NAMA: Rahmat Surendra S. NIM: 15/385614/FI/04151
NASIONALISME DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT
Nasionalisme adalah istilah yang abstrak dan sulit untuk dideskripsikan. Ini dibuktikan dengan banyaknya perbedaan pendapat para ahli dan tiap individu dalam memahami istilah ini. Muljana (2008:3) mngartikan nasionalisme sebagai manifestasi kesadaran bernegara atau semangat bernegara. Pengertian nasionalisme menurut pandangan KH. Syarifudin adalah cinta negara (hubb al-wathan/wathaniyah) (Moesa, 2007:180). Ernest Renan mengartikan nasionalisme sebagai keinginan untuk bersatu (Kaelan dkk. 2014:485). Hans Kohn berpendapat bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara (Kaelan dkk., 2014:485).
Nasionalisme muncul pada abad pertengahan di Eropa. Dipicu oleh gerakan Reformasi Protestan yang dipelopori oleh Martin Luther King di Jerman (Dault, 2005:14). Saat itu Luther menentang Gereja Katolik Roma dengan menerjemahkan Perjanjian Baru dari bahasa Latin ke bahasa Jerman. Ini menyebabkan hilangnya hak ekslusif para pastur dan uskup gereja yang selama ini menguasai Injil dalam bahasa Latin tersebut. Ini berimplikasi secara perlahan pada munculnya kesadaran tentang bangsa dan kebangsaan yang memiliki identitas sendiri.
membenarkan sistem politik dan struktur gereja yang harus diatur oleh satu orang.
John Stuart Mill juga membicarakan mengenai nasionalisme walau tidak sefokus kajiannya akan liberalisme. Mill mencoba menghubungkan antara liberalisme dengan nasionalisme dan membentuk sikap liberal atas nasionalitas (Varouxakis, 2002). Pemikiran Mill ini menghasilkan jenis nasionalisme yang disebut nasionalisme liberal. Nasionalisme liberal adalah jenis nasionalisme yang dipertahankan oleh beberapa filsuf politik yang percaya bahwa tak mungkin adanya bentuk non-xenophobic (tidak bisa tidak disukai tanpa alasan) dari nasionalisme, sesuai dengan nilai kebebasan, persamaan, dan hak individu. Seorang nasionalis liberal (seperti Mill dan Renan) berpendapat bahwa identitas nasional itu penting. Setiap orang memerlukan identitas nasional dengan tujuan menuntun individu kepada kehidupan otonom yang bermakna.
Filsuf modern lain yang membahas nasionalisme adalah Jean Jacques Rousseau. Dalam Du Contract Social, Rousseau memberikan dasar nasionalisme bentuk baru yang disebut nasionalisme kewarganegaraan. Nasionalisme kewarganegaraan adalah nasionalisme yang terbentuk karena negara memperoleh kebenaran politik dari partisipasi aktif rakyatnya, merupakan "kehendak rakyat (the will of the people)”.
DAFTAR PUSTAKA:
Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran Nasional. LKiS: Yogyakarta
Birx, James. 2006. Encyclopedia of Anthropology. Sage Publication Inc.: California
Moesa, Ali Maschan. 2007. Nasionalisme Kiai. LKiS: Yogyakarta
Kaelan, dkk.. 2014. Prosiding Kongres Pancasila VI: Penguatan, Sinkronisasi, Harmonisasi,
Integrasi Pelembagaan dan Pembudayaan Pancasila dalam Rangka Memperkokoh
Kedaulatan Bangsa. Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta