuk menguasai tubuh daya hidup dan indera-indera, yang dianggap perlu sekali bagi pengawasan akal dan pikiran.9

Ketiga anggota yang terakhir yaitu dharana, dayana dan samadhi, mewujudkan kepada tingkatan-tingkatan pemusatan pikiran itu. Pikiran Yogi yang pertama adalah pemusatan pikiran (dharana) selanjutnya dharana,

dhayana ditimbulkan dharana. citta (alam pikiran) telah tidak diganggu oleh pikiran-pikiran yang lain kecuali obyek telah menjadi sasarannya lalu dipergunakan untuk merenungkan kebenaran ajaran yoga. Permenungan ini mencapai puncaknya di dalam samadhi.10

Tujuan yoga adalah samadhi dan samadhi itu suatu tingkat kesadaran di mana yang diperhatikan, dan yang memperhatikan itu sendiri lebur jadi satu.11 Samadhi itu ada dua macam yaitu yoga samadhi, (samadhi tak sadar), dan chaitanya samadhi ( samadhi sadar). Di dalam chaitanya samadhi

(samadhi sadar) orang yang melakukannya berada dalam keadaan yang sempurna dan mendapat penerangan yang agung. Pikiran suci adalah langkah awal dalam sadhana (latihan rohani). Pikiran suci tidak hanya meliputi kemurnian moral, tapi juga kemauan dalam meditasi.12 Seperti telah disebutkan oleh Patanjali yang mengartikan yoga sebagai berhentinya kegoncangan pikiran. Keadaan ini ditentukan oleh intensitas atya (unsur asli

8 Ibid., hlm. 54

9

Harun Hadiwijono, op. cit., hlm. 74 10

Ibid., hlm. 75 11T

.G. Khishin, Meditasi, (Jakarta: Yayasan Wisma Karma, 1988), hIm. 10 12

Gede Kamajaya, Yoga Kundalini, (Surabaya : Pararnitha, 2000), hIm. 28-29

(7)

dari segala yang terang, yang memberi cahaya dan segala yang mulia), rajas

(nafsu) yang berkobar dan tidak dapat dikekang oleh sesuatu yang menimbulkan rasa yang tidak senang dan tidak tentram), tamas (kegelapan, yang gelap, yang tidak bernafsu, merasa sedih). Kelima keadaan itu ialah:

1. Ksipa

Adalah tidak mau berdiam dalam keadaan ini, pikiran ini diombang-ambingkan oleh keadaan rajas dan tamas dan ditarik oleh obyek indriya dan sarana-sarana untuk mencapainya.

2. Mudha

Artinya lamban dan malas, ini disebabkan karena pengaruh tamas

yang menguasai alam pikiran. Akibatnya orang yang alam pikirannya demikian akan menjadi bodoh, senang tidur dan sebagainya.

3. Viksipta

Artinya bengong dan kacau. Hal ini disebabkan oleh pengaruh rajas, karena pengaruh ini pikiran mampu mengarahkan kepada kebajikan pengetahuan dan sebagainya. Ini merupakan tahap pemusatan pikiran pada suatu objek, namun sifatnya sementara sebab akan disusul lagi oleh kekuatan pikiran.

4. Ekagra

Artinya terpusat. Disinilah citta terhapus dari cemarnya rajas sehingga

satvalas yang menguasai pikiran. Ini adalah awal pemusatan pikiran pada suatu objek yang memungkinkan, ia mengetahui alamnya yang sejati sebagai persiapan untuk menghentikan perubahan pikiran.

5. Nivedha

Artinya terkendali, dalam tahap ini berhentilah kegiatan pikiran, hanya ketenaganlah yang ada, ekagra dan nirodha merupakan persiapan untuk mencapai tujuan akhir yaitu kelepasan. ekagra bila dapat berlangsung terus

(8)

menerus disebut samprajnata samadhi (meditasi yang mendalam) atau disebut juga dengan nirudha.13

Ada empat macam samprajnata samadhi menurut obyek perenungan :

1. Safitarka Adalah bila pikiran terpusatkan pada suatu obyek benda kasar seperti arcadeva atau devi.

2. Savicara, adalah bila pikiran itu terpusatkan pada suatu obyek yang halus yang tidak nyata seperti tan matra.

3. Sananda, bila pikiran itu dipusatkan pada suatu obyek yang halus seperti rasa inderanya.

4. Sasmita, bila pikiran itu dipusatkan pada asmita, yaitu anasir rasa aku yang biasanya roh menyamakan dengan ini.

Dengan tahap-tahap pemusatan pikiran seperti tersebut di atas maka ia menjalani bermacam-macam alam obyek dengan atau tanpa jasmani dan meninggalkannya sama sekali, dan untuk mencapai tingkat ini seorang harus melaksanakan praktek yoga dengan cermat dan waktu yang lama melalui tahap-tahap yang disebut astanga yoga.14

