• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI MIGRAN DALAM PERTUMBUHAN EKON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONTRIBUSI MIGRAN DALAM PERTUMBUHAN EKON"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI MIGRAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI MENENGAH KOTA BANDUNG

Abstrak

Esai ini membahas keterkaitan antara angka migrasi dan laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung. Mayoritas migran yang tinggal di Kota Bandung bekerja dalam sektor ekonomi menengah. Migran memiliki sebagian besar unit usaha dalam sektor ekonomi menengah di Kota Bandung. Sektor ekonomi menengah merupakan penopang utama pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung diatas rata-rata nasional yang menunjukkan bahwa kondisi perekonomian kota tergolong baik. Ditinjau dari data yang dihimpun dan hasil analisis, migran memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung. Data-data yang digunakan sebagai argumen didapat dari hasil observasi. Dasar argumentasi didapat dari tinjauan pustaka dan beberapa jaringan informasi.

Kata kunci: migran, Kota Bandung, ekonomi menengah

PENDAHULUAN

Peningkatan densitas penduduk per kilometer persegi menunjukkan adanya kepadatan populasi di kota-kota besar di Indonesia. Di Provinsi Jawa Barat sendiri, tiga kota dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Kota Bekasi, Kota Cimahi, dan Kota Bandung. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan Jawa Barat dengan luas 37.116,54 kilometer persegi, memiliki kepadatan penduduk mencapai 1.159 jiwa perkilometer persegi. Sedangkan, densitas Kota Bandung sendiri sejumlah 14.288 jiwa perkilometer persegi. Laju pertumbuhan penduduk Kota Bandung pada tahun 2010 sebesar 1,89%, jauh melampaui standar nasional. Pada tahun 2015, angka ini menurun menjadi 1,5%. Peningkatan kepadatan penduduk di Kota Bandung ini, tidak hanya disebabkan oleh tingginya angka kelahiran, namun tingginya angka migrasi justru menjadi penyebab utamanya (Sugilar, 2014).

Faktor interest utama terjadinya migrasi adalah motif ekonomi. Dari model deskripsi Todaro, disebutkan bahwa arus migrasi berlangsung sebagai tanggapan terhadap adanya perbedaan pendapatan antara kota dan desa. Pendapatan yang dimaksud adalah angka pendapatan harapan (expected income), bukan pendapatan aktual. Migran mempertimbangkan dan membandingkan peluang kerja yang tersedia bagi mereka di desa dan kota, lalu memilih salah satu yang dianggap dapat memaksimumkan keuntungan yang diharapkan dalam jangka waktu yang lebih singkat. Sehingga, selisih pendapatan antara di desa dan kota dapat menjadi salah satu acuan untuk memproyeksikan angka migrasi.

(2)

kepemilikan unit usaha dalam sektor ekonomi menengah tengah dan ekonomi menengah ke bawah, dikuasai oleh pendatang dari luar Kota Bandung. Hal ini menunjukkan bahwa migran memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pergerakan perekonomian Kota Bandung.

Esai ini terdiri dari tiga bagian. Yaitu bagian pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Pendahuluan memaparkan mengenai topik penulisan, permasalahan yang dikaji, dan pernyataan yang ingin disampaikan oleh penulis. Isi menjelaskan tentang keadaan perekonomian Kota Bandung dan relasinya dengan angka migrasi yang tinggi di Kota Bandung. Kesimpulan menyatakan hasil dari analisis penulis secara singkat.

KONDISI MIGRAN KOTA BANDUNG

Salah satu faktor yang menjadi melatarbelakangi datangnya migran ke Kota Bandung adalah tersedianya lapangan kerja di kota ini. Kota Bandung memiliki aktivitas yang beragam, sehingga banyak para penduduk dari wilayah lain datang untuk dan mencari pekerjaan disini. Jumlah angkatan kerja Kota Bandung tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 3,70 % persen jika dibandingkan dengan tahun 2011. Sedangkan penduduk yang berstatus bekerja sebanyak 1.064.167 orang atau sekitar 90,83 % dari total penduduk. Pada tahun 2011, angkatan kerja di Kota Bandung tercatat sebanyak 1.129.744 tenaga kerja dan meningkat menjadi 1.171.551 tenaga kerja di tahun 2012. Pada tahun 2012, tingkat pengangguran sebesar 9,17 % dan mengalami penurunan dari sebesar 10,34 % pada tahun 2011. Hal ini mengindikasikan bahwa secara makro, tingkat perekonomian dan penyediaan lapangan pekerjaan mengalami perbaikan. Sektor pariwisata di Kota Bandung tumbuh dengan baik, terutama setelah dilangsungkannya Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika (KAA) ke-60. Pintu di sektor jasa terbuka lebar mengingat mobilitas tinggi penduduk Kota Bandung dan komposisinya yang heterogen.

(3)

Sedangkan migran memeliki keharusan untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup. Hal ini membuat migran memikirkan lapangan kerja yang dengan cepat menutup biaya kedatangan dan cicilan hidup mereka di Kota Bandung. Walaupun Kota Bandung menjanjikan peluang kerja yang baik, harga kebutuhan hidup juga relatif lebih tinggi daripada wilayah lain di Pulau Jawa. Menggunakan harga sembako resmi di pasaran yang dikeluarkan pemerintah daerah sebagai sampel, dapat dilihat perbandingan harga kebutuhan pokok di Kota Bandung dengan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Interval harga beras medium di Kota Bandung dengan daerah-daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah terpaut 500 rupiah hingga 1000 rupiah, daging ayam terpaut 1000 rupiah hingga 3000 rupiah, dan cabe merah terpaut 1000 rupiah hingga 4000 rupiah. Memperhatikan harga sampel tersebut, jika migran tidak segera menemukan posisi mereka dalam perekonomian, maka dengan cepat pula migran akan tersisihkan dari kehidupan Kota Bandung yang layak.

SEKTOR EKONOMI MENENGAH KOTA BANDUNG

Selain sektor industri, terdapat juga sektor ekonomi menengah tengah dan ekonomi menengah ke bawah. Di kota ini bertebaran komunitas yang mengorganisir usaha kecil menengah. Untuk mengikuti komunitas semacam ini tidak diperlukan prosedur yang panjang, sehingga migran dapat masuk dengan mudah. Di Kota Bandung sendiri, telah menjamur Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Pertumbuhan koperasi di Kota Bandung tahun 2012 dibandingkan tahun sebelumnya meningkat sekitar 3,00%. Data tahun 2012 menunjukkan jumlah koperasi di Kota Bandung yang berstatus aktif sebanyak 2.046 (Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung, 2012). Lalu, anggota koperasi yang terdata sampai saat ini sekitar 567.000 dengan aset yang dimiliki sekitar 5,9 triliun dan sisa hasil usaha sekitar 882 miliar. Dengan biaya ini, koperasi-koperasi di Kota Bandung mampu menampung tenaga kerja sekitar 3.207 orang. Berawal dari pengalaman dan modal yang disediakan oleh koperasi, migran dapat merintis usahanya sendiri. Sehingga dari tiga sektor perekonomian, keterlibatan tertinggi migran ada dalam sektor ekonomi menengah. Baik ekonomi menengah tengah maupun ekonomi menengah ke bawah. Pelaku sektor ekonomi menengah ke bawah dan menengah tengah di Kota Bandung meliputi usaha perdagangan, kaki lima, usaha pengolahan karya, pelayanan jasa, dan berbagai jenis Usaha Kecil Menengah (UKM). Berbagai jenis usaha diatas mudah diakses konsumen sehingga banyak migran yang memutuskan terjun dalam usaha-usaha tersebut.

(4)

jumlah usaha kecil dan usaha menengah masih mendominasi jumlah usaha yang ada di Kota Bandung. Jumlah unit usaha kecil yang terdaftar di Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung pada tahun 2011 sebanyak 10.067 unit. Untuk usaha menengah, pada tahun 2011 tercatat sejumlah 1.914 unit usaha. Sedangkan industri besar sendiri ada 146 unit. Berdasarkan mata pencaharian penduduk, jumlah penduduk Kota Bandung yang bekerja dalam industri pengolahan memiliki presentase terbesar diantara 15 unit usaha yang lain (BPS Kota Bandung, 2012). Industri pengolahan adalah salah satu unit usaha unggulan dalam lingkup ekonomi menengah Kota Bandung. Presentase penduduk yang bekerja dalam industri pengolahan sebesar 28,37%. Angka ini disusul oleh perdagangan pada angka 18,49%. Pusat industri pengolahan ada di Kecamatan Margahayu yang cenderung dekat dengan Kota Bandung. Dari fakta tersebut, bisa diartikan bahwa industri pengolahan turut menjadi penopang pergerakan ekonomi Kota Bandung. Angka-angka tersebut sudah meningkat dari tahun sebelumnya, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan jumlah unit usaha di Kota Bandung berbanding lurus dengan peningkatan jumlah penduduk. Sedangkan, kontribusi terbesar dalam peningkatan jumlah penduduk di Kota Bandung didapat dari peningkatan angka migrasi.

Jumlah tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kegiatan ekonomi. Tumbuhnya perekonomian dapat terlihat dari tingginya perputaran transaksi ekonomi yang terjadi di Kota Bandung. Dari awal tahun hingga bulan Mei 2015, sudah ada sudah Rp 57,8 triliun transaksi ekonomi. Tingginya jumlah ini meningkat seiring dengan dibukanya unit-unit usaha baru di Kota Bandung. Agar terjadi sebuah transaksi, selain penyedia barang dan jasa, tentulah harus ada konsumen yang bersedia menggunakannya. Jumlah konsumen juga mengalami peningkatan karena banyaknya turis dan pendatang tidak tetap seperti mahasiswa.

POSISI MIGRAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BANDUNG

(5)

Telah disebutkan sebelumnya bahwa migran lebih banyak berkontribusi dalam ekonomi Kota Bandung dalam sektor ekonomi menengah tengah dan ekonomi menengah ke bawah. Kejelian dan sudut pandang migran dalam menganalisis pasar, melebihi kemampuan penduduk asli (etnis Sunda) membuat usaha menengah tengah dan usaha menengah kecil didominasi oleh migran. Dalam sejarah disebutkan bahwa sejak tahun 1930, pendatang mulai berdatangan ke kota ini untuk memulai usaha. Secara historis, ditengarai bahawa setelah era kemerdekaan, kontribusi etnis Sunda dalam ekonomi semakin menyusut. Salah satu indikasi mengecilnya peran penduduk pribumi Bandung adalah data kepemilikan usaha yang ada di kota ini. Usaha dalam lingkup ekonomi menengah tengah dan menengah kecil di Kota Bandung sejak tahun 1970, lebih dari setengahnya telah dikuasai oleh migran. Sehingga, ketika angka migrasi ke Kota Bandung terus bertambah, maka jumlah unit usaha yang dimiliki migran juga relatif mengalami peningkatan hingga sekarang.

Ditinjau dari jumlah kepemilikan usaha yang didominasi, migran di Kota Bandung cenderung telah mandiri secara finansial. Posisi migran di Kota Bandung menguntungkan Kota Bandung dalam peningkatan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Melihat dari kepemilikan usaha ekonomi menengah dan pertumbuhan ekonomi Kota Bandung, layak dikatakan bahwa kontribusi migran dalam pertumbuhan ekonomi Kota Bandung tergolong signifikan.

KESIMPULAN

Laju pertumbuhan penduduk Kota Bandung paling banyak dipengaruhi oleh migrasi. Migran di Kota Bandung cenderung memosisikan diri di sektor perekonomian menengah. Angka migrasi yang tinggi di Kota Bandung mempunyai pengaruh yang signifikan pada pergerakan ekonomi menengah. Sektor ekonomi menengah memiliki jumlah unit usaha yang paling besar di Kota Bandung. Hal ini berimplikasi pada tingginya kontribusi sektor tersebut dalam pertumbuhan ekonomi. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Kota Bandung diatas rata-rata LPE nasional yang menunjukkan baiknya kondisi perekonomian Kota Bandung secara regional dibanding kondisi perekonomian nasional. Berdasarkan data dan analisis yang dilakukan, migran memberikan keuntungan bagi Kota Bandung dari segi ekonomi.

(6)
(7)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik Badan Pusat Statistik Jawa Barat. (2014). Jawa Barat dalam Angka 2014, Jawa Barat in Figures 2014. Bandung: Badan Pusat Statistik Jawa Barat.

Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. (2011). Economic Development. New Jersey: Prentice Hall.

Skipsi/Tesis/Disertasi:

Ryansha, Erlangga. (2014). Studi Kelas Menengah di Indonesia dalam Perspektif Ekonomi Politik: Kasus Kota Bandung. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Internet:

Disperindag Jatim. (2016). Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Barang Pokok di Jawa Timur, Harga Rata-rata Bahan Pokok dan Penting di Jawa Timur. http:// www.siskaperbapo.com. Diakses tanggal 24 Februari 2016.

Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi. (2016). Harga Rata-rata Komoditas di Jawa Barat. http://www.priangan.org. Diakses tanggal 24 Februari 2016.

Galamedia. (2015). Penduduk Jabar bisa mencapai 92 Juta, Migrasi Penyumbang Paling Tinggi. http://www.galamedianews.com. Diakses tanggal 18 Februari 2016.

Pikiran Rakyat. (2015). Pertumbuhan Penduduk Jabar Masih diatas Standar Nasional. http://www.pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 18 Februari 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Masyarakat Krembangan yang kehidupan sehari-harinya senantiasa ditandai oleh kebersamaan, kegiatan yang akan dilaksanakan selalu dipertimbangkan secara matang sehingga tidak

1) Pegawai di KPP Pratama Malang Selatan sebaiknya membuat suatu terobosan baru untuk dapat meningkatkan kinerja pegawai pajak terkait dengan pemanfaatan teknologi

Pada bulan November sebaran konsentrasi klorofil-a memiliki nilai yang rendah sebesar 0.1074 mg/m 3 sampai 0.2109 mg/m 3 saat musim peralihan II (Tabel 8), hal ini

Pernah suatu ketika Syeikh Abdul Qadir didatangi oleh seorang Raja (Abul Mudhaffar). Maksud dari kedatangan sang Raja adalah memberikan hadiah berupa 10 kantong

Tolong katakan kepada saya, untuk beragam aspek dalam proses pemilu yang akan saya bacakan berikut ini, apakah Ibu/Bapak merasa telah mendapatkan informasi yang cukup atau

Karena dengan proses yang panjang maka data yang diperoleh semakin mendalam, dalam penelitian ini yaitu data tentang implementasi sikap toleransi sebagai nilai

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor karet alam Indonesia adalah : volume produksi karet alam domestik, konsumsi karet alam domestik, nilai tukar Rupiah terhadap

Kemudian penerapan sebuah aplikasi business to customer berbasis e-commerce ini diharapkan akan dapat membantu pihak importir laptop mampu mengoptimalkan kegiatan