• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan Pengukuran Status Nu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Pendahuluan Pengukuran Status Nu"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pendahuluan Pengukuran Status Nutrisi Pada Lansia, Masase Abdomen, Menghitung Bising Usus dan Diet Tinggi Serat

Oleh Rachel Satyawati Yusuf, 1006666476

Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2010

A.

Pengukuran Status Nutrisi Lansia

1. Pengertian

Pengkajian status nutrisi digunakan dalam berbagai situasi untuk mennetukan kemungkinan seseorang mengalami defisiensi nutriens tertentu atau malnutrisi umum. Pengkajian status nutrisi pada lansia penting karena nutrisi yang buruk mengganggu penyembuhan luka, menurunkan daya tahan terhadap infeksi, dan karenanya memperpanjang masa pemulihan dan waktu yang dihabiskan di rumah sakit.

2. Indikasi

 Mengidentifikasi data yang perlu dikaji untuk menentukan status nutrisi lansia (BB, TB, TSF, LLA, LOLA)

 Menilai atau menentukan status nutrisi klien lansia

 Menentukan kebutuhan kalori klien lansia berbagai usia dan kondisi.

 Mengidentifikasi cara meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi klien lansia (baik berupa tindakan keperawatan maupun kolaborasi).

3. Kontraindikasi Tidak ada

(2)

Alat Pengukur Tinggi Badan Alat Pengukur Tinggi Lutut

5. Prosedur Penilaian Status Nutrisi Lansia A. Antropometri

Untuk pengukuran anthropometri pada lansia digunakan pengukuran yaitu :  Umur (Tahun)

 BB (BeratBadan)  TB (tinggi badan)

Mengukur Berat Badan (BB)

Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal satu minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu.

Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.

Jika seorang lansia masih sehat dan dapat berdiri tegak maka pengukuran tinggi badan dapat dilakukan dengan mikrotoise. Namun apabila seorang lansia tersebut sudah tidak dapat berdiri tegak diperlukan alat untuk mengukur tinggi badan yaitu tinggi lutut dan panjang depan :

 Pengukuran tinggi badan dengan tinggi lutut

Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau lansia. Pada lansia digunakan tinggi lutut karena pada lansia terjadi penurunan masa tulang (bungkuk) sukar untuk mendapatkan data tinggi badan akurat.

 Data tinggi badan lansia dapat menggunakan formula atau nomogram bagi orang yang berusia >59 tahun.

  Formula (Gibson, RS; 1993)

(3)

umur (tahun)) + 64.19

Wanita = (1.83 x tinggi lutut (cm)) – (0.24 x umur (tahun)) + 84.88

 Pengukuran tinggi badan dengan panjang depan

Panjang depan relative kurang dipengaruhi oleh pertambahan usia. Pada kelompok lansia terlihat adanya penurunan nilai panjang depa yang lebih lambat dibandingkan dengan penurunan tinggi badan sehingga dapat disimpulkan bahwa panjang depa cenderung tidak banyak berubah sejalan penambahan usia. Panjang depa direkomendasikan sebagai parameter prediksi tinggi badan, tetapi tidak seluruh populasi memiliki hubungan 1:1 antara panjang depa dan tinggi badan.

 Formula:

Pria = 118,24 + (0,28 x Panjang Depa) – (0,07 x Umur) cm

Wanita = 63,18 + (0,63 x Panjang Depa) – (0,17 x Umur) cm

B. Indeks Masa Tubuh (IMT)

Berat badan (cm) Rumus IMT :

Tinggi (m)2

Dengan pengelompokan IMT maka status nurisi lansia adalah

Klasifikasi IMT Interpretasi

< 17,0 Kurus (kekurangan berat badan tingkat berat) 17,0 – 18,4 Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)

(4)

25,1 – 27,0 Gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan) > 27,0 Gemuk (kelebihan berat badan tingkat berat) Sumber : (DepKes RI, 2003)

C. Mengukur TSF, MAC, dan MAMC

Triceps skinfold (TSF)

Pengukuran lipatan kulit atau TSF menunjukkan jumlah lemak tubuh. Informasi ini bermanfaat dalam mempromosikan kesehatan dan menentukan risiko dan modalitas pengobatan terkait dengan penyakit kronis dan operasi. Sebuah kaliper khusus digunakan untuk mengukur lipatan kulit. Kaliper harus memahami jaringan subkutan, tidak otot yang mendasarinya. Pengukuran dapat diambil dari trisep, subskapularis, bisep, dan lipatan kulit suprailiaka.

 Ulurkan tangan pasien sehingga menggantung bebas pada sisi mereka

 Temukan lokasi dan tandai ujung dari proses akromion belikat pada ujung paling terluar dari bahu dan ujung proses olecranon dari ulna (Gambar 6-3).

