• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETA MODEL RESILIENSI RANTAI PASOK UMKM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PETA MODEL RESILIENSI RANTAI PASOK UMKM"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PETA MODEL RESILIENSI RANTAI PASOK UMKM

DI JAWA TIMUR

Lilia Pasca Riani

Fakultas Ekonomi, Universitas Nusantara PGRI Kediri bungalilia@gmail.com

ABSTRAK:

Sektor UMKM memegang peranan penting dalam perekonomian nasional meskipun banyak terjadi turbulensi kondisi dan konjungtur ekonomi yang tidak pasti, UMKM dituntut tetap bertahan dan tetap menjalin partnership dengan stakeholdernya. Berdasarkan jenis barang yang diproduksi, UMKM dibagi menjadi 4 kategori, yaitu UMKM yang memproduksi makanan/minuman, UMKM yang memproduksi sandang dan alas kaki, UMKM produk kerajinan kayu, kulit dan tanaman, dan UMKM penghasil barang-barang dari logam. Tujuan dari penelitian ini adalah memetakan model rantai pasok yang diterapkan oleh UMKM, membuat formulasi rantai pasok menurut kategori UMKM berdasarkan jenis barang yang di produksi. Dan menganalisis kecenderungan resiliensi rantai pasok UMKM.

Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 9 (sembilan) pemetaan model rantai pasok UMKM sesuai dengan kategori UMKM berdasarkan jenis barang yang di produksi, dan 99% UMKM melakukan resiliensi rantai pasoknya sesuai dengan perubahan tren perekonomian di Jawa Timur

Kata Kunci: Rantai Pasok, UMKM, resiliensi, Jawa timur

ABSTRACT :

SMEs sector has an important role in national economic despite the turbulence and economic conjunctures of uncertain conditions , SMEs are required to survive and maintain partnerships with stakeholders. Based on the type of goods produced, SMEs are divided into 4 categories, namely SMEs producing food / beverages, SMEs that produce clothing and footwear, SME produce wooden products, animal skin, and plants, and SMEs producing metal goods. The purpose of this research is to map out supply chain model applied by SMEs, to make supply chain formulation according to the SMEs category based on the type of goods in production. And analyze the trend of resilience of SMEs supply chain. The result of this research is there are 9 (nine) mapping of SME supply chain model according to the category of SMEs based on the type of goods in production, and 99% of UMKM conduct their supply chain resilience in accordance with the change of economic trend in East Java.

Keywords: Supply Chain, SMEs, resilince, East Java.

PENDAHULUAN

Kecenderungan untuk bertahan merupakan keharusan bagi para pelaku ekonomi, terutama untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di era turbulensi konjungtur ekonomi yang tidak menentu ini. Menjalin partnership dengan stakeholder adalah salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam menghadapi ketidakpastian situasi. Mengelola rantai pasok yang dinamis dan adaptif merupakan langkah yang tepat. Mulai dari integrasi pemasok bahan-bahan baku dan bahan pembantu, sampai pada menjalin kolaborasi yang erat dengan distributor dan konsumen penggunanya.

(2)

manual, serta ketidak sanggupan menyediakan produk dalam jumlah besar membuat UMKM di Jawa Timur sulit bersaing di pasar global.

Dalam penyediaan bahan bahan, mayoritas UMKM masih membeli bahan baku maupun bahan-bahan pembantu secara insidental, dengan membeli di pasar atau di warung toko terdekat, belum ada pemikiran untuk berkolaborasi dengan penyedia bahan baku secara terstruktur dan kesepakatan periodik. Begitu juga dengan produk jadi yang sudah siap dijual, sistem pemasaran yang belum terstuktur seringkali menyulitkan pengusaha kecil dan menengah ini untuk menjual barangnya. Belum memiliki merk produk yang dikenal oleh masyarakat menjadi celah bagi distributor untuk membeli produk dari UMKM dengan harga yang murah kemudian diberi label tertentu oleh distributor kemudian dijual dengan harga yang mahal, serta perubahan teknologi informasi yang sangat cepat, dan komunikasi jejaring sosial yang dinamis.

Sebuah tantangan bagi pelaku UMKM untuk bertahan dan beradaptasi dengan menjalin kolaborasi yang erat dengan stakeholdernya di era yang tidak pasti seperti sekarang ini. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan model resiliensi yang diterapkan oleh UMKM di Propinsi Jawa Timur.

TINJAUAN LITERATUR

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Terdapat beragam definisi mengenai UMKM yang dikemukakan oleh BPS, Kemenkeu, KemenkopUMKM, maupun Kementrian industri dan perdagangan, UMKM di Jawatimur dengan berbagai karakteristiknya memenuhi kriteria disebut UMKM. Ditinjau dari bahan bakunya, UMKM dibagi menjadi 4 jenis, yaitu UMKM pengolah makanan dan minuman, UMKM yang memproduksi barang atau kerajinan dari logam, UMKM pembuat pakaian dan alas kaki, serta UMKM pengolah kayu, kulit dan tanaman untuk kerajinan.

Karakteristik UMKM menyebutkan bahwa, produk yang di buat oleh UMKM mayoritas merupakan produk untuk memenuhi keinginan seseorang, bukan memenuhi kebutuhan (Hamidin et, al., 2013). Misalnya UMKM pembuat anyaman rotan atau bambu atau kerajinan dari kayu. Konsumen membeli dengan harga yang sangat mahal. Contoh lain menunjukkan UMKM pengolah makanan dan minuman, meskipun makanan merupakan kebutuhan pokok, namun banyak UMKM restoran atau cafe yang memberi citra bahwa konsumen datang ke restorang atau cafe tersebut lebih dikarenakan keinginan bersantai atau berkumpul bersama komunitasnya dengan berbagai varian makanan minuman, bukan untuk sekedar makan.

Manajemen Rantai Pasok

Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan) menurut Heizer dan Render (2014) merupakan pengintegrasian seluruh aktifitas mulai dari pengadaan bahan hingga pelayanan, perubahan bahan baku menjadi barang setengah jadi dan menjadi produk akhir serta pengiriman kepada pelanggan melalui sistem distribusi. Sejalan dengan pengertian tersebut, Hayati (2014) mengemukakan bahwa Supply Chain Management merupakan pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan transformasi sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan dengan sistem distribusi pengiriman ke konsumen.

(3)

Apabila tidak ada koordinasi yang baik dengan semua pihak yang terkait dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi UMKM.

Resiliensi

Menurut Walker et al. (2004) seperti dikutip oleh Dwiartama (2016), Resiliensi, atau daya lenting (dari akar kata latin resalire, yang berarti melenting) didefinisikan sebagai kemampuan suatu sistem untuk bertahan atau melenting kembali dari gangguan, tanpa mengubah identitas dan fungsi dari sistem tersebut. Lebih lanjut Dwiartama (2016) menjelaskan bahwa resiliensi merupakan kemampuan bertahan suatu kelompok masyarakat yang dilanda krisis. Di model-model pembangunan dunia, resiliensi bahkan menggantikan istilah keberlanjutan (sustainability). Menjadi lenting (being resilient) terhadap perubahan menjadi syarat penting bagi hidup berkelanjutan.

Holling dan Gunderson (2002) menambahkan definisi konkrit dari istilah resiliensi adalah jumlah gangguan yang mampu diterima oleh sistem sebelum bergeser dari titik kestabilan ke titik kestabilan berikutnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, yakni mengembangkan framework mengadopsi dan memodifikasi metode penelitian riset sistem informasi dari Henver, et al. (2004). Tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Tahapan konstruksi : mendefinisikan konsep-konsep secara jelas, studi literature terhadap knowledge base dan tinjauan hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan :

a. Teori resiliensi

b. Konsep manajemen rantai pasok dan elemen-elemen pendukungnya c. Kajian hasil penelitian terdahulu

2. Tahapan pendefinisian resiliensi rantai pasok UMKM : mengidentifikasi permasalahan UMKM, karakteristik, dan kecenderungan yang terjadi.

Indentifikasi setiap kecenderungan akan menjadi knowlegde bse bagi terciptanya resiliensi rantai pasok UMKM.

