• Tidak ada hasil yang ditemukan

APERBANDINGAN POSISI HEAD UP 15 Derajat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "APERBANDINGAN POSISI HEAD UP 15 Derajat"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 SITI ROHIMAH

Departemen Keperawatan Medikal Bedah Prodi D.III Keperawatan STIKes BTH Tasikmalaya

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Tekanan Tinggi Intrakranial merupakan kegawatdaruratan neurologi yang utama dengan angka ejadian tiap tahun meningkat. Dan apabila keadaan ini tidak segera ditangani akan menyebabkan kematian. Kematian pada kasus Tekanan Tinggi Intrakranial prosesnya sangat cepat sehingga emerlukan tindakan gawat darurat, pengobatan yang tepat serta perawatan yang intensif. Penelitian ini dimotivasi oleh semakin bertambahnya jumlah kasus penyakit-penyakIT yang dapat meningkatkan tekanan tinggi intra kranial. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Perbandingan posisi tidur head up 150 dengan posisi tidur head up 300 terhadap tekanan darah, nadi dan respirasi pada pasien dengan tekanan tinggi intrakranial. Metode yang digunakan adalah penelitian quasi eksperimental dengan rancangan pretest dan posttest two group dengan jumlah sampel 22 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik concecutive sampling first in first out. Pengolahan data langkah awal mengunakan uji normalitas data Saphiro Wilk kemudian dengan uji t, sedangkan data yang tidak berpasanagan menggunakan uji t tidak berpasangan atau uji Mann-Whitney dan Wilcoxon. untuk melihat perbandingan posisi head up 150 dan 300. Hasil analisis dengan uji t berpasangan didapatkan adanya perbedaan bermakna antara tekanan darah dan nadi sebelum dan sesudah diberikan posisi head up 150 dan 300 dengan nilai p=0,001. Tetapi pada variabel respirasi ditemukan hasil yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan respirasi sebelum dan sesudah diberikan posisi head up 150 dengan nilai p=0,019 dan posisi head up 300 dengan nilai p=0,401. Hasil analisis perbedaan antara kelompok didapatkan perbedaan bermakna antara tekanan darah antara kelompok pasien dengan posisi head up 150 dan kelompok penderita dengan posisi head up 300. Sedangkan pada variabel nadi dan respirasi, tidak terdapat perbedaan bermakna antara nadi respirasi pada kelompok pasien dengan posisi head up 150 dan kelompok pasien dengan posisi head up 300. Disimpulkan bahwa pada psien dengan peningkatan tekanan tinggi intrakranial sebaiknya diatur posisi tidur head up 150 .

(2)

COMPARISON OF HEAD POSITION UP TO 150 TO 300 BLOOD PRESSURE, PULSE AND RESPIRATION INCREASED INTRACRANIAL

PRESSURE INATIENTS IN THE NEUROSURGICAL RSUD TASIKMALAYA

Mrs. Siti Rohimah

Medical Surgical Departement of STIKes BTH Tasikmalaya, East West Java, Indonesia

e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Increased Intracranial Pressure (IICP) is the most important neurologic emergency which the ncidence rates increased every year and mortality wouldincrease if this condition was not treated immediately. Process of death because of IICP was very fast, emergency and appropriate treatment was needed and also intensive nursing care. This study was motivated by increasing diseases which caused increased intracranial pressure. The aims of this study was identifying the comparison between head up 15° position and head up 30° position to blood pressure, pulse and respiration patients with IICP. The method of this study was quasy experimental with pretest and posttest two group design. Using concecutive sampling first in first out was found 22 samples. Normality test were analized by Saphiro Wilk and Mann-Whitney test for unpaired t test and to compare the head up position used Wicoxon test. The result found that was significant different blood pressure and pulse before and after head up 15° and head up 30° position ( p value = 0.001 ). There was no significant different respiration before and after head up 15° position ( p value = 0.019) and before and after head up 30° position (p value = 0.401). Blood pressure was different significant between head up 15° and head up 30° position. Pulse and respiration were not different significant between head up 15° and head up 30° position. The conclusion of this research that IICP patients should be better in head up 15° position.