B. Pengaruh Meditasi Terhadap Kesadaran Jiwa

Kesadaran pada dasarnya terdiri dari dua jenis. Pertama adalah kesadaran jasmani dan kedua kesadaran ruhani. Kesadaran ruhani pada umumnya dikenal sebagai kesadaran batin atau kesadaran jiwa. Suatu kesadaran sangat luas dan sulit dijajagi menurut sifatnya kesadaran batin dapat dibedakan menjadi dua yaitu bawah sadar (subconscious) dan atas sadar

(superconscious).

13

I Gusti Made Ngurah, Buku Pendidikan Bagi Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi,

(Surabaya: Paramitha, 1998), hlm. 124 14

Ibid., hIm. 125

(9)

Sedangkan kesadaran jasmani (fisik) disebut juga dengan kesadaran normal (conscious), suatu kesadaran yang akrab dengan kehidupan sehari-hari. Karena merupakan kesadaran fisik, maka tingkat kesadaran ini sifatnya sangat terbatas dan hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh kesadaran kita.15

Kesadaran jiwa (bawah sadar) atau subconcious adalah kesadaran yang jauh lebih tinggi daripada kesadaran fisik. Tingkat kesadaran ini juga disebut juga sebagai bawah sadar, karena biasanya bekerja di bawah atau di luar kesadaran sehari-hari. Informasi-informasi bagi kesadaran jiwa pun disimpan secara otomatis di bawah kesadaran.16

Keberhasilan meditasi tidak ditentukan oleh keberhasilan saat melakukan meditasi, tetapi ditentukan dari keseluruhan kehidupan.17Meditasi memang telah berhasil dilakukan oleh orang bijaksana yang telah mempraktekan sepanjang jaman, sebab meditasi menjernihkan pikiran dan membuka hati. Kaum bijaksana dan kaum imam yang sangat terdidik menghabiskan hidup mereka dengan mengajarkan jalan menuju pencerahan. Teknik-teknik itu telah dimasukan ke dalam falsafah-falsafah besar dunia serta agama-agama dan telah digunakan oleh berjuta-juta orang sepanjang jaman.

Minat meditasi sekarang ini telah mengilhami banyak guru modern untuk menyederhanakan teknik-teknik kuno ini dan untuk menelanjangi teknik-teknik tersebut dari tambahan-tambahan kebudayaan selama berabad-abad. Dengan cara ini meditasi menjadi terjangkau bagi orang-orang yang tidak ingin terlibat dalam sebuah tradisi keagamaan, tetapi yang diingini

15

R. Soegoro, Meditasi Triloka dalam Suprakesadaran, (Jakarta : PT. Elex Media Kornputindo Kelompok Gramedia, 2002), hIm. 17

16

Irmansyah Effendi, Kesadaran Jiwa Teknik Efektif untuk Mencapai Kesadaran Yang lebih Tinggi, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 13

17

Luh Ketut Suryani., op. cit.,hIm. 63

(10)

ialah mengubah diri mereka sendiri dan memperbaiki mutu hubungan serta kehidupan mereka.18

Banyak orang yang telah melakukan meditasi secara mendalam sehingga berhasil mencapai titik hening yang luar biasa di dalam jiwanya, yang biasa setelah melalui latihan meditasi secara mendalam, mereka merasakan suatu perasaan lega, tenang, lapang, perasan tubuh dan perasaan begitu ringan, bahkan rasanya hati ini ingin tersenyum tanpa sebab karena yang dirasakan hanya kelegitan dan rasa damai yang demikian meresap di dalam jiwa.

Jika proses meditasi semakin dalam hingga mengedepankan seluruh pikiran, perasaan dan emosi ke tingkat bawah titik nol, niscaya perasaan hening yang luar biasa akan segera dirasakan, jika telah begitu maka seolah-olah semua bergerak baik ke dalam semesta maupun di dalam diri seperti berhenti sama sekali, semua ilusi tentang gerak dan waktu, pembedaan luar dan dalam, antara yang mengamati dan diamati seperti berhenti untuk sesaat. Orang yang melakukan meditasi itu telah menembus kesadaran terhadap ruang dan waktu yang tanpa batas.

Sedangkan alam pikiran bawah sadar adalah seluruh pengamalan psikologis yang disimpan sejak orang dilahirkan. Sejak manusia itu lahir mulailah ia mengalami pengalaman-pengalaman yang telah dipisahkan dari suasana psikisnya atau tubuhnya, pengalaman-pengalaman dari kesatuan organis yang dialami psyche / tubuh. Pengalarnan manusia apa saja atau kesan-kesan yang menyertainya, disadari atau tidak yang datang dari luar manusia atau dari dalam diri sendiri. Semuanya itu diterima dan disimpan dalam lingkungan psyche yang disebut alam pikiran bawah sadar. Bawah sadar adalah landasan emosi pikiran mencipta kalau seorang berfikir baik, maka akan datang pula kebaikan. Akan berfikir jahat maka kejahatan yang akan terbukti.

18

Doriel Hall, Penyembuhan dengan Meditasi, Terj. Hermaya, (Jakarta : PT. Gramedia

(11)

Pikiran bawah sadar akan menerima mental setiap kesan atau sugesti apapun yang diberikan kepadanya. Percobaan-percobaan psikologis telah membuktikan kepada seseorang yang sedang berada di bawah hipnotis. Jika ia diberi sugesti bahwa dia adalah Napoleon Bonaparte atau seekor anjing atau kucing, maka ia akan melakukan dan memainkan peran itu dengan sangat tepat, kepribadiannya pada saat itu akan berubah sesuai dengan isi sugesti yang diberikan kepadanya. Alam pikiran bawah sadar bekerja dengan caranya sendiri, ia melihat tidak melihat organ mata, tidak di batas ruang dan waktu, daya pendengarannya lebih besar dibandingkan organ telinga, alam pikiran bawah sadar, identik dengan kekuatan batin manusia itu sendiri, identik pula dengan indera keenam.19

Dengan kesadaran jiwa kita melihat manusia dengan sudut pandang yang berbeda. Kita melihat semua orang adalah sama, yaitu sebagai jiwa. Karena kita masing-masing jiwa maka kita adalah saudara, kita. semua hasil ciptaan Tuhan yang mempunyai martabat yang sama. Kesadaran jiwa memungkinkan kita untuk mengembangkan hubungan yang lebih baik dan lebih akrab dengan jiwa agung. Yang mempunyai efek positif bagi jiwa kita dan orang lain. Dan pada akhirnya juga akan berpengaruh pada jiwa orang lain sehingga hasilnya adalah masyarakat yang damai, tenang, tertib dan teratur.20

Telah dikatakan di atas bahwa meditasi adalah menghadirkan ketenangan dan kedamaian. Kedamaian adalah sifat-sifat asli jiwa (bawaan) yang dibawa dari tempat asalnya. Sifat-sifat asli jiwa seperti cinta, hasil kedamaian, kesucian, kebahagiaan, dan kekuatan, nyaris terhapus sama sekali setelah jiwa menemukan pakaan untuk tubuh jasmani yang tertutup nafsu-nafsu duniawi yang memberikan kepuasan semu.

C. Meditasi dalam Pandangan Islam

Pustaka Utama, 1999), hIm. 36

19

A.F. Jaelani, Potensi Meditasi dan Tenaga Dalam, (Solo: C.V. Aneka, 1995), hIm. 60

(12)

Dari beberapa uraian pengertian meditasi di atas, meditasi adalah pemusatan perhatian yang dilakukan secara sadar atau segala pikiran kepada suatu yang abstrak yaitu Tuhan. Dengan pengertian semacam itu meditasi yang diajarkan dalam Islam cukup banyak seperti muqorobah, uzlah, do’a, dzikir dan tafakur.21Namun pada umumnya dalam pendekatan diri pada Tuhan orang melakukan dengan jalan sholat yang khusyu’ dan melakukan dzikir.

Sholat dalam bahasa berarti do’a.Disebut do’a karena sebagian pelaksanaan sholat adalah do’a dengan kata lain, sholat secara bahasa mempunyai arti mengagungkan.Dinamakan sholat karena merupakan salah satu bentuk ibadah yang mengagungkan Allah SWT dan mensucikan-Nya.

