• Tidak ada hasil yang ditemukan

275185 LAPORAN FIELDTRIP EKOLOGI TANAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "275185 LAPORAN FIELDTRIP EKOLOGI TANAMAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN FIELDTRIP EKOLOGI TANAMAN P.G. MADUKISMO DAN MINA PADI MINAMURAKABI

Disusun oleh :

Tsalitsa Himma Ulya (13600) Gol/Kel : C4/2

Asisten : 1. Devi Alvioliana 2. Denny Andria 3. Chalida Noor T.

4. Ayu Ainullah Muryasani

LABORATORIUM MANAJEMEN PRODUKSI TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

(2)

Limbah merupakan hasil keseluruhan dan konsekuensi langsung dari berbagai aktivitas manusia (Afolayan dkk, 2012). Sedangkan Limbah pertanian merupakan bahan yang terbuang di sektor pertanian. Menurut Mosher (1965) Pertanian adalah jenis usaha tani yang berlandaskan pada prosses pertumbuhan tanaman dan hewan dimana kegitan usaha tani baik dalam skala kecil maupun skala besar jelas menghasilkan berbagai wujud limbah cair, padat dan gas yang jumlah atau volumenya cukup tinggi.

Pada pertanian konvensional atau modern pada umumnya tidak terdapat pengelolaan limbah atau minim pengelolaan limbahnnya, sebab dalam pertanian konvensional kebanyakan inputnya seperti pupuk menggunakan bahan kimia. Limbah dianggap suatu bahan yang tidak penting dan tidak bernilai ekonomi. Padahal jika dikaji dan didikelola dengan baik, limbah pertanian dapat diolah menjadi beberapa produk baru yang bernilai ekonomi tinggi.

Saat ini dalam dunia usaha bisnis internasional telah berkembang paradigma pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang dikaitkan dengan terbitnya isu manajemen lingkungan dalam bentuk penerbitan sertifikat ISO. Selain itu di Indonesia juga mulai diterapkan sistem pertanian terpadu. Isu tersebut menekankan pada pengelolaan sumber daya alam yang efektif dan efisien dengan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya utamanya yang disebabkan perncemaran limbah. Paradigma pembangunan berkelanjutan tersebut memiliki tiga pilar utama, yaitu ekonomi, ekologi, dan sosial.

Secara ekonomi, pembangunan agribisnis atau agroindustri harus dapat menciptakan pertumbuhan yang tinggi untuk mencapai kesejahteraan, khususnya bagi stakeholder agribisnis atau agroindustri. Secara ekologi, pembangunan tersebut hendaknya menekan seminimal mungkin dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan pengelolaan sumber daya alam. Secara sosial, memberikan kemanfaatan pada masyarakat luas (Kristanto, 2004).

(3)

II. METODE PELAKSANAAN

Metode yang digunakan adalah metode secara langsung dan tidak langsung. Metode secara langsung dengan melakukan komunikasi dua arah dengan petugas yang telah ditunjuk, dan metode tidak langsung dengan melakukan kajian pustaka.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN PG. MADUKISMO

A. Limbah yang dihasilkan selama proses produksi di PG Madukismo

Limbah yang dihasikan pada proses pembuatan gula dari tanaman tebu adalah : 1. Blotong

Blotong atau filter cake atau filter press mud adalah limbah industri yang dihasilkan oleh pabrik gula dari proses pemurnian dan pengendapan nira tebu. Blotong dapat digunakan sebagai pupuk orgnanik.

2. Ampas tebu

Ampas adalah bahan sisa dari perasan nira tebu. Ampas tebu dapat digunakan untuk pembangkit listrik dan asap dari pembakarannya dapat digunakan sebagai bahan pembuatan batu bata.

3. Tetes tebu

Bahan yang disebut sebagai sirup karamel yang menempel pada kristal gula. Tetes ini dapat digunakan untuk membuat alkohol, dan alkoholnya dapat digunakan sebagai bahan farmaka dan kosmetik. Selain itu, alkohol dapat diubah menjadi spiritus yang dapat digunakan sebagai bioetanol atau bahan bakar untuk keperluan rumah tangga.

B. Flowchart pengelolaan limbah di PG Madukismo

dibakar

Tanaman

Tebu

Ampas Tebu Nira

Tebu

Blotong Gula

kristal Tetes

(4)

C. Dampak positif dan negatif limbah PG Madukismo terhadap lingkungan maupun masyarakat sekitar

1. Limbah Blotong

Blotong merupakan limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik gula yang berasal dari stasiun pemurnian nira yang dipisahkan dengan alat rotary vacum filter. Limbah blotong ini berbentuk seperti tanah berpasir berwarna hitam, memiliki bau tak sedap jika masih basah. Blotong sendiri merupakan limbah yang dihasilkan sebelum dikristalkan menjadi gula pasir. Pada setiap tempat penggilingan tebu seperti pabrik gula akan selalu dijumpai tumpukan bahkan gunungan blotong dalam jumlah besar yang sampai saat ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal

Blotong mempunyai kelebihan yaitu salah satunya mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai kalor limbah pertanian seperti blotong ini adalah dengan proses pembuatan briket dimana densitas blotong ditingkatkan dengan proses densifikasi atau pemadatan dengan cara pengepresan dan biasanya dilakukan dengan alat tekan.

Berikut ini merupakan unsur yang terkandung dalam blotong kering (Kadar air 25%), oleh laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang Teknik Bandung :

Pengolahan limbah blotong di Pabrik Madukismo yang didapat dari proses pemurniaan nira direaksikan dengan zat-zat organik. Hal ini dilakukan untuk menjadikan blotong sebagai pupuk organik melalui proses pengomposan. Limbah

(5)

ini sebagian besar diambil petani untuk dipakai sebagai pupuk dan sebagian yang lain dibuang di lahan tebuka.

Berikut ini merupakan unsur yang terkandung dalam blotong dalaam bentuk kompos :

2. Limbah Tetes

Tetes (molasses) sebagai limbah di stasiun pengolahan, diproduksi sekitar 4,5 % tebu atau sekitar 1,5 juta ton. Tetes tebu merupakan produk pendamping karena sebagian besar dipakai sebagai bahan baku industri lain seperti vitsin (sodium glutamate), alkohol atau spritius dan bahkan untuk komoditas ekspor dalam pembuatan L-lysine dan lain-lain. Namun untuk hal ini dibutuhkan kandungan gula dalam tetes yang cukup tinggi, sehingga tidak semua tetes tebu yang dihasilkan dimanfaatkan untuk itu. Akibatnya tidak sedikit pabrik gula yang mengalami kendala dalam penyimpanan tetes sampai musim giling berikutnya, seperti tangki tidak cukup menampung karena tetes kurang laku, atau memungkinkan terjadinya ledakan dalam penyimpanan di tangki tetes sehubungan dengan kondisi proses atau komposisi.

Tetes tebu yang dihasilkan oleh PG. Madukismo ini ini termasuk dalam limbah cair. Warna dari limbah tetes ini berwarna hitam dan menghasilkan bau yang sangat menyengat. Dilihat dari tingkat kekeruhannya, limbah tetes tebu yang dihasilkan di Pabrik Gula Madukismo ini termasuk dalam tingkat yang keruh. Hal ini dikarenakan tetes tebu merupakan limbah yang dihasilkan dari sisa pengolahan gula pada saat distasiun pengolahan.

Molases merupakan hasil samping pada industri pengolahan gula dengan wujud bentuk cair. Molases adalah limbah utama industri pemurnian gula. Molases merupakan sumber energi yang esensial dengan kandungan gula di dalamnya. Molases memiliki kandungan protein kasar 3,1 %; serat kasar 60 % ; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %. Kadar air dalam cairan molasses yaitu 15–25 % dan cairan tersebut berwarna hitam serta berupa sirup manis. Selain itu, molases juga dapat berfungsi sebagai perekat pada pembuatan pelet yang dalam pelaksanaanya dapat meningkatkan kualitasnya (Kurnia 2010).

3. Ampas tebu

(6)

bahan baku pembuatan pupuk, particle board, bioetanol, dan sebagai bahan bakar ketel uap (boiler) sehingga dapat mengurangi konsumsi bahan-bakar minyak oleh pabrik.

Ampas tebu yang dihasilkan di Pabrik Gula Madukismo berwarna putih kecoklatan. Bau yang dihasilkan dari limbah ampas tebu ini berbau khas tebu. Didalam ampas tebu terdapat kandungan polisakarida yang dapat dikonversi menjadi produk atau senyawa kimia yang digunakan untuk mendukung proses produksi sektor industri lainnya. Salah satu polisakarida yang terdapat dalam ampas tebu adalah pentosan, dengan persentase sebesar 20-27%.

Kandungan pentosan yang cukup tinggi tersebut memungkinkan ampas tebu untuk diolah menjadi Furfural. Furfural memiliki aplikasi yang cukup luas dalam beberapa industri dan juga dapat disintesis menjadi turunan-turunannya seperti : Furfuril Alkohol, Furan, dan lain-lain. Kebutuhan (demand) Furfural dan turunannya di dalam negeri meski tidak terlalu besar namun jumlahnya terus meningkat . Hingga saat ini seluruh kebutuhan Furfural untuk dalam negeri diperoleh melalui impor. Impor terbesar diperoleh dari Cina yang saat ini menguasai 72% pasar Furfural dunia.

4. Abu ampas

Abu ampas tebu merupakan sisa hasil pembakaran dari ampas tebu. Abu ampas yang dihasilkan di Pabrik Gula Madukismo termasuk dalam klasifikasi limbah padat. Warna dari abu ampas ini abu-abu dan menghasilkan bau yang khas seperti bau abu. Abu ampas yang ada di pabrik ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan batako. Batako yang dihasilkan bersifat ringan dan berwarna kehitaman. Proses pembuatan batako ini dicampur dengan semen, pasir dan bahan–bahan pembuatan batako. Kemudian bahan yang telah tercampur, dicetak dengan cetakan khusus sehingga terbentuklah batako.

8. Limbah CO2

Limbah gas yang ada di pabrik gula Madukismo ini berupa uap (CO2) yang langsung dilepaskan ke lingkungan (udara). Limbah ini tidak berbau serta tidak berwarna karena berupa gas yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.

D. Usaha untuk meningkatkan manfaat limbah untuk lingkungan/ masyarakat sekitar dan mengurangi risiko negatif

(7)

Limbah padat Blothong yang dihasilkan oleh pabrik gula Madukismo mempunyai volume yang cukup besar tiap harinya sekitar 100 ton/hari. Pabrik membeli seluas lahan di sekitar pabrik untuk menempatkan limbah tersebut, karena limbah blothong biasanya dibuang dengan cara penumpukan (open dumping). Oleh masyarakat sekitar limbah yang dibuang terutama blotong (ampas tebu) diambil secara cuma- cuma untuk pembuatan asbes, genteng, pupuk, kompos dan dijadikan bahan bakar industri batu bata, karena blotong ini masih mengandung sejumlah belerang sehingga baik untuk dijadikan sebagai bahan bakar. Pihak PG. Madukismo melakukan mengovenan blothong pada oven dengan suhu 105º dalam kurun waktu 3 jam sebelum membuangnya. Tujuan blotong di oven untuk mengurangi kadar air yang terdapat di blotong tersebut, sehingga tidak menimbulkan bau yang sangat menyengat ketika dibuang.

Saat ini, pihak PG. Madukismo memanfaatkan blothong tersebut sebagai bahan baku dalam pembuatan pupuk kompos. Proses pembuatan pupuk kompos dari blothong adalah sebagai berikut:

b. Proses Pengolahan Limbah Padat Ampas Tebu sebagai Bahan Bakar Orgaik Limbah padat ampas tahu merupakan limbah yang dihasilkan pada proses awal penggilingan tebu menjadi nira mentah. Limbah ini jumlahnya cukup banyak sehingga sangat bermanfaat jika dapat diolah sehingga tidak mencemari lingkungan. PG. Madukismo memanfaatkan limbah ampas tahu sebagai bahan bakar organik yang dikenal dengan istilah Biomass (bahan bakar organik) yang diolah untuk menghasilkan listrik. Proses pengolahan ampas tebu sebagai bahan bakr organik adalah sebagai berikut:

c. Proses Pengolahan Limbah Arang Ampas Tebu sebagai Batako

Bagasse atau ampas tebu yang dibakar akan menjadi arang, yang bermanfaat untuk pupuk pertanian dan bahan bangunan (batako). Joglo tani juga memanfaatkan arang ampas tebu tersebut sebagai batako. Arang tersebut sebelum diolah dirubah dulu menjadi abu. Proses pembuatan batako adalah sebagai berikut:

d. Proses Pengolahan Limbah Cair Tetes sebagai Alkohol

(8)

sebagai campuran kosmetik dan industri farmasi. Tetes tebu sebelum menjadi alkohol akan mengalami tahap-tahap pengolahan.

Hasil akhir dari proses produksi alkohol adalah etanol yang memiliki kadar yang tinggi yakni berkisar antara 94%-96%. Proses pengolahan limbah tetes ini selain dapat menyelamatkan lingkungan dari pencemaran, juga dapat menghasilkan income untuk PG. Madukismo. Proses pengolahan alkohol dapat dilihat pada lembar berikutnya.

MINA PADI MINAMURAKABI

A. Sejarah minapadi di Cibuk Moyudan

Kelompok Tani Ikan Minamurakabi berdiri tanggal 11 Agustus 2003. Kelompok tani ini bergerak di bidang perbenihan ikan. Usaha ini berawalnya dari usaha mandiri salah seorang petani. Petani ini kewalahan untuk memenuhi kebutuhan benih ikan. Nama “Mina Murakabi” berarti mencukupi semua kebutuhan hidup semua anggota, diharapkan, usaha ini dapat mencukupi kebutuhan hidup semua anggotanya. Pada tanggal 15 Agustus 2003 kelompok tani ikan “Mina Murakabi” dikukuhkan sebagai kelompok tani ikan kelas pemula oleh kepala desa Margoluwih Bapak R.Patsipi Budjono,BBA dengan nomor 008/KPTSLD/2003, dan berdasarkann peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Tahun 2013 yang di rekomendasikan ke Dinas Perikanan Kabupaten Sleman kelompok “Mina Murakabi” dikukuhkan menjadi kelas Madya (Pramudita, 2016).

B. Tahap budidaya padi dan ikan

Tahapan budidaya padi dan ikan atau biasa disebut mina padi adalah sebagai berikut (Sutanto, 2002):

1. Persiapan lahan

Tanah sawah dibajak, dicangkul, dan digaru sampai berlumpur. Kemudian, parit (caren) dibuat dengan arah menyilang dan mengelilingi petakan sawah dengan kedalaman 60 cm dan lebar 1 m. setelah itu, pematang dibuat tebal dan diperkuat dengan menimbun tanah setinggi 30 cm si atas permukaan air. Lalu, pupuk dasar ditaburkan, dan lahan sawah diairi mencapai ketinggian 15-20 cm.

(9)

Bibit padi yang telah berumur 25 hari ditanam dengan sistem jajar legowo 2:1. Setelah 7 hari, bibit ikan yang berukuran minimal 10 g/ekor ditebar. Kepadatan populasi ikan dengan sistem intensif adalah 5-10 ekor/m2.

3. Pemeliharaan

Padi yang telah berumur 3-5 hst dipupuk dengan pupuk urea dan ponska. Pada ikan, setiap pagi dan sore diberi makan dengan pelet ikan. Pengendalian gulma tidak dilakukan karena gulma sangat jarang ditemukan, karena lahan digenangi air terus menerus. Pengendalian hama burung dapat dilakukan dengan pemasangan jaring dan untuk hama tikus dilakukan dengan melakukan ronda setiap malam. Pengendalian dengan pestisida juga tidak dilakukan karena dapat membuat mati ikan.

4. Panen

Sebelum memanen padi, 7 hari sebelumnya lahan sudah disurutkan dan ikan telah dipanen. Hal ini untuk menunjang pengisian bulir padi. Selain itu juga untuk memudahkan pemanenan padi.

5. Pasca panen

Ikan dan padi yang telah dipanen dapat dipasarkan. Pemasaran ikan di Minamurakabi dilakukan dengan mengundang tengkulak yang telah dipercaya, sedangkan untuk padi dipasarkan dengan dikemas menjadi beras sehat (Tmbul, 2016).

C. Input yang dipakai, perawatan yang diperlukan, serta output/ hasil yang diperoleh. Perbandingannya dengan sistem budidaya sawah monokultur yang biasa dilakukan petani di daerah sekitar/tempat lain.

1. Input Minamurakabi

Input yang dipakai dalam budidaya mina padi meliputi benih padi dan bibit ikan. Benih padi yang digunakan yaitu varietas Ciherang maupun Inpari 30. Sedangkan bibit ikan yang dibudidayakan yaitu jenis ikan nila, ikan gurame, maupun ikan mas sebagai campuran. Selain itu, input berupa pupuk urea dan phonska juga digunakan dalam pemeliharaan tanaman ketika awal menanam. Pakan ikan berupa pelet juga digunakan untuk menunjang pertumbuhan ikan. 2. Perawatan

(10)

3-5 hari setelah tanam. Pupuk yang diberikan yaitu urea sebanyak 15 kg dan phonska 30 kg. Sementara untuk pemeliharaan ikan, pemberian makan ikan dilakukan pagi dan sore selama 2,5 bulan hingga ikan siap dipanen. Penyurutan air dilakukan ketika tanaman mulai menginjak fase generatif yaitu 1 minggu setelah pemanenan ikan. Pengelolaan air sangat diperhatikan agar tidak mengganggu kelangsungan hidup ikan dengan cara memastikan air tidak tercemar leh pestisida dari daerah lain. Pengendalian hama terutama hama burung dilakukan dengan pemasangan jaring diatas pertanaman padi.

3. Output atau Hasil

Hasil yang diperoleh dalam sistem budidaya mina padi yaitu panenan berupa beras maupun ikan. Setiap 2 tahun ada 5 kali panen, yang mana tiap panen dapat menghasilkan maksimal yang pernah diperleh yaitu 9,2 Kwintal beras per 1000 m2. Sedangkan ikan yang dihasilkan yaitu 5 kwintal dengan berat perekor

kurang lebih 250 gr.

4. Perbandingan dengan sistem budidaya petani sekitar

Budidaya padi oleh Kelompok Tani Mina Murakabi berbeda dari budidaya padi monokultur yang dilakukan petani di daerah tersebut karena kelompok tani ini membudidayakan ikan dan padi sekaligus dalam lahan yang sama. Membudidayakan ikan di lahan padi tentu membuat petani minapadi ini membutuhkan perangkat yang lebih banyak dibandingkan petani konvensional, yaitu penambahan mulsa plastik pada pematang sawah agar mencegah kebocoran air di lahan sawah. Selain itu, suplai air harus tetap dijaga jangan sampai menipis dengan cara memasang pompa air pada lahan sawah.

Jarak tanam yang digunakan oleh petani mina murakabi adalah sistem jajar legowo 2:1 sedangkan petani di tempat lain menggunakan sistem konvensional. Hal ini akan membuat efek tepi meningkat pada tanaman serta ikan akan lebih luas bergerak di sela – sela padi. Pembuatan kolam dalam perlu dilakukan oleh petani minapadi murakabi agar dapat dijadikan tempat ikan untuk bergerak leluasa. Kolam dalam ini dibuat mengelilingi tanaman padi sawah. Jarak 1 m dari pematang ke tanaman padi inilah yang dijadikan kolam dalam. Hal ini tentu berbeda dengan petani padi di tempat lainnya yang tidak perlu membuat kolam dalam.

(11)

dari 1 kali dalam satu musim tanam. Petani di tempat lain masih menggunakan pestisida untuk membasmi hama, sedangkan petani minapadi tidak menggunakan sama sekali karena akan mencemari air kolam. Petani minapadi harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pakan ikan dibandingkan petani konvensional tanpa budidaya ikan. Pemanenan padi dilakukan seminggu setelah panen ikan dilakukan yaitu pada umur 3 bulan.

D. Dampak/pengaruh model budidaya minapadi ini terhadap lingkungan sekitar, jika dibandingkan dengan sistem sawah konvensional.

Pada umumnya, penanaman minapadi memiliki berbagai keuntungan baik secara ekonomi maupun secara lingkungan. Minapadi hanya melakukan satu kali proses pemupukan yaitu pada 3-5 hst. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk anorganik (pupuk buatan pabrik) seperti urea, phonska, dan NPK. Pemupukan ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan pemupukan pada sistem penanaman padi konvensional. Pada padi konvensional dilakukan pemupukan sekitar 2-3 kali selama masa pertumbuhan sampai panen. Perbedaan ini berpengaruh baik terhadap lingkungan pertanaman minapadi, karena pemberian pupuk anorganik yang terlalu banyak (padi konvensional) akan menyebabkan tertimbunnya residu pupuk kimia di dalam tanah serta menyebabkan tanah sawah menjadi lebih padat, sedangkan pada minapadi pemberian pupuk anorganik diminimalkan sehingga kondisi tanah sawah lebih baik, dan tanaman padi mendapatkan suplai unsur hara dari aktivitas ikan di lahan tersebut, baik berupa hasil metabolisme ikan, maupun akibat dari aktivitas ikan lainnya di dalam sawah.

(12)

memperlihatkan sifat lebih toksik terhadap zooplankton dan bentos dengan tingkat toksisitasnya bervariasi sangat luas, tergantung jenis pestisida dan tingkat stadia komunitas yang bersangkutan. Pertanaman minapadi tidak menggunakan pestisida sama sekali agar ikan di dalam sawah tidak mengalami keracunan atau mengalami pertumbuhan yang terhambat akibat dari residu pestisida tersebut, hal ini sangat berpengaruh positif terhadap kualitas lingkungan di sistem pertanaman minapadi. Salah satu contoh pengendalian hama yang dilakukan pada pertanaman minapadi adalah dengan menggunakan atau memasang jaring agar hama burung tidak memakan bulir padi dan ikan.

Sistem pertanaman minapadi juga menyebabkan gulma tidak dapat tumbuh dengan baik di area lahan. Hal ini disebabkan karena kondisi yang jenuh air dan adanya aktivitas ikan yang dapat merusak pertumbuhan gulma. Berbeda halnya dengan pertanaman padi konvensional yang memerlukan perlakuan khusus berupa penyiangan gulma akibat dari tumbuhnya gulma di sekitar tanaman padi. Tumbuhnya gulma dapat menyebabkan kompetisi hara, air dan cahaya pada tanaman padi menjadi lebih tinggi (Lantarsih, 2016). Tingginya tingkat kompetisi ini menyebabkan laju pertumbuhan padi juga terhambat sehingga hasil tanaman juga menurun.

IV. KESIMPULAN

a. PT. Madukismo atau Madubaru menghasilkan limbah padat berupa blothong, ampas tebu, abu ampas, limbah cair tetes, serta limbah gas berupa CO2, dimana limbah tersebut telah dikelola menjadi barang bermanfaat

(13)

Daftar Pustaka

Pramudita, Katika. 2016. Mina Padi. http://minamurakabi.blogspot.co.id/. Diakses tanggal 3 Desember 2016.

Lantarsih, R. 2016. Pengembangan “minapadi kolam dalam” di kabupaten Sleman. Jurnal AGRARIS 2(1): 17-27.

Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. Timbul. 2016. Mina Padi Mianamurakabi. Komunikasi dua arah. Dusun Cibuk

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meningkatkan kualitas personel pendidikan di sekolah menengah maka dibutuhkan pola manajemen yang efektif dalam mengelola sumber daya manusia pendidikan. Karena

Apabila pengeluaran pemerintah sektor industri pengolahan meningkat 1 persen (semula Rp 60.062 juta menjadi Rp 60.662 juta), pembentukan modal tetap sektor industri

Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil observasi penelitian yang bersangkutan mengenai yang membentuk konsep diri anak usia 5-6 tahun, pengaruh pembelajaran

Studi Literatur dari buku – buku tentang fasilitas perawatan kecantikan dan kebugaran tubuh untuk mencari data tentang pengertian, karakteristik, bentuk kegiatan

Apabila alat Bantu yang direkomendasikan ini sesuai dengan posisi kerja operator yaitu pada sikap usulan terpilih, maka operator dapat bekerja lebih produktif dan

sudah naik pangkat, malahan dia di PHK dari tempatnya bekerja. Pada saat dia di PHK dan gagal mencari kerja pun, suami Masako tidak memperdulikannya. Masalah

Upah adalah pendapatan masyarakat yang mencapai maksimum apabila kondisi tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (Full Employment) dapat terwujud. 10 Faktor tingkat

Kedua , Kabupaten Bangka Tengah terletak di kuadran II termasuk kategori daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata, tapi pengurangan kemiskinan di atas