BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Struktur Perbankan dan Perkreditan
Undang-undang Pokok Perbankan (UU No.14/1967) dan Undang-undang
Bank Sentral (UU No. 13/1968) merupakan tonggak pembaharuan kehidupan
perbankan dan perkreditan di Indonesia. Sistem perbankan di Indonesia sebagian
terbesar terdiri dari bank-bank komersial. Jenis-jenis bank, dipandang dari segi
fungsi/kegiatan maupun miliknya, menurut UU No. 14/1967 adalah sebagai
berikut :
a. Bank Umum adalah bank yang dalam pengumpulannya dananya terutama
menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya
terutama memberikan kredit jangka panjang. Dari segi kepemilikan bank
umum dapat dibedakan antara bank umum milik negara, bank umum koperasi,
bank umum swasta dan bank umum asing.
b. Bank Tabungan adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama
menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan dalam usahanya terutama
memperbungakan dananya dalam bentuk kertas berharga. Bank-bank
tabungan menurut pemilikannya dapat dibedakan antara bank tabungan swasta
dan bank tabungan koperasi.
c. Bank Pembangunan adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama
berharga jangka menengah dan panjang, dan dalam usahanya terutama
memberikan kredit jangka menengah dan panjang dibidang pembangunan.
Apabila bank semacam ini menerima simpanan giro, maka penggunaannya
dilakukan menurut bimbingan Bank Indonesia. Berdasar kepemilikannya ada
tiga macam yaitu bank pembangunan milik negara, bank pembangunan milik
swasta dan pembangunan koperasi.
Dengan adanya penyaluran kredit bank memperoleh bunga sebagai
pendapatan bagi bank. Terdapat beberapa alasan bank melakukan penyaluran
kredit. Menurut Dahlan Siamat (1995) alasan atau kondisi yang mendorong hal
tersebut adalah :
1. Sifat usaha bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit
surplus dan unit defisit.
2. Penyaluran kredit memberikan spread yang pasti sehingga besarnya pendapatan dapat diperkirakan.
3. Melihat posisinya dalam bidang pelaksanaan kebijaksanaan moneter,
perbankan merupakan sektor usaha yang paling diatur oleh pemerintah
sehingga bank-bank di beberapa negara kegiatannya dibatasi.
4. Sumber dana utama bank berasal dari dana masyarakat sehingga secara
modal mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam
bentuk kredit.
Lembaga-lembaga kredit yang beroperasi di daerah pedesaan menurut luas
a. Lembaga-lembaga kredit yang biasanya beroperasi terbatas hanya pada suatu
desa tertentu saja. Termasuk dalam kelompok ini adalah BKD (Bank Kredit
Desa, Lumbung Desa, dan Koperasi Serba Guna atau
Koperasi-Koperasi Kredit (simpan-pinjam).
b. Lembaga-lembaga kredit yang daerah kerjanya meliputi beberapa desa
mungkin meliputi satu kecamatan, kawedanan atau kabupaten, misalnya BKK
(Badan Kredit Kecamatan, Perjan Pegadaian, Bank Rakyat Indonesia (BRI)
kantor cabang atau perwakilan, atau unit desa, atau lembaga kredit usaha
per-orangan.
2.2 Teori Kredit
Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu “credere” yang berarti
“kepercayaan”. Oleh sebab itu kredit adalah kepercayaan, tanpa kepercayaan
perjanjian ini tidak akan terjadi.Seseorang atau Badan Usaha yang memberikan
kredit (kreditor) percaya bahwa si penerima kredit (debitor) suatu waktu dapat
memenuhi janjinya, apa yang telah di janjikan itu dapat berupa barang, uang , atau
jasa.
Pengertian kredit menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Perbankan
No. 10 tahun 1998. Kredit adalah penyadiaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
(Kasmir, 2002)
Menurut Teguh Pudjo Muljono (2001) Kredit adalah kemampuan untuk
melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu
janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada jangka waktu yang
disepakati.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas jelaslah bahwa kredit dalam arti
ekonomi merupakan penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan
sekarang, baik dalam bentuk barang, uang maupun jasa. Terlihat pula bahwa
unsur kepercayaan dan unsur waktu merupakan unsur terpenting dalam suatu
perkreditan. Adapun kesimpulan mengenai pengertian kredit yaitu :
a. Penyediaan uang atau yang dapat dipersamakan dengan itu
b. Kewajiban pengembalian kredit
c. Jangka waktu pengembalian
d. Pembayaran bunga, imbalan atau bagi hasil, dan
e. Perjanjian Kredit.
Di dalam pemberian kredit, terdapat dua pihak yang berkepentingan
langsung yaitu :
- Pihak yang berlebihan dana, disebut dengan pemberi kredit (Kreditur), dan
- Pihak yang membutuhkan dana, disebut dengan penerima kredit (Debitur)
Pada sisi penyaluran dana (landing of fund), kredit merupakan pembiayaan yang potensial menghasilkan pendapatan dibanding dengan alternatif pendapatan
mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan
jangka waktunya. Oleh sebab itu, maka sebelum kredit diberikan maka diperlukan
analisis kredit terlebih dahulu.
Jenis-jenis kredit dapat dikelompokkan dalam beberapa kriteria-kriteria
yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Menurut Penggunaannya :
a. Kredit Konsumtif adalah kredit yang digunakan untuk kebutuhan sendiri
bersama keluarganya, seperti kredit rumah atau kredit kendaraan yang
digunakan sendiri, kredit ini tidak produktif.
b. Kredit Modal Kerja adalah kredit yang akan dipergunakan untuk
menambah modal usaha debitur, kredit ini produktif.
c. Kredit Investasi adalah kredit yang dipergunakan untuk investasi
produktif, tetapi baru akan menghasilkan dalam jangka waktu yang relatif
lama.
2. Menurut Jangka Waktunya :
a. Kredit Jangka Pendek yaitu kredit yang berjangka waktu maksimal satu
tahun, pada umumnya kredit ini disalurkan bank ke sektor perdagangan,
distribusi dan sektor lainnya.
b. Kredit Jangka Menengah yaitu kredit yang berjangka waktu satu sampai
tiga tahun, dimana pada umumnya kredit semacam ini disalurkan ke sektor
c. Kredit Jangka Panjang yaitu kredit yang mempunyai waktu lebih dari tiga
tahun dan umumnya kredit semacam ini disalurkan pada sektor-sektor
investasi.
3. Menurut Collectibility :
Yang dimaksud dengan collectibility credit adalah keadaan pembayaran pokok pinjaman dan bunga oleh nasabah terlihat pada tata usaha
bank. Berdasarkan collectibilitynya, pinjaman dapat digolongkan atas 5 (lima) macam, yaitu :
a. Lancar, yaitu pinjaman dan pembayaran pokok dan bunganya berjalan
sesuai dengan pinjaman yang bersangkutan, termasuk perubahannya yang
disetujui oleh bank.
b. Kurang Lancar, yaitu pinjaman yang pembayaran pokoknya tidak
dilakukan dengan perjanjian pinjaman yang bersangkutan misalnya :
• Pinjaman yang telah jatuh tempo tidak diperpanjang akan tetap dan
belum melampaui waktu tiga bulan.
• Adanya tunggakan pembayaran pokok lewat waktu tiga bulan, dan
tunggakan bunga lewat satu bulan dan berdasarkan penilaian bank,
debitur dapat melunasi utangnya dan seluruh bunganya.
• Khusus pinjaman akses yang jangka waktunya telah lewat dan belum
berdasarkan penilaian bank, debitur masih dapat melunasi utangnya
dan seluruh bunga.
c. Diragukan, adalah pinjaman yang telah jatuh tempo dan lewat tiga bulan
dan berdasarkan penilaian bank, debitur tidak dapat membayar kembali
seluruh hutang dan bunganya, hanya diharapkan pelunasan sekarang.
Kurang 50% dari saldo debetnya pinjaman tanpa perjanjian kredit dan
tanpa aksep yang berdasarkan penilaian bank diharapkan dapat diperoleh
pelunasan sekurang-kurangnya 50% dari saldo debetnya.
d. Macet, yaitu pinjaman yang tidak dapat dikategorikan dari tiga jenis
tersebut diatas, dan menurut penilaian bank, hanya dapat diharapkan
pelunasannya kurang dari 50% dari saldo debetnya.
e. Kredit dalam pengawasan, yaitu sebelum pembelian kredit terlebih dahulu
diadakan penilaian atau analisis kredit.
4. Menurut Sifatnya :
a. Dengan perjanjian kredit, yaitu yang diberikan dengan perjanjian tertulis
lebih dahulu yang antara lain penetapan besarnya plafon kredit, suku
bunga, jangka, jaminan dan cara-cara pembayaran kembali dan
sebagainya.
b. Tanpa perjanjian kredit, yaitu kredit yang diberikan tanpa perjanjian
• Overdraft karena penarikan, adalah penarikan pembebanan rekening koran nasabah yang melampaui saldo kredit sehingga mengakibatkan
saldo debet pada rekening yang bersangkutan, sehingga untuk itu
tidak ada fasilitas kredit berdasarkan perjanjian tertulis.
• Overdraft karena pembebanan bunga, yaitu pembebanan bunga dan biaya-biaya lainnya yang terhutang, yang menyebabkan pelampauan
plafon kredit sebagaimana tercantum dalam perjanjian tertulis.
• Kredit yang diberikan yang hanya disertai aksep atau dengan jaminan
surat berharga.
Adapun unsur-unsur yang terkandung di dalam pemberian suatu kredit secara
umum adalah sebagai berikut :
1. Kepercayaan
Merupakan suatu keyakinan pemberian kredit oleh bank bahwa kredit yang
diberikan berupa uang, barang, atau jasa yang benar-benar akan kembali di
masa akan datang. Sebelum dana dikucurkan sudah dilakukan penelitian dan
penyelidikan yang mendalam mengenai calon nasabah.
2. Kesepakatan
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana si pemberi dan si
penerima kredit menandatangani hak dan kewajiban masing-masing pihak.
3. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan pasti ada jangka waktu tertentu, jangka waktu ini
4. Resiko
Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan oleh 2 hal yaitu resiko kerugian
yang diakibatkan karena nasabah sengaja tidak membayar kredit padahal
nasabah tersebut mempunyai kemampuan. Akibat yang kedua adalah nasabah
sengaja tidak melunasi kreditnya. Hal ini bisa disebabkan misalnya
dikarenakan bencana alam.
5. Balas Jasa
Tujuan dari bank mengeluarkan kredit atau pinjaman adalah disamping untuk
membantu pendanaan nasabah yang paling utama adalah untuk memperoleh
keuntungan.
Tujuan pokok pemberian kredit oleh suatu bank harus diarahkan untuk
kepentingan bank tersebut, yaitu :
1. Turut mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan.
2. Mencari keuntungan yang layak bagi bank, agar kelangsungan hidup bank
tetap terjamin, mengingat pemberian kredit merupakan kegiatan bank dan
penghasilan pokok bank.
3. Meningkatkan aktivitas ekonomi atau kegiatan perusahaan agar dapat
menjalankan pasarnya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
Tujuan dasar kredit didasarkan untuk pencapaian tujuan tertentu yang
tidak boleh merugikan tujuan lainnya bahkan harus saling menunjang atau dapat
melalui suatu analisa dan penelitian yang cermat untuk mencegah terjadinya
kerugian pada bank.
Terdapat beberapa fungsi kredit dalam hubungannya dalam siklus
perekonomian, perdagangan lalu lintas moneter. Menurut Muchadarsyah
Sinungan (1993), fungsi kredit pada dasarnya memiliki garis besar yaitu:
a. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang.
b. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang. c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
d. Kredit adalah salah satu stabilitas ekonomi.
e. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.
f. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
g. Kredit adalah alat dalam hubungan internasional.
Pengambilan keputusan kredit wajib berpedoman pada kebijakan kredit
yang telah ditetapkan. Kebijakan kredit merupakan pedoman di bidang kredit
sebagai acuan dalam pengambilan keputusan. Terhitung tiga asas pokok sebagai
dasar penyusunan kebijakan kredit yang terdiri dari :
a. Asas likuiditas menghasilkan bank untuk mempertahankan kondisi likuiditas
yang baik. Hal ini berarti bank perlu memnuhi cost assets meminimal yang
berupa assets yang dapat dicairkan sewaktu-waktu serta menciptakan assets
baru melalui hutang-hutang baru. Apabila kredit yang diberikan
mengakibatkan likuiditas bank menjadi jelek, bank akan kehilangan
b. Asas Solvabilitas penting bagi bank agar manajemen dana yang dimiliki dan
ditanamkan dalam bentuk kredit maupun surat-surat berharga pada tingkat
risiko yang minimal. Penghasilan dari kegiatan tersebut merupakan sumber
uang untuk membayar hutang baik kepada nasabah.
c. Asas Rentabilitas mempunyai pengertian, bank memperoleh keuntungan
selama beroperasi. Pada hakekatnya keuntungan tersebut mempunyai selisih
antara penghasilan bunga dari nasabah debitur dengan biaya dari nasabah
pnabung. Jadi, bank harus memiliki debitur yang dapat diandalkan sebagai
sumber penghasilan bunga.
Sekalipun tidak mungkin terhindar dari semua resiko, namun agar berada
dalam posisi keamanan yang relatif tinggi, maka perbankan dalam mengadakan
operasi aktifnya perlu menyusun kebijaksanaan yang melahirkan strategi
perkreditan yang berguna. Strategi perbankan merupakan ilmu dan seni dalam
memanfaatkan rencana dalam perkreditan agar tujuan manajemen perbankan
dapat tercapai.
Tujuan utama strategi perkreditan bagi perbankan adalah pencapaian suatu
posisi perkreditan yang bersaing dalam sistem perbankan. Ketika sedang
merumuskan strategi perkreditannya, manajemen perbankan perlu
mempertimbangkan dengan tepat dan berimbang 3 (tiga) prinsip strategi
perkreditan. Ketiga prinsip strategi perkreditan tersebut meliputi :
1. Prinsip Likuiditas
Prinsip likuiditas merupakan suatu keharusan untuk diperhatikan oleh
(boom) naik maupun konjungtur turun (bust). Setiap manajemen perbankan harus dapat menjaga tingkat likuiditasnya setiap saat agar selalu siap
mengeluarkan dana cairnya, bilamana kewajibannya telah tiba maka saatnya
harus dilunasi. Jika prinsip likuiditasnya diabaikan, manajemen perbankan
tersebut akan mengalami masalah kepercayaan yang memburuk atau
nasabahnya yang mengakibatkan citranya dalam bisnis perbankan juga
mengalami kemerosotan. Jika kemerosotan itu terjadi (meskipun mungkin
hanya diderita salah satunya), maka penarikan dana besar-besaran yang
disebabkan oleh penyerbuan bank (bank mask) sangat mungkin terjadi. Jika hal ini terjadi, kemampuan untuk mendapatkan laba pun akhirnya sirna. Oleh
karena itu untuk menghadapi kesulitan likuiditas tersebut sangat dianjurkan
agar :
a. Bank mempunyai sejumlah aktiva cair sebanyak keperluan pemenuhan
kewajibannya.
b. Bank mempunyai aktiva lainnya yang sewaktu-waktu dapat diubah
menjadi aktiva cair tanpa merumuskan nilai aktiva tersebut.
c. Bank mempunyai kemampuan untuk menciptakan aktiva cair baru melalui
berbagai bentuk utang yang resikonya minimum.
Walaupun demikian likuiditas yang berlebihan dapat menyebabkan :
a. Beban bunga akan bertambah,
b. Kehilangan peluang untuk mendapatkan pendapatan di waktu yang akan
2. Prinsip Rentabilitas
Kendatipun prinsip likuiditas sangat penting bagi manajemen
perbankan, namun strategi perkreditan bank tersebut tidak boleh mengabaikan
setiap peluang untuk mendapatkan hasil (returns) yang memadai tanpa harus bersaing dengan prinsip likuiditas tersebut. Karena itu, prinsip rentabilitas
(profitability principle) mengajarkan bahwa setiap operasi bisnis perbankan harus senantiasa didukung oleh harapan untuk memperoleh laba yang pantas
baik untuk mempertahankan kehadirannya dalam pasar uang dan pasar modal
maupun untuk mengadakan ekspansi tanpa harus mengorbankan tingkat
likuiditasnya.
Salah satu kebijakan yang dapat mendukung strategi perkreditan
tersebut adalah kebijakan dalam mendapatkan selisih (spread) antara bunga yang akan diterima dan bunga yang akan dibayar. Keberhasilannya dalam
memperoleh selisih bunga itu akan menjadi kontribusi bagi keberhasilan
dalam memelihara prinsip rentabilitas.
3. Prinsip Solvabilitas
Prinsip solvabilitas (solvency principle) mengajarkan bahwa manajemen bisnis perbankan harus memperhatikan kemampuan bank tersebut
pada suatu saat tertentu membayar seluruh utang dan kewajibannya bilamana
bank tersebut dilikuidasi. Pada saat itu seluruh aktiva bank akan dinilai atas
kewajiban-kewajibannya. Sebuah bank disebut solvable jika pada waktu penilaian menunjukkan bahwa nilai jual seluruh aktiva pada saat likuidasi
melebihi seluruh utang-utangnya.
