1.1 Latar Belakang Masalah
Suatu fenomena yang menjadi jalan masuknya zat-zat kedalam tubuh tumbuhan adalah imbibisi. Imbibisi merupakan peristiwa migrasi molekul-molekul air kesuatu zat lain yang berlubang (berpori) cukup besar dan kemudian molekul-molekul air itu menetap didalam zat tersebut. Imbibisi dapat berlangsung bila ada afinitas (daya ikat) yang kuat antara imbiban (substansi penyerap air) dan air dari lingkungan sekitarnya.
Imbibisi merupakan salah satu gejala fisika yang penting pada tumbuhan. Penyerapan air oleh imbiban ini mengawali proses perkecambahan. Jenis biji yang satu dengan biji yang lain banyak mengalami perbedaan dalam proses penyerapan air. Kecepatan imbibisi pada biji berbeda-beda. Penyerapan air oleh imbiban juga berbeda ketika diletakkan pada suhu yang berbeda.
Untuk lebih mengetahui bagaimana proses imbibisi yang penting pada tumbuhan terjadi dan mengetahui dengan jelas apa yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi dalam imbibisi serta bagaimana pengaruh suhu terhadap proses imbibisi tersebut maka dilakukan pengamatan tentang imbibisi ini.
1.2 Tujuan praktikum
Tujuan praktikum ini yaitu untuk mengamati gejala fisika (imbibisi) yang penting pada tumbuhan.
BAB II
BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kacang hijau, kacang kedelai, biji jagung dan aquades. Dan alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tabung reaksi, beaker glass, lemari es, neraca atau timbangan, alumunium foil, silet, label, isolasi.
2.2 Cara Kerja
1. Menyiapkan 2 set tabung reaaksi masing-masing terdiri atas 3 tabung, kemudian memasukkan 5 gram kacang hijau, kedelai dan jagung kedalam tiap-tiap tabung dan memberinya tanda.
2. Menambahkan air 15 ml, menandai permukaan air dan permukaan biji.
3. Menutup tabung reaksi dengan alumunium foil. Satu set yang lain diruaangan bersuhu dingin (4o C),
dan membiarkan selama kurang lebih 20 jam.
4. Mengamati tanda permukaan air, permukaan biji dan banyaknya air yang tersisa.
5. Menghitung jumlah air yang terserapmenit. Hasil perhitungannya menunjikkan kecepatan imbibisi. 6. Mencatat data dalam tabel.
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pengamatan
Kecepatan imbibisi pada setiap jenis biji yang disimpan pada suhu yang berbeda.
Jenis Biji Suhu Permukaan air Permukaan biji Kecepatan imbibisi
4o C 5 ml 4,51 gram 0,25 ml/jam
kedelai Kamar 7 ml 7 gram 0,35 ml/jam
4o C 9 ml 6,08 gram 0,45 ml/jam
jagung Kamar 1,5 ml 2,3 gram 0,075 ml/jam
4o C 1,5 ml 1,27 gram 0,075 ml/jam
3.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil pengamatan imbibisi yang telah ada terdapat perbedaan kecepatan imbibisi pada setiap biji yang disimpan pada suhu kamar dan suhu 4o C. pada jenis biji kacang hijau yang
diberikan aquades sebanyak 15 ml dan diletakkan pada suhu kamar setelah kurang lebih 20 jam mengalami pengurangan air sebanyak 6 ml dan biji kacang hijau tersebut mengalami pertambahan berat hingga 5,7 gram, sehingga kecepatan imbibisi yaitu 0,3 ml/jam. Pada biji kedelai setelah diamati juga mengalami hal yang sama. Banyaknya air yang diberikan sebelumnya yaitu 15 ml, setelah diletakkan pada suhu kamar selama kurang lebih 20 jam air tersebut mengalami pengurangan hingga 7 ml, dan bobot biji kedelai tersebut mengalami peningkatan hingga 7 gram dan mendapatkan kecepatan imbibisi 0,35 ml/jam. Biji jagung juga mengalami hal yang sama, setelah disimpan pada suhu kamar selama kurang lebih 20 jam mengalami penyusutan air sbanyak 1,5 ml, dan mengalami penambahan berat hingga mencapai 2,39 gram sehingga menghasilkan kecepatan imbibisi 0,075 ml/jam. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa jenis biji yang mengalami penyusutan air dan penambahan berat terbanyak yaitu jenis biji kedelai dan yang terendah yaitu biji jagung.
Biji kacang hijau yang diletakkan dalam suhu 4o C (lemari es) mengalami penyusutan air sebanyak 5
ml dan penambahan berat sebanyak 4,51 gram dan kecepatan imbibisinya yaitu 0,23 ml/jam. Lain halnya pada biji kedelai, pada biji tersebut mengalami penyusutan air sebanyak 9 ml dan penambahan berat sebanyak 6,08 gram ketika diletakkan dalam lemari es dan memperoleh kecepatan imbibisi 0,45 ml/jam. Pad biji jagung juga menglami hal yang sama, air menyusut sebanyak 1,5 ml dan mengalami penambahan berat sebanyak 1,27 gram serta memperoleh kecepatan imbibisi 0,075 ml/jam.
Banyaknya air yang terserap kedalam setiap jenis biji berbeda karena pada setiap jenis biji mempunyai daya serap air yang berbeda dan pada masing-masing jenis biji mempunyai tingkat kekeringan yang berbeda, dan biji yang kering mempunyai potensial air yang rendah sehingga dapat menyerap air lebih banyak dibandingkan dengan biji yang kurang tingkat kekeringannya.
Kecepatan imbibisi pada ketiga jenis biji sangat berbeda karena pada setiap biji mempunyai tekanan atau potensial air yang berbeda, selain itu daya serap air oleh masing-masing biji juga berbeda, dan struktur dari masing-masing biji juga tidak sama.
Dalam pengamatan ini, suhu sangat mempengaruhi penyerapan air oleh biji, tingkat kecepatan penyerapan oleh biji berbeda antara suhu kamar dengan suhu 4o C (lemari es).
Imbibisi merupakan penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji yang kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya dan juga memicu perubahan metabolic pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhan (campbeel, 2002).
Setelah air diserap oleh biji, enzim yang terdapat pada biji akan aktif. Kemudian enzim mengaktifkan metabolism sel, salah satuny untuk mengambil oksigen. Oksigen diperlukan untuk proses oksidasi makanan cadangan yang terdapat dalam biji. Dengan demikian hasil oksidasi dapat digunakan dalam pertumbuhan biji (Oman Karmana, 2008).
BAB IV KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Imbibisi merupakan peristiwa migrasi molekul-molekul air kesuatu zat lain yang berlubang (berpori) cukup besar dan kemudian molekul-molekul air itu menetap didalam zat tersebut.
2. Imbibisi merupakan penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji yang kering.
3. Suhu sangat mempengaruhi penyerapan air oleh biji, tingkat kecepatan penyerapan oleh biji berbeda antara suhu kamar dengan suhu 4o C (lemari es)
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, neil A. Dkk. 2002. Biologi edisi kelima-jilid 2. Jakarta : Erlangga.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2073817-imbibisi/#ixzz1K8590lDG
Karmana, oman. 2008. Cerdas belajar biologi untuk kelas XII. Bandung : penerbit grafindo media pratama.
Tim dosen. 2010. Penuntun praktikum.
http://sifaazmi-susilowati.blogspot.co.id/2015/02/imbibisi-laporan-praktikum-fisiologi.html
1.1 Latar Belakang
dengan air. Pada peristiwa perendaman inilah terjadi proses imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut. Tidak hanya itu, proses imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan air yang berbeda-beda untuk setiap jenis biji tanaman.