Sedangkan pengertian sholat menurut syara’ adalah ucapan-ucapan atau perbuatan-perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram diakhiri dengan salam.Ucapan yang dimaksud adalah bacaan al-Quran, takbir, tasbih dan do’a. Sedangkan yang dimaksud dengan perbuatan adalah gerakan dalam shalat misal ruku’, sujud dan gerakan lain yang dilakukan dalam shalat.22

Sholat adalah merupakan panggilan rahasia yang saling menyambut dan menyembahnya, maka sholat apabila diibaratkan dengan manusia, maka sholat diibaratkan dengan jasad atau fisik sholat yang belum mempunyai jiwa.Jasad yang tidak disertai dengan jiwa tidak mempunyai arti.Oleh karena itu sedapat mungkin berusaha menghidupkannya dengan memasukinya dengan jiwa sholat yaitu ikhlas dan khusyu’.Ikhlas yaitu memurnikan niat semata-mata karena Allah artinya di dalam melaksanakan sholat harus benar-benar di dorong oleh hati yang suci, tidak tercampuri oleh dorongan yang lain misal sholat tidak ingin dipuji. Ikhlas merupakan jiwa dari semua perbuatan, perbuatan yang di dorong dengan ikhlas akan abadi dan semata-mata karena

20

R.Soegoro., op. cit., hIm. 20 21

Sudirman Tebba, Meditasi Sufistik, (Bandung : Pustaka Hidayah, 2004), hIm. 14

(13)

Allah SWT.Sedangkan jiwa yang kedua adalah khusyu’ yang diartikan konsentrasi dan menghayati apa yang sedang dilakukan dan diucapkan.Umumnya pada waktu takbir “Allahu Akbar”, hati menghayati dan memahami sepenuhnya, bahwa Allah Maha Besar. Pada waktu sujudnya juga demikian mengakui kelemahan dirinya dan mengakui kebesaran-Nya. Khusyu’ diperintahkan dalam al-Qur’an ; “sesungguhnya beruntunglah orang-orang beriman yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya”. (Q.s. Almukminun 1-2).23

Khusyu’ dibagi menjadi dua bagian:

1. Lahiriyah, yakni melakukan gerak-gerik sholat dan ucapannya sesuai dengan tuntunan dan ajaran Rasulullah SAW.

2. Bathiniyah, yakni melakukan sholat dengan hati dan rasa harap, cemas, takut merasa diawasi dan suasana mendukung terciptanya pelaksanaan lahir bathin dalam melaksanakan sholat yang khusyu’.24

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai sifat khusyu’ dalam sholat diantaranya sebagai berikut:

1. Ketika sholat hendaklah merenungkan bahwa ia sedang berdiri dihadapan Allah Yang Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam hati.

2. Menghayati makna apa yang sedang dibaca. 3. Memasukkan arti tersebut di dalam hati.

4. Tidak tergesa-gesa dalam ucapan dan amalan-amalan sholat. 5. Menundukkan muka ketika sedang sujud.

6. Menjauhkan dari segala hal yang dapat mencerminkan ketenangan.25

Perlu diketahui, bahwa sholat merupakan proses yang menuntut konsentrasi yang mendalam. Bagi setiap muslim dituntut untuk melakukan hal tersebut, yang dalam bahasa arab disebut khusyu’. Kekhusyu’an dalam sholat

22

Misa Abdu, Menjernihkan Batin dengan Sholat Khusyu’, (Jakarta: Mitra Pustaka, 2003), hlm. 6

23

Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang: CV. Bina Sejati, 2000), hlm. 90 24

Moh. Sholeh, Tahajud: Manfaat Praktis Ditinjau dari Ilmu Kedokteran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2003), hlm. 130

(14)

inilah bila kita teliti secara lebih mendalam, mengandung unsur meditasi.26 Cermin khusyu’ dalam ibadah itu lebih banyak ditemui dalam sholat daripada ibadah-ibadah yang lainnya. Kata khusyu’ juga tidak akan disebut kecuali pikiran seseorang itu tertuju pada sholat. Karena sholat merupakan ibadah yang mengandung dzikir, do’a-do’a, bacaan al-Qur’an, ruku’ dan sujud.27

Khusyu’ juga dapat mengantarkan dan menumbuhkan kemampuan untuk berkonsentrasi kepada Tuhan. Konsetntrasi dalam sholat juga membutuhkan atau latihan yang sangat berat, kesabaran dan kemampuan dalam mengingat Allah akan membantu konsentrasi pada diri seseorang.

Dengan melakukan gerakan sholat secara khusyu’ misalnya ruku’ dan sujud secara khusyu’ merupakan yang paling agung dalam ibadah dan merupakan ibadah bagi anggota badan. Diantara sujudnya seseorang jika ia merasa rendah dihadapan Tuhan-Nya dengan mensifati Tuhan-Nya dengan sifat-sifat kemuliaan, kebesaran, keagungan dan keluhuran-Nya. Ketika sujud dilakukan hanya sekali, maka pengaruhnya masih lemah, dengan dua kali sujud mata hatinya menjadi terketuk dan tampak pengaruhnya pada waktu itu suatu harapan untuk mendapatkan rahmat dari Allah. Karena rahmat Allah akan datang kepada orang yang lemah dan rendah hati. Selain itu dengan sujud, adanya pengakuan dan kelemahan jiwanya, kesempurnaan Tuhan dan keluhuran-Nya, maka mintalah pada waktu itu apa yang dikehendakinya, maka Allah akan mengabulkan do’anya, karena sujud merupakan tempat seseorang untuk khusyu’.28

Perlu diketahui seperti halnya sholat seorang muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah, ada yang melaksanakan ajaran tasawuf, yaitu dengan dzikrullah baik dengan sendiri maupun dengan kelompok (tarekat).

