• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (2)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang

Salah satu aspek hukum bisnis yang perlu mendapat perhatian adalah apa yang

dinamakan dengan hak milik intelektual (intellectual property right). Karena hak milik

intelektual ini berkaitan erat dengan aspek teknologi, ekonomi maupun seni. Seiring laju

globalisasi sisi kepedulian terhadap hak-hak kekayaan intelektual juga makin tinggi dan ini

tentunya sangat menggembirakan. Sayangnya kepedulian itu masih belum diimbangi dengan

wujud nyata dalam bentuk pengajuan hak-hak kekayaan intelektual dari masyarakat paling

tidak identifikasi ini dapat terlihat dari masih awamnya masyarakat terhadap prosedur

pengajuan patennya. Karena itu sangatlah beralasan jika kementerian ristek sangat gencar

mengkampanyekan kesadaran masyarakat untuk lebih menghargai hak cipta karya

intelektual.

Keberadaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dalam hubungan antar manusia dan

antar negara merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri. HKI juga merupakan sesuatu

yang given dan inheren dalam sebuah masyarakat industri atau yang sedang mengarah ke

sana. Keberadaannya senantiasa mengikuti dinamika perkembangan masyarakat itu sendiri.

Begitu pula halnya dengan masyarakat dan bangsa Indonesia yang mau tidak mau

bersinggungan dan terlibat langsung dengan masalah HKI.

Banyak karya-karya yang lahir atau dihasilkan oleh manusia melalui kemampuan

intelektualitanya, baik melalui daya cipta, rasa maupun karsanya. Perlindungan hukum

(2)

dihasilkan dengan suatu pengorbanan tenaga, pikiran, waktu, bahkan biaya yang tidak sedikit.

Pengorbanan demikian tentunya menjadikan karya yang dihasilkan memiliki nilai yang patut

dihargai. Ditambah lagi dengan adanya manfaat yang dapat dinikmati yang dari sudut

ekonomi karya-karya seperti itu tentunya memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Dengan adanya

konsepsi berpikir seperti di atas, timbul kepentingan untuk menumbuhkan dan

mengembangkan sistem perlindungan hukum atas kekayaan (hak intelektualita) tersebut.

Sebagai karya yang dihasilkan dari intelektua manusia, HMI (hak milik intelektual) hanya

dapat diberikan kepada penciptanya atau penemunya untuk menikmati atau memetik manfaat

sendiri selama jangka waktu tertentu, atau memberi izin kepada orang lain guna

melakukannya.

Jika diliat dari sisi ekonominya dalam dasawarsa terakhir ini, telah semakin nyata

bahwa pembangunan harus bersandarkan pada industri yang menghasilkan nilai tambah yang

tinggi. Kesepakatan Indonesia untuk merealisasikan gagasan mengenai ASEAN Free Trade

Area (AFTA) serta keikutsertaan Indonesia sebagai anggota World Trade Organization

(WTO) dan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), telah menunjukan keseriusan

pemerintah dalam mendukung sistem perekonomian yang bebas/terbuka, dan secara tidak

langsung memacu perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk lebih meningkatkan daya

saingnya. Semakin derasnya arus perdagangan bebas, yang menuntut makin tingginya

kualitas produk yang dihasilkan terbuti semakin memacu pekembangan teknologi yang

mendukung kebutuhan tersebut. Seiring dengan hal tersebut, pentingnya peranan hak

kekayaan intelektual dalam mendukung perkembangan teknologi kiranya telah semakin

disadari. Hal ini tercermin dari tingginya jumlah permohonan hak cipta, paten, dan merek,

serta cukup banyaknya permohonan desain industri yang diajukan kepada Direktorat Jenderal

(3)

Dengan keikutsertaan Indonesia sebagai anggota WTO dengan konsekuensi

melaksanakan ketentuan Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights

(Persetujuan TRIPS), sesuai dengan Undang-undang Nomor 7 tahun 1994 tentang

Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan

Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia). Berdasarkan pengalaman selama ini, peran

serta berbagai instansi dan lembaga, baik dari bidang pemerintahan maupun dari bidang

swasta, serta koordinasi yang baik di antara senua pihak merupakan hal yang mutlak

diperlukan guna mencapai hasil pelaksanaan sistem hak kekayaan intelektual yang efektif.

Pelaksanaan sistem hak kekayaan intelektual yang baik bukan saja memerlukan peraturan

perundang-undangan di bidang hak kekayaan intelektual yang tepat, tetapi perlu pula

didukung oleh administrasi, penegakan hukum serta program sosialisasi yang optimal tentang

(4)

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas,maka secara umum rumusan

masalahpada makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan HAKI serta Prinsip Dasar HAKI ?

2. Apa Dasar hukum dan Klasifikasi HAKI ?

3. Apa fungsi dan tujuan HAKI?

4. Apa manfaat dan Bagaimana cara penyelesaian atau solusi masalah apabila terjadi HAKI?

Tujuan

Tujuan dalam pembahasan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian dan prinsip dasar HaKI atau H.K.I

2. Untuk mengetahui dasar hukum dan klasifikasi/macam-macam HaKI

3. Untuk mengetahui apa saja fungsi dan tujuan HaKI

(5)

BAB II

Pembahasan

Pengertian

Hak kekayaan intelektual adalah hak yang timbul dari kemampuan berfikir atau olah

pikir yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Dalam ilmu

hukum, hak kekayaan intelektual merupakan harta kekayaan khususnya hukum benda

(zakenrecht) yang mempunyai objek benda inteletual, yaitu benda yang tidak berwujud yang

bersifat immaterial maka pemilik hak atas kekayaan intelektual pada prinsipnya dapat berbuat

apa saja sesuai dengan kehendaknya. Kekayaan Intelektual atau Hak Kekayaan Intelektual

(HKI) atau Hak Milik Intelektual adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk

Intellectual Property Rights (IPR) atau Geistiges Eigentum, dalam bahasa Jermannya.Istilah

atau terminologi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) digunakan untuk pertama kalinya pada

tahun 1790 Adalah Fichte yang pada tahun 1793 mengatakan tentang hak milik dari si

pencipta ada pada bukunya.Yang dimaksud dengan hak milik disini bukan buku sebagai

benda, tetapi buku dalam pengertian isinya.Istilah HKI terdiri dari tiga kata kunci, yaitu Hak,

Kekayaan, dan Intelektual.Hak adalah pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik,

kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh

undang-undang, aturan, dsb), Kekayaan merupakan abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan,

dibeli, maupun dijual.Intelektual yang dimaksud dalam HAKI adalah kecerdasan,

kemampuan berpikir, berimajinasi, atau hasil dari proses berpikir manusia atau the creation of

human mind.

Dalam Pasal 1 Undang Undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 2014 tentang Hak

(6)

otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk

nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama

menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Ciptaan adalah setiap hasil karya

cipta di bidang Ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan,

pikiran, imajinasi, kecekatan,keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalambentuk

nyata. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang

menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut

hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah.

Prinsip Dasar Hak Kekayaan Intelektual

Salah satu aturan hukum selalu berisi kaidah hukum dan asas asas hukum. Kaidah

hukum merupakan pedoman perilaku dan asas asas hukum adalah ukuran penilaian yang

bersifat fundamental (prinsip prinsip yang mendasar) dalam suatu aturan hukum. Menurut

Paul Scholten, asas asas hukum berperan sebagai pikiran pikiran dasar yang terdapat di dalam

suatu peraturan perundang undangan (hukum positif) dan putusan hakim. Pengaturan

terhadap HKI berlandaskan pada prinsip prinsip dasar atau asas asas yang menjiwai suatu

sistem hukum yang ingin dibentuk dan diterapkan. Asas asas tersebut berisi nilai nilai

fundamental yang masuk ke dalam pasal pasal dalam undang undang HKI dan dalam

mengarahkan tujuan yang hendak dicapai oleh undang undang tersebut.

Menurut Wu. H, prinsip prinsip hukum universal dari perlindungan hak kekayaan

intelektual dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

 Prinsip dasar yang diterapkan pada apa, mengapa dan bagaimana suatu sistem hukum

(7)

kesetaraan dan saling menguntungkan, prinsip pengembangan bersama, prinsip

kerjasama internasional dan prinsip keadilan.

 Prinsip prinsip terkait eksistensi sistem hukum dan kemampuan penegakannya.

Termasuk dalam kelompok ini antara lain, prinsip perlakuan nasional, prinsip standar

minimum, prinsip kebebasan (hak kekayaan industri), prinsip perlindungan

independen (hak cipta), prinsip yang melaksanakan paten.

Prinsip-Prinsip Hak Kekayaan Intelektual

· Prinsip Keadilan (The Principle of Natural Justice)

Berdasarkan prinsip ini, hukum memberikan perlindungan kepada pencipta berupa

suatu kekuasaan untuk bertindak dalam rangka kepentingan yang disebut hak. Pencipta yang

menghasilkan suatu karya bedasarkan kemampuan intelektualnya wajar jika diakui hasil

karyanya.

· Prinsip Ekonomi (The Economic Argument)

Berdasarkan prinsip ini HAKI memiliki manfaat dan nilai ekonomi serta berguna

bagi kehidupan manusia. Nilai ekonomi pada HAKI merupakan suatu bentuk kekayaan bagi

pemiliknya, pencipta mendapatkan keuntungan dari kepemilikan terhadap karyanya seperti

dalam bentuk pembayaran royalti terhadap pemutaran musik dan lagu hasil ciptanya.

· Prinsip Kebudayaan (The Cultural Argument)

Berdasarkan prinsip ini, pengakuan atas kreasi karya sastra dari hasil ciptaan manusia

diharapkan mampu membangkitkan semangat dan minat untuk mendorong melahirkan

ciptaan baru. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan,

(8)

manusia. Selain itu, HAKI juga akan memberikan keuntungan baik bagi masyarakat, bangsa

maupun negara.

· Prinsip Sosial (The Social Argument)

Berdasarkan prinsip ini, sistem HAKI memberikan perlindungan kepada pensipta

tidak hanya untuk memenuhi kepentingan individu, persekutuan atau kesatuan itu saja

melainkan berdasarkan keseimbangan individu dan masyarakat. Bentuk keseimbangan ini

dapat dilihat pada ketentuan fungsi sosial dan lisensi wajib dalam undang-undang hak cipta

Indonesia.

TRIPs Agreement menyatakan ada 6 prinsip dasar hak kekayaan intelektual, yaitu:

prinsip standar minimum, national treetment, most favoured national treatment, teritorialitas

alih teknologi dan kesehatan masyarakat dan kepentingan publik lain. Berangkat dari

pendapat tersebut, beberapa prinsip universal perlindungan HKI dapat dikemukakan sebagai

berikut :

1. Prinsip Perlindungan Hukum Karya Intelektual

Hukum hanya memberi perlindungan kepada pencipta, pendesain atau inventor yang

dengan daya intelektualnya menghasilkan suatu ciptaan, desain atau invansi orisinil (baru,

karya asli bukan tiruan) yang sebelumnya belum ada. Orisinilitas menjadi persyaratan

terpenting dari hukum kekayaan intelektual. Hukum memberi perlindungan kepada pencipta

atau inventor tidak dimaksud untuk selama lamanya, tetapi berlangsung dalam jangka waktu

tertentu yang dianggap wajar. Jangka waktu perlindungan hukum dimaksudkan agar si

pencipta, pendesain ataupun inventor memperoleh hasil atau kompensasi yang layak secara

(9)

2. Prinsip Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Hukum mengatur berbagai kepentingan yang berkaitan dengan HKI secara adil dan

proporsional, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan kepentingannya. Pihak yang

berkepentingan dalam hal ini adalah pemerintah, pencipta, inventor atau pemegang atau

penerima hak kekayaan intelektual dan masyarakat. HKI yang berbasis pada individualisme

harus diimbangi dengan keberpihakan pada kepentingan umum (komunialisme).

3. Prinsip Keadilan

Pengaturan hukum hak kekayaan intelektual atau HKI harus mampu melindungi

kepentingan si pencipta atau inventor. Di sisi lain jangan sampai kepentingan pencipta atau

inventor mengakibatkan timbulnya kerugian bagi masyarakat luas. Hak kekayaan intelektual

juga tidak boleh digunakan untuk menekan suatu negara agar mengikuti keinginan negara

lain, apalagi dimaksudkan untuk membatasi terjadinya alih teknologi dari negara maju

kepada negara berkembang.

4. Prinsip Perlindungan Ekonomi dan Moral

Lahirnya karya intelektual membutuhkan waktu, kreativitas intelektual, fasilitas,

biaya yang tidak sedikit dan dedikasi. Karya intelektual juga memiliki nilai ekonomi yang

sangat tinggi. Oleh karena itu pencipta atau inventor harus dijamin oleh hukum untuk

memperoleh manfaat ekonomi dari karyannya. Selain itu, pencipta atau inventor juga

dilindungi hak moralnya, yaitu berhak untuk diakui keberadaanya sebagai pencipta atau

(10)

5. Prinsip Teritorialitas

Walaupun prinsip national treatment dan MFN merupakan dua prinsip pokok,

perlindungan hak kekayaan intelektual diberikan oleh negara berdasarkan prinsip kedaulatan

dn yurisdiksi masing masing negara. Disepakatinya WTO/TRIPs Agreement dan keinginan

untuk mewujudkan standarisasi pengaturan Hak kekayaan intelektual secara internasional

tidak memupus prinsip teritorialitas.

6. Prinsip Kemanfaatan.

Karya intelektual yang dilindungi hukum adalah yang memiliki manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta dapat digunakan untuk

kesejahteraan dan pengembangan kehidupan masyarakat. Karya intelektual yang tidak

memiliki manfaat bagi manusia banyak tidak layak diberi perlindungan hukum.

Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia

Dalam penetapan HaKI tentu berdasarkan hukum-hukum yang sesuai dengan

peraturan yang berlaku. Dasar-dasar hukum tersebut antara lain adalah :

 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten

 Undang – undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Varietas Tanaman.

(11)

 Undang – undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

 Undang – undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

 Undang-undang Nomor 7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the

World Trade Organization (WTO)

 Keputusan Presiden RI No. 15/1997 tentang World Intellectual Property Organization

Pengesahan Paris Convention for the Protection of Industrial Property dan

Convention Establishing the

 Keputusan Presiden RI No. 17/1997 tentang Pengesahan Trademark Law Treaty

 Keputusan Presiden RI No. 18/1997 tentang Pengesahan Berne Convention for the

Protection of Literary and Artistic Works

 Keputusan Presiden RI No. 19/1997 tentang Pengesahan WIPO Copyrights Treaty

Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut maka Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)

dapat dilaksanakan. Maka setiap individu/kelompok/organisasi yang memiliki hak atas

pemikiran-pemikiran kreatif mereka atas suatu karya atau produk dapat diperoleh dengan

mendaftarkannya ke pihak yang melaksanakan, dalam hal ini merupakan tugas dari

Direktorat Jenderal Hak-hak Atas Kekayaan Intelektual, Departemen Hukum dan

Perundang-undangan Republik Indonesia.

Klasifikasi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI)

Secara umum Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) terbagi dalam dua kategori,

(12)

1. Hak Cipta

2. Hak Kekayaan Industri, yang meliputi :

1. Hak Paten

2. Hak Merek

3. Varietas Tanaman

4. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

5. Hak Rahasia Dagang

6. Hak Desain Industri

 Hak Cipta

Pengertian hak cipta menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2014 : Hak Cipta

adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif

setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Kedudukan Hak Cipta

Kedudukan Hak pencipta terdiri dari hak moral (Pasal 5-7), hak ekonomi (Pasal 8-11),

hak terkait (Pasal 20-30), dan hak royalti (Pasal 87-93) berikut penjelasannya:

· Hak moral adalah hak yang melekat, secara abadi, pada diri pencipta yang tidak dapat

dihilangkan atau dihapus dengan alasan apapun. Hal ini berarti, secara moral ciptaan

tidak dapat dirusak atau diubah dengan cara apapun, tanpa seizin dari penciptanya.

(13)

salinan sehubungan dengan pemakaian ciptaannya, menggunakan nama aliasnya atau

samarannya, mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan di dalam masyarakat,

mengubah judul dan anak judul ciptaan, dan mempertahankan hak-haknya dalam hal

terjadinya distorsi ciptaan, mutilasi ciptaannya, modifikasi ciptaan, atau hal-hal yang

bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya. Hak moral ini dilahirkan sebagai

pengakuan negara kepada pencipta dan integritas pencipta sebagai personal yang telah

melahirkan karya-karya ciptanya yang dapat dinikmati oleh masyarakat dan untuk itu

harus diakui dan dihargai oleh hukum kekayaan intelektual secara moral kepada yang

melanggarnya.

· Hak ekonomi adalah hak pencipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan

serta produk hak terkait. Manfaat ekonomi itu berarti materi atau uang yang

seharusnya menjadi hak pencipta diterima. Hal ini didasari bahwa pencipta dalam

menghasilkan karya ciptanya membutuhkan tenaga, pikiran, waktu dan biaya,

sehingga unsur keadilan adalah unsur yang harus dapat dijadikan dasar logika

mengendepankan hak pencipta. Untuk itulah, pencipta berhak menggunakan karya

dalam rangka memperoleh manfaat ekonomi (pecuniary rights), yang terdiri dari hak

untuk memperbanyak (right to reproduce), hak untuk mengumumkan (right to

distribute) dan hak untuk menampilkan (right of performance). Pihak lain yang

berkeinginan menggunakan hasil karya pencipta dikatakan legal apabila terlebih

dahulu memperoleh izin dari pencipta, dan melanggar apabila sebaliknya. Dengan

demikian inti dari hak ekonomi adalah penghargaan kepada pencipta yang haruslah

nyata ada dan tidak abstrak, serta oleh karena itu izin yang diterimanya tidak sekadar

terima kasih, tetapi ada sejumlah unsur ekonomi dalam bentuk material yang harus

(14)

· Hak terkait adalah hak yang berkaitan dengan hak cipta dan merupakan hak eksklusif

yang diperuntukkan kepada pelaku pertunjukan, produser fonogram, atau lembaga

penyiaran. Dengan adanya hak eksklusif dalam hak-hak terkait, maka hak terkait yang

terdiri dari hak moral pelaku pertunjukan (Pasal 21-22), hak ekonomi pelaku

pertunjukan (Pasal 23), hak ekonomi produser fonogram (Pasal 24) dan hak ekonomi

lembaga penyiaran (Pasal 25). Hak moral pelaku pertunjukan merupakan hak yang

melekat pada Pelaku Pertunjukan yang tidak dapat dihilangkan atau tidak dapat

dihapus dengan alasan apapun walaupun hak terkait telah dialihkan. Hak ekonomi

pelaku pertunjukan meliputi hak melaksanakan sendiri, memberikan izin, atau

melarang pihak lain untuk melakukan penyiaran atau komunikasi atas pertunjukan

pelaku pertunjukan, Fiksasi dari pertunjukannya yang belum difiksasi, penggandaan

atas fiksasi pertunjukannya dengan cara atau bentuk apapun, pendistribusian atas

fiksasi pertunjukan atau salinannya, penyewaan atas fiksasi pertunjukan atau

salinannya kepada publik, dan penyediaan atas fiksasi pertunjukan yang dapat diakses

publik. Hak ekonomi lembaga penyiaran meliputi hak melaksanakan sendiri,

memberikan izin, atau melarang pihak lain untuk melakukan penyiaran ulang siaran,

komunikasi siaran, fiksasi siaran; dan/atau penggandaan fiksasi siaran.

· Hak royalti adalah imbalan atas pemanfaatan hak ekonomi suatu ciptaan atau produk

hak terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak terkait. Untuk mendapatkan

hak royalti itu, maka setiap pencipta, pemegang hak cipta, pemilik hak terkait harus

menjadi anggota Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) agar dapat menarik imbalan

yang wajar dari pengguna yang memanfaatkan hak cipta dan hak terkait dalam bentuk

layanan publik yang bersifat komersial. Oleh karena itu, masyarakat atau pengguna

yang mempergunakan karya-karya cipta dari pencipta sepanjang terdapat unsur

(15)

dalamnya berisi kewajiban untuk membayar royalti atas hak cipta dan hak terkait

yang digunakan. Hadirya LMK adalah berujuan untuk dapat menarik, menghimpun,

dan mendistribusikan royalti, dan mendistribusikan royalti kepada pencipta,

pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait. Royalti itu di dalam realisasinya dengan

memberikan sejumlah materi kepada pencipta sebagai penghargannya.

Dengan berlandaskan kepada keempat hak pencipta itu, yang telah diakomodasi UU No.

28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, maka jelas sudah bahwa secara legalitas bahwa

perlindungan hukum pencipta telah diteguhkan maksimalisasi perlindungannya, sehingga

kedudukan normatif pencipta seharusnya sudah sangat kuat.

 Ciptaan yang dilindungi

UUHC menganut sistem terbatas dalam melindungi karya cipta seseorang.

Perlindungan ciptaan hanya diberikan dalam bidang ilmu pengetahun, seni dan sastra. Untuk

itu Pasal 40 ayat 1 merinci ketiga bidang tersebut meliputi :

a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis

lainnya:

b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;

c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;

e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni

pahat, patung, atau kolase; g. karya seni terapan;

h. karya arsitektur; i. peta;

j. karya seni batik atau seni motif lain; k. karya fotografi;

l. Potret;

m. karya sinematograh;

n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi

(16)

o. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya

tradisional;

p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yangdapat dibaca dengan Program

Komputer maupun media lainnya;

q. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya

yang asli;

r. permainan video; dan s. Program Komputer.

 Hasil Karya yang Tidak Dilindungi yang Hak Cipta meliputi: a. hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata;

b. setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip,temuan atau data walaupun telah

diungkapkan, dinyatakan, digambarkan, dijelaskan, atau digabungkan dalam sebuah

Ciptaan; dan

c. alat, benda, atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan masalah teknis

atau yang bentuknya hanya ditujukan untuk kebutuhan fungsional.  Tidak ada Hak Cipta atas hasil karya berupa:

a. hasil rapat terbuka lembaga negara; b. peraturan perundang-undangan;

c. pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah; d. putusan pengadilan atau penetapan hakim; dan e. kitab suci atau simbol keagamaan.

 Masa Berlakunya Hak Cipta

Dalam mengtur jangka waktu berlakunya hk cipta, UUHC tidak menyaratkan

melainkan membeda-bedakan. Perbedaan itu dikelompokkan sebagai berikut :

1) Kelompok I (Bersifat Orisinal)

Untuk karya cipta yang sifatnya asli atu orisinal, perlindungan hukumny berlaku

selama hidup pencipta dan terus berlanjut sampai dengn 50 tahun setelah pencipta

meninggal.Mengenai alasan penetpan jangka wktu berlakuny hak cipta orisinal yang

demikian lama itu, undang-undang tidak memberikan penjelasan.

Karya cipta ini meliputi :

a. Buku, pamflet, dan semu hasil karya tulis lainnya.

(17)

c. Segala bentuk seni rupa seperti seni lukis, seni pahat, seni patung.

d. Seni batik.

e. Ciptan lagu atau musik dengan atau tanpa teks.

f. Karya arsitektur.

2) Kelompok II (Bersifat Derivatip)

Perlinndungan hukum atas karya cipta yang bersifat tiruan (derivatip)berlaku selama

50 tahun, yang meliputi hak cipta sebgai berikut:

a. Karya pertunjukan seperti musik, karawitan, drama, tari, pewayangan, pantomim

dan karya siaran antara lain untuk media radio, televisi dan film serta karya

rekaman radio.

b. Ceramah, kuliah, pidato, dan sebagainya.

c. Peta.

d. Karya sinematografi.

e. Karya rekaman sura atau bunyi.

f. Terjemahan dan tafsir.

3) Kelompok III (pengaruh waktu)

Terhadap karya cipta yang aktulitasnya tidak begitu tahan, perlindungan hukumnya

berlaku selama 25 tahun,meliputi hak cipta atas ciptaan :

a. Karya fotografi.

b. Program komputer atau komputer program.

c. Saduran dan penyusunan bunga rampai.

 Pendaftaran Hak Cipta

Ciptaan tidak kalah pentingnya dengan benda-benda lain seperti tanah, kendaraan

(18)

secara otomatis sejak ciptaan itu diwujudkan dalam bentuk yang nyata. Maksud dari

pendaftaran itu sendiri adalah hanya semata-mata mengejar kebenaran prosedur formal saja,

tetapi juga mempunyai tujuan untuk mendapatkan pengukuhan hak cipta dan sebagai alat

bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan

tersebut..Pendaftaran hak cipta yaitu di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual,

Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

Sifat pendaftaran ciptaan adalah bersifat kebolehan (fakultatip).Artinya orang boleh

juga tidak mendaftarkan. Apabila tidak mendaftarkan, tidak ada sanksi hukumnya.Dengan

sifat demikian, memang UUHC memberikan kebebasan masyarakat untuk melakukan

pendaftaran.

 Hak dan Wewenang Menuntut

Penyerahan Hak Cipta atas seluruh ciptaan ke pihak lain tidak mengurangi hak

pencipta atau ahli waris untuk menuntut seseorang yang tanpa persetujuannya :

a. Meniadakan nama pencipta yang tercantum pada ciptan itu.

b. Mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya.

c. Mengganti/mengubah judul ciptaan.

d. Mengubah isi ciptaan

 Hak Kekayaan Industri

Hak kekayaan industri terdiri dari :

(19)

Paten merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil

invensinya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya

atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakan.Adapun invensi adalah

ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yan spesifik di

bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses atau penyempurnaan dan pengembangan

produk atau proses.