(3)

PENDAHULUAN

Otak berada di dalam rongga tengkorak, yang dilindungi oleh selaput

pelindung yang disebut meningen yang terdiri dari duramater, subarahcnoid dan

piamater. Struktur tulang tengkorak yang kaku pada orang dewasa dimana sutura

sudah menutup dan keras serta selaput otak yang tidak elastis mengurangi

kemungkinan pengembangan jaringan otak dalam keadaan tertentu. Dalam rongga

tengkorak terdapat jaringan parenkim otak, darah dan pembuluh darah serta cairan

serebrospinalis. Tekanan intrakranial merupakan jumlah total dari tekanan yang

mewakili volume jaringan otak, volume darah intrakranial dan cairan

serebrospinalis. Apabila volume dari salah satu faktor tadi meningkat dan tidak

dapat dikompensasi oleh kedua faktor yang lain, maka terjadilah tekanan tinggi

intrakranial (Iskandar Japardi, 2002).

Bila terjadi kenaikan yang relatif kecil dari volume otak, keadaan ini tidak

akan cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial. Memindahkan Volume yang

meninggi ini dapat dikompensasi dengan cairan serebrospinalis dari rongga

tengkorak ke kanalis spinalis, dan disamping itu volume darah intrakranial akan

menurun oleh karena berkurangnya peregangan duramater. Hubungan antara

tekanan dan volume ini dikenal dengan complience. Jika otak, darah dan cairan

serebrospinalis volumenya terus menerus meninggi, maka mekanisme enyesuaian

ini akan gagal dan terjadilah tekanan tinggi intrakranial (Adams RD, 1989).

Kondisi pasien-pasien dengan tekanan intrakranial yang dirawat di

(4)

yang sangat cepat berubah dengan tanda dan gejala tekanan darah yang tiba-tiba

meningkat, adanya penurunan nadi dan perubahan respirasi. Peningkatan tekanan

darah, penurunan denyut jantung, dan laju pernafasan merupakan tanda-tanda

peningkatan tekanan intrakranial (refleks Cushing) (Mooney & Comerford 2003).

Upaya-upaya untuk mengatasi perubahan tekanan intrakranial yaitu

mempertahankan tekanan perfusi serebral yang dihasilkan dari tekanan arteri

sistemik rata-rata dikurangi tekanan intrakranial, dengan rumus: Cerebral

Perfusion Pressure = Mean Arteri Pressure – Intracranial Pressure . Tekanan

perfusi serebral normal berada pada rentang 60-100 mmHg. Mean Arteri Pressure

(MAP) adalah rata-rata tekanan selama siklus kardiak. MAP = Tekanan Sistolik +

2X tekanan diastolik dibagi 3. Jika tekanan perfusi serebral diatas 100 mmHg,

maka potensial terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Jika kurang dari 60

mmHg, aliran darah ke otak tidak adekuat sehingga hipoksia dan kematian sel

otak dapat terjadi (Morton et.al, 2005). Pada pasien dengan auto regulasi yang

baik, peningkatan tekanan darah dalam batas tertentu tidak menimbulkan

perubahan ICP (Intrakranial Pressure) dan CBF (Cerebral Blood Flow).

Sedangkan penurunan tekanan darah menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah

otak, terjadi peningkatan volume darah otak dan akhirnya peningkatan ICP. Auto

regulasi dapat berperan pada rentang tekanan perfusi serebral 50-140 mmHg

(Crawford, 1997).

RSUD Tasikmalaya memiliki ruangan rawat inap yang merawat pasien

dengan gangguan sistem persyarafan khususnya bagian Neurologi jumlah kasus

(5)

kasus dengan head injury dan 374 kasus stroke perdarahan, kasus terbanyak

adalah cedera kepala 1095 kasus dengan rata-rata kasus tiap bulan sebanyak 17-20

kasus head injury berat, stroke sebanyak 493 kasus, Space Occupying Lession

(SOL) 82 kasus dan Meningitis 39 kasus (Medical Record RSUD Tasikmalaya,

2011). Pemberian posisi head up pada pasien –pasien dengan TTIK yang dirawat

di ruang rawat inap neurologi sudut kemiringannya tidak diukur dengan tepat,

hanya dikira-kira antara 150 dan 300 dan bahkan ada yang lebih dari sudut 300.

