• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR FAKOR YANG MEMPENGARUHI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS FAKTOR FAKOR YANG MEMPENGARUHI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN KEARIFAN LOKAL PARA PENDULANG INTANTRADISIONAL

DI KALIMANTAN SELATAN

Oleh : Iqbal Firdausi Muhammad Maladi

Zainal Arifin

- LPPM STIE Indonesia Banjarmasin -

ABSTRACT

Pengaruh harapan,manajemen, dan etos kerja pada masyarakat tradisional, masih banyak dipengaruhi keyakinan, komunitas, dan alam. Sejak lama orang mengenal kota Martapura di Kalimantan Selatan sebagai penghasil batu permata intan terbaik di dunia. Reputasi tersebut sekaligus membawa citra nasional makin di kenal di seluruh dunia. Telah lama beberapa usaha tambang di dunia turut berburu mencari intan di sana, namun kini hampir semua perusahaan besar tersebut tinggal namanya saja, karena tidak mudah mendapatkan intan sementara biaya yang dikeluarkan tidak sedikit akibatnya banyak yang bangkrut. Sementara para pencari intan tradisional atau lebih dikenal dengan nama pendulang sampai saat ini masih melakukan aktivitasnya. Seperti biasa tatanan sosial kebiasaan adat suatu daerah pasti memiliki keunikan yang membedakannya dengan daerah lain, termasuk dalam mengelola bisnis. Sehingga hal ini menarik untuk di kaji bagaimana manajemen kearifan lokal para pendulang intan tradisional dalam upaya mempertahankan aktivitas pencarian intan.

Penelitian ini dilakukan terhadap pendapat 100 orang pendulang intan tradisional di PumpungKelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kotamadya Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Metode penelitian menggunakan kombinasi antara metode kualitatif untuk menggali pendapat bentuk manajemen kearifan lokal yang berlaku dan faktor-faktor yang dianggap mempengaruhinya. Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap pemberlakuan manajemen kearifan lokal.

(2)

Berdasarkan pendapat para pendulang, kemudian diujikan secara statistik, bahwa faktor yang mempengaruhi praktek manajemen kearifan lokal tersebut dipengaruhi sikap harapan (0.493) untuk meningkatkan tarap hidup dan kehidupan beragama lebih baik, konsep diri (0.150) bahwa mereka tidak memiliki keahlian lain, kebiasaan (0,130) karena faktor alam dan keturunan, dan keyakinan (0,395) bahwa apa yang mereka lakukan adalah pekerjaan mulia.

(3)

PENDAHULUAN

Intan berlian, adalah salah satu jenis perhiasan yang tidak hanya memiliki nilai jual dan estetika, tetapi juga memiliki nilai-nilai luhur dari sebuah kerja keras. Faktor itulah yang menyebabkan harga nominal dari intan berlian tersebut masuk dalam kategori sangat mahal. Dikarenakan juga keberadaannya cukup langka. Berbagai macam jenis intan berlian dapat kita temui di Martapura, Provinsi Kalimantan Selatan. Akan tetapi morfologi indah sebuah intan berlian tidaklah lengkap sebelum kita mengetahui bagaimana intan berlian itu diperoleh.

Benda yang oleh sebagian orang dianggap keramat ini banyak ditemukan di Pasar Martapura. Tetapi perburuannya dilakukan di Banjarbaru yang juga masih dalam provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan Cempaka kota Banjarbaru, didominasi oleh karakteristik geografis dataran tinggi dengan rata-rata ketinggian topografi antara 50 sampai 150 meter di atas permukaan laut. Sehingga praktis, kawasan pendulangan intan, di Pumpung atau Ujung Murung misalnya, juga dikelilingi oleh bukit-bukit yang menyembul.

Kawasan pendulangan intan tradisional di Kecamatan Cempaka, paling banyak tersebar di Kelurahan Sungai Tiung. Kelurahan seluas 21,50 Km2 dengan jumlah penduduk 306 jiwa per Km ini, memiliki dua kawasan pendulangan intan tradisional yang telah dikenal di mata dunia, yaitu Pumpung dan Ujung Murung. Khususnya Pumpung, terkenal karena temuan intan sebesar telur ayam dengan berat 166,7 kerat, pada 30-an tahun silam. Belakangan intan tersebut dinamai Trisakti.

Untuk menuju kawasan wisata pendulangan intan tradisional ini, banyak tersedia akses transportasi darat yang bisa kita pilih, yang tentunya relatif lebih cepat, mudah dan murah. Pendulangan intan Pumpung misalnya, berada di sisi tenggara kota Banjarbaru, 40 Km dari Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalsel.

Dari Banjarmasin menuju Kota Banjarbaru dapat dijangkau menggunakan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat, dengan waktu tempuh selama 1 jam. Kemudian, dari kota Banjarbaru menuju Kecamatan Cempaka bisa dicapai selama 15 menit, langsung menuju kawasan wisata tersebut.

Mendapatkan atau mencari intan secara tradisional merupakan pekerjaan yang banyak digeluti oleh masyarakat Banjar. Salah satu alat yang digunakan untuk mencari intan secara tradisional dikenal dengan nama dulang dalam bahasa daerah sana, Dulang (berbentuk semacam caping) yang terbuat dari kayu ulin (kayu besi) atau kayu jingga. Sedangkan proses untuk mendapatkan intan sendiri dinamakan dengan mendulang. Aktivitas mendulang intan dimulai sejak pukul delapan pagi. Warga yang melakukan aktivitas mendulang intan biasanya melakukannya secara kolektif, antara 3-5 orang. setiap orang mempunyai tugas masing-masing yang berbeda-beda. Ada yang bertugas membuat/menggali lubang. Ada yang lain bertugas mengangkut material galian kelokasi pendulangan. Sedangkan yang lainnya lagi bertugas mendulang material yang telah terangkut tadi.Para pendulang intan mendulang intan setiap hari kecuali hari Jumat sebagai hari libur mereka. Proses mendulangnya pun dibutuhkan waktu yang relative lebih lama.

(4)

tersebut diputar-putar (dilenggang) dalam air sehingga sedikit demi sedikit material dari dalam dulang terbuang keluar dari dulang terbawa oleh pusaran air yang timbul akibat putaran yang dilakukan sambil sekali-kali pendulang mengamati sisa material yang berada dalam dulang apakah terdapat intan atau tidak. Hal tersebut dilakukan begitu seterusnya sampai material yang berada dalam dulang terbuang habis dari dalam dulang. Kegiatan tersebut dilakukan sepanjang harinya oleh penambang.

Sistem yang digunakan oleh para pendulang intan tergantung dari kesepakatan awal. Tapi biasanya, karena mereka menggunakan sistem pembagian tugas, maka mereka pun juga membagi hasil secara merata. Jadi, semakin banyak orang yang terlibat dalam kelompok pendulang intan itu, maka akan semakin kecil juga hasil yang didapat. Lahan yang digunakan untuk mendulang pun juga belum tentu lahan milik sendiri.

Gambar 1 Aktivitas Mendulang Intan Trandsional di Cempaka

Banyak orang yang terlibat dalam usaha mendapatkan intan apabila kita melihat dari proses awalnya. Bermula sebuah intan berasal dari para penambang tersebut. Ada juga kelompok yang khusus mengumpulkan hasil dari penambang tersebut yang datang secara langsung ke lokasi penambangan. Kelompok tersebut dinamakan para pengumpul intan dan biasanya orang-orang yang sudah memiliki modal sendiri atau memakai modal orang lain dalam mengumpulkan intan. Selanjutnya dari para pengumpul ini dijual lagi kepada pengumpul yang lebih besar untuk diolah menjadi intan-intan yang bernilai jual tinggi. Atau menggunakan alternatif lain dengan mnenjual langsung kepada para pengumpul yang berasal dari luar sebelum diolah menjadi berbagai macam bentuk yang menarik seperti mata cincin, kalung, gelang, dan lain sebagainya. Namun tetap saja yang menjadi bagian yang paling bawah adalah para pekerja yang secara langsung bekerja dilapangan. Daerah yang cukup terkenal sebagai tempat penghasil intan di Banjarmasin seperti Martapura, Kampung Cempaka, Karang Intan, Awang Bangkal, Sungai Besar, Matraman. Daerah-daerah tersebut yang menjadi salah satu tempat yang paling banyak menghasilkan intan.

(5)

satu pantangan bagi para pendulang intan. Yang jelas, untuk memperoleh intan berlian tidaklah mudah. Harus ada pengorbanan dan kerja keras. Maka sangatlah wajar jika intan berlian memiliki nilai-nilai yang tinggi. Baik dari segi estetika, moral maupun kesakralannya

Mendulang intan memang bukanlah pekerjaan mudah. Para pendulang intan harus memiliki kesabaran. Karena, kita belum bisa memastikan seorang pendulang yang seharian bergelut di arena pendulangan akan pulang tanpa tangan hampa. Selain itu, pekerjaan ini juga memiliki banyak resiko. Apabila kondisi fisik para pendulang intan sedang tidak stabil, bisa jadi akan sakit. Karena air yang ada di wilayah pendulangan adalah air yang cukup dingin. Belum lagi lubang-lubang bekas galian yang bisa saja akan menyebabkan para pendulang terkubur hidup-hidup karena runtuhnya tanah di sekitar lubang galian.Beberapa peusahaan yang pada mulanya beroperasi tapi ditengah jalan behenti karena bangkrut seperti PT Galuh Cempaka Banjarbaru (2009), PT AT Mining Co (1949), PT Palmabin Mining (1981). PT Palma Coal (1991) Namun demikian kegiatan pendulangan intan sampai sekarang masih berjalan. Faktor bisnis tradisional lokal, selain dipengaruhi kondisi alam setempat, juga dipengaruhi perilaku penduduk dan tata sosial yang berlaku Spencer, S. David Dikinis, Peter C. Keller, dan Robert E. Izane, 1988). Sehingga dalam penelitian ini menarik untuk melihat gambaran manajemen kearifan budaya lokal dalam berbisnis intan.

PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini ;

1. Bagaimana praktek manajemen kearifan lokal yang berlaku pada bisnis pendulangan intan tradisionil di Desa Pumpung Kecamatan Cempaka Kotamadya Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi praktek manajemen kearifan lokal yang berlaku pada bisnis pendulangan intan tradisionil di Desa Pumpung Kecamatan Cempaka Kotamadya Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan

PENELITIAN TERDAHULU

Para pencari intan ini disebut sebagai pendulang. Bagi masyarakat Cempaka, mendulang merupakan pilihan hidup, karena menjadi pendulang hanya bermodalkan harapan. Apa jadinya apabila harapan sudah di depan mata kemudian hilang begitu saja? Tragedi itu pasti akan menimbulkan trauma bagi masa depan profesi pendulang intan.

Contohnya, anak-anak (terutama laki-laki), pendulang kecil ini kebanyakan masih duduk di bangku sekolah dasar kira-kira kelas 4, Sungai Tiung, Cempaka, kebanyakan bercita-cita menjadi pembelantik (pedagang perantara dari tangan pendulang intan ke pedagang lainnya). Pekerjaan membelantik dianggap lebih mempunyai masa depan dibandingkan dengan mendulang, karena selama ini para pendulang tidak ada yang bisa kaya, walaupun penemuannya menyilaukan dunia. Untuk itu anak-anak bersemangat mendulang dengan harapan mendapatkan rezeki nomplok untuk modal menjadi pembelantik

(6)

para pendulang yang dewasa, bertani memang mendapatkan penghasilan tetap, sedangkan mendulang biarpun tidak berpenghasilan tetap apabila beruntung akan mendapat intan yang tak terduga. Bagi mereka mendulang intan sudah mendarah daging. Mulai dari kakek neneknya, sehingga kebiasaan itu sulit diubah (Rahariyani Loetfia Dwi.2008). Menurut mereka mendulang tidak memerlukan ijazah tinggi, tidak ada tes, tidak perlu mengisi biodata, dan tidak perlu takut ditolak. Karena syarat utamanya adalah sehat jasmani rohaniPendidikan bukan hal yang utama, sehingga banyak dari mereka hanya lulusan SD, bahkan ada yang tidak lulus.

Menurut mereka mendulang dapat menghidupi keluarga. Jika mujur bisa mendapatkan intan, maka bisa menunaikan ibadah haji, naiklah status sosial di masyarakat. Tanpa disadari, pendidikan yang dilupakan justru menjadi bumerang dalam mengelola hasil penjualan intan. Tidak mengherankan jika ada pendulang yang pagi miskin, sorenya menjadi kaya, dan besoknya bisa miskin lagi.(Retnaningtya Listiani,2010)

Sebagai sebuah tradisi, menarik untuk dikaji, apabila kegiatan mendulang intan sarat dengan berbagai pemahaman dan keyakinan. Pemahaman dan anggapan tersebut sepenuhnya diyakini oleh masyarakat pendulang intan sebagai ritus yang wajib untuk dijaga. Banyak pantangan (pamali) yang tidak boleh dilakukan saat mendulang intan. Karena, intan bagi orang Banjar adalah ‘seorang putri’ yang disebut ‘Galuh’. Si Galuh enggan mendekat apabila didulang dengan cara yang tidak bijak, tidak cukup syarat, atau melanggar pantangan, misalnya mengucapkan kata intan atau kata turun ketika di pendulangan, yang boleh dianggap sebagai mitos(JamalieZulfa2013, Febriana Maya Puji 2010)

TINJAUAN PUSTAKA Masyarakat dan Manajemen

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari katadalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Menurut Taqyuddin An-NabhaniSyaikh, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.Meski tergolong tradisional dan hanya berbasis masyarakat, namun para penambang membentuk dan memiliki beberapa perkumpulan atau kelompok kerja. Kelompok kerja tersebut bekerja sama di daerah pertambangan secara gotong royong. Walaupun demikian, setiap kelompok sudah punya struktur, peran serta pembagian kerja yang jelas.

(7)

menangani. Manager diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dalam bentuk kata kerja to manage dan kata benda management dan manger untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, manajemen diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.

Menurut Hasibuan (2008:2) mengatakan bahwa : “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai satu tujuan.”

Stonner J.A.F dalam Gomez (2003 : 8) definisi manajemen adalah :

“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian

2. Manajemen adalah perpaduan antara ilmu pengetahuan dan seni

3. Manajemen selalu dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Bila dilihat dari definisi di atas jelaslah bawa manajemen adalah merupakan suatu proses pengarahan dari pemberian fasilitas-fasilitas pada pekerjaan orang orang yang diorganisasikan di dalam organisasi tersebut.

Dengan demikian suatu kelompok masyarakat memerlukan manajemen untuk mencapai baik tujuan individu maupun kelompok masyarakat itu sendiri.

Kearifan Lokal

Pengertian kearifan lokal dilihat dari kamus Inggris Indonesia terdiri dari 2 kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti setempat dan wisdom sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka local wisdom dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai, pandangan-pandangan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Jadi kearifan lokal merujuk pada lokalitas dan komunitas tertentu.

Menurut Ngakan Putu Oka dan kawan kawan (2006), kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Maka dari itu kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang berbeda dan suku yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan hidupnya berbeda-beda, sehingga pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memunculkan berbagai sistem pengetahuan baik yang berhubungan dengan lingkungan maupun sosial.

(8)

.Menurut Antariksa (2009), kearifan lokal merupakan unsur bagian dari tradisi-budaya masyarakat suatu bangsa, yang muncul menjadi bagian-bagian yang ditempatkan pada tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan (perkotaan) dalam geografi kenusantaraan sebuah bangsa. Dari penjelasan itu dapat dilihat bahwa kearifan lokal merupakan langkah penerapan dari tradisi yang diterjemahkan dalam artefak fisik. Hal terpenting dari kearifan lokal adalah proses sebelum implementasi tradisi pada artefak fisik, yaitu nilai-nilai dari alam untuk mengajak dan mengajarkan tentang bagaimana ‘membaca’ potensi alam dan menuliskannya kembali sebagai tradisi yang diterima secara universal oleh masyarakat, khususnya dalam berarsitektur. Nilai tradisi untuk menselaraskan kehidupan manusia dengan cara menghargai, memelihara dan melestarikan alam lingkungan.

Definisi kearifan lokal secara bebas dapat diartikan nilai-nilai budaya yang baik yang ada di dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti, untuk mengetahui suatu kearifan lokal di suatu wilayah maka kita harus bisa memahami nilai-nilai budaya yang ada di dalam wilayah tersebut. Berdasarkan beberapa definisi di atas definisi tentang pengertian kearifan lokal sebagian bentuk dari tradisi dan budaya yang mempunyai nilai-nilai luhur dan sudah diajarkan sejak lama secara turun temurun.

Teori Harapan

Vroom dalam Koontz (2012), mengemukakan bahwa orang-orang akan termotivasi untuk melakukan hal-hal tertentu guna mencapai tujuan apabila mereka yakin bahwa tindakan mereka akan mengarah pada pencapaian tujuan tersebut.

Sementara teori harapan menyatakan bahwa motivasi karyawan adalah hasil dari seberapa jauh seseorang menginginkan imbalan (Valence), yaitu penilaian bahwa kemungkinan sebuah upaya akan menyebabkan kinerja yang diharapkan (Expectancy), dan keyakinan bahwa kinerja akan mengakibatkan penghargaan (Instrumentality ). Singkatnya, Valence adalah signifikansi yang dikaitkan oleh individu tentang hasil yang diharapkan.

Ini adalah kepuasan yang diharapkan dan tidak aktual bahwa seorang karyawan mengharapkan untuk menerima setelah mencapai tujuan. Harapan adalah keyakinan bahwa upaya yang lebih baik akan menghasilkan kinerja yang lebih baik. Harapan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepemilikan keterampilan yang sesuai untuk melakukan pekerjaan, ketersediaan sumber daya yang tepat, ketersediaan informasi penting dan mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Jadi harapan seseorang mewakili keyakinan seorang individu bahwa tingkat upaya tertentu akan diikuti oleh suatu tingkat kinerja tertentu. Sehubungan dengan tingkat harapan seseorang Pinder Craig C. (1998) dalam bukunya Work Motivation In Organization Behavior berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat harapan seseorang yaitu:

a. Harga diri

b. Keberhasilan waktu melaksanakan tugas

c. Bantuan yang dicapai dari seorang supervisor dan pihak bawahan. d. Informasi yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas e. Bahan-bahan baik dan peralatan baik untuk bekerja.

(9)

Teori harapan mendasarkan diri pada kepentingan individu yang ingin mencapai kepuasan maksimal dan ingin meminimalkan ketidakpuasan.Teori ini menekankan pada harapan dan persepsi, apa yang nyata dan aktual.Teori harapan menekankan pada imbalan atau pay-off. Teori harapan sangat fokus terhadap kondisi psikologis individu dimana tujuan akhir dari individu untuk mencapai kesenangan maksimal dan menghindari kesulitan.Teori harapan tampaknya terlalu idealis karena hanya individu tertentu saja yang memandang korelasi tingkat tinggi antara kinerja dan penghargaan.

Konsep Diri

Richard, Riding, Rayner (2001) menyatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri, dimana persepsi ini dibentuk melaluipengalaman dan interprestasi seseorang terhadap dirinya sendiri. Marsh dalam Sophia Jowett, David Lavallee(1990) juga menambahkan bahwasanya konsep diri merupakan nilai dari hasil prosespembelajaran yang dilakukan dan dari hasil situasi psikologis yang diterima.

Menurut Julian Rappaport, Edward Seidman(1988), konsep diri merupakan totalitas dari kepercayaanterhadap diri individu, sikap dan opini mengenai dirinya, dan individu tersebutmerasa hal tersebut sesuai dengan kenyataan pada dirinya. Menurut C. Wayne Smith, Robert H. (1975) konsep diri terdiri diri dari berbagai aspek, misalnya aspek sosial, aspekfisik, dan moralitas. Konsep diri merupakan suatu proses yang terus selaluberubah, terutama pada masa kanak-kanak dan remaja. Menurut Gage danBerliner (1984) selain merupakan cara bagaimana individu melihat tentang dirimereka sendiri, konsep diri juga mengukur tentang apa yang akan dilakukan dimasa yang akan datang, dan bagaimana mereka mengevaluasi performa dirimereka.

Konsep diri merupakan hal yang penting dalam kehidupan sebabpemahaman seseorang mengenai konsep dirinya akan menentukan danmengarahkan perilaku dalam berbagai situasi. Jika konsep diri seseorang negatif,maka akan negatiflah perilaku seseorang, sebaliknya jika konsep diri seseorangpositif, maka positiflah perilaku seseorang tersebut (Fits dan Shavelson, dalamYanti, 2000). Hurlock dalam Meilisis (2012) menambahkan bahwasanya konsep diri individudapat menentukan keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam hubungannyadengan masyarakat.

Kebiasaan

Classic Conditioning (pengondisian atau persyaratan klasik) adalah prosess yang ditemukan Pavlovsebagaimana dikutif Robbin (2005) melalui percobaannya terhadap anjing, di mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Teori ini merupakan teori stimulus respon klasik (menerapkan kebiasaan).

(10)

Teori Behaviorisme John Broades Watson (dalam Hauser Larry 2014), memandang manusia sebagai produk lingkungan. Segala perilaku manusia sebagian besar pengaruh lingkungan sekitarnya. Lingkunganlah yang membentuk kepribadian manusia.

Teori Kesegeraan Erwin Guthrie(dalam Graham 2010), yang utama adalah hukum kontinguiti yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie juga percaya bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

Teori Burrhus Frederic Skinner (dalam Robbin 2003), menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Skinner membagi penguatan menjadi dua yaitu penguatan positif (memberi hadiah/ penghargaan) dan penguatan negatif (menunjukkan perilaku tidak senang).

Keyakinan

Keyakinan bisa berarti confidence (kepercayaan, keyakinan, iman, konfidensi, rahasia, pengucapan rahasia), trust (kepercayaan, keyakinan, tanggung jawab, harapan, penjagaan, kredit, belief (keyakinan, kepercayaan, percaya, akidah, anutan, perasaan), faith (iman, keyakinan, agama, kepercayaan, percaya, akidah), conviction (keyakinan, hukuman, penghukuman, pendirian, kepercayaan, anutan, assurance (jaminan, kepastian, keyakinan, tenang), assuredness (keterjaminan, keyakinan, kepercayaan, kesombongan), dan credit (kredit, kepercayaan, keyakinan, reputasi, nama baik, kehormatan. Menurut Besharat dan Pourbohlool (2011), keyakinan bisa menjadi perantara untuk memberikan enerji untuk mendorong orang dalam melakukan sesuatu sesuai dengan kayakinannya tersebutDengan dimilikinya keyakinan, maka akan menghemat berpikir, mempercepat keputusan dan tindakan. karena menyegerakan keputusan dan tindakan, keyakinan menyegerakan tercapainya tujuan.

. Masyarakat di Kecamatan Cempaka cukup terkenal sebagai masyarakat religius sebagaimana masyarakat lainnya di Kabupaten Banjar dan Banjarbaru, sehingga sering setiap pekerjaan selalu dinaungi dengan nilai-nilai agama yang diutamakan (Zamroni, 2010), sehingga terkadang nilai dunia kadang dianggap kurang penting dibanding nilai akhirat dimana pekerjaan dunia dianggap sebagai jalan untuk mendapatkan kemuliaan agama jika mereka mampu naik haji.

METODE PENELITIAN

(11)

Seperti halnya penelitian kualitatif yang lain, penelitian ini menggunakan sampel bertujuan atau menggunakan teknik purposive sampling, yaitu menggali informasi yang merupakan sampling yang dipilih berdasarkan usia diatas 45 tahun dan telah berpengalaman sebagai pendulang intan minimal selama 10 tahun karena dianggap benar-benar mengetahui informasi tujuan penelitian ini yakni tentang manajemen kearifan lokal bisnis pendulangan intan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga pada akhirnya ditentukan ada 100 orang responden, sedang jumlah populasi yang diperkirakan 500 orang di lokasi penelitian..

Manajemen Kearifan Lokal Pada Bisnis Intan di Cempaka

Empat aspek fungsi manajemen yakni perencanaan, pengorganisasian, implementasi, dan evaluasi. Dari aspek perencanaan para pendulang sebelum terjun ke tempat pendulangan merencanakan lokasi pendulangan. Lokasi yang dipilih tentunya masih termasuk kecamatan Cempaka Kotamadya Banjarbaru, namun titik penggalaian bisa tetap tetapi bisa juga berpindah, tergantung musim dan keyakinan. Jika musim air pasang biasanya para pendulang menghindari tempat pendulangan di terowongan atau lobang yang sengaja dibuat, ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan air pasang masuk kedalam lobang yang dapat membuat pendulang mati tenggelam. Jika air musim air pasang para pendulang kebanyakan lebih memilih di sungai yang terbuka. Sebelum turun ke tempat pendulangan mereka membawa makanan seadanya untuk makan siang di lokasi. Kemudan mereka tidak lupa membawa peralatan sederhana seperti cangkul, skrup, alat pendulang (penampi), ember dan saringan yang tidak mungkin membuat kerusakan alam sekitar yang berat. Dengan demikian para pendulang tradisional intan juga turut memperhatikan kelestarian lingkungan.

Pada fungsi pengorganisasian, para pendulang datang ketempat berkelompok, satu kelompok antara 3-5 orang. setiap orang mempunyai tugas masing-masing yang berbeda-beda. Ada yang bertugas membuat/menggali lubang. Ada yang lain bertugas mengangkut material galian kelokasi pendulangan. Sedangkan yang lainnya lagi bertugas mendulang material yang telah terangkut tadi.Para pendulang intan mendulang intan setiap hari kecuali hari Jumat sebagai hari libur mereka. Setiap ada diantara mereka yang menemukan intan apakah kecil atau besar, hasil penjualannya selalu dibagi rata pada semua anggota kelompok, sehingga setiap anggota kelompok apapun bagian tugasnya dianggap penting dan memiliki andil dalam mendapatkan hasil. Dengan demikian kerjasama antar anggota kelompok memiliki tugas yang jelas , kemudian mereke kompak, jujur, dan adil.

Pada fungsi implementasi, setidak-tidaknya ada 21 pantangan yang tidak boleh dilakukan di lokasi pendulangan dengan masing-masing makna, yakni ;

1. berkacak pinggang, bermakna tidak boleh sombong 2. bersiul, bermakna pekerjaan harus dilakukan serius

3. menyalakan api, bermakna tidak boleh membuat hutan terbakar 4. membawa ayam, bermakna menghargai makhluk hidup lain 5. melenggokkan badan, bermakna bekerja sampai selesai 6. berpakaian seksi, bermakna harus sopan

7. menunjuk gunakan jari telunjuk, bermakna tidak boleh main perintah 8. makan nasi, bermakna pada saat bekerja jangan istirahat dulu

(12)

10.bersin, bermakna jangan membuat orang terkerjut 11.kentut, bermakna jangan membuat orang lain terganggu

12.makan jengkol/petai, bermakna jangan memakan makanan yang berbau

13.bawa lauk bumbu pedas, bermakna pada saat bekerja jangan makan yang bisa mengganggu kesehatan

14.berkelahi, bermakna jangan membuat keributan

15.menstruasi, bermakna harus menghormati kesucian lokasi pendulangan 16.meludah, bermakna jangan membuang kotoran sembarangan

17.mengibaskan pakaian, bermakna jangan menyebarkan bau

18.sentuhkan rambut ke alat kerja, bermakna bekerja secara hati-hati 19.ucapkan kata intan, bermakna menghargai batu permata

20.ucapkan kata jorok, bermakna harus sopan

21.ucapkan kata kasar, bermakna jangan memancing emosi atau stress 22.ucapkan suara keras, bermakna berbicara jangan berlebihan

Dengan demikian dalam bekerja para pendulang trandisional intan berupaya menciptakan keseimbangan dengan alam dan kondisi suasana bekerja yang kondusif.

Pada fungsi evaluasi, pada proses akhir pendulangan dimuali dari pendulang utama sampai pada pemeriksa akhir, melakukan pemeriksaan secara cermat dari baru pasir yang sudah disaring apakah ada intan atau tidak, pekerjaan tersebut mereka lakukan berkali-kali sampai yakin ada atau tidak ada intan. Hal ini menunjukkan mereka bekerja cek and recek.

Faktor-Faktor Yang Mempengarhi Manajemen Kearifan Lokal Pada Bisnis Intan di Cempaka

Secara teoritis dari kumpulan pendapat dan pandangan para pendulang trandsional maka dapat dikelompokan pada harapan, konsep diri, kebiasaan, dan keyakinan

Para pendulang tradisional memiliki harapan besar mendapatkan intan, mereka optimimis suatu ketika akan mendapatkan intan. Merekapun termotivasi untuk setiap hari melakukan pendulangan intan. Mereka memiliki keyakinan harta termasuk intan adalah pemberian Tuhan, rahasia Tuhan sehingga pantang memvonis pasti tidak mendapatkan intan. Harapan bahwa jika mereka mendapatkan intan akan mengangkat derajat hidup mereka akan berubah, dari yang miskin tidak mungkin kaya akan membuat mereka kaya atau jadi orang berada, dari yang tidak dihormati menjadi orang yang dihormati. Masyarakat Kalimantan Selatan terutama di Kabupaten Banjar Banjarbaru yang terkenal religius memiliki harapan besar untuk menyempurnakan rukun Islam kelima yakni naik haji sekaligus merobah status mereka menjadi lebih baik, dan hal ini akan menjadi mudah manakala mereka mendapatkan intan. Hal ini sesuai dengan teori Victor Vroom, tetapi tidak seperti pendapat Craig C. Pinder (1948) yang berupaya sarna bantuan seperti peningkatan alat untuk mencapai harapan tersebut.

(13)

pendidikan sekolah belum tentu bisa merobah nasib hidup dengan baik, hal ini dapat mereka saksikan pada orang-orang yang berpendidikan namun gagal mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidangnya, hal ini sesuai dengan Shavelson, Hubner, & Stanton (1976). Sehingga tidak ada diantara mereka yang sampai lulus sekolah dasar, hal ini menambah kurangnya kemampuan mereka belajar dengan baik tentang perubahan hidup, seperti yang dikemukakan Marsh (1990) Purkey (1988), Rice & Gale (1975) dan Gage dan Berliner (1998) (Fits dan Shavelson, dalam Yanti, 2000), sehingga bisa menjadi penghalang mereka untuk menentukan keberhasilannya dalam hubungannya dengan masyarakat (Hurlock,1999).

Keahlian mendulang intan diperoleh para pendulang dari orang tua atau kakek buyut mereka secara turun temurun, baik menyangkut teknis maupun peralatan yang digunakan, sehingga cara mendulangpung sama dari waktu ke waktu. Dengan keterbatasan latar belakang pendidikanorang tua atau kakek buyut mereka yang mungkin pernah melalui proses trial and error, akhirnya memilih alat dan cara sederhana. Hal ini sesuai dengan teori Behaviorisme John Broades Watson. Ditambah lagi dengan kondisi lingkungan di Kecamatan Cempaka yang secara geologi memiliki kandungan batu permata lebih baik dari daerah lain, maka membuat masyarakat disana menjadikan mata pencarian mendulang sebagai suatu kebiasaan yang baik.

Masyarakat di sekitar pendulangan yang terkenal reliigius, memandang pekerjaan adalah ibadah, kemudian memandang setiap manusia wajib berusaha seperti halnya mendulang intan. Sehingga walaupun belum tentu mereka mendapatkan intan setiap hari, kadang bisa berminggu atau berbulan, tetap mendulang intan dianggap sebagai bentuk pekerjaan dan orangnyapun dianggap bukan pengangguran. Besarnya pengaruh keyakinan berupa agama itu juga dapat dilihat dari banyaknya pantangan selama mendulang intan untuk tidak menyakiti alam, manusia dan makhluk lain maupun diri sendiri. Untuk menopang hidup sehari hari ketika mereka belum mendapatkan intan, para tetangga atau pedagang bersedia memberi mereka pinjaman sebagai salah satu bentuk muamalah (saling bantu membantu sesama manusia).

Analisis Data

Dari hasil analisis terhadap tabulasi kuesioner pada 100 orang pendulang dapat dikatakan jawaban tersebut cukup valid (case valid 100 %) dan cukup realible (karena angka Cronbach's 0,531> 0.500), sehingga selanjutnya hubungan faktor-faktor harapan, konsep diri, kebiasaan, dan keyakinan diuji pada pembentukan manajemen kearifan lokal.

Tabel 1 Case Processing Summary

N %

Cases Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0

Total 100 100.0

(14)

Tabel 2 Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.531 5

Secara keseluruhan keempat faktor yakni harapan, konsep diri, kebiasaan, dan keyakinan memniliki F hitung yang sangat besar (172.884) dengan signifikasi mutlak (0,000) dalam mempengraruhi pembentukan manajemen kearifan lokal pendulang intan tradisional di kecamatan Cempaka

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 21.664 4 5.416 172.884 .000a

Residual 2.976 95 .031

Total 24.640 99

a. Predictors: (Constant), Keyakinan, Kebiasaan, KonsepDiri, Harapan

b. Dependent Variable: MKL

Begitu juga secara parsial baik faktor harapan, konsep diri, kebiasaan, maupun keyakinan berpengaruh secara signifikan (masing-masing memiliki tingkat signifikasi 0,000, 0,001, 0,002, 0,000 < 0,050)dalam pembentukan manajemen kearifan lokal pendulang intan tradisional di kecamatan Cempaka.

Tabel 4 Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .351 .165 2.130 .036

Harapan .406 .050 .493 8.071 .000

KonsepDiri .103 .030 .150 3.480 .001

Kebiasaan .042 .014 .130 3.135 .002

Keyakinan .392 .068 .395 5.778 .000

a. Dependent Variable: MKL

(15)

Sementara faktor kedua terbesar sesudah harapan adalah keyakinan (0,395), yang menunjukkan para pendulang memiliki keyakinan apa yang mereka lakukan selama ini benar secara agama, mereka yakin bahwa Tuhan itu adil dan suatu saat pasti akan memberi mereka intan. Keyakinan ini bertambah besar manakali ada dukungan keluarga, handai tulan, kerabat, dan tetangga yang bersedia membantu memberikan pinjaman atau bantuan lainnya ketika mereka masih berjuang untuk mendapatkan intan.

Faktor berikutnya adalah faktor konsep diri (0,150). Masih kecilnya pengaruh konsep diri menunjukan sebagian dari mereka masih ragu tentang keahlian lain, atau keahlian lain sulit didapatkan sebagai jalan merobah nasib. Hal ini paling tidak berlaku untuk pekerjaan teknis yang juga dimiliki masyarakat di sekitar pendulangan dari berdagang, bertani, berkebun dan tukang juga bisa dijadikan pekerjaan alternatif, tetapi mereka tetap belum terlalu yakin bahwa itu bisa merobah hidup mereka dengan baik,

Terakhir paling rendah adalah pengaruh faktor kebiasaan (0,130), dimana kekayaan alam Kecamatan Cempaka cukup memberi harapan karena sejak lama dan sudah banyak orang mendapatkan intan di sana, sehingga menjadi salah satu mata pencarian pokok selain bertani dan berkebun. Kemudian kebiasaan ini mereka turunkan secara turun temurun pada anak cucu mereka. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, tidak semua keturunan mereka bersedia sebagai pendulang intan, sehingga faktor ini cenderung mengalami penurunan seiring makin terbukanya pilihan pekerjaan.