Paten diberikan untuk invensi yang baru dan mengandung langkah insentif serta dapat

diterapkan dalam industri. Invensi dianggap baru jika pada tanggal penerimaan invensi

tersebut tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan sebelumnya.Invensi berupa produk

atau alat yang baru dan mempunyai nilai kegunaan praktis disebabkan oleh bentuk,

konfigurasi, kontruksi, atau komponennya dapat memperoleh perlindungan hukun dalam

bentuk paten sederhana.Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016

tentang Paten, paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 tahun, terhitung sejak tanggal

penerimaan dan jangka itu tidak dapat diperpanjang. Sedangkan untuk paten sederhana

diberikan jangka waktu 10 tahun, terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu

tersebut tidak dapat diperpanjang. Paten diberikan berdasarkan permohonan dan setiap

permohonan hanya dapat diajukan untuk satu invensiatau beberapa invensi yang merupakan

satu kesatuan invensi. Dengan demikian, permohonan paten diajukan dengan membayar

biaya kepada Direktorat Jendral Hak Paten Departemen Kehakiman dan HAM. Namun,

permohonan dapat diubah dari paten menjadi paten sederhana.

(20)

Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,

susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan

digunakan dlam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Hak merek adalah hak eksklusif

yang diberikan oleh negara kapada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek

untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek atau memberikan izin

kepada pihak lain untuk menggunakannya. Jenis-jenis merek dapat dibagi menjadi merk

dagang, merek jasa dan merek kolektif.

Merek terdaftar mendapatkan perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 tahun sejak

tanggal penerimaan dan jangka waktu perlindungan dapat diperpanjang denga jangka waktu

yang sama. Hak merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena pawarisan, hibah, wasiat,

perjanjian atau seba-sebab lain yang dibenarkan oleh perundang-undangan. Penghapusan

pendaftaran merek dari daftar umum merek dapat dilakukan atas prakarsa direktorat jendral

berasarkan permohonan pemilik merek yang bersangkutan atau pihak ketiga dalam bentuk

gugatan kepada pengadilan niaga. Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan

terhadap pihak lain secara tanpa hak menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada

pokoknya atau keseluruhannya untuk barang atau jasa yang sejenis, berupa gugatan ganti rugi

dan/atau penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek tersebut.

Sanksi yang dikenakan terhadap masalah merek berupa pidana dan denda.

(21)

Hak perlindungan varietas tanaman adalah hak khusus yang diberikan oleh negara

kepada pemulia tanaman untuk menggunakan sendiri varietas hasil pemuliaannya atau

memberikan persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakan selama

waktu tertentu.Varietas tanaman yang dapat diberi perlindungan adalah dari jenis atau spesies

tanaman yang baru, yaitu belum pernah diperdagangkan di Indonesia atau sudah

diperdagangkan kurang dari satu tahun. Unik, sehingga dapat dibedakan secara jelas dengan

varietas lain. Seragam, memiliki sifat utama yang seragam. Stabil, tidak mengalami

perubahan ketika ditanam berulang-ulang atau untuk diperbanyak melalui siklus. Dan diberi

penamaan yang selanjutnya menjadi nama varietas yang bersangkutan.

Dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Varietas Tanaman,

jangka waktu PVT dihitung sejak tanggal pemberian hal PVT meliputi 20 tahun untuk

tanaman semusim dan 25 tahun untuk tanaman tahunan.Hak untuk menggunakan varietas

dapat meliputi memprodusi/ memperbanyak benih, menyiapkan untuk tujuan propagasi,

mengiklankan, menawarkan, memperdagangkan, mengekspor, mengimpor.

Dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 29 tahun 2000 tentang Varietas Tanaman,

hak PVT dapat beralih atau dialihkan karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian, dan sebab

lain yang dibenarkan oleh undang-undang.Berakhirnya hak PVT dapt disebabkan karena

berakhirnya janga waktu, pembatalan, dan pencabutan. Dan sanksi yang diberikan untuk

masalah PVT berupa pidana dan denda.

(22)

Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi

dan/atau bisnis yang mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha dan

dijaga keerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.Perlindungan rahasia dagang meliputi

metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang

teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh

masyarakat.Syarat pengajuan perlindungan sebagai HKI, meliputi prinsip perlindungan

otomatis dan perlindungan yang diberikan selama kerahasiaannya terjaga. Pemilik HKI

berhak menggunakan sendiri rahasia dagang yang dimilikinya atau memberikan lisensi atau

melarang pihak lain untuk menggunakannya.Jangka waktu perlindungan rahasia dagang

adalah sampai dengan masa dimana rahasia itu menjadimilik publik.

Dalam Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia

Dagang, hak rahasia dagang dapt beralih/dialihkan karena pewarisan, hibah, wasiat,

perjanjian , dan sebab lain yang dibenaran oleh undang-undang. Pengalihan harus disertau

dengan pengalihan dokumen-dokumen yang menunjukan terjadinya pengalihan rahasia

dagang.Sanksi yang diberikan untuk masalah rahasia dagang berupa pidana dan denda.

Desain Industri

Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk konfigurasi atau komposisigaris

atau warna, atau garis dan warna atau gabungan dari padanya yang berbentul 3D atau 2D

yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola 3D atau 2D serta dapat

dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.

Hak ini diberikan untuk desain industri yang baru, yaitu tanggal penerimaan desain

(23)

perlindungan terhadap hak desain industri diberikan 10 tahun sejak tanggal penerimaan dan

tercatat dalam daftar umum desain industri dan diberitakan dalam berita resmi desain

industri.Setiap hak desain industri diberikan atas dasar permohonan ke Direktorat Jendral

Desain Industri secara tertulis dalam bahasa Indonesia.Pengalihan hak ini dapat dilakukan

karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis dan sebab lain yang dibenarkan

perundang-undangan dan wajib dicatat dalam daftar umum desain industri.Desain industri

terdaftar hanya dapat dibatalkan atas permintaan pemegang lisensi.Sanksi yang diberikan

untuk masalah desain industri berupa pidana dan denda.

Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Hak desain tata letak sirkuit terpadu adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara

Republik Indonesia kepada pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu

melaksanakan sendiri atau memberikan persetujuanya kepada pihak lain untuk melaksanakan

hak tersebut.Jangka waktu perlindungan hak ini diberikan selama 10 tahun sejak pertama kali

desain tersebut di eksplotasi secara komersial.hak ini dapat beralih/dialihkan karena

pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis dan sebab lain yang dibenarkan oleh

perundang-undangan.Sanksi yang diberikan untuk masalah desain tata letak sirkuit terpadu berupa

pidana dan denda.

(24)

Fungsi Hak Atas Kekayaan Intelektual

Hak atas kekayaan inteltual (HAKI) memliki dua fungsi yaitu fungsi dasar dan fungsi

khusus, berikut penjelasan dari kedua fungsi tersebut :

a. Fungi dasar artinya siapapun pengguna haki dan apapun jenis hakinya bisa melakukan

fungsi ini.

b. Fungsi Khusus adalah fungsi haki yang bisa digunakan jenis haki golongan tertentu

saja.

HAKI memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Antisipasi kemungkinan melanggar HAKI milik pihak lain.

2. Meningkatkan daya kompetisi dan pangsa pasar dalam komersialisasi kekayaan

intelektual.

3. Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan strategi penelitian, usaha dan

industri di Indonesia.

4. Alat perlindungan menjamin hak komersialisasi. 5. Peringatan kepada pihak yang berniat melanggar. 6. Advertensi untuk meningkatkan value produk. 7. Alat monopoli perdagangan.

8. Informasi paten sebagai referensi pengembangan lebih lanjut.

9. Informasi paten merupakan informasi strategi riset suatu perusahaan.

Fungsi Haki dan Hak kekayaan industri :

 Dapat mengetahui informasi, serta dapat melihat perkrmbangan mengenai

pengetahuan baru dan teknologi masa kini. Informasi yang dimaksud adalah

informasi yang telah memiliki hak paten dan dapat diakses di seluruh dunia

dengan menggunakan internet. Selain itu, masyarakat tidak dapat

menduplikasi atau membajak teknologi baru yang telah dipatenkan.

 Perlindungan pada karya intelektual terhadap penggunaan tidak sah oleh pihak

ketiga. Hal ini diperlukan kesepakatan kepada penemu agar mendapatkan

(25)

 Memberikan suatu peluang bagi industri untuk melakukan monopoli pasar

terhadap suatu produk tertentu.

Tujuan HAKI antara lain :

a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan peserta pelatihan dalam

peraturan-peraturan, hukum yang berlaku serta sanksi-sanksi dalam penerapan HAKI. b. Agar para peserta pelatihan mengetahui prosedure penerapan HaKI dan

masalah- masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan penerapan HAKI.

c. Agar para peserta termotivasi untuk menciptakan hal-hal baru di bidang

produk industri yang menyangkut desain, proses produksi serta pemakaian

merek sendiri.

Tujuan Perlindungan dan penegakan Hukum HaKI :

a. Untuk mendorong timbulnya inovasi.

b. Untuk Pengalihan dan penyebaran teknologi yang diperoleh manfaat bersama antara

penghasil dan pengguna pengetahuan teknologi, dengan cara menciptakan

kesejahteraan sosial ekonomi serta keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Manfaat HaKI

Manfaat Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah :

1. Memberikan perlindungan hukum sebagai insentif bagi pencipta inventor dan

desainer dengan memberikan hak khusus untuk mengkomersialkan hasil dari

kreativitasnya dengan menyampingkan sifat tradisionalnya.

(26)

3. Mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan penemuan

baru di berbagai bidang teknologi.

4. Sistem Paten akan memperkaya pengetahuan masyarakat dan melahirkan

penemu-penemu baru.

5. Peningkatan dan perlindungan HKI akan mempercepat pertumbuhan indrustri,

menciptakan lapangan kerja baru, mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan

kualitas hidup manusia yang memberikan kebutuhan masyarakat secara luas.

6. Indonesia sebagai negara yang memiliki keanekaragaman suku/ etnik dan budaya

serta kekayaan di bidang seni, sastra dan budaya serta ilmu pengetahuan dengan

pengembangannya memerlukan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang

lahir dari keanekaragaman tersebut.

7. Memberikan perlindungan hukum dan sekaligus sebagai pendorong kreatifitas bagi

masyarakat.

8. Mengangkat harkat dan martabat manusia dan masyarakat Indonesia.

9. Meningkatkan produktivitas, mutu, dan daya saing produk ekonomi Indonesia.

Cara Penyelesaian / Solusi Masalah Apabila Terjadi HAKI

 Cara penyelesaian sengketa HAKI mengenai hak cipta

(27)

1) Penyelesaian sengketa Hak Cipta dapat dilakukan melalui alternatif penyelesaian

sengketa, arbitrase, atau pengadilan.

2) Pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah Pengadilan Niaga. 3) Pengadilan lainnya selain Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak

berwenang menangani penyelesaian sengketa Hak Cipta.

4) Selain pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait dalam bentuk Pembajakan,

sepanjang para pihak yang bersengketa diketahui keberadaannya dan/atau berada

diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harusmenempuh terlebih dahulu

penyelesaian sengketa melalui mediasi sebelum melakukan tuntutan pidana.

 Cara penyelesaian HAKI mengenai merk

Penyelesaian sengketa terhadap merek diatur di dalam hukum indonesia antara lain :

Pasal 83 Bagian Kesatu Tentang Gugatan atas Pelanggaran Merek.

Pasal 93 : Selain penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 para pihak

dapat menyelesaikan sengketa melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.

Penjelasan atas Pasal 93: Yang dimaksud dengan "alternatif penyelesaian sengketa" antara

lain negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan cara lain yang dipilih oleh para pihak.\

 Cara penyelesaian HAKI mengenai Hak Paten

Penyelesaian sengketa hak paten melalui Pengadilan Niaga diatur dalam Pasal 142

yang mana Pihak yang berhak memperoleh Paten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,

Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13 dapat menggugat ke Pengadilan Niaga jika suatu Paten

diberikan kepada pihak lain selain dari yang berhak memperoleh Paten.

Selanjutnya pada Pasal 143 ayat (1) Pemegang Paten atau penerima Lisensi berhak

mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga terhadap setiap Orang yang dengan

sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1).

(28)

pada ayat (1) hanya dapat diterima jika produk atau proses itu terbukti dibuat dengan

menggunakan Invensi yang telah diberi Paten.

Selain itu, ada juga alternatif penyelesaian sengketa yakni pada pasal 153

1) Selain penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143, para pihak

dapat menyelesaikan sengketa melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa. 2) Penyelesaian sengketa melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB III

(29)

Kesimpulan

Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) adalah hak kekayaan intelektual yang dilindungin

oleh undang-undang.Setiap orang wajib menghormati hak kekayaan intelektual

oranglain.Hak kekayaan intelektual tidak boleh digunakan oleh oranglain tanpa izin

pemiliknya, kecuali apabila ditentukan oleh undang-undang.Dan dalam pembahasan ini dapat

disimpulkan bahwa HaKI adalah bagian penting suatu karya dalam ilmu pengetahuan, sastra

maupun seni dengan menghargai hasil karya pencipta yang kreatif dan inovasi agar dapat

diterima dan tidak dijadikan untuk menjatuhkan hasil karya seseorang serta berguna untuk

perusahaan dan industri dalam melaksanakan kegiatan perekonomian

Daftar Pustaka

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2016 tentang Paten.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2016 tentang merek dan indikasi

(30)

Undang-undang Republik Indinesia Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian (2007). “Kebijakan

Pemerintah Dalam Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Dan Liberalisasi Perdagangan

Jasa Profesi Di Bidang Hukum”.

www.kemenperin.go.id/download/140/Kebijakan-

Pemerintah-dalam-Perlindungan-Hak-Kekayaan-Intelektual-dan-Liberalisasi-Perdagangan-Profesi-di-Bidang-Hukum (diakses tanggal 7 mei 2018).

dhika augustyas (2012) Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI)

https://dhiasitsme.wordpress.com/2012/03/31/hak-atas-kekayaan-intelektual-haki/

http://www.academia.edu/24346637/Makalah_Hak_Atas_Kekayaan_Intelektual_HaKI_

Csya-dhanie.blogspot.com Etika dan Profesi Bisnis http://csya-dhanie.blogspot.com ,

Ezzatannaaziaathaki.blogspot.com Makalah HAKI http://ezzatannaaziaathaki.blogspot.com ,

Emawati Junus, 2003 Aspek Hukum dalam Sengketa Hak Kekayaan Intelektual Teori dan

Praktek,

Joehukum.blogspot.com(2013) Makalah Hak Kekayaan Intelektual

http://joehukum.blogspot.com/2013/12/makalah-hak-kekayaan-intelektual.html,

Odebhora.wordpress.com(2011) Hak Kekayaan Intelektual

http://odebhora.wordpress.com/2011/05/17/hak-kekayaan-intelektual/,

Putri-aja.blogspot.com(2013) Hak Kekayaan Intelektual

http:// putri-aja.blogspot.com/2013/04/hak-atas-kekayaan-intelektual-haki.html,

Saidin. 1997. Aspek Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual. Jakarta: Raja Grafindo,

Referensi

Dokumen terkait

karena atas berkah, rahmat, dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini dangan baik untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III pada

ANALISIS KUALITAS FASILITAS WISATA BERDASARKAN PERSEPSI PENGELOLA DAN PENGUNJUNG DI WANA WISATA CURUG MALELA KABUPATEN BANDUNG BARAT.. Universitas Pendidikan

permasalahan setara yang akan dibahas siswa dalam kelas. Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. 1) Guru memberi kesempatan luas kepada siswa untuk berfikir

Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode,

Bila satu pa- sangan suami istri terancam bercerai, segala usaha harus dibuat oleh pasangan itu dan oleh anggota jemaat atau keluarga yang menggembalakan mereka untuk men-

Pakaian adat batak karo untuk laki-laki menggunakan uis nipes beka buluh atau kain sebagai penutup kepala, sertali rumah-rumah atu hiasan leher, sertali rumah- rumah

Praktik Pengalaman Lapangan adalah kegiatan kurikuler yang wajib dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai sarana pelatihan dalam menerapkan berbagai teori yang telah

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori