BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Teoritis
2.1.1. Pengertian Pendidikan
Dalam upaya agar manusia dapat menjalankan fungsi kemanusiaannya,
maka diperlukan suatu sarana agar fungsi tersebut dapat terlaksana, dan
pendidikan adalah salah satunya. Pendidikan merupakan masalah yang sangat
penting dalam kehidupan, bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan
ini Sama sekali tidak bisa dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan
keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu
bangsa sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara
tersebut, sebab pembangunan ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan
keamanan pada suatu bangsa atau negara, mutlak memerlukan keikutsertaan
upaya pendidikan untuk menstimulir dan menyertai dalam setiap fase dan proses
pembangunan.
Pengertian pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa
mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi
tujuan kehidupan secara efektif dan efisien. Pendidikan lebih dari sekadar
pengajaran, karena dalam kenyataan pendidikan adalah suatu proses dimana suatu
bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri di antara
individu-individu. Dengan kesadaran tersebut, suatu bangsa atau negara dapat
sehingga menjadi inspirasi bagi mereka dalam setiap aspek kehidupan (Azra,
1999:3).
Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik
terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.
Para ahli pendidikan telah banyak yang mengartikan pengertian
pendidikan. Pengertian-pengertian yang diberikan beragam sekali, sehingga
terjadi perbedaan – perbedaan tergantung tokoh itu memandangnya. Walaupun
ada perbedaan pandangan tentang pengertian pendidikan, secara umum terdapat
kesamaan didalam merumuskan pengertian pendidikan tersebut.
Menurut epistimologi para ahli mengemukakan berbagai arti tentang
pendidikan. Idris (1995:11) mengatakan bahwa pendidikan ialah serangkaian
kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan sianak didik
secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan
bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya.
Dalam Ensiklopedia Pendidikan Indonesia, dijelaskan tentang pengertian
pendidikan sebagai berikut .Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari
kegelapan, kebodohan dan kecerdasan pengetahuan. Dalam artian, pendidikan
baik yang formal maupun informal, meliputi segala yang memperluas segala
pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia dimana hidup”.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan ialah usaha
manusia secara sadar bertujuan mengembangkan jasmani dan rohani anak didik
Pendidikan merupakan suatu proses yang kontinyu. Ia merupakan pengulangan
yang perlahan tetapi pasti dan terus-menerus sehingga sampai pada bentuk yang
diinginkan. Disisi lain pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, ia
merupakan kebutuhan mutlak harus dipenuhi untuk mempertahankan eksistensi
ummat manusia atau juga dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah tuntunan atau
bimbingan itu harus dapat merealisasikan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak
didik yang bersifat menumbuhkan serta mengembangkan baik jasmani maupun
rohani.
Setelah penulis uraikan beberapa pengertian pendidikan secara umum
maka tentunya ada pengertian secara khusus. Pengertian secara khusus ini adalah
pengertian pendidikan menurut Islam. Jika pengertian pendidikan dikaitkan
dengan agama Islam akan menimbulkan makna lain dan mempunyai arti
tersendiri, disamping ada perbedaan-perbedaan atau sifat yang menjadi ciri-ciri
dalam pendidikan Islam, yaitu pendidikan yang diwarnai oleh nilai-nilai Islam.
Pendidikan umum diharapkan terbentuknya kepribadian anak didik sesuai dengan
ajaran Islam, sehingga ia menjadi orang dewasa yang berbudi pekerti luhur
menurut ukuran Islam. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan Islam yang
dikemukakan oleh Marimba dalam Uhbiyati (1997:9) menyatakan bahwa
pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum
agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam.
Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa para ahli
anak, sebagian lagi menurut pendidikan teori dan praktek, sebagian lain
menghendaki terwujudnya kepribadian Muslim. Namun dari perbedaan pendapat
tersebut dapat diambil kesimpulan adanya titik persamaan yang secara ringkas
dapat dikemukakan sebagai berikut: Pendidikan Islam adalah bimbingan yang
dilakukan oleh orang dewasa kepada anak didik dalam masa pertumbuhan agar ia
memiliki kepribadian muslim.Konsep ini menjelaskan, bahwa pendidikan
memiliki fungsi dan tujuan tertentu, dengan pendidikan akan tercapai kehidupan
yang harmonis yang seimbang antara kehidupan fisik material, kebutuhan mental
spiritual, mampu berdiri sendiri tanpa ketergantungan terhadap orang lain dan
berfungsi sebagaimana mestinya sesuai dengan nilai-nilai yang dianut serta
cita-cita yang telah ditetapkan.
2.1.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan
Kelancaran proses pendidikan dan keberhasilan pendidikan tidak dapat
dibebankan secara berat pada salah satu faktor pendidikan. Menurut Idris
(1995:21) faktor yang mempengaruhi pendidikan adalah anak didik, alat
pendidikan, tujuan pendidikan, pendidik dan lingkungan pendidikan. Kelima
faktor pendidikan tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Dari kelima faktor pendidikan di atas, faktor yang paling menentukan
ialah guru atau pendidik, seperti pembinaan yang telah diperolehnya, kemampuan,
atau keterampilannya dalam melakukan tugas sebagai guru, kepribadiannya, atau
falsafah hidup yang dianutnya, tujuan guru dalam melakukan tugas guru, teori
belajar dan mengajar yang dianutnya. Semua itu akan memberi cap pada
2.1.3. Jalur, Jenis dan Jenjang Pendidikan
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003,
ketentuan tentang jalur, jenis dan jenjang pendidikan terdapat dalam Bab VI pasal
13, 14, 15, dan 16.
1. Jalur Pendidikan
Sesuai dengan pasal 13, ayat 1 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 bahwa. Jalur
Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat
saling melengkapi dan memperkaya.
2. Jenis Pendidikan
Sesuai dengan pasal 15 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
tahun 2003 bahwa .Jenis pendidika mencakup pendidikan umum, kejuruan,
akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus
Jalur pendidikan yang dimaksud oleh penulis di sini adalah tingkat
pendidikan formal, di mana sekolah sebagai tempat berlangsungnya
pendidikan formal melaksanakan tugas pendidikan yang disesuaikan dengan
tahapan kemampuan peserta didik sehingga perlu adanya jenjang-jenjang
pendidikan. Menurut Murni Yusuf (1998), jalur pendidikan formal yaitu
pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjang atau tingkatan dalam
periode tertentu dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
3. Jenjang Pendidikan
Istilah jenjang pendidikan dapat dikatakan sebagai tahapan atau tingkatan
yang akan ditempuh dalam pendidikan sesuai yang tercantum dalam jenjang
tahapan dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan para perserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan
pelajaran.
Sementara dalam UU SISDIKNAS pasal 14 dinyatakan bahwa jenjang
pendidikan formal yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap, kemampuan serta membentuk
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup di masyarakat.
Selain itu befungsi pula sebagai landasan untuk jenjang pendidikan menengah,
karena tidak cukup hanya dengan mengenyam pendidikan dasar saja untuk
memperluas wawasan dan pengetahuan. Khusus bagi wanita dalam membina
rumah tangganya dengan segala problemnya nanti. Pendidikan menengah
diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar dan juga
memiliki kemampuan mengenai hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial
budaya dan juga alam sekitarnya. Dalam pendidikan menengah ini kedewasaan
seseorang mulai tumbuh dan berkembang dalam menentukan jalan hidup yang
akan dijalaninya. Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan
profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu
pengetahuan teknologi dan kesenian.
Dengan pendidikan tinggi inilah seseorang, dalam hal ini adalah orang
tua khususnya ibu diharapkan mampu menghadapi segala masalah yang dihadapi
sebuah keluarga dihpkan dapat mengenyam pendidikan tinggi sebagai bekal
wawasan yang akan menuntunnya dalam kedewasaan berfikir dan bertindak di
dalam rumah tangganya sehingga menjadi keluarga sakinnah mawaddah wa
rahmah atau dalam bahasa kita menjadi keluarga sejahtera.
2.1.4. Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat
suatu daerah dalam masa tertentu, diukur dengan nilai uang. Tinggi rendahnya
nilai pendapatan menunjukkan tingginya produktivitasnya, yang dihasilkan oleh
masyarakat tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari kita telah mengetahui tentang
pengertian pendapatan. Pendapatan diartikan sebagai penerimaan baik berupa
uang maupun barang, baik dari pihak lain maupun pihak sendiri dari pekerjan atau
aktivitas yang kita lakukan dan dengan dinilai sebuah uang atas harga yang
berlaku pada saat ini. Pendapatan seorang dapat dikatakan meningkat apabila
kebutuhan pokok seorangpun akan meningkat. Untuk mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan dalam hidupnya seseorang harus berusaha untuk mendapatkan
penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Tinggi rendahnya ekonomi
masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara besarnya pendapatan,
pengeluaran, dan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.
Menurut Jhingan (2004 : 105) pendapatan ialah penerimaan yang
dihasilkan dengan penjualan barang-barang atau jasa dan jumlahnya diukur
dengan pembebanan yang dillakukan terhadap pembeli atau klien untuk barang
Sedangkan menurut Nazier dan Fadel (2006 : 130) pendapatan ialah
suatu pertumbuhan asset yang mengakibatkan bertambahnya owner equity, tetapi
bukan karena pertambahan modal dan dari pemiliknya dan bukan pula merupakan
pertambahan asset yang disebabkan karena bertambahnya kewajiban atau
lialibilitas.
Dari definisi diatas bahwa pendapatan bukan saja diperoleh akibat
adanya pertambahan modal baru dari pemilik modal tersebut dan bukan pula
akibat dari bertambahnya kewajiban-kewajiban yang ditanggung oleh pemilik
modal tersebut.
Menurut Nazier dan Fadel (2006:135) pendapatan mengandung dua hal
utama yaitu:
1. Pendapatan dari hasil pekerjaan seseorang
Pendapatan dari hasil pekerjaan seseorang adalah melakukan pekerjaan dalam
konsep bekerja mencari nafkah / membantu mencari nafkah yang
menghasilkan barang dan jasa yang bekerja selama waktu tertentu
berturut-turut dan tidak terputus. Penghasilan atau keuntungan mencakup upah / gaji
termasuk semua tunjangan dan bonus bagi bekerja atau karyawan dan hasil
usaha berupa sewa, harga atau keuntungan, baik berupa uang atau barang.
2. Pendapatan yang datangnya dari milik sendiri
Pendapatan yang datangnya dari milik sendiri adalah orang yang melakukan
kegiatan yang dihasilkan hanya untuk di konsumsi sendiri. Misalkan
budidaya tanaman bahan makanan pokok yaitu ubi kayu, jagung dan lain
Menurut Yani (2002 : 152) distribusi pendapatan berdasarkan besarnya
yaitu distribusi pendapatan Rumah tangga yang berbeda tanpa mengacu pada
sumber pendapatan atau kelas sosialnya dan ketidakmerataan distribusi
pendapatan cukup besar di semua negara.
2.1.5. Sumber – Sumber Pendapatan
Sumber pendapatan jika dilihat dari pihak yang memperolehnya akan
berbeda – beda. Sumber pendapatan pemerintah daerah akan berbeda dengan
sumber pendapatan perusahaan komersil, ataupun pendapatan untuk rumah
tangga. Pada bagian ini akan dijelaskan pendapatan rumah tangga.
Menurut Iqbal (2004) pendapatan dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
Pendapatan dari berbagai aktivitas pertanian (on Farm), usaha diluar pertanian (off
farm) dan usaha diluar sektor pertanian pertanian. Untuk lebih jelasnya tentang
sumber pendapatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Table 2.1 Sumber Pendapatan Rumah Tangga No Kelompok Sumber
2.1.6. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Pendapatan
Menurut Yani (2002:159) tinggi rendahnya pendapatan masyarakat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Jenis pekerjaan atau jabatan
2. Pendidikan
3. Masa Kerja
4. Jumlah anggota keluarga
Menurut Yani (2002:162) jenis-Jenis pendapatan dan penerimaan
anggota keluarga dapat dilihat dari:
1. Pendapatan berupa uang, yaitu segala penghasilan berupa uang dari hasil gaji,
upah, usaha sendiri dan segala kegiatan yang berhubungan dengan penjualan
barang-barang.
2. Pendapatan berupa barang yaitu segala penghasilan yang diperoleh dalam
bentuk barang terhadap jasa yang diberikan tetapi ada juga bentuk barang
yang diterima bukan berupa balas jasa.
3. Lain- lain yakni penerimaan berupa uang dan barang yakni bersifat transfer
yang biasanya membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga.
Pendapatan mengacu pada pendapatan bersih dari satu bulan dari tiap
keluarga
Seperti halnya pegawai negeri mendapat gaji juga mendapat tunjangan
fungsional, beras, uang transport, uang makan. Untuk pekerjaan lain perhitungannya
akan mengikuti perhitungan pegawai negeri yaitu hanya mneghitung pendapatan
bersih. Pembagian jenis pekerjaan dari tiap keluarga : pegawai negeri, tentara, bekerja
tingkat pendapatan keluarga mempunyai peranan penting terhadap proses
perkembangan dan proses pendidikan anak. Dengan perekonomian yang cukup, siswa
mendapat kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya.
2.1.7. Pengertian Fertilitas
Menurut Ida Bagoes (2000:77), Fertilitas sebagai istilah demografi
diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau
sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi
yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya merupakan potensi fisik untuk
melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas.
Menurut Kusuma (2005:101), mempunyai arti sama dengan fertilitas
hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada
perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada
perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Menurut Cholil, et,all (2000 : 80), Fertilitas adalah berhubungan dengan
jumlah anak lahir hidup dari seorang wanita atau banyaknya bayi yang dilahirkan
hidup oleh seorang wanita ataupun sekelompok wanita. Dengan perkataan lain,
fertilitas merupakan performan reproduksi aktual dari seorang wanita atau
sekelompok wanita. Perbedaan antara fertilitas (jumlah anak lahir hidup) dan
fekunditas (kemampuan biologis untuk melahirkan anak lahir hidup) sering
membingungkan. Wanita yang mampu melahirkan seorang anak hidup secara
biologis adalah fekund (subur) sedangkan wanita yang tidak mampu melahirkan
anak secara lahir hidup adalah steril. Wanita yang secara biologis subur tidak
alat-alat kontrasepsi atau abstinensi, baik fekunditas maupun fertilitasi selalau
berkaitan dengan masa resproduksi wanita. Masa reproduksi wanita di mulai sejak
datangnya haid pertama dari seorang wanita (distandarisasi pada usia 15 tahun)
sampai dengan haid yang terakhir (mati haid = menopouse) yang disepakati pada
usia 49 tahun. Semakin dewasa wanita tersebut, dikatakan bahwa usia reproduksi
wanita adalah mulai umur 15 tahun dan berakhir pada usia 49 tahun.
Untuk mengetahui mengapa suatu negara (khususnya negara maju) lebih
rendah tingkat fertilitasnya dari negara-negara berkembang, digunakan variabel
sebagai alat analisis.
Menurut Tampubolon (2001:104), Variabel antara mempengaruhi
langsung fertilitas seorang wanita, semenjak faktor ekonomi, sosial budaya dan
lainnya akan berpengaruh secara tidak langsung, agar seorang wanita dapat
melahirkan, maka ia harus melalui tiga tahap, yaitu
1. Harus mengadakan hubungan seks
2. Harus mengalami kehamilan
3. Harus dapat melahirkan (partus)
Tampubolon (2001:105) menjelaskan bahwa variabel antara terdiri dari
11 variabel yang dikelompokkan, yakni Variabel Seks, variabel konsepsi dan
variabel gestasi.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan hubungan seks (variabel
hubungan seks).
a. Dimulai dan diakhirinya hubungan seks (ikatan seksual) dalam usia
1) Usia memulai hubungan seks.
2) Selibat permanen, yaitu proporsi wanita yang tidak pernah
mengadakan hubungan seks, yaitu wanita yang tidak pernah kawin.
3) Perpisahan pada usia reproduksi seperti perceraian, berpisah
ditinggal suami bekerja, pisah ranjang atau suami meninggal.
b. Kemungkinan hubungan seks selama dalam ikatan seksual
1) Abstinensi dengan sengaja atau sukarela.
2) Abstinensi karena terpaksa (karena impoten, sakit, perpisahan yang
tidak terelakkan tapi bersifat sementara).
3) Frekuensi hubungan seks (tidak termasuk periode abstinensi)
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsepsi (variabel konsepsi)
a. Kesuburan dan kemandulan biologis yang tidak disengaja.
b. Digunakan atau tidaknya kontrasepsi baik yang kimiawi dan mekanis
maupun lainnya (tradisional).
c. Kesuburan dan kemandulan yang disengaja, seperti strilisasi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gestasi dan kelahiran dengan selamat
a. Mortalitas yang tidak disengaja seperti abortus.
b. Mortalitas yang disengaja seperti pengguguran.
2.1.8. Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas
Menurut Siswono (2001:79), Faktor-faktor penunjang tingginya angka
1. Kepercayaan dan agama
Faktor kepercayaan mempengaruhi orang dalam penerimaan KB. Ada agama
atau kepercayaan tertentu yang tidak membolehkan penganutnya mengikuti
KB. Dengan sedikitnya peserta KB berarti kelahiran lebih banyak dibanding
bila peserta KB banyak.
2. MTingkat pendidikan
Semakin tinggi orang sekolah berarti terjadi penundaan pernikahan yang
berarti pula penundaan kelahiran. Selain itu pendidikan mengakibatkan orang
merencanakan jumlah anak secara rasional.
3. Kondisi perekonomian
Penduduk yang perekonomiannya baik tidak memikirkan perencanaan jumlah
anak karena merasa mampu mencukupi kebutuhannya. Jika suatu negara
berlaku seperti itu maka penduduknya menjadi banyak
4. Adat istiadat di masyarakat
Kebiasaan dan cara pandang masyarakat mempengaruhi jumlah penduduk.
Misalnya nilai anak, ada yang menginginkan anak sebanyak-banyaknya, ada
yang menilai anak laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan atau
sebaliknya, sehingga mengejar untuk mendapatkan anak laki-laki atau
sebaliknya.
5. Kematian dan kesehatan
Kematian dan kesehatan berkaitan dengan jumlah kelahiran bayi. Kesehatan
yang baik memungkinkan bayi lebih banyak yang hidup dan kematian bayi
6. Struktur Penduduk
Penduduk yang sebagian besar terdiri dari usia subur, jumlah kelahiran lebih
tinggi dibandingkan yang mayoritas usia non produktif (misalnya lebih
banyak anak-anak dan orang-orang tua usia).
Menurut Tjokroamijojo (2001:105), Kelahiran bersifat menambah jumlah
penduduk. Ada beberapa faktor yang menghambat kelahiran (anti natalitas) dan
yang mendukung kelahiran (pro natalitas). Faktor-faktor penunjang kelahiran (pro
natalitas) antara lain:
1. Kawin pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga
akan malu.
2. Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua.
3. Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki.
4. Anak menjadi kebanggaan bagi orang tua.
5. Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila
belum ada anak laki-laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi.
Menurut Tjokroamijojo (2001:110), Faktor fertilitas mengakibatkan
pertambahan jumlah penduduk menjadi besar. Faktor-faktor penghambat
kelahiran (Fertilitas), antara lain:
1. Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah
anak.
2. Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16 tahun
3. Anggapan anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
4. Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan
anak diberikan hanya sampai anak ke – 2.
5. Penundaaan kawin sampai selesai pendidikan akan memperoleh pekerjaan.
Menurut berbagai studi yang telah dilakukan, penurunan angka fertilitas
total yang terjadi di Indonesia selain disebabkan oleh pelaksanaan program KB,
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini (Rujiman, 2011):
1. Umur Kawin Pertama
Dalam masyarakat Indonesia, hubungan antara laki – laki dan perempuan
dipandang harus melalui lembaga perkawinan yang sah menurut norma
agama dan menurut Undang – Undang Perkawinan Tahun 1974. Selain itu,
karena usia perkawinan juga dipengaruhi oleh adat istiadat dan anggapan
masyarakat tentang umur berapa sebaiknya perempuan meninkah, maka umur
kawin pertama dapat menjadi indicator dimulainya seseorang perempuan
berpeluang untuk hasil dan melahirkan. Dalam kondisi seperti ini, perempuan
yang kawin pada usia muda mempunyai tentang waktu untuk kehamilan dan
melahirkan, lebih panjang dibandingkan dengan mereka yang kawin pada
umur yang lebih tua dan mempunyai lebih banyak anak dibandingkan dengan
mereka yang menikah pada umur lebih tua
2. Peningkatan Pendidikan Perempuan
Kesempatan perempuan untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi
yang menunda perkawinan untuk menyelesaikan pendidikan yang diinginkan.
Selain itu, perempuan yang berpendidikan tinggi cenderung memilih terjun ke
pasar kerja terlebih dahulu sebelum memasuki perkawinan. Kalaupun mereka
menikah pada usia muda, pengetahuan mereka tentang alat pencegahan
kehamilan cukup tinggi sehingga sebagian dari mereka menunda kelahiran
anak atau menyelesaikan masa repoduksi, baru kemudian masuk ke pasar
kerja.
Hasil studi di Indonesia menunjukkan adanya hubungan yang berbentuk huruf
U terbalik antara tingkat pendidikan dengan jumlah anak yang dipunyai. Hasil
SDKI tahun 1994 dan 1997 menunjukkan hubungan dengan bentuk huruf U
terbalik. Pada pendidikan yang sangat rendah tingkat fertilitas rendah dan
angka kelahiran meningkat pada tingkat pendidikan tamat SD. Setelah tamat
SD, fertilitas menunjukkan penurunan dengan meningkatnya pendidikan
3. Partisipasi Perempuan Dalam Pasar Kerja.
Peningkatan pendidikan bagi perempuan dan peningkatan peluang bagi
perempuan untuk bekerja menyebabkan peningkatan partisipasi angkatan
kerja perempuan. Semakin terbukanya industry, terutama industry garmen
eletkronik, serta industry jasa menyebabkan banyak perempuan terjun ke
pasar kerja. Hal ini menyebabkan terjadinya penundaan usia kawin pertama.
Hatmadji dan Suradji (1979) menjelaskan bahwa hasil SUPAS 1985
memperlihatkan bahwa perempuan yang hanya mengurus rumah tangga saja
cenderung mempunyai anak yang lebih banyak, sedangkan perempuan yang
bahwa perbedaan jumlah anak yang dilahirkan antara perempuan yang
bekerja dan mengurus rumah tangga lebih besar diperkotaan daripada
diperdesaan.
4. Lingkungan Tempat Seseorang Dibesarkan
Tempat tinggal dari lahir sampai berumur 12 tahun dianggap mempengaruhi
persepsi dan jalan pikiran seseorang untuk bersikap dan berperilaku, termasuk
perilaku melahirkan. Seseorang yang dibesarkan di perkotaan akan
mempunyai sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh situasi perkotaan yang
umumnya lebih modern dibandingkan dengan tempat mereka yang
dibesarkan di daerah perdesaan. Selain itu, tempat tinggal di perkotaan
memudahkan diperolehnya informasi tentang berbagai pengetahuan modern
termasuk mengenai metode pengaturan dan pencegahan kehamilan
dibandingkan di perdesaan. Oleh sebab itu, muncul dugaan bahwa angka
kelahiran di daerah perkotaan akan lebih rendah dibandingkan dengan angka
kelahiran di perdesaan. Hasil SDKI 1997 menunjukkan bahwa angka fertilitas
total diperkotaan lebih rendah dibandingkan dengan angka fertilitas total di
perdesaan masing – masing 2,40 dan 2,98 (Adioetomo dan Samosir dalam
Rujiman, 2008).
Untuk menentukan jumlah kelahiran dalam satu wilayah digunakan
angka kelahiran (Fertilitas). Angka kelahiran yaitu angka yang menunjukkan
2.2. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan untuk mendukung
hasil penelitian ini nantinya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti/Tahun Judul
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian 1 Harniwita
(2008)
Pengaruh Tingkat Pendapatan terhadap Gizi Keluarga Di Desa Buluh Cina Kecamatan Belajar Anak Kelas II Di SMK Triguna anak kelas II, namun dorongan orang tua
Sumber: Dari Berbagai Sumber, 2012
2.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasikan sebagai
antara variable-variabel penelitian yaitu variable bebas dengan variable terikat.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah pendidikan dan
tingkat pendapatan. Sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah Fertilitas.
Pendidikan merupakan pendidikan formal yang telah dijalani oleh
penduduk yang diperoleh secara formal. Pendidikan formal merupakan
pendidikan yang diselenggarakan secara bersama antara pemerintah dan swasta.
Contoh dari pendidikan formal ini adalah seperti, SD, SMP, SMA/SMK dan
Perguruan Tinggi.
Pendapatan merupakan jumlah penerimaan bulanan dari penduduk untuk
kehidupannya sehari – hari. Sumber pendapatan ini tidak menjadi perhatian
khusus. Sebab ukuran darimana tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap
variabel Fertilitas.
Sedangkan Fertilitas adalah tingkat kelahiran yang selamat, atau dengan
kata lain tingkat Fertilitas ini dapat diukur dengan jumlah anak yang dimiliki oleh
penduduk, yang nantinya akan dijadikan sampel penelitian.
Sesuai dengan teori yang telah diuraikan bahwa faktor – faktor yang
mempengaruhi tingkat Fertilitas adalah ekonomi yang diukur dengan pendapatan
bulannnya dan pendidikan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pada penelitian ini dapat disusun
kerangka konseptual untuk mengarahkan penelitian ini agar lebih menghasilkan
sesuai dengan harapan dari penelitian ini. Kerangka konseptual penelitian ini
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Pada
penelitian ini berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis penelitian ini yaitu
“Terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan pendapatan
terhadap fertilitas di Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang”.
Tingkat Pendidikan (X1)
Pendapatan (X2)