Ketiga prinsip perlu mendapat perhatian manajemen perbankan
berkaitan dengan strategi untuk menjamin tercapainya tujuan strategi
perkreditan tersebut. Tujuan strategi perkreditan adalah :
a. Untuk menjadi ketentuan dasar yang memberikan arah kepada para
manajer bisnis perbankan dalam melakukan fungsi manajerialnya.
b. Untuk menjadi ketentuan pokok dalam menghadapi
konjungtur-konjungtur ekonomi makro dan khusunya perkembangan moneter dan
perbankan, baik nasional maupun global.
c. Untuk menjamin keamanan aktiva bank dan setiap dana para deposan
yang dipercayakan kepada bank itu.
d. Untuk dipergunakan sebagai dasar penelitian dan umpan balik sehingga
setiap deviasi dari setiap kebijaksanaan dan strategi perkreditan dapat
diketahui secara dini.
Dalam pelaksanaan pemberian kredit kepada nasabahnya, bank
dihadapkan pada masalah yang cukup kompleks seperti kepada siapa kredit
diberikan, apakah calon nasabah debitur mampu mengembalikan utang pokoknya
dengan bunga serta kewajiban lainnnya, berapa jumlah (plafond, kredit maksimum) yang layak untuk diberikan, apakah kredit yang akan diberikan cukup
oleh perbankan dalam pemberian kredit, maka perbankan juga dihadapkan
masalah-masalah yang sifatnya sangat khusus yang menyangkut kegiatan usaha
dan karakter dari calon debitur. Perkreditan mempunyai masalah yang bersifat
.kasuistis. yang artinya masing-masing debitur mempunyai permasalahan yang
sangat spesifik, oleh karena itu diperlukan adanya pendekatan dan penanganan
satu nasabah dengan nasabah lainnya. Menurut Muljono (2000) dalam pemberian
kredit, pihak bank minimal mengadakan analisa beberapa aspek dari calon
debiturnya, yaitu :
1. Aspek Yuridis
Dalam proses analisa suatu permohonan kredit, maka aspek yuridis
(legal aspect) mempunyai kedudukan yang strategis dan merupakan aspek yang terpenting diantara aspek-aspek lainnya. Karena walaupun semua
aspek yang ada cukup layak (feasiable) tetapi aspek yuridis tidak sah maka semua ikatan perjanjian kredit antara bank dengan debitur dapat gugur,
dan pada akhirnya pihak bank akan mengalami kesulitan dalam kredit
yang telah diberikan.
2. Aspek Pemasaran
Pemasaran bagi setiap kegiatan usaha merupakan faktor yang
sangat penting untuk mencapai tujuannya dalam mendapatkan laba sesuai
dengan yang direncanakan. Kemampuan untuk memproduksi suatu barang
atau jasa tidak akan ada artinya jika tidak ada kemampuan untuk
3. Aspek Jaminan
Jaminan kredit (collateral) merupakan aspek yang paling penting dalam analisa kredit, karena jaminan berfungsi untuk pengamanan apabila
kredit yang diberikan mengalami kegagalan. Oleh karena para analis kredit
harus mempunyai ketelitian dalam penilaian barang-barang yang
dijaminkan kepada bank. Dalam penilaian ini ada dua sarana pokok yaitu
nilai ekonomis dan nilai yuridis dari barang jaminan tersebut, dan biasanya
suatu bank telah mempunyai aturan tersendiri tentang penilaian barang
jaminan.
4. Aspek Teknis
Semua jenis usaha yang akan melaksanakan kegiatannya selalu
dihadapkan pada suatu permasalahan yaitu kebutuhan akan serangkaian
perangkat keras (hardware) yang beraneka ragam bentuk dan kegunaannya. Mengingat sangat bervariasinya perangkat keras yang
dipakai untuk menunjang kegiatan usaha yang akan dilakukan calon
debitur, sehingga dibutuhkan seseorang atau tim ahli untuk masing-masing
bidang yang sering memerlukan keahlian dari berbagai disiplin ilmu
pengetahuan serta interdisplin profesi.
5. Aspek Keuangan
Analisa aspek keuangan dari calon debitur bertujuan untuk
mengetahui struktur kebutuhan modal, posisi keuangan seperti berapa
besarnya rentabilitas, solvabilitas, likuiditas dan prospek keuangan di
dari bank. Demikian juga analisa aspek keuangan digunakan untuk
mengetahui estimasi cash flow serta rencana pelunasan kredit yang telah diterima. Untuk mengetahui berbagai informasi tentang keuangan maka
analis kredit memerlukan berbagai data yang bersumber dari neraca dan
laporan laba/rugi beberapa periode terakhir.
Pengawasan kredit merupakan kunci utama keberhasilan penyaluran
kredit. Hal ini dapat dilihat apabila terjadi kredit bermasalah maka dapat
dipastikan itu akibat kelemahan dan kelalaian bank dalam melakukan
pengawasan. (Irmayanto,2004). Kegiatan pengawasan kredit dapat dilakukan
dalam bentuk :
1. Penggunaan administrasi kredit yang memadai (computer).
2. Kewajiban nasabah menyampaikan laporan secara berkala, menyangkut
produksi, penjualan, utang dan piutang, laporan neraca dan rugi/laba,
laporan tenaga kerja.
3. Kewajiban wira kredit mengunjungiproyek yang dibiayai.
4. Konsultasi manajemen yang terprogram antara nasabah dengan bank.
5. Sistem peringatan (warning system) pada administrasi bank yang menangani nasabah.
2.3 Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES)
Surat keputusan Direksi BRI Nokep: S.62-DIR/ADK/09/2001 tanggal 18
(PPK-BM). Kupedes adalah fasilitas kredit bersifat umum, individual, selektif dan
berbunga wajar yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan
UMKM yang layak. Dari pengertian diatas Kupedes adalah salah satu segmen
bisnis yang ada di BRI yang merupakan suatu sistem perbankan yang
dilaksanakan oleh BRI unit dalam menjalankan fungsinya sebagai financial intermediary untuk pembiayaan usaha mikro.
Dalam Kupedes BRI, terdapat beberapa pengelompokan, pengelompokan
dilakukan berdasarkan sektor dan segmen bisnis yang dijalankan oleh pengusaha
kecil. Sektor dan segmen Kupedes digolongkan berdasarkan kegunaan atau
berdasarkan kegunaan segmen dari kredit yang diberikan, yaitu Kupedes modal
kerja / usaha (eksploitasi) dan Kupedes investasi. Kupedes juga terbagi menjadi
sektor-sektor seperti : Kupedes eksploitasi agribisnis, Kupedes eksploitasi non
agribisnis, Kupedes investasi agribisnis dan Kupedes investasi non agribisnis.
Untuk Kupedes eksploitasi agribisnis terdapat beberapa sektor yaitu eksploitasi
pertanian, eksploitasi perindustrian, eksploitasi perdagangan, dan eksploitasi jasa
lainnya, dan untuk Kupedes investasi agribisnis antara lain : Kupedes investasi
pertanian, investasi perindustrian, investasi perdagangan, dan investasi jasa
lainnya. Agribisnis dalam hal ini merupakan usaha dari hulu sampai hilir yang
dibiayai oleh Kupedes.
Pada umumnya, sasaran pemberian Kupedes ditujukan kepada golongan
masyarakat pengusaha dan golongan masyarakat berpenghasilan tetap yaitu :
1. Pengusaha, yaitu semua pengusaha yang bergerak di berbagai sektor ekonomi
perdagangan dan jasa lainnya yang usahanya benar-benar layak untuk
diberikan Kupedes.
2. Golongan Masyarakat Berpenghasilan Tetap
a. Pegawai Negeri yang dimaksudkan dalam peraturan pemerintah (PP) No 6
tahun 1974 bab I pasal 1 adalah :
1) Pegawai Negeri Sipil
2) Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian
3) Pegawai Badan Usaha Milik Negara.
4) Pegawai Perusahaan daerah
b. Pensiunan dari golongan masyarakat berpenghasilan tetap tersebut pada butir
(2.a)
c. Pegawai tetap dari perusahaan swasta.
Dalam jumlah terbatas, direksi BRI mengambil kebijakan agar Kupedes
dapat pula diberikan kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap.
Sebagai kredit skala mikro, prosedur Kupedes sangat mudah dan sederhana,
namun dalam penyalurannya perlu pemahaman secara tepat dari pejabat kredit lini
yang menyangkut kebijakan dan prinsip-prinsip dasar pemberian Kupedes yaitu :
1. Umum, yaitu dapat diberikan kepada siapa saja, dalam arti tidak dibatasi
dalam sektor ekonomi tertentu, keanggotaan tertentu, kelompok masyarakat
tertentu, sepanjang calon nasabah yang bersangkutan telah memenuhi segala
ketentuan persyaratan yang telah ditetapkan.
2. Individual, yaitu pemberian Kupedes dilakukan dengan melalui pendekatan
3. Selektif, yaitu Kupedes dilaksanakan secara selektif kepada nasabah yang
usahanya dinilai layak dan putusan kredit harus sesuai dengan pertimbangan
bank teknis.
4. Bisnis, yaitu keputusan akhir atas suatu permohonan Kupedes ditentukan oleh
BRI Unit sesuai dengan pertimbangan bank teknis.
Berdasarkan tujuan penggunaannya Kupedes dapat dibagi menjadi dua
jenis yaitu sebagai berikut :
1. Kupedes Modal Kerja
Kupedes modal kerja diberikan kepada pengusaha dan golongan
berpenghasilan tetap sebagai tambahan dana/pembiayaan untuk mencukupi
kebutuhan modal kerja usahanya atau untuk membiayai keperluan konsumtif
maupun non konsumtif (produktif).
a. Sektor pertanian, yaitu untuk membiayai semua kegiatan pertanian dan
kegiatan lainnya yang terkait dan menunjang pada hasil usaha bercocok
tanam seperti pengecer pupuk/obat-obatan, pengusaha mikro yang
mengumpulkan segala hasil pertanian, peikanan, peternakan, perkebunan,
dan memasarkan kembali dengan atau tanpa proses lebih lanjut.
b. Sektor perindustrian yaitu untuk pembiayaan pengolahan bahan mentah
menjadi barang setengah jadi, pengolahan bahan setengah jadi atau menjadi
barang jadi, pengolahan bahan setengah jadi menjadi barang jadi.
c. Sektor perdagangan yaitu untuk pembiayaan, pembelian, penjualan dan
pemasaran barang dagangan misalnya perdagangan sembako (Sembilan
ini tidak termasuk pembelian, penjualan dan pemasaran hasil langsung
pertanian seperti yang dimaksudkan pada butir (a) di atas.
d. Sektor jasa, yaitu untuk pembiayaan usaha bersifat pelayanan jasa kepada
umum, misalnya usaha bengkel, salon, penjahit tansportasi dan lain-lain.
e. Sektor Golongan Berpenghasilan Tetap (GBT) yaitu untuk pembiayaan
konsumtif dan produktif yang pengembaliannya didasarkan pada
pendapatan (gaji) nasabah.
2. Kupedes Investasi
Kupedes ini diberikan kepada pengusaha untuk pembiayaan pembangunan
prasarana dan sarana atau peralatan produksi. Sedangkan bagi golongan
berpenghasilan tetap, kredit tersebut dapat dipergunakan untuk pembelian atau
pembangunan rumah, pembelian kendaraan bermotor dan lain-lain yang
bersifat produktif.
Adapun sektor-sektor ekonomi yang dibiayai sebagai berikut :
a. Sektor pertanian, yaitu untuk membiayai pembelian alat-alat pertanian
seperti bajak, traktor, alat perontok padi, alat sortasi, mesin parut kelapa,
pembuatan gudang, lantai jemur, pembelian bibit tanaman keras (tidak habis
dalam satu kali panen seperti jeruk, karet, kelapa, teh kopi) atau untuk
pembelian bibit ayam petelor, sapi perah, sapi kerja dan lain sebagainya.
b. Sektor perindustrian yaitu untuk pembiayaan pengadaan alat-alat produksi
seperti mesin-mesin, wadah tungku dan lain-lain, pembangunan atau
perbaikan bangunan pabrik, tempat usaha, tempat jemuran dan sebagainya
c. Sektor perdagangan yaitu untuk pembiayaan pembelian alat-alat berjualan,
perbaikan, perluasan tempat berjualan atau pembangunan tempat
berjualan/pembangunan/ perluasan/perbaikan gudang yang tidak bertujuan
untuk memperdagangkan/menempatkan hasil-hasil langsung pertanian
sebagai barang/ benda dominan.
d. Sektor jasa, yaitu untuk pembiayaan pembelian alat-alat perbengkelan, mesin
jahit, salon, pembelian kendaraan, pembangunan atau perbaikan bangunan
bengkel atau salon.
e. Sektor Golongan Berpenghasilan Tetap (GBT) yaitu dipergunakan untuk
pembiayaan investasi yang pengembaliannya didasarkan dari pendapatan
(gaji). Dilihat dari tujuan penggunaannya,maka jenis Kupedes investasi
diberikan untuk tujuan yang bersifat non konsumtif yaitu barang-barang
berwujud yang fisiknya dapat dilihat secara nyata seperti pembelian
kendaraan bermotor guna memperlancar pekerjaan, pembangunan/
pembelian rumah tinggal, pembelian perabot rumah tangga, pembelian
peralatan kerja, pembelian tanah.
Ditinjau dari dua golongan sasaran Kupedes, maka untuk masing-masing
golongan mempunyai persyaratan yang berbeda dan harus dipenuhi sebelum
kredit diproses yaitu :
Persyaratan untuk calon nasabah pengusaha baru/nasabah lama lancar :
1) Penduduk yang berdomisili dalam wilayah kerja BRI Unit setempat yang
desa setempat. Khusus untuk calon nasabah kupedes tertentu dimungkinkan
untuk dilayani BRI Unit diluar domisili nasabah yang bersangkutan setalah
mendapat putusan ijin prinsip dari Kantor Cabang/Kantor Wilayah/Kantor
Pusat.
2) Mempunyai usaha yang layak dan mempunyai karakter yang baik untuk
dibiayai dengan Kupedes.
3) Bagi calon nasabah yang sudah mempunyai surat izin usaha dari instansi
yang berwenang, cukup melampirkan copy surat izin usaha tersebut.
4) Bagi calon nasabah yang belum mempunyai surat izin usaha, maka :
a. Untuk permohonan Kupedes sampai dengan 2 juta cukup dengan foto
copy KTP dengan menunjukkan pula KTP aslinya pada petugas BRI
Unit pada saat pendaftaran.
b. Untuk permohonan Kupedes diatas 2 juta cukup dengan membawa surat
keterangan usaha dari Kepala Desa/Kelurahan
5) Tidak sedang menikmati kredit lainnya di Kantor Cabang BRI atau di BRI
Unit lainnya.
6) Dapat menyediakan agunan kebendaan, baik berupa benda bergerak maupun
benda tidak bergerak.
7) Wajib membuka rekening tabungan di BRI unit yang bersangkutan.
2.4 Teori Pendapatan
Dalam ekonomi modern terdapat dua cabang utama teori, yaitu teori harga
dan teori pendapatan. Teori pendapatan termasuk dalam ekonomi makro, yaitu
• Perilaku jutaan rupiah pengeluaran konsumen
• Investasi dunia usaha
• Pembelian yang dilakukan pemerintah
Menurut ilmu ekonomi klasik, Adam Smith dan David Ricardo, distribusi
pendapatan digolongkan dalam tiga kelas sosial yang utama : pekerja, pemilik
modal, dan pemilik tanah. Ketiganya menentukan 3 faktor produksi, yaitu tenaga
kerja, modal, dan tanah. Penghasilan yang diterima setiap sektor dianggap sebagai
pendapatan masing-masing keluarga terlatih terhadap pendapatan nasional. Teori
mereka meramalkan bahwa begitu masyarakat makin maju, para tuan tanah akan
relatif lebih baik keadaannya dan para kapitalis (pemilik modal) menjadi relatif
buruk keadaannya (Sumitro, 1991).
Menurut Pareto distribusi pendapatan berdasarkan besarnya (size distribution of income), yaitu distribusi pendapatan diantara rumah tangga yang berbeda, tanpa mengacu pada sumber-sumber pendapatan atau kelas sosialnya dan
keditak-merataan distribusi pendapatan cukup besar di semua negara.
Pendapatan atau income masyarakat adalah hasil penjualan dari
faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi dan sektor ini membeli
faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi
dengan harga yang berlaku dipasar produksi. Harga faktor produksi di pasar
ditentukan oleh tarik-menarik antara penawaran dan permintaan.
Dalam ilmu ekonomi untuk meningkatkan profit dari suatu aktivitas
1. Pendekatan memaksimalkan keuntungan atau profit maximization
Yaitu suatu usaha yang dilakukan untuk memaksimumkan profit
berkonsentrasi kepada penjualan yang lebih banyak untuk meningkatkan
penjualan. Untuk meningkatkan volume penjualan dapat dilakukan dengan cara
marketing mix, yaiktu kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang
merupakan inti dari sistem pemasaran pengusaha yaitu produk, struktur harga,
kegiatan promosi dan sistem distribusi ( Kadariah, 1994).
2. Pendekatan meminimumkan biaya atau cost minimization
Yaitu usaha kegiatan pelaku ekonomi yang mengkonsentrasikan kepada
alokasi biaya yang telah dilakukan dapat diminimalkan. Upaya-upaya
peminimuman biaya ini yang akan menciptakan alokasi biaya yang
sebelumnya. Dengan demikian biaya alokasi turun dan mempunyai pengaruh
terhadap profit atau laba, misalnya jumlah alokasi biaya pada suatu bidang
kerja tertentu yang selama ini dikerjakan oleh banyak orang dapat dikerjakan
oleh sedikit orang. Ini berarti ada penggunaan biaya untuk gaji atau upah
karyawan. Dengan demikian total biaya berkurang dengan turunnya total biaya
ini cateris paribus, profit secara otomatis meningkat.
Kesejahteraan dilihat dari dua dimensi yaitu kesejahteraan objektif dan
kesejahteraan subjektif. Kesejahteraan objektif diukur dari dua indikator yaitu
indikator utama dilihat dari pendapatan berdasarkan garis kemiskinan yang telah
terhadap pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan anak,
kesehatan keluarga dan pendapatan perkapita.
Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang mana
segala yang kita lakukan tidak dapat lepas dari bantuan orang lain. Dan setiap
manusia ingin hidup dengan sejahtera. Kondisi Sejahtera yang dimaksud
menunjuk pada kesejahteraan sosial, yaitu tercukupinya kebutuhan material dan
non-material. Dalam masyarakat Indonesia, kondisi sejahtera itu diartikan hidup
aman dan bahagia karena semua kebutuhan dasar dapat terpenuhi, seperti
makanan yang cukup, gizi, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan, pendapatan
yang layak, dan perlindungan. Dalam buku “3 orientasi kesejahteraan sosial”,
definisi kesejahteraan sosial dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu; kesejahteraan
sebagai sebuah kegiatan atau pelayanan, keadaan dan ilmu. Yang dimaksud
dengan kesejahteraan sebagai sebuah keadaan adalah kesejahteraan yang melipti
jasmaniah, rohaniah dan bukan merupakan perbaikan dan pemberantasan
keburukan sosial tertentu saja.
Kesejahteraan sosial menurut Friedlander dalam Suud (2006:8)
“Kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisasi dari
pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang dimaksudka untuk membantu
individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan
kesehatan yang memuaskan dan hubungan-hubungan personal dan sosial yang
memberi kesempatan kepada mereka untuk memperkembangkan seluruh
kemampuan dan untuk meningkatkan kesejahteraan sesuai dengan
kesejahteraan sosial sebagai sebuah keadaan, yang mencerminkan bahwa manusia
adalah makhluk sosial yang yang harus saling membantu agar menciptakan
suasana yang harmonis dan sejahtera. Wickenden menjelaskan tentang
kesejahteraan sosial sebagai sebuah pelayanan, bahwa kesejahteraan sosial adalah
suatu sistem peraturan, program-program, kebaikan-kebaikan,
pelayanan-pelayanan yang memperkuat atau menjamin penyediaan pertolongan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial yang diakui sebagai dasar bagi penduduk
dan keteraturan sosial. Yang terakhir, arti kesejahteraan sosial sebagai sebuah
ilmu. Menurut Soehartono, orang-orang-orang yang mempunyai berbagai macam
kebutuhan akan pelayanan tersebut khususnya yang idak dapat memenuhi
berdasarkan kriteria pasar, maka mereka manjadi sasaran atau perhatian
kesejahteraan sosial.
2.5 Petani Padi
Petani adalah pelaku utama agribisnis, baik agribisnis monokultur maupun
polikultur dengan komoditas tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan
dan atau perkebunan.
Mardikanto (1990), menyatakan bahwa pendidikan petani umumnya
mempengaruhi cara dan pola pikir petani dalam mengelola usaha tani. Pendidikan
yang relatif tinggi menyebabkan petani berpikir secara lebih dinamis. Kompetensi
tehnis yang dimiliki seorang petani sebagai Jurutani seperti:
1. Bercocok-tanam
2. Perlakuan benih/bibit
4. Pengairan
5. Pengendalian hama dan penyakit
6. Panen
7. Pasca Panen
Tanaman padi atau latinnya disebut dengan Oryza Sativa L.diduga berasal dari Asia. Tanaman padi tradisional di Asia yang beriklim tropis bersifat tinggi
dan lemah, dengan daun-daun yang melengkung ke bawah dan masa dormansinya
lama. Hingga sekarang ada 2 (dua) spesies padi yang dibudidayakan manusia
secara missal yaitu: Oryza Sativa yang berasal dari Asia dan Oryza Glaberrima
yang berasal dari Afrika Barat.
Pada awal mulanya Oryza Sativa dianggap terdiri dari 2 (dua) subspesies, yaitu : indica dan japonica. Padi japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, lemmanya memiliki “ekor” atau”bulu”, bijinya
cenderung membulat, dan nasinya lengket. Sedangkan padi Indica, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, lemmanya tidak ber-“bulu” atau hanya pendek saja,
dan butir cenderung oval sampai lonjong. Walaupun kedua anggota subspesies ini
dapat saling memubuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal
dari hasil persilangan ini adalah kultivar “IR8”, yang merupakan hasil seleksi dari
persilangan japonica (kultivar “Deegeowoogen” dari Formosa) dengan Indica
(kultivar “Peta” dari Indonesia). Selain kedua varietas ini, dikenal varietas
Kajian dengan bantuan teknik
bahwa selain dua subspesies Oryza sativa yang utama, indica dan japonica, terdapat pula subspesies minor tetapi bersifat adaptif tempatan, seperti aus (padi gogo dari Bangladesh), royada (padi pasang-surut/rawa dari Bangladesh). Ashina
(padi pasang-surut dariaromatic (padi wangi dari Asia Selatan dan
Pengelompokkan ini dilakukan menggunakan penanda RFLP dibantu
dengan isozim. Kajian menggunakan penanda genetiik SSR terhadap genom inti
sel dan dua lokus pada genom kloroplas menunjukkan bahwa pembedaan indica
dan japonica adalah mantap, tetapi japonica ternyata terbagi menjadi tiga kelompok khas : temperate japonica (“japonica daerah sejuk” dari China, Korea, dan Jepang), tropical japonica (“japonica daerah tropika” dari Nusantara), dan
aromatic. Subspesies aus merupakan kelompok yang terpisah.
Berdasarkan bukti-bukti evolusi molecular diperkirakan kelompok besar
indica dan japonica terpisah sejak 400.000 tahun yang lalu dari suatu populasi
spesies moyang Oryza Rufipogon.
berbeda terhadap dua kelompok yang sudah terpisah ini. Berdasarkan bukti
arkeologi padi mulai dibudidayakan (didomestikasi) 10.000 hingga 5.000 tahun
sebelum masehi.
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan
makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebahagian besar penduduk
Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan
yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan
energi. Beras mengandung berbagai zat makanan antara lain : karbohidrat,
protein, lemak, serat kasar, abu, dan vitamin.
Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah
kering dengan sistem ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan hasil
usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman
padi yang dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis ialah Indica, sedangkan
Japonica banyak diusahakan di daerah sub tropika.
Pengenalan varietas-varietas padi hasil pemuliaan tanaman pada tahun
1960-an yang dikenal sebagai varietas “revolusi hijau” dengan ciri-ciri tanaman
yang agak pendek, tegak dan tidak peka terhadap perubahan-perubahan masa
penyinaran matahari, telah mengakibatkan penggantian pembudidayaan varietas
tradisional yang meluas, dengan varietas unggul yang lebih produktif dan lebih
tahan terhadap serangan hama.
Varietas-varietas padi baru terutama dikembangkan untuk pembudidayaan
padi di daerah rendah, yang hanya meliputi sekitar 28% dari seluruh lahan
persawahan di Asia tropis. Pada saat ini, baik Lembaga Penelitian Padi
Internasional ( International Rice Research Institute disingkat IRRI) maupun program pengujian padi internasional berupaya mengembangkan varietas khusus
yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan seperti
kekeringan, kebanjiran atau genangan air yang dalam, suhu tinggi maupun rendah
dan keadaan–keadaan lahan yang banyak beragam, bersifat alkalin ataupun lahan
lebih produktif, juga diupayakan pengembangan varietas-varietas yang tahan
terhadap kebanyakan penyakit dan serangga-serangga hama.
2.6 Kerangka Konseptual
Indonesia saat ini merupakan negara yang tergolong dalam negara sedang
berkembang, yang mana salah satu karakteristik dari negara berkembang adalah
masih banyaknya kegiatan usaha dari sektor pertanian. Namun, bukan berarti
bahwa dari potensi dari sektor pertanian hanya mempunyai peranan yang kecil
dalam menggerakkan perekonomian di suatu negara. Sebaliknya, apabila potensi
tersebut terus dikembangkan dan di dukung dari segi finansial maupun non
finansial yang memadai akan menjadikan potensi yang luar biasa. Tidak bisa
dipungkiri bahwa dukungan dari segi finansial merupakan sebuah pendekatan
yang efektif mengingat untuk menjadikan usaha dalam skala besar membutuhkan
dana yang besar pula. Maka daripada itu, pemerintah juga harus mendukung atau
paling tidak memberikan motivasi kepada masyarakat seperti adanya bantuan
peminjaman modal yang dijalankan dari sektor perbankan.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur dana, perbankan
menyalurkan dananya berupa pinjaman atau kredit kepada masyarakat yang mana
membutuhkan bantuan likuiditas dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
mereka. Tidak terkecuali bagi mereka yang berkecimpung dalam usaha sektor
agribisnis. Dana pinjaman yang diterima dapat dialokasikan dalam bentuk modal
kerja maupun investasi dalam jangka panjang. Misalnya dalam pembelian alat-alat
pertanian seperti pembelian traktor, alat perontok padi, pembelian bibit unggul,
Dalam penelitian ini salah satu bank yang menjalankan fungsi sebagai
penyalur kredit adalah Bank BRI. BRI memiliki produk kredit yang disalurkan
melalui Unit kerjanya yang dinamakan Kredit Umum Pedesaan atau yang lebih
dikenal Kupedes. Kupedes diberikan untuk mengembangakan usaha keceil dan
peranannya dalam meningkatkan pendapatan usaha mereka. Pengukuran
pendapatan usaha dapat dilihat dengan membandingkan pendapatan sebelum dan
sesudah menerima kredit serta perbedaan produksinya. Perbedaan tingkat
pendapatan antara sebelum dan sesudah mendapat kredit akan diukur
signifikansinya dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda
sehingga terlihat perbedaannya apakan dengan mendapat kredit menjadikan
mereka semakin sejahtera atau tidak. Bagan kerangka konseptual dapat
dituangkan dalam gambar berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sebelum Kupedes
Produksi
Sesudah Kupedes
2.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang
kebenarannya harus diuji secara empiris dalam penelitian. Berdasarkan
perumusan masalah diatas, maka hipotesis yang diperoleh adalah :
1. Realisasi kupedes dan produksi berpengaruh signifikan terhadap
tingkat pendapatan petani padi di Kecamatan Lubuk Pakam.
2. Ada perbedaan produksi yang signifikan antara sebelum dan sesudah
realisasi kupedes serta perubahan terhadap tingkat pendapatan petani