Dari data di atas menunjukkan bahwa kasus neurologi khususnya yang

menimbulkan tekanan tinggi intrakranial semakin tahun semakin banyak dan ini

merupakan tantangan untuk tim neurologi dalam hal penanganan yang harus cepat

dan tepat yang merupakan suatu kegawatdaruratan di bidang neurologi yang harus

segera ditanggulangi. Penatalaksanaan penurunan tekanan intrakranial, salah

satunya adalah mengatur posisi pasien dengan kepala head up (150– 300) untuk

meningkatkan venous drainage dari kepala dan kepala head up dapat

menyebabkan penurunan tekanan darah sistemik, mungkin dapat dikompromi oleh

tekanan perfusi serebral. Salah satu intervensi yang dipertimbangkan dapat

dilakukan oleh perawat adalah dengan menempatkan pasien pada posisi head up

antara 150 dan 300 bertujuan untuk menurunkan tekanan intrakranial, jika elevasi

lebih tinggi dari 30 maka tekanan perfusi otak akan turun. Posisi tidur head up

bertujuan untuk : menurunkan tekanan intrakranial pada kasus trauma kepala, lesi

otak, atau gangguan neurologi dan memfasilitasi venous drainage dari kepala.

Stabilisasi (posisi) dalam TIK sangatlah penting karena akan berpengaruh

(6)

besar yang dapat menimbulkan kematian pada kasus persyarafan. Pemberian

posisi pada TIK terlihat sangatlah mudah namun banyak yang perlu diperhatikan

jika akan melakukan tindakan tersebut : perawat harus memperhatikan adekuat

CPP serta CBF dipertahankan guna perfusi otak klien, perubahan posisi harus

dilihat apakah ada hambatan pada vena jugularis, kepala pasien tidak boleh

melakukan rotasi juga tidak dapat diubah sesegera mungkin.

Menurut penelitian Vinod K Grover , 2003 yang dilakukan pada 20 pasien

dengan diagnosa ventriculoperitonial (VP) yang dipilih secara acak dan

dijadwalkan operasi elektif Shunt VP dengan usia pasien 5-61 thn. Dalam

pelaksanaan operasi pasien diposisikan dengan berbagai posisi kepala diantaranya

rotasi kepala ke kanan, kepala rotasi ke kiri, posisi netral, posisi kepala dibawah

150 dan posisi head up 150. Didapatkan hasil peningkatan intrakranial secara

signifikan pada posisi kepala rotasi ke kanan sebesar (40,8 %; p < 0,01) rotasi

kepala ke kiri 22,2%; p < 0,001) , posisi kepala kepala 150 (6,7%; p< 0,005) dan

posisi kepala head up 150 sebesar 5,5%. Kesimpulan bahwa rotasi kepala ke

kanan, rotasi kepala ke kiri, posisi kepala head down akan meningkatkan

intrakranial secara signifikan. Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan

intrakranial adalah posisi kepala. Posisi kepala memengaruhi tekanan intrakranial

dengan mengubah tekanan arteri rata-rata (MAP), drainase vena jugularis, dan

volume darah otak.

Studi dari Emery et al mengatakan bahwa rotasi kepala ke kanan akan

meningkatkan intrakranial yang signifikan. Menurut penelitian Mavrocordatos

(7)

mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial yang signifikan karena terjadi

obstruksi vena jugularis, jadi harus hati-hati dalam merubah posisi kepala. Posisi

kepala head down akan meningkatkan tekanan intrakranial karena efek

hidrostatik, pengurangan out flow vena jugularis, sehingga suplai darah ke otak

akan berkurang Menurut penelitian Emery et al tahun 2003, Durward et al dan

Fieldman et al menemukan bahwa posisi kepala head up 150 mengurangi

peningkatan intrakranial secara signifikan, perubahan ini disebabkan efek dari

tekanan sistem vena jugularis, ada penurunan detak jantung sebesar 0,76%

menjadi menjadi 5,6%. Dan secara statistik terjadi penurunan tekanan darah

secara signifikan sebesar ( p< 0.05). Menurut penelitian Van Bredore et al

mengatakan bahwa posisi head up 150 tekanan darah sistolik berkurang nyata (p<

0,05), menurut penelitian Duward dkk dan Lee dkk, menyatakan bahwa dengan

posisi kepala head up 150 sampai 300 ditemukan penurunan tekanan arteri yang

progresif, penurunan CVP (p< 0,05) penurunan berkisar 0,12 – 1,8 cm. Untuk

saturasi oksigen tidak ada perubahan diberbagai posisi kepala. Dari berbagai

jurnal posisi kepala untuk pasien dengan tekanan tinggi intrakranial diberikan

masih bervariasi antara posisi head up 150, 200 dan 300.

Di RSUD Tasikmalaya untuk pasien dengan tekanan tinggi intrakaranial

diberikan posisi head up 300. Berdasarkan beberapa literatur mengatakan tindakan

pengaturan posisi head up untuk penanganan pasien tekanan intrakranial masih

bervariatif dimulai dari 100, 150, 200, 300 dan ada yang menyatakan sampai 450,

tapi yang diterapkan di RSUD Tasikmalaya adalah posisi head up 300.

(8)

head up 150 dan 300 terhadap tekanan darah, nadi dan respirasi pada pasien

tekanan tinggi intrakranial.

Mengetahui perbandingan tekanan darah, nadi dan respirasi setelah

pengaturan posisi tidur head up 150 dan posisi tidur head up 300 pada pasien

tekanan tinggi intrakranial.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini eksperimen dengan rancangan penelitian pre dan post tes

yaitu mengidentifikasi perbedaan penurunan tekanan darah, nadi dan respirasi

yang menggunakan posisi tidur head up 150 dan 300 pada pasien kasus neurologi

yang mengalami Tekanan Tinggi Intrakranial.

Rancangan penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah rancangan eksperimen semu (quasi experimental Research). Tujuan

rancangan eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang

merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan ekperimen yang

sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol

dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. (Notoatmodjo, 2005).

Dengan rancangan pretes-postes dengan melakukan observasi (pengukuran yang

berulang-ulang) sebelum dan sesudah perlakuan. Bentuk rancangan ini adalah

sebagai berikut :

Pre Test Perlakukan Postest

(9)

Diukur: tekanan darah, nadi dan respirasi

Posisi tidur head up 150 dengan 300

Diukur: tekanan darah, nadi dan respirasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan tekanan tinggi

intrakranial akibat cedera kepala berat yang dirawat di ruang rawat inap RSUD

Tasikmalaya, untuk kasus cedera kepala berat rata-rata perbulan 17-20 orang.

Sampel yang digunakan adalah 22 pasien dengan diagnosa tekanan tinggi

intrakranial yang terdiri dari 11 pasien dikelompokkan dengan perlakuan posisi

head up 150 dan 11 pasien dikelompokkan dengan perlakuan posisi head up 300

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini dengan menggunakan teknik concecutive sampling first in firs out,

yaitu memilih subyek penelitian yang ada pada waktu pelaksanaan penelitian dan

sesuai dengan kriteria inklusi. Penderita yang didiagnosa medis TTIK diberi

nomor, nomor yang ganjil diberi perlakuan posisi kepala head up 150 dan nomor

genap diberi perlakuan posisi kepala head up 300 . Sampel dipilih 38 secara

sederhana, yaitu dengan menentukan subyek yang akan diambil sesuai dengan

kriteria inklusi yang telah ditetapkan.

Kriteria inklusi :

Kriteria inklusi penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di ruang

neurologi dengan diagnosa medis tekanan tinggi intrakranial

1) Usia antara 15 - 65 tahun

2) Pasien baru masuk ke ruang rawat R. V

(10)

4) Diagnosa medis dengan tekanan tinggi intrakranial (TD sistolik meningkat,

nadi lambat dan respirasi lambat dan tidak teratur)

5) Bersedia dan telah memberikan persetujuan untuk mengikuti penelitian

Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah

1) Pasien dengan riwayat penyakit jantung

2) Pasien dengan riwayat DM

3) Pasien gelisah

4) Pasien demam/ hipertermi

5) Fraktur Cervical

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini tentang Perbandingan Posisi Head Up 150 dengan 300 Terhadap

Tekanan Darah, Nadi dan Respirasi Pada Pasien Tekanan Tinggi Intrakranial di

Ruang Rawat Neurologi RSUD Tasikmalayayang telah dilakukan terhadap 22

pasien yang mengalami tekanan tinggi intrakranial, dibagi 2 kelompok yaitu 11

orang kelompok dengan perlakuan posisi head up 150 dan 11 orang lagi dengan

perlakuan posisi head up 300 . Semua subyek dilakukan pengukuran tekanan

darah, nadi dan respirasi pada pre (sebelum perlakuan) dan post perlakuan setelah

30 menit

(11)

Tabel 4.1. Perbandingan Tekanan Tekanan Darah sistolik, Nadi dan Respirasi Pre dan Post Perlakuan Pada Pasien Dengan Tekanan Tinggi Intrakranial di Ruang V RSUD Tasikmalaya 2012(n=22)

No. Variabel Pengamatan Nilai

Sebelum Setelah P

nadi dan respirasi antara pengamatan sebelum dan setelah diberikan posisi head

up 150 dan 300 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p< 0,005),

tampak pada pengamatan setelah perlakuan terjadi penurunan tekanan darah

sistolik baik pada perlakuan posisi head up150 maupun posisi head up 300

sedangkan pada nadi dan respirasi terjadi peningkatan.

Tabel 4.2. Perbandingan Tekanan Darah sistolik, Nadi dan Respirasi antara dua Kelompok Posisi Head up 150 dan 300 di Ruang V RSUD Tasikmalaya 2012

No. Variabel Perlakuan Head Up Nilai

150 (n=11) 300 (n=11) P

(12)

Dari tabel 4.2. Menunjukkan perbandingan antara posisi head up 150

dengan 300 berbeda hanya pada nadi dan respirasi setelah perlakuan. Perbedaan

tampak untuk nadi posisi head up 150 nilai rata-rata nadi (63,2) lebih besar

dibandingkan dengan perlakuan posisi head up 300 sebesar (60,6). Untuk

respirasi rata-rata pada posisi head up 150 (17,1) lebih besar bila dibandingkan

dengan perlakuan posisi head up 300 (16,0).

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dihitung besarnya persentasi

perubahan yaitu dengan menggunakan rumus :

% perubahan = 100 x (nilai pre – nilai post) Nilai pre

Jika hasilnya posistif menunjukkan adanya penurunan dan jika hasilnya

negatif terjadi peningkatan. Hasil perhitungan persentase perubahan untuk setiap

variabel yang diukur disajikan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Perbandingan % perubahan dari tekanan darah, nadi dan respirasi pada kedua kelompok posisi head up 150 dengan 300,di Ruang V RSUD Tasikmalaya 2012

No. Variabel Perlakuan Head Up Nilai

150 (n=11) 300 (n=11) P

1. Sistolik (mmHg) 5,24% 2,93% <0,001

2. Nadi (x/mnt) -7,96% -3,9% 0,019

3. Respirasi (x/mnt) -8,03% -4,90% 0,401

Keterangan: Nilai p dihitung berdasarkan uji t (untuk sistolik) dan uji Mann-Witney untuk nadi dan respirasi.

Dari tabel 4.3 diatas tampak untuk tekanan darah sistolik terjadi penurunan

5,24% pada posisi head up 150 dan 2,93% pada posisi head up 300 , perbedaan ini

(13)

peningkatan pada posisi head up 150 sebesar 7,96% dan pada posisi head up 300

sebesar 3,9% perbedaan ini secara statistik bermakna (p = 0,019). Selanjutnya

untuk perubahan respirasi pada posisi head up 150 meningkat 8,03% dan pada

posisi head up 300 meningkat 4,9% perbedaan ini secara statistik tidak bermakna

(p = 0,401).

PEMBAHSAN

4.2.1. Perbandingan Tekanan Tekanan Darah sistolik, Nadi dan Respirasi Pre dan Post Perlakuan Pada Pasien Dengan Tekanan Tinggi Intrakranial.

Dari tabel 4.1 di atas untuk semua variabel yang diukur tekanan darah,

nadi dan respirasi antara pengamatan sebelum dan setelah diberikan posisi head

up 150 dan posisi head up 300 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna

(p< 0,005), tampak pada pengamatan setelah perlakuan terjadi penurunan tekanan

darah systole baik pada perlakuan posisi head up 150 maupun 300sedangkan pada

nadi dan respirasi terjadi peningkatan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Emery et

al tahun 2003, Durward et al dan Fieldman et al yang menemukan bahwa posisi

kepala head up 150 mengurangi peningkatan intrakranial secara signifikan,

perubahan ini disebabkan efek dari tekanan sistem vena jugularis, ada penurunan

detak jantung sebesar 0,76% menjadi menjadi 5,6%. Dan secara statistik terjadi

penurunan tekanan darah secara signifikan sebesar ( p< 0.05). Demikian juga

penelitian yang dilakukan oleh Van Bredore et al yang menyebutkan bahwa posisi

(14)

0,05). Penelitian yang dilakukan oleh Duward dkk dan Lee dkk, juga menyatakan

bahwa dengan posisi kepala head up 150 sampai 300 ditemukan penurunan

tekanan arteri yang progresif, penurunan CVP (p< 0,05) penurunan berkisar 0,12

– 1,8 cm. Peningkatan TIK merupakan kedaruratan yang harus diatasi dengan

segera. Ketika tekanan meninggi, subtansi otak ditekan. Fenomena sekunder

disebabkan gangguan sirkulasi dan edema yang dapat menyebabkan kematian.

Peningkatan intrakranial terjadi bila nilai tekanan intrakranial lebih dari 15

mmHg yang ditandai dengan sindroma klinis yaitu kenaikan tekanan darah,

penurunan nadi, perubahan respirasi serta perubahan pupil. Dampak peningkatan

tekanan intrakranial terhadap sirkulasi serebral akan menyebabkan peningkatan

tekanan intrakranial menurunkan aliran darah serebral sehingga terjadi iskemia,

kejadian iskemia 3-5 menit akan menyebabkan kerusakan otak yang ireversibel

sehingga menstimulasi pusat vasomotor dan tekanan sistemik meningkat untuk

mempertahankan aliran darah sehingga nadi menjadi lambat, napas tidak teratur

dan tekanan darah meningkat. Dengan mengatur posisi pasien dengan kepala

sedikit elevasi ( 150 – 300) untuk meningkatkan venous drainage dari kepala dan

elevasi kepala dapat menyebabkan penurunan tekanan darah sistemik, mungkin

dapat dikompromi oleh tekanan perfusi serebral.

4.2.2. Perbandingan Tekanan Darah Sistolik, Nadi dan Respirasi antara Dua Kelompok Perlakuan.

Dari tabel 4.2. Menunjukkan perbandingan antara posisi head up 150

(15)

tampak untuk nadi posisi head up 150 nilai rata-rata nadi (63,2) lebih besar

dibandingkan dengan perlakuan posisi head up 300 sebesar (60,6). Untuk

respirasi rata-rata pada posisi head up 150 (17,1) lebih besar bila dibandingkan

dengan perlakuan posisi head up 300 (16,0).

Beberapa penelitian yang sejalan dengan penelitian ini diantaranya adalah

penelitian yang dilakukan oleh Emery et al tahun 2003, Durward et al dan

Fieldman et al yang menemukan bahwa posisi kepala head up 150 mengurangi

peningkatan intrakranial secara signifikan, perubahan ini disebabkan efek dari

tekanan sistem vena jugularis, ada penurunan detak jantung sebesar 0,76%

menjadi menjadi 5,6%.

Gangguan respirasi dapat terjadi akibat edema otak. Edema otak akibat

trauma adalah bentuk vasogenik. Pada kontusio otak terjadi robekan pada

pembuluh kapiler atau cairan traumatic yang mengandung protein yang berisi

albumin. Albumin pada cairan interstisial otak normal tidak didapatkan. Edema

otak terjadi karena penekanan pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Edema

otak ini dapat menyebabkan kematian otak (iskemia) dan tingginya TIK yang

dapat menyebabkan terjadinya herniasi dan penekanan batang otak atau medula

oblongata. Akibat penekanan pada medulla oblongata menyebabkan respirasi

ataksia dimana ditandai dengan irama nafas tidak teratur atau pola nafas tidak

efektif.

Pengaturan posisi tidur head up memungkinkan rongga dada dapat

(16)

menyebabkan asupan oksigen (oksigenasi) membaik sehingga proses respirasi

kembali normal.

Dengan mengatur posisi pasien dengan kepala sedikit elevasi (150 - 300)

untuk meningkatkan venous drainage dari kepala dan elevasi kepala dapat

menyebabkan penurunan tekanan darah sistemik, mungkin dapat dikompromi oleh

tekanan perfusi serebral.

4.2.3. Perbandingan % perubahan dari tekanan darah, nadi dan respirasi padakedua kelompok posisi head up 150 dengan 300

Dari tabel 4.3 diatas tampak untuk tekanan darah sistolik terjadi penurunan

5,24% pada posisi head up 150 dan 2,93% pada posisi head up 300 , perbedaan ini

secara statistik sangat bermakana (p<0,001) sedangkan untuk nadi terjadi

peningkatan pada posisi head up 150 sebesar 7,96% dan pada posisi head up 300

sebesar 3,9% perbedaan ini secara statistik bermakna (p = 0,019). Selanjutnya

untuk perubahan respirasi pada posisi head up 150 meningkat 8,03% dan pada

posisi head up 300 meningkat 4,9% perbedaan ini secara statistik tidak bermakna

(p = 0,401).

Pengaturan posisi tidur head up memungkinkan rongga dada dapat

berkembang secara luas dan komplain paru meningkat. Kondisi ini akan

menyebabkan asupan oksigen (oksigenasi) membaik sehingga proses respirasi

kembali normal.

(17)

secara otomatis jadi harus manual dalam mengukur kemiringan sudut 150 dan

300. Penelitian ini sangat terbatas dengan literatur secara faal tentang posisi head

150 dan 300 pada sistem tubuh manusia.

4.3. Pengujian Hipotesis

Hipotesis penelitian : Posisi head up 150 lebih baik dalam

menurunkantekanan tinggi intrakranial dibandingkan dengan posisi head up 300.

Bukti : Berdasarkan uji t menunjukkan hasil (p<0,001) berarti p<0,05 yang

menunjukan bahwa Ha diterima yaitu posisi head up 150 lebih baik dalam

menurunkan tekanan tinggi intrakranial dibandingkan dengan posisi head up 300.

SIMPULAN

Terdapat pernurunan tekanan darah sistolik yang lebih besar pada posisi head up

150 bila dibandingkan dengan posisi head up 300. Terdapat peningkatan nadi yang

lebih tinggi pada posisi head up 150 dibanding dengan posisi head up 300.

Peningkatan respirasi antara posisi head up 150 sebanding dengan posisi head up

300.

SARAN

Untuk keperluan praktis pada penanganan pasien dengan tekanan tinggi

intrakranial sebaiknya digunakan posisi head up 150. Untuk penelitian selanjutnya

membandingkan antara posisi head up 150 dengan terapi farmakologi yang

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Advance Trauma Life Support 1997. Comite trauma American College Of urgeons

Ariawan, I, 1998. Besar dan metoda sampel pada penelitian kesehatan. Depok : Jurusan Biostatistik dan Kependudukan FKM UI. Tidak dipublikasikan.

Arjatmo Tjokronegoro & Hendra utama. 2002. Update In neuroemergencies. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

Crawford PJ, M. A. 1997. Primary and secondary Brain Injury : dalam Reilly P,Bullock R (eds) Head injury Pathophysiologi and Management Of severe Closed Injury. London.

Dahlan, M. S. 2009. Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedoteran dan Kesehatan (edisi 2.). Jakarta: Salemba Medika.

Dahlan, M. S. 2009. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan (edisi 2.). Jakarta: Sagung Seto.

De Wardener HE, M. G. G. 2000. The relation of a circulatory sodium transport inhibitor ( the natriuretik hormone? ) to hypertension.

Feen, E. S. Z., O.O;Suarez,JL. 2004. Principle Of Neurointensive care (Vol. 1).Butter-Heimemann.

Gardjito, W. 1994 Pedoman Diagnosa dan Terapi. Surabaya.

Gilroy, J. 2000 .Basic Neurologi (3th ed.). McGraw-Hill.

Greenberg, M. 2006. Handbook Of Neurosurgery (6th ed.): Thieme.

Guyton, A.C. & Hall.J.E. 1996. Textbook of Medical physiologi. (9th ed).Philadelphia : W.B. Saunders Company. Hastono, P.S. 2007. Analisis data kesehatan. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Heru, S. 2009. Tehnik Sampling Untuk Penelitian Kesehatan

Iskandar Japardi, 2002. Tekanan Tinggi Intrakranial. Fakultas Kedokteran

Jati, 2009. Peninggian Tekanan Intrakranial. Universitas Indonesia

(19)

Joseph V, dkk. 2006. Intracranial pressure/ head elevation. http ://pedscm.wustl.edu/all_net/English/Neuropage/Protect/icp-Tx-3.htm di akses tgl 5 Maret 2011.

JR, Y. 1982. Neurologi Surgery. Philadelphia: WB Sounders.

Linda Bell, 2009. Nursing Care and Intracranial Pressure Monitoring. American Association of Critical-Care Nurses. http://www.ajcconline ( 4 -3-2011).

M, A. R. V. 1989. Principles Of Neurologi (4th ed.). New York: Mc Graw Hill.

Marin H.Kollef, M. 2008. The Washington Manual Of Critical Care Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Moh. Bahrudin, 2008. Posisi kepala Dalam Stabilisasi Tekanan Intrakranial.http://nardinurses.files.wordpress.com .di akses tgl 4-3-2011

Notoatmojo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Patofiologi Trauma Kepala Dan Dampak Pada Sistem Tubuh, 2010. file:///F:/patofisiologi-trauma-kepala-dan-dampak.html

Perry, P. 2005. Fundamental Keperawatan (Vol. 1). Jakarta: EGC.

Philip Jevon dan Beverley Ewens, 2009, Pemantauan Pasien Kritis, edisi 2, processes. St. Louis : Mosby Year Book. Inc.

Proehl, R., MN,CEN,CCRN. 1999. Emergency Nursing Prosedur. Philadelphia: W.B.Saunders Company.

Raymont N Blum, M. 1992. Critical Care Secret. Canada: Hanley & Belfus,Inc.

(20)

Sastroasmoro,S. & Ismael, S. 2000. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto.

Smeltzer, S.C. & Bare, B. G. 2002. Brunner & Suddarth : Textbook of medical surgical nursing. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins

Sobaryati, S., . 2009. Kegawatdaruratan Neurologi. Bandung.

Sudjana. 2005. Metode Statistika (edisi 6.).Bandung: PT. Tarsito

Sugiono. 2005. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alphabeta.

Sylvia, A.P. & Lorraine, M.W. 2006. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses

Penyakit. Terjemahan Brahn, Huriawati dan Pita. Jakarta. EGC

Tomey, A. M & Alligood, M .R. 2006. Nursing theoritis and their work. St. Louis : Mosby Elsevier.

Venes D, 2005. Intracranial Pressure Monitoring. 20th ed. Taber's Cyclopedic Medical Dictionary,

Vincent Thamburaj. 2006. Intracranial Pressure.

http://www.Rhamburaj.com/assited_ventilation-in-neurosurgery.htm di akses tgl 5 Maret 2011

Wahid, I. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Aplikasi.Yogyakarta: Graham Ilmu.

Winkelman. “Neurological Critical Care” Americurnan journal Of

Gambar

Tabel 4.1. Perbandingan Tekanan Tekanan Darah sistolik, Nadi dan Respirasi Pre dan Post Perlakuan Pada Pasien Dengan Tekanan Tinggi Intrakranial di Ruang V RSUD Tasikmalaya 2012(n=22)

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan persediaan dengan prinsip pemesanan komponen yang tepat, Pemesanan dalam jumlah yang tepat dan pada waktu yang tepat.. Masukan dan Keluaran dalam Metode MRP Proses

PT. Primer Globalindo adalah salah satu anak perusahaan dari Primer Group. Terletak di kawasan bisnis Jakarta Barat, PT. Primer Globalindo membawa merek internasional berkualitas

pendekatan tematikal analisis adalah untuk mengindentifikasi gambaran pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi dengan kualitas hidupnya. Penelitian ini telah

Diplomasi merupakan upaya suatu bangsa untuk mencapai kepentingan nasional dan instrumen dalam pelaksanaan kebijakan politik luar negeri, suatu negara memiliki

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Kualitas tanah dilihat dari sifat fisika tanah (tekstur, struktur, dan konsisitensi). Pada kualitas tanah tergolong kategori

Menindaklanjuti Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Mengoptimalkan Posko Penanganan

Dari hasil ini ini maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel tersebut yaitu kepuasan pelanggan (Y1) memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap minat

Gejala kemunculan seni instalasi mulai dikenal di Indonesia paling tidak sejak munculnya apa yang disebut dengan Gerakan Seni Rupa Baru pada tahun 1975- 1979, yang