Berikut adalah gambaran mengenai alur dalam penelitian ini :

Gambar 1. Alur penelitian Studi Pendahuluan

tentang UMKM -Studi Literatur awal -Data UMKM dari BPS -Wawancara dengan

pelaku UMKM Studi Literatur Hasil

penelitian terdahulu

Identifikasi

Karakteristik UMKM

Identifikasi entitas / pihak / pelaku yang terlibat

Identifikasi resiliensi Rantai Pasok UMKM - Strategi pemilihan

supplier - Pemain utama

rantai pasok - Hambatan

mengelola rantai pasok

(4)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Identifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam sebuah sistem rantai pasok

Berikut adalah 5 pihak yang berkepentingan dalam sistem rantai pasok yang diimplementasikan oleh UMKM. Setiap rantai menentukan kualitas dan harga dari sebuah produk.

1. Suppliers: sebahai pihak penyedia bahan-bahan untuk produksi, baik bahan baku utama, bahan-bahan pembantu, maupun penyedia mesin-mesin dan onderdil mesin.

Pihak ini berperan sangat besar dalam penyediaan bahan yang berkualitas, dan harga yang terjangkau oleh UMKM. Besar kemungkinan nya status dari supplier ini juga merupakan UMKM.

2. Manufacturer : merupakan pihak yang membuat produk, baik pembuat produk jadi maupun produk setengah jadi. Pihak manufacturer seharusnya memiliki bergaining yang lebih tinggi dibandingkan dengan supplier karena pihak manufacturer-lah yang menentukan jenis bahan baku yang digunakan dengan harga yang disesuaikan dengan kemampuannya, namun tetap mengedepankan proses produksi yang higienis dan membuat produk yang berkualitas.

3. Distributor : merupakan pihak yang bertanggung jawab mengirimkan barang, baik berupa bahan mentah dari supplier menuju manufacturer, maupun produk jadi dari manufacturer menuju gudang-gudang di luar daerah. Kehandalan dalam pengiriman menentukan kualitas produk.

4. Wholeseller : merupakan pihak yang membeli produk dalam jumlah yang besar dari manufacturer untuk berikutnya dijual ke pengecer atau langsung ke konsumen.

Biasanya mark up harga paling besar ada dirantai ini, pemilik modal lebih memilih menjadi wholeseller dari pada menjadi manufacturer karena margin laba yang lebih menjanjikan.

5. Konsumen : merupakan pembeli akhir, yaitu pengguna produk.

Identifikasi hambatan pada setiap rantai

Dalam setap rantai, terdapat banyak hambatan yang harus dapat diselesaikan demi kelancaran sistem rantai pasok. Berikut adalah identifikasi hambatan yang sering terjadi pada setiap rantai :

1. Suppliers :

a. Tidak dapat memenuhi order b. Kehabisan stock

c. Tidak dapat memenuhi spesifikasi bahan baku yang diinginkan manufacturer d. Permintaan barang dari manufacturer tidak menyebutkan spesifikasi yang

jelas

e. Menyediakan bahan baku yang dibeli dari perusahaan besar 2. Manufacturers :

a. Bahan baku yang datang tidak memenuhi kualitas b. Barang yang datang tidak memenuhi spesifikasi c. Sangat tergantung pada pemasok insidental d. Kerusakan mesin

e. Kelelahan pegawai

f. Elemen-elemen produk berserakan

(5)

h. Tidak dapat memenuhi permintaan yang mendadak i. Sulit menentukan standarisasi produk

3. Distributors :

a. Keterlambatan pengiriman barang dari suppliers b. Keterlambatan pengiriman barang dari manufacturer c. Tidak tersedianya alat angkut yang memadahi d. Alat angkut / transportasi / crane sering rusak e. Kondisi lalulintas yang tidak dapat diprediksi

f. Tidak memberikan garansi untuk kerusakan barag saat pengiriman 4. Wholeseller :

a. Mark up harga yang besar membuat harga barang menjadi mahal b. Melakukan labelling sendiri

c. Merupakan decoupeling point dari banyak manufacturer 5. Konsumen :

a. Permintaan yang bervariasi dalam jumlah sedikit menyulitkan manufacturer memproduksinya

b. Sulit diprediksi kecenderunganya karena daur hidup produk yang semakin menurun

c. Selalu menginginkan produk dengan harga yang terjangkau namun berkualitas tinggi

Identifikasi strategi rantai pasok

Pemilihan pemasok merupakan hal yang penting dalam keberlangsungan sebuah usaha, terutama untuk UMKM. Dalam hal ini UMKM bisa berada pada posisi sebagai supplier, manufacturer, distributor, maupun sebagai wholeseller. Keempat pihak dalam sistem rantai pasok ini, semuanya berstatus UMKM. Yang dibahas dalam penelitian ini adalah UMKM yang berada pada rantai manufacturer. Berikut adalah identifikasi strategi rantai pasok yang diterapkan oleh UMKM pada posisi rantai manufacturer ditinjau dari jenis produk yang dihasilkan :

1. UMKM pengolah makanan dan minuman :

Berikut strategi rantai pasok dari UMKM pengolah makanan dan minuman a. Makanan dan minuman dengan jangka waktu kadaluwarsa kurang dari

seminggu

Supplier : petani

Supplier : peternak

Supplier : pembudidaya

Retailer : pasar tradisional

Wholeseller : supermarket

Manufacturer : restoran, warung,

produk dalam kemasan

Konsumen

(6)

b. Makanan dan minuman ringan dalam kemasan dengan jangka waktu kadaluwarsa lebih dari seminggu sampai sebulan, seperti kue-kue basah

c. Makanan dan minuman ringan dalam kemasan dengan jangka waktu kadaluwarsa lebih dari 3 bulan

2. UMKM penghasil kerajinan kayu, kulit dan tanaman

Contoh UMKM penghasil kerajinan kayu adalah pembuat meja, kursi dari kayu sengon atau kayu jati, sedangkan UMKM pembuat kerajinan kulit biasanya memproduksi wayang atau kaligrafi, dan UMKM mengolah tanaman untuk kerajinan yaitu tanaman enceng gondok untuk kerajinan tas, dan batok kelapa untuk manik-manik perhiasan, dan sovenir pernikahan. Gambar berikut mengilustrasikan karakteristik UMKM penghasil kerajinan kaju, kulit, dan tanaman.

3. UMKM pembuat pakaian dan alas kaki

UMKM Manufacturer pembuat pakaian dan alas kaki biasanya membeli bahan baku dan bahan-bahan pembantu maupun bahan pendukungnya dari industri

Supplier : skala kecil dan

menengah

Gambar 3. Strategi rantai pasok UMKM makanan dan minuman dengan jangka waktu kadaluwarsa antara seminggu sampai sebulan

Gambar 4. Strategi rantai pasok UMKM makanan dan minuman dengan jangka waktu kadaluwarsa lebih dari sebulan

Supplier :

Retailer : distro, dan galeri kerajinan tangan

Konsumen

(7)

besar, misalnya industri kain mori, kain katun, benang, dan pewarna tekstil. UMKM jenis ini keberlanjutan usahanya sangat bergantung pada kondisi industri besar. Berikut adalah ilustrasi model strategi rantai pasoknya :

4. UMKM pengolah logam dan kerajinan dari logam

UMKM pengrajin logam dibagi menjadi 4 jenis, yaitu pembuat perhiasan berbahan dasar logam, pembuat peralatan dapur, pertanian dan pertukangan, dan UMKM pembuat onderdil kendaraan bermotor dengan mesin sederhana seperti gerinda, dan mesin bubut, serta UMKM logam pembuat lemari, etalase toko, dan pagar teralis logam. Dibawah ini adalah gambar strategi rantai pasok untuk masing-masing jenis UMKM pengolah logam dan kerajinan dari logam :

a. Membuat perhiasan berbahan dasar logam

b. Membuat peralatan dapur, pertanian, dan pertukangan

c. Pembuat onderdil kendaraan bermotor Supplier :

Gambar 6. Strategi rantai pasok UMKM pembuat pakaian dan alas kaki

Supplier :

Gambar 7. Strategi rantai pasok UMKM pembuat pakaian dan alas kaki

Supplier :

Gambar 8. Strategi rantai pasok UMKM pembuat dapur, pertanian, dan pertukangan

Supplier :

(8)

d. Pembuat lemari, etalase toko, dan pagar teralis logam

Model resiliensi rantai pasok UMKM

Resiliensi diartikan sebagai langkah adaptasi untuk bertahan pada situasi sulit, dalam hal ini UMKM untuk mempertahankan keberlangsungan usahanya dituntut untuk beradaptasi sering berbagai permasalahan eksternal yang dihadapi, seperti tingkat inflasi, perubahan teknologi, perubahan selera konsumen, dan kelangkaan bahan baku. Persaingan harga tidak dapat dihindari, konsumen semakin selektif dalam memilih produk dengan selisih harga namun menyediakan manfaat yang sama. Berikut adalah peta model resiliensi strategi rantai pasok UMKM menurut jenis produk yang dihasilkan:

1. Strategi resiliensi ke hilir : UMKM menerapkan strategi resiliensi rantai pasok dengan cara mempererat hubungan dengan pe-retail maupun konsumennya. Customer relationship management merupakan knowledge base yang harus dipahami dan diterapkan oleh pelaku UMKM.

Mengumpulkan segala bentuk interaksi dengan pe-retail dan konsumen merupakan hal yang mutlak dilakukan, baik saran tentang perbaikan kualitas produk, maupun mengenai kemasan dan penentuan harga.

Memperluas jaringan toko atau pe-retail yang menjual produk dari UMKM ditunjang dengan pemanfaatan media-media sosial untuk menjual produk akan meningkatkan penjualan dan lebih jauh membuat pelanggan menjadi loyal. 2. Strategi resiliensi ke hulu : UMKM menerapkan strategi resiliensi rantai pasok

dengan cara mempererat hubungan dengan para pemasoknya. Konsep yang populer dalam konteks ini adalah Supplier relationship management, yaitu mengelola hubungan baik dengan pemasoknya, baik pemasok bahan baku, bahan pembantu, maupun komponen-komponennya.

Hal ini sangat penting dalam menjaga komitmen bersama mengenai kualitas. Bahan baku yang berkualitas sangat menentukan nilai dari produk akhir yang dijual kepada konsumen. Dengan proses pengadaan bahan yang lancar, manfaat-manfaat lain akan diperoleh, seperti kepastian ketersediaan bahan, kepastian harga bahan, dapat lebih menfokuskan diri pada inovasi produk meskipun bahan-bahan yang digunakan sama.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Mengelola aliran barang, aliran uang, dan aliran informasi secara akurat merupakan tujuan utama dalam mengimplementasikan strategi resiliensi rantai pasok UMKM di Propinsi Jawa Timur. Adapun strategi resiliensi rantai pasok ada 2 macam, yaitu strategi resiliensi ke hilir dan strategi resiliensi ke hulu.

Pemilihan strategi resiliensi yang tepat dapat membantu UMKM di Jawa Timur lebih fokus pada tujuannya. Ditinjau dari jenis produknya, maka strategi resiliensi ke

Supplier : importir

produk alumunium,

dan besi batangan

Distributor berbagai wilayah seperti

surabaya, jombang, nganjuk

Manufacturer : Pembuat lemari, etalase toko, dan pagar

teralis besi

Retailer : toko-toko dan distro

Konsumen

(9)

hilir lebih tepat diterapkan oleh UMKM pembuat makanan minuman dan UMKM pembuat pakaian dan alas kaki, karena daur hidup produk yang sangat cepat, era fashion pada masa tertentu dapat berubah dengan cepat dan selera konsumen selalu mengikuti perubahan tersebut.

UMKM pembuat kerajinan kayu, kulit, dan tanaman juga sangat tepat menerapkan strategi resiliensi ini, karena melalui media sosial dapat memperluas area pemasaran dan kesempatan memperkenalkan produk-produk kerajinan diluar negeri sangat terbuka.

Sedangkan pemilihan strategi resiliensi ke hulu sangat tepat diterapkan oleh UMKM pengolah logam, karena pasar sudah terbentuk, namun pengadaan bahan bakunya sulit, karena impor dengan fluktuasi nilai tukar yang tidak menentu.

DAFTAR PUSTAKA

Dwiartama, Angga. (2016). “Membangun Kerangka Teoretis untuk Memahami Resiliensi Sistem Pertanian Pangan di Indonesia.” Lembaga Penelitian Sosial AKATIGA, Manajemen Sumber Daya Hayati, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, ITB : Bandung. [Online] diakses tanggal 10 Maret 2017 tersedia di

https://dwiartama.files.wordpress.com/2016/08/makalah_angga_akatiga.pdf

Haizer, J., & Render, B., (2014). Manajemen Operasi. Edisi Sebelas. Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.

Hamidin, Dini, Yunani, Akhmad, Zakish, Azizah, 2013. “Penciptaan Kolaborasi Pada Manajemen Rantai Pasok UKM.” [Online] diakses tanggal 10 Maret 2017 tersedia di: http://jp.feb.unsoed.ac.id/index.php/sca-1/article/viewFile/276/281.

Hayati, Enty Nur. (2014). “Supply Chain Management (SCM) dan Logistic Management”. Jurnal Dinamika Teknik. Vol. 8 No. 1 Januari 2014 h. 25-34. ISSN : 1412-3339. [Online] diakses tanggal 15 Maret 2017 tersedia di

https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/ft1/article/view/3039

Henver, A., March, S., Park, J., & Ram. S., ( 2004). Design Science in Information Systems Research. MIS Quarterly.

Holling, C.S., Gunderson, L.H. (2002). “Resilience and Adaptive Cycles”. In L.H Gunderson & C.S Holling (Eds.). Panarchy : Understanding Transformations in Human and Natural Systems. Washington : Island Press.

Walker, B., Holling, C., Carpenter, S.R., & Kinzing, A. (2004). Resilience, Adaptability And Transformability in Social-ecological Systems, Ecology dan Society, Vol. 9 No. 2. Pp. 5.

BIODATA

Penulis lahir di Kediri, 18 April 1985 merupakan staf pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri. Telah menyelesaikan Pendidikan Pascasarjana program Doktor di Universitas Negeri Malang. Bidang konsentrasi penulis adalah Manajemen Operasional dan Operations Research.

Beberapa artikel yang sudah pernah dimuat dalam jurnal ilmiah dan dipresentasikan dalam sesi Call for Paper antara lain berkaitan dengan pengendalian kualitas dan pengukuran produktifitas kerja UMKM.

Gambar

Gambar 1. Alur penelitian
Gambar 2. Strategi rantai pasok UMKM makanan dan minuman dengan jangka waktu kadaluwarsa kurang dari seminggu
Gambar 5. Strategi rantai pasok UMKM penghasil kerajinan kayu, kulit, dan tanaman
Gambar 6. Strategi rantai pasok UMKM pembuat pakaian dan alas kaki
+2

Referensi

Dokumen terkait

• Setiap thn + 15 juta remaja (15-19 tahun) melahirkan, 4 juta aborsi, hampir 100 juta PMS yg dpt disembuhkan, + 7000 remaja terinfeksi HIV/hr Æ dipengaruhi o/ tuntutan kawin

Dengan adanya inventarisasi data luasan atau kerapatan dan perubahan ekosistem mangrove dengan pemanfaatan teknologi Sistem informasi Geografis menggunakan data

Berdasarkan hasil penelitian keragaman menu, harga, dan citra merek mempunyai pengaruh positif secara simultan (bersama-sama) terhadap keputusan pembelian Restoran

INOVASI PRODUK CINCAU HIJAU DENGAN KUAH JAHE DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN LOKAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

(ekstrak etanol kelopak bunga rosella dan daun bawang kucai 250:55 mg/Kg BB mempunyai efek menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida paling tinggi dibandingkan

Salah satu sifat yang istimewa dari geometri proyektif ialah prinsip dualitasnya (principle of duality) yang menyatakan, bahwa dalam bidang proyektif setiap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan saintifik, keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan yaitu aktivitas guru pada siklus I pertemuan

Bahkan akan berdampak pada investasi diluar pengeluaran pemerintah, karena untuk meningkatkan PAD-nya mau tidak mau pemerintah daerah harus menggenjot pendapatan