• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bisnis dalam prespektif islam dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bisnis dalam prespektif islam dan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BISNIS DALAM PERSPEKTIF ISLAM

(Telaah Aspek keagamaan dalam kehidupan Ekonomi)

Nanang A. Daud

Ekonomi syariah

Universitas Muhammadiyah Malang

Abstract : busines in Islamic perspective is not only simply material ends but also immaterial ones. Given this, business in Islam must be carried out professionally and compatible to syariah values. This is so since business in Islam has two dimension : vertical and horizontal. The koran therefore has offered the concept of business whitout loss(tijaratan lan taburra) to all businessmen, i.e. despite losing financially, yet making a profit in the from of relegion rewars. Accordingly , this kind of business can only be acquired by observing carefully the vertical and horizontal dimension of business in Islam.

Abstrak : bisnis dalam perspektif islam tidak hanya berakhir hanya materi tetapi juga yang immaterial, didalam bisnis di islam harus dilakukan secara profesional dan kompatibel dengan nilai-nilai syariah. ini jadi karena bisnis di islam memiliki dua dimensi: vertikal dan horisontal. oleh karena itu Al-Qur’an telah menawarkan konsep bisnis tanpa kehilangan (tijaratan lan taburra) untuk semua pengusaha, yaitu meskipun kerugian secara finansial, tetapi pada hakikatnya ia tetap beruntung karena mendapat pahala, bisnis semacam ini hanya dapat diperoleh dengan mengamatisecara seksama dimensi vertikal dan horizontal dari bisnis berbasis islam

Kata kunci : Bisnis syariah,Material,Immaterial,Tijaratan Lan Tabura

Pendahuluan

(2)

baik daripada meminta-minta kepada sesama manusia,baik mereka memberi maupun tidak”. [2] perna Rasullah di tanya oleh sahabat,”pekerjaan apa yang paling baik wahai Rasulullah?, Rasulullah menjawab, seorang bekerja dengan tangnya sendiri dan setiap jual beli yang bersih”.[3]Hadis yyang lain ,”pedagan yang jujur lagi terpercaya adalah bersama-sama Nab,orang-orang jujur, dan para syuhada”.[4]

Ayat dan hadis di atas menunjukan bahwa bekerja mencari rizki adalah yang inheren dalam ajaran Islam.Tentu mencari rizki dalm konteks ajaran Islam bukan semata-mata memperkaya diri sendiri.karena Islam mengajarkan bahwa kekayaan itu mempunyai fungsi sosial.secara tegas Al-Quran melarang penupukan harta dalam arti penimbunan,[5] melarang mencari kekayaan dalam jalan tidak benar,[6] dan memerintahkan membelanjakan secara baik.[7]

Islam memandang bahwa yang terpenting bukanlah pemilikan benda, tetapi keja itu sendiri. Doktrin Al-Qur’an yang membentuk motivasi yang tinggi dalam bekerja umat Isalm antara lain tercermin dalam Q.S. Al-Mulk:15,yang memberi kesimpulan,pertama,bahwa bumi itu semua milik Allah,tetapi dianugerahi kepada manusia.Kalimat “milik Allah “ sebenarnya dapat dipahami bahwa bumi,air dan kekayaan yang terkandung didalamnya bukan milik perseorangan karena kekuasaanya,melainkan untuk semua orang. Dalam konteks msyarakat feodal , Islam bermaksud menghilangkan”sistem upeti” di mana tanah di anggap milik raja,tirah atau penguasa feodal .sebagai alternatif Al-Qur’an mengajarkan doktrin

kemakmuran bersama.[8] kedua,bahwa ayat itu menimbulkan etos yang mendorong umat Islam untuk”mengembara ke seluh bumi"mencari rizki Allah .ini mendorong untuk melakukannya perdagangan dalam sekala luas seperti perdagangan antar daerah bahkan negara.

Islam dan Ekonomi(Dinamisasi Ajaran Islam dalam Kehidupan Ekonomi)

Agama pada dasarnya dapat menjadi dinamisator bagi masyarakat dalam menjalankan berbagai aktivitas baik secara individu maupun kelompok. Dengan demikian orang yang beragama akan mempunyai sikap mental tertentu dan beragam sesuai dengan ajaran yang didalaminya dan tingkat pemahamanya yang dimilikinya terhadap ajaran tersebut.

(3)

ada hubungannya dengan suatu aliran teologi jabariah yang percaya bahwa semua tindakan dan perilaku manusia sudah ditentukan oleh Tuhan.[9] Begitu juga pemahaman zuhud yang menimbulkan satu sikap hidup yang kurang menghargai sesuatu yang bersifat material dan cendrung orentasinya haya ke akhirat saja dan tidak peduli kepada hal-hal yang bersifat duniawi dan kemajuan – kemajuan ekonomi.[10]

Padahal jika ajaran- ajaran itu dipahami dengan benar akan menghasilakan sikap yang positif.Seperti paham pasra misalnya, dalam Islam ada ajaran ikhtiar. Ajaran ini ketika dipahami dengan benar maka akan melahirkan sikap mental yang luar biasa,bukan sikap pasif yang tidak produktif. Percaya kepada takdir ternyata banyak melahirkan entrepreneur muslim yang handal ,berani menanggung resiko hidup.sedang banyak orang katanya moderen justru bermental priyai yang tidak mempunyai ketahana pribadi dan ketahanan jiwa.

Sikap zuhud juga sangat penting bagi para penguasa,karena pola hidup orang-orang sukses yang berkembang dari pedagang kecil menjadi orang kaya,dan hidupnya tetap sederhana,ternyata kesederhanaan itu merupakan kunci kesuksesannya.

Hidup sederhana bagi pengusaha tradisonal telah menimbulkan sikap hemat,tidak boros,sehingga bisa mempunyai tabungan dan kemudian diinvestasikan lagi. Di samping tidak ingin berfoya-foya,ia juga ingin bersikap jujur.Sikap jujur itu juga meimbulkan etos untuk mempertahnkan kualitas dan tidak menipu kualitas dalam produk yang dibuat.[11] sedang kepercayaan kepada akhirat dapat menimbulakan sikap tertentu,yaitu sikap tanaggungjawab.Orang yang tidak percaya kepada akhirat maka tidak percaya juga terhadap pahala dan dosa,lalu tidak ada motivasi untuk berbuat baik,karena berbuat benar atau salah sama saja.[12]

Dari uraian di atas dapat di pahami bahwa jika terjadi hubungan sinergi antara aspek keagamaan dengan ekonomi akan menghasilkan perilaku positif yang dapat mendorong produktifitas. Bukan sebaliknya seperti apa yang dipahami sebagian orang bahwa Islam yang menghambat kemajuan – kemajuan ekonomi.

(4)

mudharabah masih diperbolehkan dengan batasan-batasan yang sesuai dengan kaidah Islam. [13]

Begitu juga dengan budaya komersil yang ada di kota Mekkah.menurut telaan Keneth Cargg dalam bukunya”the event of the Qur’an”, kitab suci kaum Muslimin itu banyak mempergunakan istilah- istilah keagamaan.[14] Bahkan al –Qur’an juga memberi petunjuk langsung mengenai perdagangan yang jelas dan jujur dalam perjanjian hutang piutang.[15] Demikian juga perintah untuk mempergunakan takaran atau standar dalam perdagangan.[16]

Ketika Islam datang,budaya komersil sudah berkembang dengan pesat di kota Mekkah, sehinggah Mekkah pun layak di sebuat kota dagang. Namun perdgangan yang terjadi pada saat itu banyak yang megandung unsur-unsur penipuan dan kecurangan,seperti praktek riba dan model –model jual beli yang dilarang di dalam ajaran Islam.[17] Islam datang bukan menghancurkan budaya komersial itu,tetapi untuk menertibkanya. Bahkan Muhammad juga berusaha membawa masyarakat baduhi yang masih primitif kepad taraf kebudayaan yang lebih tinggi dengan melakukan penertiban melalui penanaman etika baru, dan sistem distrubusi kekayaan yang lebih adil dan merata.[18]

Revolusi industri juga tidak terjadi begitu saja dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt,melainkan didahului oleh berbagai peristiwa. Heilbroner mengatakan bahwa orang-orang Eropa banyak belajar perdagangan dai kaum muslimin melalui perang salib. Ahli sejarah Belanda, Jan Romein juga mengatakan bahwa orang Eropa banyak belajr dari kaum Muslimin tentang barang-barang industri. Komoditi indusrti dalam perdagangan dunia saat itu dinyatakan dalam kata-kata Arab. Dunia Islam pada abad pertengahan merupakan bagian dunia yang maju, berbeda dengan kemajuan Eropa yang mandeg. Salah satu bentuk kemajuan itu, selain dalm bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan, juga dalam bidang ekonomi.[19]

Konsep Bisnis dalam Islam

Pengertian Bisnis

(5)

dalam pandangan Straub dan Atter, bisnis kata lain adalah suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit.[21]

Adapun dalam Islam bisnis dapat dipahami sebagi serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlahnya(kuantitas) kepemilikan hartanya(barabg/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara perolehanya dan pendayagunaan hartanya(ada aturan halal dan haram).[22]

Pengertian di atas dapat di jelaskan bahwa Islam mewajibkan setiap muslim, khususnya yang memilki tanggungan untk bekerja. Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan manusia memiliki harta kekayaan. Untuk memungkinkan manusia berusaha mencari nafkah, Allah SWT melapangkan umi serta menyediahkan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk mencari rizki. “Dialah yang menjadiakan bumi ini mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segalah penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki Nya...”.[23] “sesungguhnya kami telah menetapakan kamu sekalian d bumi dan kami adahkan bagimu di muka bumi itu(sumber- sumber) penghidupan...”[24]

Bisnis dalam Al-Qur’an

Ada beberapa terma dalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan konsep bisnis. Diantaranya adalah kata : al Tijarah, al- bai’u, tadayantum, dan isytara.[25]

Terma tijarah, berawal dari kata dasar t-j-r, tajarah, tajran wa tijaatan, yang bermakna berdagang, berniaga. At – tijaratan walmutjar ; perdagangan atau perniagaan, attijariyyu wal mutjariyyu; yang berarti mengenai perdagangan atau perniagaan.[26]

Dalam Al-Quran terma tijarah ditemui sebanyak delapan kali dan tijaratuhum sebanyak satu kali. Bentuk tijarah terdapat dalam surat al- Baqarah (2):282, an- Nisa(4): 29, at-Taubah (9) : 24, an-Nur(24): 37, Fatir(35):29, as-Shaff(61):10, pada surat al-Jum’ah (62):11 (disebut dua kali). Adapun tijaratuhum pada surat al-Baqarah (2) :16.[27]

(6)

tetapi perniagaan juga ditnjukan kepada hal yag bersifat immaterial atau kualitas. Al-Qur’an menjelaskan:

Katakanlah jika Bapak-bapak,anak-anak,saudara-saudara,istri-istri kamu keluargamu,harta kekayaan yang kamu usahakan,perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan Allah maka tungguhlah sampai Allah mendatangkan keputusanya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasiq.[28]

wahai orang-orang yang beriman sukakah kamu aku tunjukan suatu perniagaan yang dapat menelamatkan kamu dari azab yang pedih? Yaitu kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang paling baik bagi kamu jika kamu mengetahinya.[29

Ayat –ayat di atas menjelaskan tentang petunjuk yang menguntungkan dan perniagaan yang bermanfaat, sehingga pelakunya akan mendapatkan keuntungan besar dan keberhasilan yang kekal. Perniagaan dimaksud adalah tetap dalam keimanan, keikhlasan amal kepada Allah dan berjihad dengan jiwa dan harta dengan menyebarkan agama dan meniggikan kalimat-Nya.[30]

Dari pemahaman di atas dapat diambil permaknaan bahwa perilaku bisnis bukan semata-mata perbuatan dalam hubungan kemanusiaan semata tetapi mempunyai sifat Ilahiyah. Adanya sikap kerelaan diantara yang berkepentingan, dan dilakukan dengan keterburukan merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat keharusan dalam bisnis. Jika ciri-ciri dan sifat-sifat di atas tidak ada, maka bisnis yang dilakuakan tidak akan mendapatkan keuntungan dan manfaat. Ayat-ayat di atas jelas memperlihatkan hakikat bisnis yang bukan semata-mata material, tetapi juga immaterial .

(7)

Al-bai’u bararti menjual,lawan dari isytara[32] atau memberikan sesuatu yang berharga dan mengambil dari padanya suatu harga dan keuntungannya. Tema bai’un dalam al-Qur’an digunakan dalam dua pengertian :pertama, jual beli dalam konteks tidak ada jual bel pada hari kiamat, karena itu al-Quran menyeru agar membelanjakan, mendayagunakan dan mengembangkan harta benda berada dalam proses yang tidak bertentangan dengan keimanan dan bertujuan untuk mencari keuntungan yang dapat menjadi bekal pada hari kiamat.[33]kedua, al-bai’u dalam pengertian jual beli yang halal, dan larangan untuk memperoleh atau mengembangkan harta benda dengan jalan riba.[34]

Kemudian Al-Quran menggunakan terma Isytara. Kata isytara dengan berbagai ragamnya sebanyak dua puluh kali, yasytarun lima kali, tasytaru dua kali, dan syarau, syarauhu, yasyruna,yasyri,yasytari,yasytaru masing-masingsatu kali.[35]

Secara umum kata isytara dan berbagai ragamnya lebih banyak mengandung makna transkasi antara manusia dengan Allah atau transaksi sesama manusia yang dilakukan karena dan untuk Allah, atau juga transaksi dengan tujuan keuntungan manusia walaupun dengan menjual ayat-ayat Allah.[36]

Selain itu Al-Qur’an juga menggunakan terma tadayantum yang disebutkan satu kali pada surat al-Baqarah(2):282. Ayat ini digunakan dalam pengertian muamalah yakni jual beli, utang piutang, sewa menyewa dan lain sebagainya yang jika dilakukan tidak secara tunai hendaknya pencatatan dengan benar.[37]

Dari penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa terma bisnis dalam Al-Qur’an baik yang terambil dari terma tijarah,al-bai, isytara, pada hakikatnya tidak semata-mata bersifat material , tetapi juga immaterial. Untuk itu pelaku bisnis harus selau menjaga profesionalisme terhadap sesama dan menjaga ketaatan terhadap Allah SWT. Dalam konteks inilah Al-Quran menawarkan keuntungan dengan suatu bursa yang tidak perna mengenal kerugian, yaitu tijarah la tabura.[38]

(8)

Landasan Normatif Bisnis dalam Islam

Pertama, tauhid(kesatuan). Tauhid merupakan konsep serba eksklusif dan serba inklusif. Pada tingkat absolut ia membedakan khalik dengan makhluk, memerlukan penyerahan tanpa syarat kepada khendak-Nya, tetapi pada eksistensi manusia memberikan suatu prinsip perpaduan yang kuat sebab seluruh umat manusia dipersatukan dalam ketaatan kepada Allah semata. Konsep tauhid merupakan dimensi vertikal Islam sekaligus horizontal yang memadukan segi polotik,sosial ekonomi kehidupan manusia menjadi kebulatan yang homogen yang konsisten dari dalam dan luas sekaligus terpadu dengan alam luas.[40]

Dari kosepsi ini, maka Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi,dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandagan ini maka pengusaha muslim dalam melakukan aktivitas bisnis harus memperhatiakn tiga hal :[41] (1), tidak diskriminasi terhadap pekerja, penjual,pembeli, mitra kerja atas dasar pertimbangan ras,warna kulit, jenis kelamin atau agama.[42] (2), Allah yang paling ditakuti dan dicintai.[43] (3), tidak menimbun kekayaan atau serakan,karena hakikatnya kekayaan maerupakan amanah Allah.[44]

Kedua, keseimbagan(keadilan). Ajaran Islam berorientasi pada terciptanya karakter manusia yan memiliki sikap dan perilaku yang simbang dan adil dalam konteks hubungan antara manusia dengan diri sendiri, dengan orang lain (masyarakat) dan dengan lingkungan. [45]

Keseimbangan ini sangat ditekankan oleh Allah dengan menyebut umat Islam sebagai ummatan wasathan. Ummatan wasathan adalah umat yang memiliki kebersamaan,kedinamisan dalam gerak,arah dan tujuanya serta memiliki aturan-aturan kolektif yang berfungsi sebagai penengah atau pembenar. Dengan demikian keseimbangan, kebersamaan, kemoderenan merupkan prinsip etis mendasar yang harus diterapkan dalam aktivitas maupun entitas bisnis.[46]

(9)

Agar keseimbangan ekonomi dapat terwujud maka harus terpenuhi syarat-syarat berikut : (1), produksi,konsumsi dan distribusi harus berhenti pada titik keseimbangan tertentu demi menghindari pemusatan kekuasaan ekonomi dan bisnis dalam genggaman segelintir orang. (2), setiap kebahagian individu harus mempunyai nilai yang sama dipandang dari sudut sosial, karena manusia adalah makhluk teomorfis yang harus memenuhi ketentuan keseimbangan nilai yang sama antara nilai sosial marginal dan individual dalam masyarakat. (3), tidak mengakui hak milik yang tak terbatas dan pasar bebas yang tak terkendali.[50]

Ketiga ,kehendak bebas. Manusia sebagai khalifa di muka bumi sampai batas-batas tertentu mempunyai kehendak bebas untuk mengarah kehidupannya kepada tujuan yang akan dicapainya. Manusia dianugerahi kehendak bebas(free will) untuk membimbing kehidupannya sebagai khalifa. Berdasarkan aksioma khendak bebas ini, dalam bisnis manusia mampunyai kebebasan untuk membuat sesuatu perjanjian atau tidak, melaksanakan bentuk aktivitas bisnis tertentu, berkreasi mengembangkan potensi bisnis yang ada.[51]

Dalam mengembangkan kreasi terhadap pilihan-pilihan, ada dua konsekuensi yang melekat. Di satu sisi niat dan konsekuensi buruk yang dapat dilakukan dan diraih, tetapi di sisi lain ada niat dan konsekuensi baik yang dapat dilakukan dan diraih. Konsekuensi baik dan buruk sebagai bentuk resiko dan manfaat yang bakal diterimanya yang dalam Islam berdampak pada pahala dan dosa.[52]

(10)

Pertanggungjawaban ini secara mandasar akan mengubah perhitungan ekonomi dan bisnis karena segala sesuatunya harus mengacu pada keadilan. Hal ini diimplementasikan minimal pada tiga hal, yaitu: (1), dalam menghitung margin, keuntungan nilai upah harus dikaitkan dengan upah minimum yang secara sosial dapat diterima oleh masyarakat.(2), economic renturn bagi pemberi pinjaman modal harus dihitung berdasarkan pengertian yang bahwa besarnya tidak dapat diramalkan dengan probabilitas nol dan tak dapat lebih dahulu ditetapakan(seperti sistem bunga). (3), Islam melarang semua transaksi alegotoris yang dicontohkan dengan istilah gharar.[55]

Orientasi Bisnis dalam Islam

Bisnis dalam Islam bertujuan untuk mencapai empat hal utama: (1) target hasil : profit-materi dan benefit-nonmateri, (2) pertumbuhan, (3) keberlangsungan, (4) keberkahan. [56]

Target hasil : profit-materi dan benefit-nonmateri, artinya bahwa bisnis tidak hanya untuk mencari profit(qimah madiyah atau nilai materi) setinggi- tingginya tetapi juga harus dapat memperoleh dan memberikan benefit(keuntungan atau manfaat) nonmateri kepada intrnal organisasi perusahaan dan eksternal (lingkungan), seperti terciptanya suasana persaudaraan, kepedulian sosial dan sebagainya.

Benefit, yang dimaksudkan tidaklah semata memberikan manfaat kebendaan, tetapi juga dapat bersifat nonmateri. Islam memandang bahwa tujuan suatu amal perbuatan tidak hanya berorientasi pada qimah madiyah. Masih ada tiga orientasi lainnya, yakni qimah insaniyah, qimah khuluqiyah, dan qimah ruhiyah. Dengan qimah insaniyah, berarti kemanusiaan melaui kesempatan kerja, bantuan sosial(sedekah), dan bantuan lainnya. Qimah khuluqiyah, mengandung pengertian bahwa nilai-nilai akhlak mulia menjadi suatu kemestian yang harus muncul dalam setiap aktivitas bisnis sehingga terciptanya hubungan persaudaraan yang Islami, bukan sekedar hubungan fungsional atau profesional. Sementara itu qimah ruhiyah berarti aktivitas dijadikan sebagai mediah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. [57]

(11)

Keberlangsungan, target yang telah dicapai dengan pertumbuhan setiap tahunya harus dijaga keberlangsungannya agar perusahaan dapat exis dalam kurun waktu yang lama.

Keberkahan, semua tujuan yang telah dicapai tidak akan berati apa-apa jika tidak ada keberkahan di dalamnya. Maka bisnis Islam menetapkan berkah sebagai tujuan inti, karena ia merupakan bentuk dari diterimahnya segala aktivitas manusia. Keberkahan ini menjadi bukti bahwa bisnis yang dilakukan oleh pengusahaa muslim telah mendapat ridha dari Allah SWT, dan bernilai ibadah.[58]

Penutup

Kesimpulan

Konsep bisnis dalam Islam banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an dengan menggunakan beberapa terma, seperti; tijarah, al-bai,isytara dan tadayantum. Dari dari kesemuaan terma tersebut menunjukan bahwa bisnis dalam prespektif Islam pada hakikatnya tidak semata-mata bersifat material yang tujuannya hanya semata-mata mencari keuntungan duniawi tetapi juga bersifat immaterial yang tujuannya mencari keuntugan dan kebahagiaan ukhrawi. Untuk itu bisnis dalam Islam disamping harus dilakukan secara profesional yang melibatkan ketelitian dan kecermatan dalam proses manajemen dan administrasi agar terhindar dari kerugian, ia juga harus terbebas dari unsur-unsur penipuan (gharar), kebohongan, riba dan praktek-praktek lain yang dilarang oleh syariah. Karena pada dasarnya aktivitas bisnis tidak hanya dilakukan antar sesama manusia tetapi juga dilakukan antara manusia dengan Allah. Dalam dengan suatu bisnis yang tidak perna mengenal kerugian yang oleh Al-Qur’an diistilahkan dengan “ tijaratan lan tabura”. Karena walaupun seandainya secara material pelaku bisnis muslim merugi, tetapi pada hakikatnya ia tetap beruntung karena medapatkan pahala atas komitmenya dalam menjalankan bisnis yang sesuai dengan syariah.

Saran

(12)

Penulisan artikel ini penulis tidak bisa megelak bahwasanya penulis masih membutuhkan bantuan orang lain dan bimbingan dari senior(kaka tingkat) dalam hal mencari buku sumber sebagai penunjang artikel ini. Namun penulis masih merasa belum sempurna dalam penulisannya maka dari itu penulis sangat mengharapakan kritik dan saran dari pembaca, sekirnya demi kesempurnaan tulisan ini. Penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam meyelesaikan tulisan ini.

Daftar pustaka

Abdul Baqi, Fu’ad, Mu’jam al-Mufahrasy, Kairo: Darul Fikri,1981.

Beekun, Rafiq Issa,Islamic Business Ethict, Virginia: international Institute of Islamic Thought, 1997.

Bukhari, Imam, Shahih Bukhari Jilid II,trj.H.Zainudin Hamidy,dkk,Cet. 13, Jakarta : Widjaya,1992.

Chapra, M. Umer, Islam dan Tantangan Ekonomi, Surabaya: Risalah Gusti,1999. Hanafi, A.,Theologi Islam,Jakarta : pustaka Al Husnal,1987.

Ibn Majah, Sunah ibn majah, beirut : Dar Ihlya al-Turas al-Arabi,tt. Kamus al-Munawwir, Yogyakarta: pustaka Progresif,1984.

Maraghi, Musthafa, Tafsir al- Maraghi, terjemahan Brhan Abu Bakar dkk.,jilid 28,29,30,Semarang : PT Toha Putra, 1993.

Muslich, Etika Bisnis Isllam: Landasan filosofis, Normatif, dan Substansi Implementasi, Yogyakarta : Ekonisia fakultas Ekonomi UII, 2004.

Nabhani, Taqyuddin, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif dalam perspektif Islam ,tjr. Maghfur Wachid, surabaya: Risalah gusti,1996.

Naqvi , Syed Nawab, Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Islami, tjr. Husin Anis, Bandung : Mizan,1993

(13)

Rahardjo, M. Dawan, Islam dan transformasi sosial Ekonomi, yogyakarta : Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1999.

Shihab, Quraish, Etika Bisnis dalam Wawasan al- Qur’an, Jurnal Ulumul Qur’an, No 3/VII/97.

Syafe’i, Rachmat, Fiqih Muamalah, Bandung : pustaka setia,2000.

Yusanto, Muhammad Ismail dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, Jakarta : Gema Insani Press, 2002.

Muhammad dan Lukman Fauroni, visi al- Qur’an tetanga Etika dan Bisnis, Jakarta : Salemba Diniyah,2002.

[1]. QS.Al-Jumuah(62):10.

[2]. Imam Bukhari, Shahih Bukhari Jilid II, tjr. H.Zainuddin Hamidy,dkk,Cet. 13(Jakarta : Widjaya, 1992), h.129

[3]. HR.Al-Bazzar dan Ahmad

[4]. Ibn Majah,(Beriut : Dar Ihya al- Turas al- Arabi,tt),h.165

[6]. QS.Al-Humazah(104):2.

[7]. QS.Al-Baqarah (2): 188

[8].QS.Al-Baqarah(2) : 261

[9].A. Hanafi, Theologi Islam,(Jakarta: Pustaka Al Husnal,1987),h.63

[10]. M.Dawan Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi,(Yogyakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1999),h.262

[11]. Yusuf Al- Qardhawi, Karakteristik Islam : Kajian Analitik,(Surabaya: Risalah Gusti, 1994),h.12

(14)

[13] Taqyuddin An-Nabhani,Membangun Sistem Ekonomi Alternatif dalam Perpektif Islam, tjr.Maghfur Wachid,(Surabaya: Risalah gusti, 1996),h.161.

[14]. M.Dawan Raharjo, Islam dan Transfomasi Sosial Ekonomi,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999),h.311.

[15]. QS.Al-Baqarah (2):282.

[16].QS.Al-Isra(17):35.

[17]. Lihat Racmat Syafe’i,Fiqih Muamalah,(Bandung : Pustaka Setia,2000),h.99.

[18]. Dawan Raharjo, Cp.cip.,h.312.

[19].Ibid.,h.314

[20].Muslich, Etika Bisnis Islami; Landasan Filosofis, Normatif, dan Substansi Implementat,(Yogyakarta: Ekonomis Fakultas Ekonomi UII,2004),h.46

[21].Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad karebet Widjajakusuma, Mengagas Bisnis Islami,(Jakarta: Gema Insani perss,2002),hal.15

[22].Ibid.,h.18.

[23].QS. Al-Mulk(67):15

[24].QS. Al-A’raf (7): 10, Di antara sumber-sumber daya yang diserahkan kepada manusia antara lain adalah; hewan (an-Nahl:5,66,68-69), tumbuh- tumbuhan (an-Nahl:67), kekayaan laut(an-Nahl:14),kekayaan bahan Tambang(al-Hadid:25,al-Khafi: 96-97).

[25]. Terma lain berdekatan dengan konsep bisnis seperti; terma anfaqa dan la ta’kulu amwalakum.

[26]. Kamus al-munawwir,(Yogyakarta: pustaka progresif,1984),h.139

[27]. Fu’an Abdulah Baqi, Mu jam al-fahrasy,(Kairo Darul Fikri, 1981), h.152

[28]. QS.At-Taubah(9):24

(15)

[30].Musthafa al- maraghi, Tafsir al- maraghi, terjemahan Bahrun Abu Bakar dkk., jilid 28,29,30,(Semarang:PT Toha Putra,1993),h.145-146.

[31]. Fu’ad Abdul Baqi, Al- mu jam mufahrasy,cp.cit.,h.141

[32]. Kamus al-munawwir,cp.cit.,h.134.

[33]. Lihat QS. Al-Baqrah(2): 254

[34]. Lihat QS. Al-Baqrah(2): 275

[35].Fu’ad Abdul Baqi, cp.cit.,h.381

[36].Lihat QS. At-Taubah(9):111, QS. Al-Baqarah(2):16,175, QS.Ali Imran(3):177,187.

[37].QS.Al-Baqarah(2): 282

[38].Lihat Quraish Shihab, etika bisnis dalam wawasan al –quran, jurnal ulumul qur’an, no 3/VII/97,h.5

[39].QS.At-Taubah(9):111

[40].Syed Nawab Naviq, Ethict and Economics : An Islamic Systensis,telah diterjemakan oleh Husni Anis etika dan ilmu ekonomi suatu sintesis islami,(Bandung: Mizan, 1993),h.50-51.

[41].Rafiq Issa Beekun, Islamic Business Ethict,(virginia : International Institute of Islamic Thought,1997),h.20-23.

[42].QS.Al-Hujurat(49):13

[43].QS.Al-An’am(6):163.

[44].QS.Al-Kahfi(18):46.

[45]. Muslich , cp.cit.,h.37

[46].Mahammad dan Lukman Faurori,Visi al-Qur’an tentang Etika dan Bisnis, (Jakarta:Salemba Diniyah,2002),h.13

[47]. QS. Al-Baqarah(2):195

(16)

[49]. QS.Al-Furqan(52):67-73.

[50].Syed Nawab Naqvi,cp.cit.,h.99

[51].Rafik Issa Beekun,cp.cit.,h.24

[52]. Muslich , cp.cit.,h.42,lihat QS. An-Nisa(4):85,QS.Al-Khafi(18):29

[53].QS.Al-Mudassir(74):38

[54].Muslich,cp.cit.,h.43

[55].Syed Nawab Naqvi, cp.cit.,h.103

[56].Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma,Op.cit.,h.18

[57]. Ibid.,h.19

Referensi

Dokumen terkait

Pembahasan : terdapat hubungan antara besarnya jasa pelayanan badan penyelenggara jaminan sosial dengan tingkat kepuasan kerja dalam memberikan pelayanan kesehatan

Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam memberikan dukungan, bantuan, pendapat, waktu, dan saran yang berguna

Organisasi event atau yang biasa disebut dengan event organizer (EO) adalah sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang pelaksanaan event. Dimana sebuah EO harus bisa mengatur segala

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Analisis Kerugian Ekonomi, serta Pengetahuan Masyarakat Terhadap Konflik Orangutan Sumatera (Pongo abelii) (Studi Kasus Desa Kuta

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk membuat suatu sistem aplikasi rekapitulasi gaji pegawai khusus untuk kodim 0418 palembang untuk membantu pegawai juru bayar

Toisaalta liian suurena, tai aivan liian suurena hirvikantaa piti tässä samassa tavoiteryhmässä vuonna 2001 yli 60 prosenttia vastanneista ja vuonna 2014 vastaava osuus oli noin

Dari hasil penelitian ini diharapkan perusahaan PT.CEVA Logistik Indonesia Pekanbaru dapat meningkatkan lagi kepuasan kerja karyawannya pada variabel-variabel yang telah

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan sari lengkuas merah pada setiap konsentrasi dan lama simpan yang berbeda menghasilkan perbedaan yang sangat nyata