Mengingat akan banyaknya hal yang berhubungan dengan proses imbibisi, maka diadakan praktikum ini untuk mengetahui kecepatan imbibisi biji kering yang direndam. Hal ini dimaksudkan guna menambah pemahaman kita tentang proses imbibisi yang terjadi pada biji kering.
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tanaman baru. Komponen biji adalah struktur lain di dalam biji yang merupakan bagian kecambah, seperti calon akar (radicula), calon daun, batang (plumule) dan sebagainya. Pada proses perkecambahan, biji membutuhkan air dalam jumlah minimum dalam tubuhnya, atau yang disebut dengan “taraf kandungan minimum”. Jika kandungan air benih kurang dari batas tersebut akan menyebabkan proses perkecambahan terganggu. Fungsi utama cadangan makanan dalam biji adalah memberi makan pada embrio atau tanaman yang masih muda sebulum tanaman itu dapat memproduksi sendiri zat makanan, hormone, dan protein. (Ashari. 1995) Pola khas indeks luas daun suatu tanaman budidaya yang berbeda dengan sorgum, dimana periode L yang tinggi tersebut sangat pendek. Orang mungkin tidak memilih untuk menghadapi jenis dormansi, karena dapat mencegah perkecambahan biji sebelum waktunya. (Goldsworthy and Fisher. 1992)
Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel embrio membesar dan biji melunak.(Anonim, 2008)
1.2 Tujuan dan Kegunaan
.Tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pada larutan terhadap proses imbibisi pada biji.
Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako dan Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
II. TINJAUN PUSTAKA
2.1 Botani Kacang hijau (Phaseolus radiatus)
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek (kurang lebih 60 hari). Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram atau golden gram. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman ini diklasifikasikan seperti berikut ini. Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae Genus : Vigna
Spesies : Vigna radiata atau Phaseolus radiatus
Morfologi Tanaman Kacang Hijau yaitu berbatang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi, antara 30-60 cm, tergantung varietasnya. Cabangnya menyamping pada bagian utama, berbentuk bulat dan berbulu. Warna batang dan
Cabangnya ada yang hijaudan ada yang ungu.
Daunnya trifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan letaknya berseling. Tangkai daunnya cukup panjang, lebih panjang dari daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai hijau tua.
cokelat dan hitam . Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan.
2.2 Imbibisi
Imbibisi adalah penyerapan air (absorpsi) oleh benda-benda yang padat (solid) atau
agak padat (semi solid) karena benda-benda tersebut mempunyai zat penyusun dari bahan
yang berupa koloid. Ada banyak hal yang merupakan proses penyerapan air yang terjadi
pada makhluk hidup, misalnya penyerapan air dari dalam tanah oleh akar tanaman.
Namun, penyerapan yang dimaksudkan di sini yaitu penyerapan air oleh biji kering. Hal
ini banyak kita jumpai di kehidupan kita sehari-hari yaitu pada proses pembibitan
tanaman padi, pembuatan kecambah tauge, biji kacang hijau terlebih dahulu direndam
dengan air. Pada peristiwa perendaman inilah terjadi proses imbibisi oleh kulit biji
tanaman tersebut. Tidak hanya itu, proses imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan
air yang berbeda-beda untuk setiap jenis biji tanaman. Mengingat akan banyaknya hal
yang berhubungan dengan proses imbibisi, maka diadakan praktikum ini untuk
mengetahui kecepatan imbibisi biji kering yang direndam. Hal ini dimaksudkan guna
menambah pemahaman kita tentang proses imbibisi yang terjadi pada biji kering. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Imbibisi
Proses-proses perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan faktor-faktor lingkungan seperti air,O2, cahaya dan suhu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air : (1) permeabilitas kulit /membran biji, (2) konsentrasi air (3) suhu air, (4) tekanan hidrostatik, (5) permukaan biji yang kontak dengan air, (6) daya intermolekuler, (7) spesies dan varietas, (8) tingkat kemasukan, (9) komposisi kimia, (10) umur (elisa, 2008)
III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat Dan Waktu
Praktikum fisiologi tumbuhan tentang imbibisi ini dilaksanakan Di Labolatorium Hortikultura, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu, pada hari Rabu, 20 oktober 2010, pukul 14.00 Wita - sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan yaitu Mikroskop, gelas objek dan gelas penutup, pipet tetes, pinset, gelas saring atau kertas tissue. Bahan-bahan yang digunakan yaitu: larutan sukrosa 10 % dan daunRhoeo discolor yang masih segar.