(5)

 Genggam lipatan vertikal kulit, termasuk lemak tersembunyi, 1 cm di atas titik tengah yang telah ditandai menggunakan ibu jari dan jari tengah anda

 Perlahan tarik lipatan kulit dari jaringan otot yang tersembunyi.  Tempatkan rahang jangka pada sudut yang benar, tepat pada titik tengah yang telah ditandai.

 Pegang lipatan kulit antara jari-jari selama pengukuran berlangsung

 Ulangi pengukuran sebanyak tiga kali, kemudian hitung rata-rata hasil

 Rekam proses pengukuran hingga ketelitian 5mm (0.5 cm)  Mid-arm circumference (MAC)

Pengukuran lingkar pertengahan lengan atas (LLA/MAC) berfungsi sebagai indeks untuk massa otot rangka dan protein cadangan. Instruksikan klien untuk rileks dan lentur lengan bawah, dengan pita pengukur, mengukur keliling pada titik tengah lengan atas.

Mid-arm muscle circumference (MAMC) dengan rumus:

MAMC (cm) = MAC(cm) – 3.14 x TSF(mm) 10

Nilai standar normal antropometri

Jenis pengukuran Laki-laki Perempuan TSF (mm) 12.5 16.5 MAC (cm) 29.3 28.5 MAMC (cm) 25.3 23.2

(6)

Arisman. (2004). Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Brown, Judith et al. (2005). Nutrition Through Lyfe Cycle. USA: Thomson W.

Darmojo R. Boedhi, dkk, 1999. Buku Ajar Geriatri: Ilmu Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Potter & Perry. (2006).Fundamentals of Nursing. Jakarta: EGC

(7)

Massage Abdomen

1. Pengertian

Tindakan pijatan atau masase yang dilakukan pada area perut untuk merangsang pergerakan usus besar dan membantu menyembuhkan sembeliit serta rasa sakit perut intens. Teknik ini sangat bermanfaat terutama saat terjadi masalah-masalah seperti masalah pencernaan. Perut adalah pusat dan inti dari tubuh. Banyak kebudayaan di seluruh dunia telah menggunakan teknik ini untuk membantu penyakit tertentu dan mempertahankan sirkulasi yang tepat di organ visceral. Pijat ke daerah perut juga dapat mempengaruhi pusat keseimbangan klien sehingga klien akan nyaman selama dan setelah masase diberikan.

2. Tujuan Massage Abdomen  menekal laju tekanan darah  meningkatkan sirkulasi darah

 mengendurkan otot, sekaligus merangsang otot yang lemah untuk bekerja  menghilangkan nyeri

 Sesaat setelah pembedahan pada bagian abdomen

 Terdapat infeksi atau kanker pada region pelvic

 Inflamasi uterus, bladder, ovarium dan tuba fallopi;

 Batu ginjal;

(8)

4. Alat dan Bahan

 Minyak kayu putih, zaitun, baby oil, minyak terapi atau minyak sesuai dengan selera.

c. Jelaskan prosedur dan tujuan intervensi d. Auskultasi bising usus klien

e. Oleskan minyak pijat di sekitar abdomen. Buka hanya bagian tubuh yang akan dilakukan pemijatan.

f. Klien posisi tidur telentang

g. Kemudian perawat menggosokkan kedua tangan sampai hangat, mulailah memijit perut klien dengan pelan-pelan. Gunakan jari-jari dan telapak tangan untuk menggosok dengan putaran berlawanan dengan arah jarum jam di sekitar daerah perut, mengikuti jalur kolon yaitu mulai dari kanan ke kiri. Berikan tekanan secara wajar dengan sedikit tegas ketika memberikan terapi abdominal massage (pastikan bahwa klien merasa nyaman).

h. Remas seluruh abdomen, pemijatan tidak hanya pada otot perut tetapi juga menstimulasi organ perut.

i. Untuk memijat usus besar secara keseluruhan, lakukan cicular friction untuk waktu lama. Dimulai dari area bawah kuadran kiri abdomen sekitar 100 kali per menit. Gerakan ini mendorong isis kolon menuju rectum.

j. Genggam sebanyak mungkin jaringan abdomen dengan cara mengangkatnya dan menggetarkannya (gerakan mencubit)

k. Lakukan gerakan meluncur. Dimulai dari satu sisi klien dan raih sisi yang lain (berlawanan). Tarik bagian tubuh (abdomen) klien ke arah pemijat. Ketika satu tangan sudah selesai memijat, tangan yang lain memulainya

(9)

Referensi:

Abdominal Massage. http://www.mayamassage.co.uk/ (diakses pada 9 Mei 2013)

Beck, M.F. Theory and Practice of Therapeutic Massage.

Geriatric Massage. http://www.bellevuemassagetherapy.com/geriatric-massage.html (diakses pada 19

Maret 2013)

Ryan mcvay. Message Abdomen for healthy.

(10)

Penilaian Bising Usus

1. Pengertian Tindakan

Bising usus adalah gemuruh atau suara-suara menggeram dari perut (abdomen) yang disebabkan oleh kontraksi otot peristaltic (proses pergerakan isi lambung dan usus ke bawah). Bising usus adalah normal. Ketidakhadiran bising usus dapat menunjukkan ileus seperti yang terlihat sementara setelah operasi abdomen. Bising usus juga menunjukkan mortilitas pada usus. Peningkatan bisisng usus dapat menunjukkan obstruksi usus. Bising usus dapat diketahui atau didengar melalui pemeriksaan fisik abdomen khususnya auskultasi abdomen.

2. Indikasi, Kontraindikasi, Komplikasi  Indikasi

 Gangguan pola eliminasi baik fekal maupun urine

 Trauma abdominal

 Kanker Kolon

 Gangguan atau penyakit lain pada daerah abdominal  Komplikasi

Penekanan yang berlebihan dapat menyebabkan ”nyeri” abdominal yang hebat

3. Alat dan Bahan  Stetoskop

4. Prosedur Tindakan

 Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal ini perlu dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk merencanakan perawatan dan terapi selanjutnya.

 Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi yang tepat  Beri privasi klien

 Tanyakan apakah klien memiliki salah satu riwayat berikut: insiden nyeri abdomen: lokasi, urutan, kronologis, kualitas nyeri, dan gejala yang dialami.

(11)

 Gunakan diafragma lempeng datar. Suara usus memiliki frekuensi tinggi dan paling jelas didengar dengan diafragma lempeng datar. Cukup dengan memberikan sedikit tekanan pada stetoskop.

 Tanyakan kapan terakhir klien makan. Setelah baru atau lama selesai makan, bising usus normalnya meningkat. Bising usus terdengar sangat keras ketika terlambat makan, bising usus mungkin terdengar secara terus-menerus pada area katup ileosekal yaitu saat isi saluran pencernaan dari usus halus melalui katup ke usus besar.

 Letakkan diafragma lempeng datar stetoskop pada keempat kuadran abdomen di seluruh sisi auskultasi

 Dengarkan bising usus aktif (suara seperti bunyi berkumur) – suara deguk yang tidak teratur terjadi kira-kira 5-20 detik. Durasi satu bising usus dapat memiliki rentang kurang dari satu detik atau lebih dari beberapa detik

 Bising usus normal yaitu dapat didengar. Penilaian bising usus yaitu (Kozier Erb, 2003)

 Normoperistaltik (tiap 5-20 detik)

 Tidak ada bising usus. Tidak adanya bising usus (tidak terdengar dalam 3-5menit) menunjukkan berhentinya motilitas usus

 Hipoaktif (yaitu sangat halus dan jarang, misal 1x per menit). Bising usus hipoaktif menunjukkan menurunnya motilitas dan biasanya karena manipulasi usus selama pembedahan, inflamasi, ileus paralisis, atau obstruksi usus lanjut.

 Hiperaktif/meningkat (yaitu bising usus bernada tinggi, keras, berisik yang sering terjadi. misal setiap 3detik) juga disebut borborigmus. Bising hiperaktif menunjukkan peningkatan motilitas usus dan biasanya pada klien yang mengalami diare, obstruksi usus tahap awal, atau klien dengan penggunaan laksatif.

 Bila usus jarang sekali atau tidak ada, maka tahan selama 3 – 5 menit

- Letakan bagian bel stetoskop di atas aorta, arteri renal, arteri iliaka untuk mendengarkan suara pembuluh darah. Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolik, atau kedua fase. Misalnya pada aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal, terdengar adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrium.

(12)

 Arteri renal pada garis tengah perut atau ke arah kiri atau ke kanan dari garis perut bagian atas mendekati panggul

 Arteri iliaka pada area bawah umbilikus sebelah kiri atau kanan

Referensi :

Kelompok Keilmuan Keperawatan Dasar dan Keperawatan Dasar. 2006. Buku Panduan Kerja

Laboratorim Dasar Keperawatan. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.

Kozier, B, et al. 1995. Fundamentals of Nursing : Concepts, Process, and Practice Fifth Edition.

California: Addison-Wesley Publishing Company, Inc.

Kozier, B, et al. 2003. Buku ajar praktik keperawatan klinis. Edisi ke-5. Terjemahan. Jakarta:EGC

Potter, P. A., dan Perry, A.G. 2005. Fundamental of Nursing: Concept, Process, an Practice. Jakarta:

EGC.

Smeltzer, S. C dan Bary, B.G. 2002. Keperawatan Medikal Medah. Jakarta: EGC.

Diet Tinggi Serat

1. Pengertian

Diet tinggi serat merupakan diet seimbang yang dimodifikasi dengan kandungan serat yang lebih tinggi. Serat ini berguna untuk memperlancar defekasi dan mencegah timbulnya penyakit yang berbahaya pada saluran pencernaan. Dengan tidak adanya serat kasar didalam makanan dapat merubah fungsi kolon sehingga menyebabkan apendisitis, divertikulosis, dan tumor jinak serta ganas pada kolo. (Beck, 2000)

Keluhan konstipasi seing terjadi pada lansia, ditandai dengan sulitnya buang air besar dan frekuensi yang tidak teratur. Konstipasi merupakan kelambatan dan kesulitan dalam pengosongan isi perut (defekasi), yang terjadi akibat feses yang terlalu keras atau volume feses yang terlalu kecil. Pada keadaan normal dalam 24 jam kolon harus dikosongkan secara teratur. (Beck, 2000)

.

2. Tujuan Diet Tinggi Serat

(13)

3. Indikasi  Indikasi

Diet serat tinggi diberikan kepada pasien konstipasi kronis dan penyakit divertikulosis. Lama pemberian diet disesuaikan dengan perkembangan penyakit (Almatsier, 2004)

4. Alat dan Bahan

Makanan-makan yang mengandung serat tinggi, seperti:

 Sereal atau biji-bijian utuh

 Semua produk bekatul (bran) umumnya mengandung serat tidak larut seperti: roti bekatul/whole grain bread, beras merah, beras tumbuk, havermount, jagung, kacang hijau.

 Buah-buahan. Sebagian besar buah mengandung serat larut dan tidak larut seperti buah-buahan yang bisa dimakan bersama kulitnya seperti apel, peach, belimbing, jambu.

 Sayuran. Semua sayuran kaya akan serat makanan baik serat larut maupun tidak larut, tetapi bayam, labu siam, lobak, oyong/gambas, pare, terong dan wortel lebih banyak mengandung serat larut sedangkan sayuran daun seperti kangkung, daun papaya dan daun ketela banyak mengandung serat tak larut.

 Bahan makanan lain juga banyak mengandung serat seperti agar-agar, cincau, kolang-kaling, nata de coco, rumput laut, selasih dan psylium (Hartono, 1999)

5. Prosedur Tindakan

 Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa diet tinggi serat ini perlu dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk merencanakan perawatan dan terapi selanjutnya.

 Jelaskan pengaruh serat makanan terhadap saluran pencernaan

 Mulut : makanan yang tinggi serat harus dikunyah lebih lama, sehingga akan terjadi peningkatan proses mengunyah dan peningkatan pengeluaran air liur. Hal ini akan membantu mempertahankan kesehatan gigi dan gusi

(14)

 Usus halus : serat akan meningkatkan viskositas isi usus halus dan memperlambat laju penyerapan produk pencernaan. Prroduk pencernaan tersebut akan berjalan lebih lama lagi hingga disebelah distal usus halus, dibandingkan dengan keadaan dimana tidak terdapat serat.

 Usus besar : sedikit serat yang diekskresi ke dalam feses tanpa mengalami perubahan. Sebagian besar serat akan dipecah oleh bakteri dalam sekum dan kolon. Hasil pemecahan tersebut bersifat menahan air pada pragmen serat yang tersisa bersama-sama menghasilkan massa tinja yang lebih banyak dan lunak, maka akan terjadi pengurangan waktu transit dalam kolon, penurunan tekanan intrakolon dan peningkatan frekuensi buang air besar

 Syarat-syarat Diet Tinggi Serat

1. Energi cukup sesuai dengan umur, gender, dan aktifitas. 2. Protein cukup yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total. 3. Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total. 4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.

5. Vitamin dan mineral tinggi, terutama vitamin B untuk memelihara kekuatan otot saluran cerna.

6. Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter untuk membantu memperlancar defekasi.

7. Pemberian minum sebelum makan akan membantu merangsang peristaltik usus.

8. Serat tinggi, yaitu 30-50 gram/hari terutama serat tidak larut air yang berasal dari beras tumbuk, beras merah, roti whole wheat, sayuran, dan buah

Referensi :

Almatsier, Sunita (2004). Penuntut Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Beck, Mary (2000). Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui adanya kelompok mencit Balb/c jantan yang mengalami penurunan fungsi memori paling rendah dengan metode pengukuran T-Maze Labyrinth yang terpapar

 Menunjukkan turgor kulit normal dan membran mukosa yang lembab  Melaporkan tidak adanya penurunan berat badan tambahan..