25

Ibid., hlm. 133

26

Imam Musbikin, Rahasia Sholat: Bagi Penyembuhan Fisik dam Psikis, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003), hlm. 156

27

Misa Abdu, op. cit., hlm. 12

28

Ibid., hlm. 143

(15)

Salah satu kegiatan yang terpenting dari tasawuf dan tarekat adalah dzikirullah. Kegiatan inilah yang hampir setiap waktu dibedakan, hingga sampai ada masyarakat yang menganggap tasawuf atau tarekat identik dengan orang-orang yang selalu berdzikir dan tiada pernah lepas dengan tasbihnya.29 Sementara dalam tasawuf (Islamic Mysticsm) sebagai ilmu yang mengajarkan hal-hal yang bersifat ruhaniyah mempunyai tujuan yang sama dengan meditasi, tujuan tersebut adalah fana’ untuk mencapai ma’rifat. Arti fana’

ialah leburnya pribadi pada kebaqa’an Allah, tersingkap kasyaf, ketika itu antara diri dengan Allah menjadi satu dalam baqa’Nya.30

Di dalam buku “Tasawuf dan Perkembangan dalam Islam” Simuh mengatakan tasawuf atau mistik termasuk jenis ajaran atau kepercayaan. Jadi seorang mistikus adalah orang yang mempercayai atau mengajarkan bahwa pengetahuan tentang Tuhan atau realitas mutlak (al-Haq) bisa diperoleh melalui penghayatan kejiwaan dengan melakukan meditasi (renungan batin, dzikir) yang bebas dari akal pikiran dan inderawi.31

Adapan salah satu jalan untuk mencapai penghayatan fana’fillah

disamping mendalamnya cinta, rindu adalah dengan meditasi (pemusatan kesadaran) dengan perantara dzikir. Dzikir adalah sebuah pintu yang paling besar untuk mencapai fana’ dan ma’rifat pada Allah, maka masukilah, sertailah setiap keluar masuknya nafas dengan dzikir.32 Manusia yang diberkati dengan pengetahuan batin memandang dzikir sebagai pengetahuan yang paling efektif untuk membersihkan hati dan mencapai kehadiran Ilahi. Obyek segenap ibadah adalah mengagungkan Allah dan hanya terus menerus mengingat Allah yang bisa melahirkan cinta kepada Allah serta mengosongkan hati dari kecintaan dan keterikatan pada dunia fana’. Ajaran

29

Moh Saefulloh AI-Aziz, Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, (Bandung : Terbit Terang, 1998), hlm. 179

30

Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1998), hlm. 644

31

Simuh, Tasawuf Dan Perkembangan Dalam Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hIm. 104

32

Ibid., h1m. 104

(16)

yang paling penting yang tersirat dalam dzikir atau pengakuan keimanan “La

Ilaha Illa Allah” yang berarti tidak ada Tuhan selain Allah atau tidak ada

obyek yang layak dan pantas di sembah kecuali Allah. Sebagai hasil dari dzikir, hatipun kosong dan cinta dari sesuatu terputus dari semuanya kemudian ia pun cenderung pada Allah semata.33AI-Qur'an memerintahkan manusia “sebutlah nama Tuhanmu dan beribadah kepada-Nya dengan penuh ketekunan” (Q.S. Al-muzammil 73 : 8).34

Meditasi dengan bantuan dzikir juga bisa menciptakan ketenangan jiwa. karena apabila ditinjau dari psikologi, ketenangan itu dapat terjelma apabila dibalik sebutan nama Allah (asmaul husna) dihayati oleh pelbagai sikap mental yang luhur seperti cinta (mahabbah), rindu, merendahkan diri dan takut kepada Allah SWT. Demikian juga sikap optimistis ar-Raja’

memperoleh rahmah dan ridha-Nya, dijauhkan dari adzab dan murkanya. Sikap luhur yang dapat digambarkan sebagai “kimia sakinah”. Faktor-faktor itulah yang merupakan persenyawaan dari keadaan mental yang apabila terhimpun dengan baik menjelmalah ketenangan batin.35

Dalam Al-Qur'an dijelaskan:

ﻢﻬﺑﻮﹸﻠﹸﻗ ﻦِﺌﻤﹾﻄﺗﻭﺍﻮﻨﻣﺃ ﻦﻳِﺬﹶﻟﹶﺍ

ِﷲﺍ ِﺮﹾﻛِﺬِﺑ

ﻰﻠﻗ

ﺏﻮﹸﻠﹸﻘﻟﹾﺍ ﻦِﺌﻤﹾﻄﺗ ِﷲﺍ ِﺮﹾﻛِﺬِﺑ ﹶﻻﹶﺃ

.

Artinya : “Orang-orang yang beriman hatinya tentram, karena mengingat Allah hati menjadi tentram, ketahuilah bahwa dzikir kepada Allah, hati akan menjadi tenang”. ( Q.S. Ar-Ra'du. 13 : 28)

Kita diperintahkan untuk berdo’a kepada Allah karena Ia adalah yang menjadi tumpuan segala harapan. Doa adalah salah satu bentuk dari dzikir

33

Mir Valiuddin, Dzikir Dan Kontemplasi Dalam Tasawuf, Terj. M.S, Nasrulloh, (Bandung : Pustaka Hidayah, 2000), hIm. 85

34

Depag RI, Al Quran dan Terjemahannya, (Semarang : Toha Putra, 1995), hlrn. 998 35

Hamzah Yaqub, Tingkat Ketenangan dan Kebahagian Mukmin,(Jakarta : CV. Atisa, 1992), hlm. 317

(17)

dengan ingat kepada Allah, maka hati akan tentram dan pikiran akan terbuka.36

Dzikir juga bermanfaat untuk membersihkan hati berkenaan dengan fungsi. Al-Ghazalipun menjelaskan bahwa hati yang tenang merupakan hasil dzikir kepada Allah, dzikir juga bisa mendatangkan ilham, ruang gerak setan menjadi terhalang karenanya, sehingga setan menjauh dari hati manusia. Saat itulah malaikat akan memberikan ilham.37

Banyak ahli-ahli tarikat berkeyakinan, jika seorang manusia atau hamba Allah telah yakin bahwa lahir dan batinnya di lihat Allah dan segala pekerjaannya diawasinya, segala perkataannya didengarnya dan segala yang dicita-citakan dan niatnya diketahui oleh Allah karena ia selalu menghambakan diri kepada Allah dengan selalu beribadah maka para penempuh melakukan dzikir dan mengingat Allah agar memperoleh pengaruhnya yaitu supaya dikasihi Allah. Jika seorang hamba Allah takut kepada Allah maka segala suruhannya akan dikerjakannya, dan segala larangan-Nya akan dihentikan. Seorang yang cinta kasih Allah tentu akan memilih pekerjaan-pekerjaan yang disukai Allah dan mengingatkan diri pada pekerjaan yang tidak disukai Allah.38

Sebagai sarana pada konsentrasi tunggal, penyebutan sifat-sifat Allah adalah penting, sifat seperti Ar-Rahman (Penyayang), al-Khalik (Pencipta) dan seterusnya secara berulang-ulang tersebut. Sesuai dengan keadaan seseorang. Kata Allah yang menunjukkan esensi realitas juga sering disebut

La Ilaha Illallah. Ketika alunan asma dan sifat-sifat Illahi angat banyak menolong dan menimbulkan dalam keadaan terpusat dan tentram pikiran yang didalamnya.39

36

Rifyal Ka’bah, Dzikir dan Do’a dalam AI-Qur’an, (Jakarta : Paramadina, 1999), hIm. 33 37

M. Solikhin, Tasawuf Tematik: Membedah Tema-Tema Penting Tasawuf, (Bandung : Pustaka Setia, 2003), hIm. 58

38A

bu Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Thariqat, (Solo : Ramadhani, 1996), hIm. 67 39

Syeh Fadlullah Haries, Belajar Mudah Tasawuf, Terj. M.Hasyim Assegaf, (Jakarta : PT. Lentera Basritama, 1998), hIm. 85

(18)

Meditasi dalam tinjauan Islam bila dikaitkan dengan meditasi dalam perspektif yoga dapat kita ketahui persamaan dan perbedaan dalam mencapai penyatuan dengan Tuhan yaitu :

1. Persamaan

Dalam masalah menuju Tuhan keduannya mempunyai satu kesamaan yaitu menyadari apa yang terjadi pada manusia tidak dengan sendirinya, karena di balik itu semua ada realitas yang mutlak dengan usaha ingin mencapai tingkatan yang tertinggi yang dikenal ma’rifatullah

atau wahdatul wujud,40 dan dalam agama Hindu dikenal dengan istilah

moksa ( pembebasan akhir dengan ikatan-ikatan dunia dalam realitas).41

Dalam usaha menuju Tuhan atau untuk mendekatkan diri pada Tuhan, keduanya memiliki perjuangan yang keras dengan cara sungguh-sungguh sehingga mengorbankan ruhani yang bersih. Dalam Islam pada umumnya dengan melakukan latihan yang keras (mujahadah) menuntut kesabaran, kemampuan dan kekuatan untuk mengingat Allah sehingga dalam sholat dan dzikir membutuhkan konsentrasi, yaitu pelepasan diri dengan mengosongkan atau membersihkan batin atau hati dari sifat tercela

(takhalli) kemudian dengan cara mengisinya atau berhias diri dengan sifat-sifat terpuji (tahalli) selanjutnya dengan melakukan station-station yang di sebut maqomat seperti taubat, wara’, zuhud, sabar, tawakal, ridha.42 Sedangkan dalam mistik Hindu melakukan dengan astanga Yoga yaitu

yama, niyama, asana, parayama, pratahara, dharana, dyana, dan

samadhi.43

2. Perbedaan

40

Ustadz Labib Mz., Samudra Ma’rifat, (Surabaya : Penerbit Tiga Dua, 2001), hlm. 26 41

Upadeca, Tentang Ajaran Agama Hindu, (Denpasar : Parisada Hindu Darma, 1978), hlm. 13

42

Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, (Semarang : Pustaka Pelajar, 1997), hlm. 49 43

Joesoep Su’aib, Agama-agama Besar di Dunia, (Jakarta : Al-Khusna Zikra, 1996), hlm. 55-56

(19)

Dalam perjalanan mistik Hindu untuk mencapai pada Brhman

(Tuhan) meditasi yang dilakukan atau tahapan yang akan dilaksanakan untuk mencapai penyatuan dengan Tuhan adanya pembagian secara mutlak yang diberikan pada golongan kasta tertinggi yaitu golongan Brahman

karena yang biasa ke taraf itu adalah golongan Brahman. Dan bukan golongan atau kasta dibawahnya seperti ksatria (golongan bangsawan),

weisya (golongan pekerja), sudra (golongan bawah), terutama dalam kehidupan yang akan datang atau reinkarnasi. Tetapi dalam ajaran Islam tidak memandang golongan tertentu yang terpenting menjalankan perbuatan yang benar, sesuai dengan syareat atau aturan akan mencapai penyatuan dengan Tuhan. Dalam pencapaian dengan Tuhan tidak bertujuan untuk reinkarnasi untuk kehidupan yang akan datang, tetapi bertujuan sedekat mungkin untuk mencapai ridho dan kebahagiaan akherat.

(20)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari uraian bab-bab terdahulu, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan bahkan mungkin menyatu dengan-Nya, meditasi dan yoga juga merupakan proses penenangan jiwa. Hanya perlu dibedakan secara tegas yang dilakukan dalam meditasi dan yang dilakukan dalam yoga. Pemusatan pikiran yang dilakukan dalam yoga itu terdapat unsur-unsur meditasi atau dapat dikatakan bahwa orang yang melakukan dalam yoga itu dipastikan akan melalui meditasi. Namun hal itu tidak terjadi pada sebaliknya. Ini dapat ditegaskan bahwa pemusatan perhatian yang dilakukan dalam proses meditasi itu tidak dapat dipastikan mengandung unsur-unsur yang menjurus pada yoga. Ini dikarenakan yoga dapat dicapal melalui cara yang lain. Dengan demikian, dalam yoga terdapat unsur-unsur yang hampir sama dengan proses meditasi, tetapi itu tidak berarti bahwa yoga dalam mencapai tujuannya identik dengan meditasi.

2. Meditasi mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian kesadaran jiwa seseorang. Dengan latihan meditasi, jiwa seseorang bisa menjadi tenang. Jika proses meditasi makin dalam hingga mengedepankan seluruh kesadaran pikiran, perasaan dan emosi ke tingkat bawah titik nol, niscaya perasaan hening yang luar biasa akan dirasakan hanya kelegaan dan rasa damai yang begitu meresap dalam jiwa. Dengan begitu orang yang mempraktekkan meditasi bisa menjadi lebih sadar akan dirinya sendiri, terhadap bagaimana la dapat “berfungsi” dan tentang apa dan siapa saja yang menggerakkannya. Dia juga dapat membuka diri ke arah kenyataan yang sedang dihadapinya. Dan lebih terbuka terhadap orang--orang di sekitarnya.

(21)

3. Meditasi adalah pemusatan pikiran terhadap obyek.Dengan pengertian ini meditasi yang diajarkan dalam Islam cukup banyak seperti dzikir dan sholat yang khusyu’, dzikir dan sholat merupakan salah satu jalan untuk mendekatkan diri pada Allah.Dengan sholat yang khusyu’ dan dzikir segala konsentrasi tertuju kepada-Nya yaitu dengan sujud yang disertai dengan ucapan al-Qura’an dan do’a.Selain itu seorang muslim dalam pendekatan diri dengan Allah melakukan dzikir, karena dengan dzikir dan sholat akan membersihkan hati dan mencapai kehadiran Illahi. Dengan melakukan dzikir dan sholat hati akan menjadi tenang. Meditasi dalam pandangan Islam bila dikaitkan dengan meditasi dalam perspektif yoga dalam pencapaian tujuan akhir ada persamaan dalam usaha menuju Tuhan yaitu melakukan usaha yang keras baik lahir maupun bathin sedangkan perbedaan adanya pembagian golongan (kasta) secara mutlak untuk mencapai penyatuan

B. Saran-Saran

Saran-saran berdasarkan uraian di atas tentang meditasi dalam perspektif yoga, maka ada beberapa saran yang dapat penulis sarankan, penulis menyarankan kepada seluruh umat manusia khususnya kepada pembaca skripsi.Bagi umat Hindu, untuk mencapai tujuan akhir yaitu moksha

hendaknya memahami dan melaksanakan ajaran yoga sesuai dengan tatacara yang dianjurkan oleh ajaran yang terkandung dalam kitabnya.Sedangkan yang beragama Islam yang ingin mendapatkan rahmat hendaknya diaktualisasikan dengan kebaktian dan ibadah dengan-Nya, dengan ibadah manusia menyadari yang sesungguhnya sebagai hamba-Nya, karena Islam mengajarkan jalan tersebut.Kemudian bagi non Islam dan non Hindu agama dapat mengambil hal-hal yang baik yang terdapat dalam kedua agama tersebut demi kemaslahatan umat dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan kemampuan.

(22)

C. Penutup

Puji syukur kepada Allah SWT dengan selesainya uraian tentang Meditasi dalam perspektif Yoga.

Skripsi ini sudah jelas mengandung kekurangan dan kekhilafan, penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil karya ini masih sederhana. Hanya inilah yang penulis lakukan karena penulis belum memiliki ilmu yang memadai. Semoga penulis dapat mengambil pelajaran dari skripsi ini, dan semoga mendapat ridha-Nya dan bermanfaat bagi penulis maupun pembaca sekalian.

Betapa banyak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berjasa dalam penyusunan skripsi ini. Hanya kepada Allah SWT penulis dapat berserah diri dengan harapan mudah-mudahan akan mendapatkan Taufiq dan Hidayah-Nya, semoga ampunannya selalu terlimpahkan pada hamba-Nya yang mau minta maaf, karena penulis yakin hidayah, taufiq dan maghfiroh-Nya tidak akan berkurang sedikitpun jika untuk menebus seluruh dosa manusia.

Referensi

Dokumen terkait

Mengatur Database Dengan Navigation Form Menambahkan Field Ke Form Pada Design View Menambahkan Field Ke Form Pada Layout View Menambahkan Subf orm Ke Form Yang Sudah Ada.

dalam belajar, setelah membuka pembelajaran dengan mengucapkan basmallah dan berdo’a bersama. Pendidik memberikan apersepsi kepada peserta didik untuk membangkitkan

Petunjuk Teknis Tentang Pembiayaan dan Simpanan... 8) Apabila peserta mengundurkan diri, kolektor wajib segera memberitahukan kepada bagian administrasi Shari agar dapat

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 08 September s/d 13 oktober 2019 kepada pendidik dari level Virya dalam kegiatan belajar mengajar

Penelitian ini bertujuan untuk menge- tahui jenis mangrove yang paling baik dalam menyerap polutan logam berat Hg, Pb dan Cu dan kandungan polutan dalam ikan yang hidup di

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: (1) Fimbriae S.mutans berfungsi sebagai sarana perlekatan pada reseptor spesifik

Misalkan R suatu relasi di dalam himpuiran A maka R disebut relasi ekivalen jika Misalkan R suatu relasi di dalam himpuiran A maka R disebut relasi ekivalen

 Rekomendasi berupa dapat atau tidaknya klien memperoleh pembimbingan diluar Lapas / Rutan yang dibahas di dalam siding Tim Pengamat Pemasyarakatan (TTP).  Dalam