3.3 Cara Kerja
Pada pengamatan imbibisi pertama-tama yang dilakukan yaitu menyiapkan tujuh cawan petri dengan kertas saring didalamnya, setelah itu mengisi masing-masing cawan petri dengan 5 ml larutan NaCl yang disediakan dan aquades sebagai kontol. Kemudian menimbang 20 biji kering, mencatat beratnya dan letakan pada satu cawan petri. Ulangi langkah no 3 untuk cawan petri yang lain. Kemudian simpan cawan tersebut selama 48 jam.
Setelah 48 jam, ambil biji dari cawan petri, lalu dikeringkan dengan kertas tissue dan menimbang kembali beratnya. Setelah itu menghitung persentasi air yang masuk kedalam biji pada setiap larutan terhadap berat kering mula-mula.
4.1 Hasil
Tabel 5. Perubahan Berat Biji Kacang Hijau (Phaseolus radiates) yang direndam selama 48 jam.
Perlakuan Berat awal (gr) Berat akhir (gr)
Selisih Persentase air yang
masuk
Air 1,55 gr 1,45 gr 0,1 gr 6,45 %
4,0 M 1,53 gr 1,44 gr 0,09 gr 5,88 % 2,0 M 1,55 gr 1,50 gr 0,05 gr 3,22 % 1,0 M 1,11 gr 1,12 gr 0,01 gr 0,90 % 0,8 M 1,19 gr 1,21 gr 0,02 gr 1,680 % 0,6 M 1,38 gr 1,41 gr 0,03 gr 2,173 % 0,4 M 1,61 gr 1,36 gr 0,25 gr 15,52 %
4.2 Pembahasan
Hasil pengamatan imbibisi pada kacang hijau (Phaseolus radiatus) sebelum direndam dalam larutan NaCL dengan konsentrasi 4,0 M; 2,0 M; 1,0 M; 0,8 M; 0,6 M; 0,4 M. dengan berat awal 1,53 gr; 1,55 gr; 1,11 gr; 1,19 gr; 1,38 gr; 1,61 gr. Setelah direndam dalam larutan NaCL selama 48 jam. Berat biji pada kacang hijau (Phaseolus radiatus) mengalami perubahan menjadi 1,44 gr; 1,50 gr; 1,12 gr; 1,21 gr; 1,41 gr; 1,36 gr.
Dari pengamatan ini dapat diketahui bahwa berat biji kacang hijau (Phaseolus radiatus)mengalami perubahan berat pada konsentrasi NaCL 2,0; 1,0; 0,8; 0,6 serta penurunan berat pada konsentrasi 4,0 dan 0,4. Pada biji selalu bertambah berat disebabkan oleh penyerapan air oleh permukaan yang menyebabkan kacang hijau mengembang serta beratnya bertambah setelah menyerap air, selain itu semakin tinggi suatu konsentrasi larutan maka kemampuan biji untuk menyerap suatu larutan akan semakin besar, sehingga air akan semakin cepat bergerak kedalam biji dikarenakan konsentrasi potensial air larutan dalam biji rendah dibandingkan dengan potensial air larutan tersebut sehingga berat biji menjadi bertambah (Anwar, 2008)
rendah untuk menarik uap iar dari atmosfir tanah, tetapi laju gerakannya sangat lebih lambat lewat lintasan uap. Sebab utama potensial air biji yang rendah, adalah bahan simpanan yang terutama bersifat koloid, khususnya protein. Berat suatu biji yang kaya proteindapat melipat dua dalam 24 jam sebagai akibat air yang diambil. Dalam biji kacang hijau, berat permulaan dapat meningkatsampai kira-kira 40 % berat aslinya, setelah itu berat nya tetap (konstan) sampai permunculan radicula. (Fitter and Hay. 1990)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pada percobaan didapat % KA terbesar biji padi dengan lama perendaman 48jam yaitu sebesar 1,61 gr
2. Imbibisi adalah penyerapan air (absorpsi) oleh benda-benda yang padat (solid) atau agak padat (semi
solid) karena benda-benda tersebut mempunyai zat penyusun dari bahan yang berupa koloid.
3. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek (kurang lebih 60 hari).
4. Proses-proses perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan faktor-faktor
lingkungan seperti air,O2, cahaya dan suhu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air : (1) permeabilitas kulit /membran biji, (2) konsentrasi air (3) suhu air, (4) tekanan hidrostatik, (5) permukaan biji yang kontak dengan air, (6) daya intermolekuler, (7) spesies dan varietas, (8) tingkat kemasukan, (9) komposisi kimia, (10) umur (elisa.ugm.ac.id, 2008).
5.2 Saran
Diharapkan kepada para praktikan kiranya dapat mematuhi semua peraturan yang berlaku selama dalam ruangan, dan serius dalam mengikuti praktikum agar apa yang telah di praktekan dapat dipahami dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anggota IKAPI,1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.
Goldsworthy P.R dan Fisher N.N,1994.Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/perkecambahan. Diakses pada tanggal 28 oktober 2010.
http://elisa.ugm.ac.id/dormansi.2008. Diakses pada tanggal 28 oktober 2010.
http://tedbio.multiplay.com/jurnal.2008. Diakses pada tanggal 28 oktober 2010.
Justice.L dan Bass L.N,1990. Prinsip-prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali Press. Jakarta.
Lakitan B,2000. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press. Jakarta.
Mugnisjah W.Q, Setiawan A; Suwarto dan Santiwa C,1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT Raja grafindo Persada. Jakarta.
Sadjad.S.,1993.Dari Benih Kepada Benih. Grasindo. Jakarta.
Salisbury F.B dan C.W.Ross,1992. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3 Penerbit ITB. Bandung
Stern K.R,2001.Introductory Plant Biology. MC Graw Hill. New York
Sutopo L.1995.Teknologi Benih. Rajawali. Jakarta.
Thomson J.R,1990. An Introduction to seed Technology. Leonard hill. New york.
A. Latar Belakang
dan oksigen. Air merupakan faktor yang sangat berperan dalam perkecambahan benih. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah kulit pelindung biji dan jumlah air yang tersedia pada medium disekitarnya. Banyaknya air yang diperlukan bervariasi tergantung pada jenis benih. Tetapi umumnya tidak melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui peran air terhadap perkecambahan benih. 2. Untuk mengetahui laju imbibisi beberapa jenis benih.
http://yangmudayangberaksi.blogspot.co.id/2014/10/imbibisi-benih.html
IV. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Difusi, Osmosis dan Imbibisi.
<
http://budidayabenihtanaman.blogspot.com/2010/12/pengertian-difusi-osmosis-dan-imbibisi.html>. Diakses tanggal 4 Oktober 2013.
Ardian. 2008. Efect of heating treatment and heating time on the germination of cofe (Coffe araaicaa). Akta Agrosia 11: 25 – 33.
Diana. 2013. Osmosis, Difusi, dan
Imbibisi.<
http://dianafatihatul.blogspot.com/2013/02/osmosis-difusi-dan-imbibisi.html>. Di akses tanggal 5 Oktober 2013
Harjadi, M. 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hasanah, M. 1977. Pedoman Pengujian Benih di Laboratorium. Latihan Pengawas Benih Perkebunan, Bogor.
Lafitte, H. and J. Bennett. 2004. Abiotic stress tolerance in rice for Asia: progree and the future. Symposia 3: 6 – 17.
Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Utami, H. 2011. Struktur Benih, Komposisi Kimia Benih, Proses Perkecambahan, dan Tipe Perkecambahan.<http://fitriutamihasan.blogspot.com/2011/11/
teknologi-perbenihan-i-struktur-benih.html>. Di akses tanggal 5 Oktober 2013
. Latar belakang
Tumbuhan merupakan makluk hidup multisekuler. Sel tumbuhan terdiri atas
dinding sel, inti sel dan organel-organel yang ada di dalamnya. Selain itu
pada sel tumbuhan terdapat sitoplasma yang dibungkus oleh membrane plasma yang
merupakan membrane dwilapis yang mampu mengatur secara selektif aliran cairan
dari lingkungan suatu suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya. Apabila suatu sel
tumbuhan diletakkan di dalam suatu larutan yang konsentrasinya lebih tinggi
daripada di dalam sel, maka air akan meninggalkan sel sehingga volum isi sel
berkurang. Karena dinding sel bersifat permeable maka ruang antara membrane
dan dinding sel akan diisi larutan dari luar. Peristiwa ini berlangsung sampai
konsentrasi di dalam dan di luar sel sama besar.
Akibat peristiwa tersebut, maka protoplasma yang kehilangan air akan
menyusut volumenya dan akhirnya akan terlepas dari dinding sel. Peristiwa
tersebut dinaman dengan plasmolisis. Plasmolisis adalah kondisi dimana suatu
sel tumbuhan diletakkan dalam larutan sukrosa yang terkonsentrasi 9hipertonik)
akibat cairan yan ada di dalam sel keluar dari sel sehingga tekanan sel akan
terus berkembang sampai di suatu titik dimana membrane terlepas dari dinding
sel.
Dalam proses osmosis terdapat beberapa komponen penting yakni potensiar
air (PA), potensial osmotic (PO) dan potensial tekanan (PT). untuk mengetahui
nilai potensial osmotic cairan sel, salah satunya dapat digunakan dengan
metode menentukan pada konsentrasi berapa jumlah sel yang mengalami
plasmolisis.
Dari gambaran di atas, maka untuk mengetahui berapa besar konsentrasi
Oleh karena itu, dilakukan percobaan secara eksperimental pada sel tumbuhan.
Percobaan ini berjudul plasmolisis.
B. Maksud dan Tujuan Percobaan Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami peristiwa plasmolisis sel tumbuhan
Tujuan Percobaan
Menentukan peristiwa Plasmolisis pada dau Rhoeo discoar berdasarkan
pengaruh larutan glukosa dari berbagai konsentrasi.
C. Prinsip Percobaan
Penentuan peristiwa plasmoksis sel daun Rhoeo discolor dengan melakukan
perendaman potongan epidermis bahwa daun ke dalam glukosa di berbagai
konsentrasi yaitu 0,28 M, 0,26 M, 0,24 M, 0,22 M, 0,20 M, 0,18 M, 0,16 M
selama 30 menit kemudian diamati di bawah mikroskop dan ditentukan jumlah
presentase sel yang mengalami plasmolisis.
http://putri03yanti.blogspot.co.id/2013/04/laporan-plasmolisis-daun-rhoeo-discoar.html
DAFTAR PUSTAKA
Buana, eqi, dkk.2011. Struktur dan inti sel Rhoeo discolor saat normal dan
Plasmolisis.Regina:Bogor.
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.Depkes RI : Jakarta.
Juwono dan Zulfa, Ahmad.2000. BIOLOGI SEL. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Salisbury Frank B & Ress Cleen W, 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Institut
Teknologi Bandung: Bandung
Tjitosoepomo,Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta.Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.