KESIMPULAM DAN SARAN

Cara para pendulang intan di Kecamatan Cempaka Kabupaten Banjar melakuan pendulangan dilakukan secara berkelompok secara turun temurun, dimana mereka bersinerji dimulai dengan perencanaan sederhana dalam menentukan lokasi pendulangan cara pendulangan dan pembagian kerja, melakukan pendulangan dengan bekerja keras secara harmonis, menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengorganisasian dan pengelolaan tata kerja tersebut dipengaruhi harapan besar untuk merobah hidup, keyakinan bahwa pekerjaan tersebut mulia yang bisa mengangkat derajat secara keagamaan, konsep diri bahwa mereka tidak memiliki keahlian lain dan harus mensyukuri keahlian yang telah dimiliki, dan kebiasaan yang menyesuaikan pekerjaan dengan kekayaan alam yang ada.

(16)

LITERATUR

Antariksa. 2009. Seminar Nasional Kearifan Lokal (Local Wisdom) dalam Perencanaan dan Perancangan Lingkungan Binaan, Jumat 7 Agustus 2009, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Merdeka Malang

Besharat Confidence and Sport Self-Efficacyon the Relationship between Competitive Anxietyand Sport Performance, Journal

C. Wayne Smith, Robert H, 1975, Rice: Origin, History, Technology, and Production, Sons In. Hoboken, New Jersey

Donahoe John W, 1999. Edward L Thorndike The Selectionist Connecyionisy. Jornal of Experimental Analysis of Behavior 1999, 72, 451–454 Number 3 (Nopember)

Febriana Maya Puji, 2009, Pengaruh Etos Kerja Islam Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Artha Mas Abadi Kabupaten Pati, Fakultas Syariah IAIN Walisongo

Gage dan Berliner, 1984, Education Psycology, Mc Nally College Publishing Company Chicago

Graham George, 2010, Behaviorism, published Fri May 26, 2000; substantive revision Tue Jul

Hasibuan Malayu S.P., 2007, Manajemen: Dasar, Pengertian, Dan Masalah (Edisi Revis

Hauser Larry, 2014, Behaviorism, Alma College

Jamalie Zulfa, 2013, Mendulang Intan(Etos, Mitos, Dan Nilai Religi) Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Antasari

Julian Rappaport, Edward Seidman, 1998, Handbook of Community Psychology, Kluwer Academic

Kerap A Sonny, 2010, Etika Lingkungan Hidup, Penerbit Buku Kompas

Koontz Dean, 2012, Intensity, Headline Publishing Group

Kuncono Ongky Setio, 2013, Pengaruh Etika Confucius Terhadap Kewirausahaan, Kemampuan Usaha dan Kinerja Usaha Pedagang Eceran Etnis Tionghoa di Surabaya,

(17)

Ngakan, P.O., Komarudin, H., Achmad, A., Wahyudi, Tako, Amran.2006. Ketergantungan, Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Tterhadap Sumber Daya Hayati Hutan, Center International Forest Reseaerch

Pinder Craig C. 1998, Work Motivation In Organizational Behavior, Prentice Hall, - Business & Economics

Rahariyani Loetfia Dwi, 2005, Analisis Hubungan Konsep Diri Dengan Faktor Keturunan dan Gaji Yang Diterima Oleh Tenaga Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lumajang. Universitas Airlangga Surabaya

Richard. J. Riding, Stephen Rayner, 2001, Self Perception, Library CongressCatalog.

Robbins Stephen P. 2003, Organizational Behavior, Pearson

Spencer, S. David Dikinis, Peter C. Keller, and Robert E. Izane, The Diamond Defosits of Kalimantan, Borneo.GEMS & GEMOLOGY Summer 1988 67 Mining Journal, Vol. 132, No, 5, pp.

Sophia Jowett, David Lavallee, 1990, Social Psychology in Sport, Volume 10, Human Kenetic Inc.

Taqiyuddin an-Nabhani Syaikh, 2003, al-Ijtima’iyah fi al-Fikri al-Islami al-Mu’ashir ,: Dar an-Nahdhah al-Islamiyah (Beirut) dan Al Azhar Press (Indonesia) cet. II, 2003 (Bogor

Yanti Dewi Purwanti, Koentjoro, Esti Hayu Purnamaningsih, 2000, Konsep Diri Perempuan Marginal, Universitas Gajah Mada, Jurnal Psikologi 2000, NO. 1, 48 - 59

Gambar

Gambar 1 Aktivitas Mendulang Intan Trandsional di Cempaka
Tabel 1 Case Processing Summary
Tabel 2 Reliability

Referensi

Dokumen terkait

Mengenai pengertian dari metode penelitian Arikunto (2006:160) menjelaskan bahwa : ‟‟Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh penelit i dalam mengumpulkan data

[r]

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Meskipun perpustakaan bermanfaat sebagai salah satu sumber belajar untuk semua mata pelajaran (termasuk pelajaran sejarah), namun dalam kenyataan ada kecenderungan

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa persinggungan antara ajaran agama (Islam) yang dibawa oleh Ki Ageng Gribig, modernitas, dan budaya (Jawa) tergambar dalam ritual dan

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan