BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, transportasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Transportasi digunakan untuk memindahkan suatu benda atau manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dalam bidang ekonomi, kebutuhan atas jasa transportasi sangat menentukan tercapainya hasil yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi di suatu negara. Diperlukan suatu kapasitas angkutan yang optimum agar tercapainya suatu keadaan ekonomi yang diinginkan.
Transportasi terbagi atas tiga, yaitu : transportasi air, darat, dan udara. Dari ketiga unit transportasi tersebut, transportasi udara merupakan unit yang dapat menempuh jarak yang sangat jauh dengan waktu tempuh yang singkat yang tidak dapat diimbangi baik dengan transportasi air ataupun darat. Transportasi udara juga memiliki keunggulan lain dimana dapat melewati daratan ataupun lautan.
Seorang penumpang yang ingin melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat terbang harus memiliki tiket pesawat. Tiket pesawat merupakan suatu dokumen, yang dikeluarkan oleh maskapai penerbangan, atau
travel agent, untuk memastikan bahwa seseorang telah benar-benar membayar bangku pada sebuah pesawat terbang. Dokumen ini digunakan untuk mendapatkan boarding pass di bandara. Dengan boarding pass dan tiket yang dilampirkan, maka penumpang diperbolehkan untuk naik ke pesawat (wikipedia.org, 2012).
Ada dua jenis tiket pesawat terbang, tiket yang pertama berbentuk kupon yang dikenal dengan tiket kertas/ buku, dan yang kedua adalah yang saat ini lebih umum dikenal dengan tiket elektronik atau e-ticket. Terlepas dari jenisnya, semua tiket berisi rincian dari informasi berikut (wikipedia.org, 2012) :
1. Nama penumpang
2. Nama perusahaan penerbangan yang menerbitkan
3. Nomor tiket, termasuk tiga digit kode penerbangan di awal nomor 4. Nama kota didalam perjalanan tersebut
5. Waktu berlaku tiket 6. Kapasitas bagasi 7. Pajak
8. Tarif dasar, yang menggunakan kode alfa-numerik yang mengidentifikasi ongkos
10. Bentuk pembayaran, yaitu rincian tentang bagaimana tiket tersebut dibayar, yang akan mempengaruhi cara atas pengembalian pembayaran tersebut apabila terjadi.
Tiket berbentuk buku pertama kali dikenal pada tahun 1920-an. Setiap maskapai penerbangan menggunakan bentuk dan aturan yang berbeda. Industri penerbangan lalu menyadari perlunya standarisasi pada lalu lintas penerbangan, peraturan dan prosedur untuk mendukung pertumbuhan industri yang ada di dunia. Pada tahun 1930, komite lalu lintas penerbangan IATA (International Air
Transport Association) mengembangkan standar pertama yang diisi dengan tulisan tangan untuk beberapa perjalanan. Standar-standar yang sama tersebut terus diterapkan hingga awal tahun 1970-an (iata.org, 2012).
Pada tahun 2004, krisis perang, terorisme dan penyakit global masih dirasakan, harga minyak yang mendekati US$ 40 per barel merujuk kepada pentingya efisiensi biaya. Efisiensi biaya dilakukan untuk mengurangi biaya transportasi antar negara yang umumnya dilakukan melalui transportasi udara. Pada rapat umum di tahun 2004 tersebut, IATA menyajikan rencana untuk menyederhanakan bisnis, dimana keputusan yang paling puncak adalah dengan mencapai 100% e-ticketing.
Selama empat tahun, IATA mengerahkan tim global yang terdiri dari 150 orang untuk bekerja dengan perusahaan penerbangan dan penyedia sistem di seluruh dunia untuk memfasilitasi implementasi e-ticket. Keuntungan penggunaan
e-ticket ini sangat nyata, biaya untuk proses sebuah tiket kertas/ buku rata-rata sebesar US$ 10 sementara untuk satu tiket elektronik hanya membutuhkan biaya sebesar US$ 1. Dengan lebih dari 400 juta tiket yang dikeluarkan melalui sistem penyelesaian IATA per tahun, industri akan menghemat lebih dari US$ 3 Milyar setiap tahun.
Konsumen dapat melihat perjalanan yang lebih mudah dalam dunia elektronik. 100% e-ticket akan menghilangkan kemungkinan atas hilangya tiket yang berbentuk kertas/ buku. E-ticket dapat dengan mudah diubah dan diterbitkan kembali tanpa memerlukan perjalanan ke sebuah travel agent atau kantor maskapai penerbangan. Dan memungkinkan konsumen dengan beragam pilihan
perjalanan cepat yang memberikan kenyamanan dari pilihan self-service dimulai dari check-in pelacakan bagasi dan pemesanan ulang (iata.org, 2012).
AirAsia hadir di Indonesia dengan konsep low-cost carrier sehingga sekarang siapapun bisa terbang. Dengan harga hemat, AirAsia meminimalis pelayanan yang digantikan dengan harga hemat. AirAsia menerapkan sistem
electronic ticket (e-ticket), yang menghindarkan pelanggan dari kemungkinan kehilangan tiket, karena seluruh data dalam tiket konvensional tersebut telah tersimpan secara elektronik di sistem reservasi AirAsia.
Dalam eletronik tiket pelanggan hanya memperoleh “itinerary receipt" (tanda terima rinci perjalanan penumpang). Dan untuk mempermudah dan meminimalisir penggunaan tiket, pelanggan atau tamu (sebutan AirAsia untuk penumpang) yang membeli kursi melalui internet, dapat melakukan mencetak sendiri dan dapat digunakan sebagai tiket, bahkan hanya dengan mengingat/mencatat 6 (enam) digit "booking code" tamu dapat meminta print-out-ticket di kantor atau sale office AirAsia dan AirAsia menjamin bahwa semua aturan kewajiban yang memberlakukan AirAsia sebagai pengangkut tetap menjadi tanggung jawab AirAsia, sesuai syarat dan ketentuan yang berlaku di AirAsia.Dikarenakan harga tiket yang murah, maka pelayanan juga berkurang tetapi digantikan dengan produk-produk khusus yang berbeda dengan maskapai penerbangan lainnya. Seperti salah satunya adalah Xpress boarding yang mendahulukan penumpang masuk kedalam pesawat (Hafny, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian e-ticket serta pengaruhnya terhadap keputusan pembelian, pada PT. Indonesia AirAsia yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa transportasi udara dengan judul : “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelian E-ticket Terhadap Keputusan Pembelian pada PT Indonesia AirAsia (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara)”
1.2 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : Apakah faktor produk, harga, promosi dan kemudahan memperoleh produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian e-ticket pada PT Indonesia AirAsia?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh faktor produk, harga, promosi dan kemudahan memperoleh produk secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian e-ticket pada PT Indonesia AirAsia.
1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan
pemikiran dan bahan pertimbangan atau masukan dalam memperbaiki serta meningkatkan pelaksanaan promosi yang dilakukan oleh perusahaan dalam upaya memelihara loyalitas pelanggannya.
2. Bagi peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan secara teoritis maupun secara praktis juga pengalaman mengenai e-ticket.
3. Bagi pihak lain