• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pemanfaatan RBD-Palm Olein dari Hasil Epoksidasi sebagai Sumber Poliol dalam Pembuatan Poliuretan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pemanfaatan RBD-Palm Olein dari Hasil Epoksidasi sebagai Sumber Poliol dalam Pembuatan Poliuretan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit merupakan salah satu bahan baku utama minyak

goreng. Minyak sawit terutama dikenal sebagai bahan mentah minyak dan lemak

pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening,

margarine, dan minyak makan lainnya. Minyak sawit mengandung asam lemak

jenuh dan asam lemak tidak jenuh yang ikatan molekulnya mudah dipisahkan

dengan alkali, sehingga mudah dibentuk menjadi produk untuk berbagai

keperluan, seperti untuk pelumas “cold rollet” dalam berbagai proses industri dan

“flexing agent” dalam berbagai tekstil. Dengan kandungan kadar karoten yang

tinggi, minyak sawit merupakan sumber provitamin A yang murah dibanding

dengan bahan baku lainnya ( Awang,B.,1996 ).

Minyak termasuk golongan lipid (netral) berupa lemak yang berwujud cair

pada suhu kamar 25oC. Minyak merupakan trigliserida (triasil gliserol) dari

gliserol dan berbagai asam lemak (Winarno,1997).

2.2 Komposisi kimia minyak kelapa sawit

Komponen utama minyak dan lemak adalah trigliserida sedangkan

komponen non-trigliserida adalah berupa asam lemak bebas, air, kotoran dan

komponen lain yang tidak diharapkan. Adapun komposisi dari asam lemak dalam

(2)

Tabel 1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit

Asam Lemak Minyak kelapa sawit (%) Minyak inti sawit (%)

Asam Kaprilat - 3-4

Asam Kaproat - 3-7

Asam Laurat - 46-52

Asam Miristat 1,1-2,5 14-17

Asam Palmitat 40-46 6,5-9

Asam Stearat 3,6-4,7 1-2,5

Asam Oleat 39-45 13-19

Asam linoleat 7-11 0,5-2

Sumber: (Ketaren, 1986)

2.3 Minyak goreng

Minyak goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih,

dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh

titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak

diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Hidrasi gliserol

akan membentuk aldehida tidak jenuh atau akrolein tersebut. Makin tinggi titik

asap makin baik minyak goreng itu. Titik asap suatu minyak goreng tergantung

dari kadar gliserol bebas. Minyak yang telah digunakan untuk menggoreng titik

aspnya akan turun, karena telah terjadi hidrolisis molekul lemak. Karena itu

(3)

pada suhu yang tidak terlalu tinggi ( suhu penggorengan 177oC - 221oC ) (F.G

Winarno, 2004).

2.3.1 Prose PengolahanRBD-Palm Olein

Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) adalah minyak sawit yang telah mengalami proses penyulingan pada tahap deodorizing untuk menghilangkan asam lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna

dan penghilangan bau. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak goreng

sawit dimulai dari proses pengolahan tandan buah segar menjadi crude palm oil

(CPO).

Setelah kelapa sawit berubah menjadi CPO, maka proses selanjutnya

adalah mengolah CPO menjadi minyak goreng sawit. Secara garis besar proses

pengolahan CPO menjadi minyak goreng sawit, terdiri dari dua tahap yaitu tahap

pemurnian (refinery) dan pemisahan (fractionation). Tahap pemurnian terdiri dari penghilangan gum (degumming). Pemucatan (bleaching) dan penghilangan bau (deodorization). Tahap pemisahan terdiri dari proses pengkristalan (crystalization) dan pemisahan fraksi. Pada proses ini terjadi pemanasan CPO untuk

mempermudah pemompaan CPO ke tangki berikutnya.. Hasil dari proses ini

disebut DPO (Degummed Palm Oil).

DPO yang dihasilkan dari proses degumming dipompa menuju dryer

dengan kondisi vakum. Setelah dari dryer, DPO dipompakan ke reaktor yang

terlebih dahulu melewati static mixer kemudian turun ke slurry tank. Di dalam

slurry tank, terjadi pemanasan lagi sampai temperatur 90-120°Cdan penambahan H3PO4dan CaCO3.Slurry Oildarislurry tankakan mengalir turunbleacher. Dari

(4)

dari filtrasi ini adalah DBPO (Degummed Bleached Palm Oil) yang selanjutnya dialirkan keintermediate tank(tangki siwang) untuk tahapdeodorizing.

DBPO yang berasal dari tangki siwang dialirkan menuju ke deaerator.

Dari deaerator, DBPO dipompakan ke Spiral Heat Exchanger (SHE). Dalam proses ini terjadi penambahan panas dengan temperatur 185-200°C. Dari SHE

minyak dialirkan ke flash vessel turun ke packed column. Setelah dari packed column, minyak dialirkan menuju deodorize. Dalam proses ini terjadi penghilangan zat-zat yang dapat menimbulkan bau seperti keton dan aldehid

dengan pemanasan pada temperatur 240-265°C. DBPO yang sudah hilang baunya

dipompakan kembali ke SHE untuk mengalami pertukaran panas. Dalam hal ini

minyak sudah dalam bentuk RBDPO (Refined Bleached Palm Oil). RBDPO kemudian mengalami pertukaran panas lagi dengan CPO pada PHE. Dari PHE,

RBDPO dialirkan ke Plate Cooler Water (PCW) selanjutnya RBDPO difiltrasi. Kemudian di analisa di laboratorium, jika sesuai dengan spesifikasi maka RBDPO

bisa dialirkan langsung ke tangki penampungan atau ke tangki kristalisasi sesuai

dengan kualitasnya untuk diproses pada tahap fraksinasi (Iyung, 2008).

2.4 Oleokimia

Oleokimia pada dasarnya merupakan cabang ilmu kimia yang

mempelajari trigliserida yang berasal dari minyak dan lemak menjadi asam

lemak dan gliserin serta turunan asam lemak baik dalam bentuk ester,

amida, sulfat, sulfonat, alkohol, alkoksi, maupun sabun.

Pada saat ini industri oleokimia masih berbasis kepada

minyak/trigliserida sebagai bahan bakunya. Asam lemak bersama-sama dengan

(5)

bahan baku untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam lemak ini mudah

dijumpai dalam minyak masak (minyak goreng), margarin, atau lemak hewan dan

menentukan nilai gizinya.

Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang

terhidrolisis) maupun yang terikat dengan gliserida (Tambun, 2006).

2.5 Penggunaan Oleokimia Dalam Industri Polimer

Turunan lemak dan minyak dalam industri polimer dapat dimanfaatkan

sebagai monomer pembentuk bahan polimer maupun sebagai bahan tambahan

untuk memperbaiki sifat polimer tersebut, termasuk memperbaiki permukaan

maupun memperkuat ketahanan polimer. Asam lemak tidak jenuh seperti oleat

(C18:1), linoleat (C18:2), maupun risinoleat (C18:1-OH) telah dikembangkan

untuk dioksidasi menjadi asam azelat (Reck,1984; Brahmana,1994).

Demikian juga dari asam lemak tidak jenuh melalui oksidasi dapat

dihasilkan senyawa poliol yang banyak digunakan sebagai monomer pembentuk

polimer seperti poliester, polieter, dan poliuretan. Sebagai bahan tambahan

penggunaan oleokimia dapat digunakan sebagai : slip agent, pelumas, plastisizer

dan stabilizer, anti static agent, katalis dan emulsifier (Reck,1984).

2.6 Polimer

Polimer yang memiliki kestabilan termal dan oksidasi istimewa, dipakai

dalam aplikasi-aplikasi ruang angkasa berkinerja tinggi. Polimer juga digunakan

untuk aplikasi medis yang penggunaanya sangat luas, seperti benang jahitan

(6)

buatan. Polimer konduktif merupakan polimer-polimer yang memperlihatkan

konduktivitas listrik yang sebanding dengan konduktivitas logam-logam (Steven,

2001).

Reaksi kimia yang terjadi diantara dua molekul merupakan proses

pembentukan atau pemecahan satu atau lebih ikatan kimia yang terdapat pada

suatu senyawa kimia. Reaksi polimerisasi berbeda dengan reaksi sintesis pada

umumnya, karena pada polimerisasi molekul-molekul yang bereaksi harus

mempunyai dua atau lebih gugus fungsi. Pada dasarnya reaksi polimerisasi dapat

dikelompokkan menjadi dua golongan besar, yaitu reaksi polimerisasi adisi dan

polimerisasi kondensasi.

Polimerisasi adisi yang paling dikenal adalah reaksi pada senyawa yang

mengandung ikatan karbon rangkap dua (umunya dikenal dengan polimerisasi

vinil) polimerisasi adisi dapat dibagi menjadi tiga tahap :

a. Inisasi (pemicuan)

Inisiasi

BF3+ H2O BF3.H2O

BF3.H2O + H3C C

CH3

CH2 H

3C C

+ CH3

CH3 + (BF3OH)

(7)

-b. Propagasi (perambatan)

c. Terminasi (pengakhiran)

Gambar 2.6.1 Reaksi polimerisasi adisi

Karena polimerisasi ini menggunakan bahan baku senyawa ikatan rangkap dua,

maka polimerisasi adisi selanjutnya dapat melalui radikal bebas atau melalui ion

(8)

Polimerisasi kondensasi adalah reaksi yang terjadi antara dua molekul

bergugus fungsi dua atau lebih dan menghasilkan satu molekul besar serta

molekul kecil seperti air. Sebagai contoh reaksi pembuatan poliester Dacron,

reaksi berasal dari polimerisasi antara etilena glikol dan metil terefalat

(Riswiyanto, 2009).

nHO CH2CH2 OH + nH3CO

C O

C O

OCH3

H O CH2CH2 O C O

C O

O CH3

n

+ n CH3OH

Gambar 2.6.2 Reaksi sintesis polimer

Sintesis polimer melalui polimerisasi bertujuan menciptakan polimer baru

dengan struktur rantai tertentu sehingga menghasilkan bahan polimer dengan

karakteristik dan sifat mekanis yang diinginkan. Penerapan bahan polimer

kesegala kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan

papan memerlukan berbagai standart mutu bahan polimer dari polimer komoditas,

sampai bahan polimer teknik, dan polimer khusus. Penyediaan berbagai mutu

bahan polimer ini tidak dapat dipenuhi bila hanya digunakan cara polimerisasi,

(9)

baru melalui reaksi polimer lainnya atau senyawa aditif berbobot molekul rendah

(Wirjosentono,dkk,1995).

2.7 Epoksidasi

Epoksidasi asam lemak adalah reaksi antara ikatan rangkap karbon-karbon

yang terdapat di dalam asam lemak tidak jenuh dengan oksigen aktif. Proses ini

menghasilkan penambahan atom oksigen sehingga merubah ikatan rangkap

tersebut menjadi cincin epoksi (oksiran).

Pada umumnya, epoksidasi minyak menggunakan hidrogen peroksida

sebagai pereaksi. Sifat hidrogen peroksida sebagai oksidator tidak cukup kuat

sehingga ditransformasi ke bentuk yang lebih aktif (asam peroksi) (Guenther

et al.,2003).

R C OH

O

+ H2O2 R C O OH

O

+ H2O Asam karboksilat peroksida asam ferformat air

R C O OH

O

asam ferformat

+ C C

H H

C C

O

+

R C OH

O

Asam karboksilat

Olefin epoksida

(10)

Metoda epoksidasi bervariasi tergantung pada keadaan reaktan dan katalis

yang digunakan. Untuk memproduksi epoksida dari tipe molekul yang memiliki

ikatan rangkap, metoda yang dapat digunakan diantaranya:

a. Epoksidasi dengan asam perkarboksilat (Guenther et al.,2003) yang

dapat memakai katalis asam atau enzim (Klass dan Warwel,1999;

Rios et al.,2005).

b. Epoksidasi dengan peroksid organik dan anorganik yang

menggunakan katalis logam transisi (Sharpless et al., 1983).

c. Epoksidasi dengan halohidrin dikatalis oleh asam hipohalous

(HOX) dan garamnya.

d. Epoksidasi dengan oksigen molekuler (Guenther et al., 2003).

Dari empat metoda diatas, epoksidasi dengan asam perkarboksilat

banyak dikembangkan untuk dihasilkan proses yang bersih dan

efisien (Dinda et al., 2007).

Epoksidasi minyak nabati merupakan hal yang penting dan sangat

berguna terutama dalam hal sebagai stabilisator dan plastisasi bahan polimer.

Berdasarkan pada kereaktifan yang tinggi dari cincin oksiran epoksida juga

dapat dimanfaatkan sebagai zat antara untuk berbagai jenis bahan kimia yaitu

alkohol, glikol, alkanolamin, senyawa karbonil, senyawa olefin, dan polimer

seperti poliester, dan poliuretan (goud, dkk, 2002).

Ester terepoksidasi mempunyai densitas yang lebih tinggi dan volatilitas

yang lebih rendah serta lebih tahan terhadap oksidasi. Epoksidasi

meningkatkan stabilitas oksidatif termal dan mengurangi laju peningkatan angka

(11)

Suhu reaksi epoksidasi lebih sering diatur pada 30 dan 140oC. Reaksi

epoksidasi dapat dilakukan secara batch, semi-kontinyu, atau kontinyu (Escrig,

Pilar De Frutos et. al, 1998).

2.8 Poliol

Poliol merupakan senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil lebih

dari satu dan dalam industri material sangat luas digunakan baik sebagai bahan

pereaksi maupun addtive. Senyawa poliol dapat diperoleh langsung di alam seperti amilum, selulosa, sukrosa, lignin, ataupun olahan industri kimia. Poliol

dari minyak nabati telah banyak dikembangkan untuk dapat menggantikan

petroleum berbasis poliol dalam pembuatan poliuretan dan poliester, juga telah

banyak digunakan sebagai bahan pemelastis dalam matriks polimer untuk

menghasilkan suatu material, demikian juga sebagai pelunak maupun pemantap

yang bertujuan agar diperoleh kekerasan dan kelunakan tertentu sehingga material

tersebut mudah dibentuk ke berbagai jenis barang sesuai kebutuhan

(Andreas,dkk.,1990; Narrine,dkk.,2007).

Sebagai bahan poliol tersebut dari sumber minyak nabati dikembangkan

melalui transformasi terhadap ikatan π pada asam lemak tidak jenuh, baik sebagai

trigliserida maupun bentuk asam lemak dan juga bentuk alkil asam lemak melalui

berbagai proses kimia seperti ozonolisis, epoksidasi, hidroformulasi, dan

metatesis (Gua, dkk, 2002).

Beberapa minyak nabati diupayakan dalam pembuatan poliol dengan

memanfaatkan asam lemak tidak jenuh terutama oleat (C18:1), linoleat (C18:2),

linolenat (C18:3). Seperti halnya pembuatan poliol dari minyak kacang kedelai

(12)

katalitik dan dihasilkan komposisi gliserida yang baru, yang mana komponen

utamanya adalah 2-hidroksi nonanoat dari gugus hidroksil yang baru. Senyawa

yang terbentuk dalam trigliserida berupa campuran mono, di dan tri trigliserida

yang memiliki gugus hidroksi (Trans,dkk,2005).

Epoksidasi asam lemak tidak jenuh baik sebagai trigliserida, asam lemak

bebas maupun dalam bentuk alkil ester asam lemak yang dilanjutkan hidrolisis

juga telah banyak dilakukan untuk menghasilkan senyawa poliol, seperti halnya

epoksidasi asam oleat dengan asam ferformat yang dilanjutkan hidrolisis

menghasilkan asam 9,10-dihidroksi stearat (Swern,dkk,1982).

Epoksidasi terhadap minyak kacang kedelai degan asam ferformat yang

komposisi utamanya sebagai trigliserida asam oleat, linoleat, dan linolenat dimana

epoksida yang terbentuk diikuti hidrolisis untuk membentuk poliol turunan

minyak kedelai (Godoy,dkk,2007).

2.9 Isosianat

Isosianat merupakan monomer yang utama dalam pembentukan

poliuretan. Isosianat memiliki reaktifitas yang sangat tinggi, khususnya dengan

reaktan nukleofilik. Reaktifitas gugus sianat (-N=C=O) ditentukan oleh sifat

positif dari atom karbon dalam ikatan rangkap komulatif yang terdiri dari N, C,

dan O.

Pada dasarnya kumpulan R-N=C=O mempunyai kemampuan untuk

bereaksi dengan berbagai senyawa khususnya yang mengandung gugus nukleofil

seperti air, amina, alkohol, dan asam lemak. Isosianat memiliki dua sisireaktif

(13)

dengan senyawa yang mengandung gugus hidroksil baik yang bersifat alifatis,

siklik, maupun gugus aromatik.

Dalam pembentukan poliuretan sangat penting untuk memilih isosianat

yang sesuai untuk bereaksi dengan poliol karena akan dapat menentukan hasil

akhir seperti biuret, urea, uretan, dan alopat. Isosianat dapat bereaksi dengan

alkohol membentuk karbamat, dengan air membentuk urea dan gas CO2, dengan

amina membentuk urea, dengan urean membentuk uretan dengan isosianat sendiri

(Hepburn,1991;Randal dan Lee,2002).

Poliuretan sering disebut poliisosianat, gugus isosianat, -NCO, merupakan

gugus yang sangat reaktif dan dapat membentuk uretan dengan alkohol (Gambar

2.9.1):

Gambar 2.9.1 Reaksi pembentukan uretan dari isosianat dan alkohol

Reaksi yang melibatkan monomer-monomer pada pembentukan poliuretan yaitu

gugus sianat N=C=O dan gugus–OH (Gambar 2.2):

(14)

R NH C

OR O

R N C O + R' OH

Isosianat Poliol Uretan

Gambar 2.9.2. Reaksi pembentukan monomer poliuretan

Seperti poliamida, poliuretan, dapat mengalami ikatan hidrogen.

Poliuretan mempunyai sifat yang sama dengan nilon, tetapi karena sukar diwarnai

dan titik lelehnya lebih rendah, polimer ini pada awalnya tidak banyak

diperdagangkan akan tetapi, terjadi kemajuan pesat pada kimia poliuretan yang

menghasilkan busa, elastomer, pelapis permukaan, serat, dan perekat poliuretan.

Poliuretan yang terbentuk juga dapat berupa foam (busa), walaupun

berasal dari berbagai sampel poliol yang berbeda. Poliuretan jenis ini lebih keras

dibandingkan dengan poliuretan yang lain. Dengan direaksikan melalui isosianat

akan terbentuk banyak uretan, yang kemudian akan diperiksa sifatnya. Salah satu

kegunaan poliuretan foam dapat digunakan sebagai busa (Ulrich, 1982).

Mekanisme reaksi isosianat dengan kumpulan hidroksil ditentukan

menurut reaktivitas kumpulan hidroksil itu sendiri. Adapun reaksi secara umum

isosianat, yaitu :

1. Reaksi isosianat dengan poliol

2. Reaksi isosianat dengan air

R N C O

Isosianat

+ H2O R

H

N C

OH

O

RNH2 + CO2

(15)

3. Reaksi isosianat dengan amina lebih jauh melalui perbandingan reaksi senyawa kandungan hidrogen aktif (Doyle, 1971).

4. Dengan adanya kelebihan isosianat, atom hidrogen dari uretan akan bereaksi dengan isosianat untuk membentuk suatu rantai alopanat

(16)

2.10 Poliuretan

Poliuretan umumnya di singkat dengan PU merupakan senyawa polimer

yang penyusun rantai utamanya adalah gugus uretan (-NHCOO-). Poliuretan

merupakan jenis polimer yang mudah disesuaikan dengan penggunaanya serta

sukar disamai polimer lain seperti kekuatan regangan, kekerasan, ketahanan

gesekan, dan ketahanan pelarut. Sifat-sifat yang dimiliki oleh poliuretan

menjadikan bahan ini sangat berpotensi dalam berbagai industri

(Dombrown,1957).

Poliuretan memiliki kekakuan, kekerasan, serta kepadatan yang amat

beragam. Beberapa jenis poliuretan yang diperdagangkan dan sangat sesuai

dengan penggunaanya, diantaranya :

a. Busa fleksibel (fleksible foam), berdensitas (kepadatan) rendah yang digunakan dalam bantalan menahan lenturan.

b. Busa kaku (rigid foam), berdensitas rendah yang digunakan untuk isolasi termal dan dasboard pada mobil

c. Elastomer, bahan padat yang empuk sering digunakan untuk

bantalan gel dan penggiling cetakan

d. Plastik padat, sering digunakan sebagai bagian struktural dan bahan

instrumen elektronik.

Poliuretan digunakan secara meluas dalam sandaran busa fleksibel berdaya

lenting (daya pegas) tinggi, panel isolator busa yang kaku, segel busa

mikroseluler, gasket roda, ban yang tahan lama, segel dan lem berkinerja tinggi

(17)

Umumnya bahan-bahan alam yang dimiliki dua atau lebih gugus hidroksil

dapat digunakan sebagai sumber poliol. Baik sebagai inisator yang digunakan

sebagai pemuai, serta berat molekulpoliol sangat mempengaruhi keaadan fisik dan

sifat fisik polimer poliuretan. Karakteristik poliol yang sangat penting adalah pola

struktur molekulnya, berat molekul, persen gugus hidroksi utama, fungsionalitas

dan viskositas. Sebagai sumber poliol belakangan ini banyak digunakan dari hasil

transformasi minyak nabati dengan memanfaatkan masing-masing asam lemak

tidak jenuh yang dikandungnya. Minyak nabati sebagai trigliserida dibentuk

menjadi turunannya seperti metil ester asam lemak tidak jenuh dapat diepoksidasi

yang dilanjutkan hidrolisis menjadi poliol (Goud, dkk, 2006).

Secara umum untuk menghasilkan poliuretan dengan isosianat dilakukan

melalui tahapan berikut : tahap awal adalah pemanasan dan pengadukan dari

senyawa poliol atau poliol dengan bahan aditif dalam kondisi inert (menggunakan

N2). Berikutnya adalah pencampuran dengan senyawa diisosianat (jumlah

pemakaian dihitung berdasarkan rasio OH/NCO) diikuti dengan pengadukan dan

pemanasan dimana hasil reaksi yang terbentuk dalam keadaan viskos segera

dituangkan kedalam cetakan, yang umum digunakan adalah teflon yang diberi

bahan surfaktan seperti silikon. Poliuretan yang terbentuk dikeringkan dalam

vakum desikator dan pemanasan pada oven dengan suhu 60 – 100oC dilanjutkan penyimpanan hasil pada suhu kamar (Narine,2007).

Hasil polimerisasi dua jenis monomer pada pembentukan poliuretan

(poliol dengan isosianat) dapat dilanjutkan dengan pemberian bahan-bahan

(18)

foam, untuk menghasilkan busa pada saat proses diberikan bahan pembentuk busa

(blowing agent) seperti hidrokloroflorokarbons, hidroflorokarbons, hidrokarbons, dan lain-lain (Randal dan Lee,2002).

2.11 Spektrofotometri Inframerah

Spektrofotometri infra-merah adalah sangat penting dalam kimia modern,

terutama dalam bidang kimia organik. Ia merupakan alat rutin dalam penemuan

gugus fungsional, pengenalan senyawa, dan analisa campuran. Kebanyakan

gugus, seperti CH, O-H, C=N, dan C=N, menyebabkan pita absorpsi infra-merah,

yang berbeda hanya sedikit dari satu molekul ke yang lain tergantung pada

substituen yang lain (Day dan Underwood,1990).

Pancaran infra-merah pada umumnya mengacu pada bagian spektrum

elektromagnet yang terletak di antara daerah tampak dan daerah gelombang

mikro. Bagi kimiawan organik, sebagian besar kegunaannya terbatas di antara

4000 cm-1 dan 666 cm-1 (2,5 –15,0 µm). Akhir-akhir ini muncul perhatian pada daerah infra-merah dekat, 14.290 – 4000 cm-1 (0,7 – 2,5 µm) dan daerah

infra-merah jauh, 700–200 cm-1 (14,3–50 µm) (Silverstein, dkk., 1986).

Spektrofotometri infra-merah juga digunakan untuk penentuan struktur,

khususnya senyawa organik dan juga untuk analisis kuantitatif, seperti analisa

kuantitatif pencemaran udara, misalnya karbon monoksida dalam udara dengan

Gambar

Tabel 1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa
Gambar 2.6.1 Reaksi polimerisasi adisi
Gambar 2.6.2 Reaksi sintesis polimer
Gambar 2.7. Reaksi epoksidasi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Agribisnis Ternak Unggas Pedaging 420.. Agribisnis Ternak Unggas

yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik, (5) pemberi.. bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat,

bahwa sehubungan dengan adanya perubahan Susunan Personalia Tenaga Kerja Sukarela Otonom (TKS-O) Program Community Development Mengentaskan Kemiskinan

Pendidikan berperan bukan hanya merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetap lebih luas lagi sebagai pembudayaan (enkulturisasi) yang tentu saja hal

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Kelompok Kerja dan

Adanya disipilin diri, terutama dalam hal belajar dan bekerja, akan memudahkan kelancaran belajar dan bekerja, karena dengan adanya disiplin diri, maka rasa

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair and Share dengan pendekatan scientific terhadap motivasi dan hasil belajar Matematika siswa Kelas VIII MTs Swasta di

Kebijakan akuntansi yang dipergunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Surabaya Tahun 2011 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang