• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Eksistensi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

EKSISTENSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL

DALAM PERGAULAN PADA ERA GLOBALISASI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia 1 Dosen Pengampu: Deri Anggraini, M.Pd.

Ayunda Silvia Dewi Ernawan NPM 13144600231

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Banyak berkat yang Ia berikan tetapi sering kita lupakan. Makalah ini dibuat dalam jangka waktu tertentu, sehingga penulis bersyukur karena dapat menyelesaikannya sesuai dengan yang diharapkan. Bahasa adalah alat komunikasi manusia dan keberadaannya sangat penting, maka penulis membuat makalah yang membahas eksistensi bahasa, terutama bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang harus dipertahankan eksistensinya pada era globalisasi ini. Oleh karena itu, makalah ini berjudul “Eksistensi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dalam Pergaulan pada Era Globalisasi.”

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut telah membantu penulis dengan cara memberikan dukungan dan pengarahan agar makalah ini dapat disusun dengan baik. Mereka telah memberikan dukungan moral yang sangat berarti bagi penulis. Tanpa mereka, makalah ini tidak dapat disusun dengan baik. Penulis mendapatkan banyak pengetahuan baru dan bimbingan dengan menulis makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dery Anggraini, M.Pd. selaku Dosen Pengampu Bahasa Indonesia 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta;

2. Kedua orang tua,kakak, dan keluarga besar penulis;

3. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstrukstif dari para pembaca dan pengguna makalah ini. Saran dan kritik tersebut diperlukan demi perbaikan makalah ini. Penulis berharap dengan adanya saran dan kritik dari para pembaca, maka makalah ini menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak yang berkepentingan.

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ayunda Silvia Dewi Ernawan

NPM : 13144600231

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Makalah : Eksistensi Bahasa Indoneia sebagai Bahasa Nasional dalam Pergaulan pada Era Globalisasi

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini benar-benar merupakan pekerjaan saya sendiri bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau hasil pemikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan makalah ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 18 November 2013 Yang membuat pernyataan

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Makalah ... 3

E. Manfaat Makalah ... 4

BAB II PEMBAHASAN ... 7

A. Kajian Teori ... 7

1. Eksistensi ... 8

2. Bahasa Indonesia ... 9

3. Eksistensi Bahasa Indonesia ... 9

4. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional ... 10

BAB III PENUTUP ... 16

A. Kesimpulan ... 16

B. Saran ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 18

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 19

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu cepat menuntut para pengambil kebijakan di bidang bahasa bekerja keras untuk menyempurnakan dan meningkatkan semua sektor yang berhubungan dengan masalah pembinaan bahasa. Eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan pada era globalisasi perlu diperhatikan oleh masyarakat Indonesia. Keberadaan bahasa Indonesia semakin lama semakin pudar karena banyak orang Indonesia, terutama anak muda, orang dari kalangan bisnis, dan pejabat yang menggunakan bahasa selain Indonesia, seperti „bahasa gaul‟ dan bahasa asing. Bahasa asing tersebut antara lain bahasa Inggris, Jepang, Korea, dan sebagainya. Tentu ini merupakan kenyataan yang ironis karena orang Indonesia justru lebih bangga apabila mereka menguasai bahasa asing daripada menguasai bahasa mereka sendiri. Masyarakat Indonesia, sebagai pemakai bahasa Indonesia, seharusnya bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa Indonesia, mereka dapat menyampaikan perasaan dan pikirannya dengan sempurna dan lengkap kepada orang lain.

Bangsa Indonesia semestinya bangga memiliki bahasa yang dapat mewakili perasaan dan pikirannya itu. Namun, kenyataannya tidak demikian. Rasa bangga berbahasa Indonesia belum tertanam pada setiap orang Indonesia. Rasa menghargai bahasa asing (dahulu bahasa Belanda, sekarang bahasa Inggris) masih terus menampak pada sebagian besar orang Indonesia. Mereka menganggap bahwa bahasa asing lebih tinggi derajatnya ketimbang bahasa nasional mereka sendiri, bahasa Indonesia. Bahkan, mereka seolah acuh tak acuh dengan perkembangan bahasa Indonesia (Muslich, 2010: 38).

Muslich (2010: 38-39) menyatakan sebagai berikut.

(6)

a. Banyak orang Indonesia memperlihatkan dengan bangga kemahirannya menggunakan bahasa Inggis walaupun mereka tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik.

b. Banyak orang Indonesia merasa malu apabila tidak menguasai bahasa asing (Inggris) tetapi tidak pernah merasa malu dan kurang apabila tidak menguasai bahasa Indonesia.

c. Banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan

tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya lebih menguasai bahasa Indonesia dengan baik.

d. Banyak orang Indonesia merasa dirinya lebih pandai daripada yang lain karena telah menguasai bahasa asing (Inggris) dengan fasih walaupun penguasaan bahasa Indonesianya kurang sempurna.

Kenyataan-kenyataan tersebut merupakan sikap pemakai bahasa Indonesia yang negatif dan tidak baik. Hal itu akan berdampak negatif pula pada perkembangan bahasa Indonesia. Sebagian pemakai bahasa Indonesia menjadi pesimis, menganggap remeh, dan tidak percaya kemampuan bahasa Indonesia dalam mengungkapkan pikiran dan perasaanya dengan lengkap, jelas, dan sempurna.

Oleh karena itu, perlu adanya pembahasan tentang eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan pada era globalisasi.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

(7)

bahasa asing padahal mereka tidak dapat menguasai bahasa Indonesia dengan baik.

Era globalisasi adalah tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mempertahankan bahasa Indonesia di tengah pergaulan dunia. Fenomena negatif yang ada di tengah-tengah masyarakat dapat menimbulkan dampak negatif pula. Sebagian pengguna bahasa Indonesia akan menganggap remeh bahasa tersebut. Untuk itu, penulis memberikan gambaran tentang eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan di era globalisasi. Makalah ini juga akan membahas penggunaan bahasa Indonesia dalam pergaulan dan upaya pelestariannya. Bangsa Indonesia harus mampu mencintai dan melestarikan bahasa Indonesia bukan merusaknya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut (1) Apakah eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional masih ada di tengah pergaulan pada era globalisasi?, (2) Mengapa eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperlukan dalam pergaulan pada era globalisasi?, (3) Dimana eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan dalam pergaulan pada era globalisasi?, (4) Siapa yang mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan pada era globalisasi?, (5) Kapan eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dilestarikan dalam pergaulan pada era globalisasi?, (6) Bagaimana eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan pada era globalisasi?.

D. Tujuan Makalah

(8)

lembaga-lembaga yang mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan pada era globalisasi, (5) waktu dilestarikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan pada era globalisasi, dan (6) proses serta upaya-upaya mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan pada era globalisasi.

E. Manfaat Makalah

Makalah ini dapat memberikan manfaat, yaitu: 1. Bagi Anak Muda;

Anak muda dapat memahami fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia. Mereka dapat berdisiplin dalam berbahasa Indonesia. Mereka dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dalam pergaulan mereka. Mereka dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam situasi formal. Mereka dapat berkepribadian baik karena berbahasa santun dan berdasarkan tata kaidah bahasa yang berlaku. Mereka dapat ikut serta mempertahankan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan mereka maupun dunia.

2. Bagi Pebisnis;

Pebisnis dapat mengunakan bahasa Indonesia dalam urusan bisnis mereka. Mereka dapat membuat iklan dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional daripada menggunakan bahasa internasional, yaitu bahasa Inggris. Mereka dapat mengenalkan bahasa Indonesia kepada rekan bisnis mereka. Mereka dapat memahami pentingnya eksistensi bahasa Indonesia. Mereka dapat mengajarkan bahasa Indonesia kepada pendatang baru dengan mengadakan kursus singkat. Seperti negara maju pada umumnya, pendatanglah yang hendaknya mempelajari bahasa setempat.

3. Bagi Dosen;

(9)

mendorong mahasiswa untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan bangga. Dosen dapat termotivasi untuk ikut melestarikan bahasa Indonesia dengan mengadakan lomba menulis makalah atau karya ilmiah. Pengajaran Bahasa Indonesia (PBI) yang diajarkan dosen, terutama dosen bahasa Indonesia, dapat membekali mahasiswa calon guru untuk mengajarkan materi tersebut kepada murid-murid mereka di masa depan. Dengan pengajaran tersebut, diharapkan bahasa Indonesia dapat dipertahankan eksistensinya.

4. Bagi Pemimpin Indonesia;

Pemimpin Indonesia dapat menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasionalnya daripada menggunakan bahasa asing. Pemimpin Indonesia dapat memperbaiki kesalahan yang sering mereka buat dalam menyampaikan pidato dan menyalurkan aspirasi rakyat. Mereka dapat memiliki manifestasi dari sikap mental positif terhadap bahasa yang seharusnya mereka bina dan kuasai dengan baik. Mereka akan merasa wajib untuk menggunakan dan melestarikan bahasa Indonesia. Mereka dapat mendorong masyarakat Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan bangga. Mereka dapat ikut mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia.

5. Bagi Masyarakat;

Masyarakat dapat menjadi bangga akan bahasa Indonesia. Mereka dapat menggunakan bahasa Indonesia dalam pergaulan pada era globalisasi. Mereka dapat bersikap kritis terhadap penggunaan bahasa asing yang dapat mengancam eksistensi bahasa Indonesia. Mereka dapat ikut melestarikan bahasa Indonesia. Mereka dapat berkomunikasi satu sama lain dalam pergaulan dengan adanya bahasa nasional. Mereka dapat menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain dengan bahasa Indonesia.

6. Bagi Penulis;

(10)
(11)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian Teori 1. Eksistensi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 378) eksistensi adalah keberadaan. Eksistensi dalam bentuk kata benda berarti hal berada. Berdasarkan penjelasan tersebut, eksistensi memaksudkan suatu keberadaan atau keadaan. Definisi makna sebenarnya yang terkandung memang sulit untuk dipahami. Hal ini disebabkan kata-kata dan bahasa sesungguhnya tidak sempurna, sehingga gagasannya tidak dapat dinyatakan secara persis. Terlebih lagi, kata eksistensi itu mencakup hal yang luas. Namun, bukan berarti kata tersebut tidak dapat dijabarkan (Bagoes, 2013).

Kata eksistensi dapat dipahami dengan melihat konteks kalimatnya. Misalnya, eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan pada era globalisasi berarti keberadaan bahasa tersebut sebagai bahasa nasional di tengah pergaulan pada era itu. Eksistensi juga mengandung arti adanya satu hal dalam jangka waktu tertentu. Maksudnya, hal itu masih ada tidak sampai jangka waktu yang ditentukan. Sebagai contoh, eksistensi bahasa Indonesia masih ada sampai sekarang. Ini berarti bahasa Indonesia masih ada sampai sekarang. Eksistensi bahasa Indonesia sangat diperlukan oleh masyarakat.

(12)

Masyarakat juga sering menggunakan bahasa alay, bahasa gaul, dan bahasa sejenis yang dapat mengancam eksistensi bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kita perlu melestarikan dan menjaga eksistensi bahasa Indonesia.

2. Bahasa Indonesia

Sejarah mencatat bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu-Riau, salah satu bahasa daerah yang berada di kawasan Sumatera. Pengangkatan dan penamaan bahasa Melayu-Riau menjadi bahasa Indonesia oleh para pemuda pada “Konggres Pemoeda”, 28 Oktober 1928, “lebih bersifat politis” daripada “bersifat linguistis”. Jadi, secara linguistis, yang dinamakan bahasa Indonesia saat itu sebenarnya ialah bahasa Melayu. Tujuannya adalah ingin mempersatukan para pemuda Indonesia, alih-alih disebut bangsa Indonesia. Ciri-ciri kebahasaannya sama dengan bahasa Melayu. Namun, para pemuda menggunakan nama bahasa Indonesia yang dapat memancarkan inspirasi dan semangat nasionalisme, bukan nama bahasa Melayu yang berbau kedaerahan (Muslich, 2010: 26).

Muslich (2010: 27) menjelaskan bahwa butir ketiga ikrar “Soempah Pemoeda” berbunyi “Kami poetra-poetri Indonesia,

mendjoenjoeng tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia” (Kami putra

dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia). Ikrar yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober oleh bangsa Indonesia ini juga memperlihatkan betapa pentingnya bahasa bagi suatu bangsa. Bahasa sebagai alat komunikasi yang paling efektif dan mutlak diperlukan oleh setiap bangsa. Tanpa bahasa, bangsa tidak mungkin berkembang. Selain itu, bangsa tidak mungkin dapat menggambarkan dan menunjukkan dirinya secara utuh dalam dunia pergaulan dengan bangsa lain. Akibatnya, bangsa itu akhirnya lenyap ditelan zaman. Jadi, bahasa menunjukkan identitas bangsa tersebut.

(13)

identitas nasional (c) pemersatu berbagai lapisan masyarakat yang berbeda latar belakang sosial budaya bahasa, dan (d) alat perhubungan komunikasi antarbudaya dan antardaerah.

3. Eksistensi Bahasa Indonesia

Eksistensi bahasa Indonesia dapat dilihat dari pengembangan dan penggunaannya dalam sejarah. Bahasa Indonesia masih digunakan hingga saat ini. Hanin (2012) menjelaskan bahwa sejarah bahasa Indonesia yang kita gunakan sekarang ini berasal dari bahasa Melayu Riau dari abad XIX, yang merupakan salah satu ragam bahasa Melayu dari Kepulauan Riau. Kerajaan Sriwijaya mempunyai peranan penting dalam menyebarkan bahasa Indonesia ke seluruh wilayah Nusantara secara tidak langsung. Kerajaan tersebut adalah kerajaan besar yang menguasai jalur perdagangan di Nusantara. Kerajaan itu menduduki wilayah kerajaan Melayu dan meluas hingga ke wilayah di luar Nusantara. Oleh karena itu, sampai saat ini negara Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura juga menggunakan bahasa Melayu walaupun dengan dialek yang agak berbeda.

Mulai sekitar abad ke-20 bahasa Indonesia dipakai oleh masyarakat di lingkungan pemerintahan administratif. Masa penjajahan memberi peranan dalam pembentukan bahasa Indonesia masa kini. Banyak kata-kata serapan yang berasal dari bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Portugis, dan bahasa Belanda. Kata-kata serapan tersebut terlalu sering digunakan dalam percakapan bahasa Indonesia, sehingga bentuknya diubah dan lama kelamaan diserap ke dalam bahasa Indonesia baku. Tonggak bersejarah perkembangan bahasa Indonesia terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, Indonesia mencangangkan “Soempah Pemoeda”. Dalam “Soempah Pemoeda” itu secara resmi bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional (Die, 2013).

(14)

Indonesia.”. Hal ini juga mempunyai tujuan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang pada saat itu masih tercerai berai akibat penjajahan bangsa asing yang berlangsung lama dan berkepanjangan. Die (2013) mengatakan bahwa bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi Republik Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia diresmikan sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Eksistensi bahasa Indonesia dapat dilihat dari digunakannya bahasa tersebut hingga saat ini. Hanin (2012) mengemukakan bahwa pada era globalisasi bahasa Indonesia telah dipakai oleh 90% dari seluruh penduduk Indonesia. Bahasa ini juga telah dipakai di hampir semua instansi resmi pemerintahan, pendidikan, perdagangan, transportasi, media massa, dan lain-lain. Namun, masih ada sebagian kecil penduduk atau suku belum mengenal bahasa Indonesia. Eksistensi bahasa Indonesia juga terlihat di negara asing. Muslich (2010: xi) mengatakan bahwa perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri cukup pesat, begitu pula dengan perkembangannya di luar negeri. Data terkhir memperlihatkan setidaknya 52 negara asing telah membuka program bahasa Indonesia (Indonesian Language Studies). Bahkan, perkembangan ini semakin meningkat setelah

terbentuk Badan Asosiasi Kelompok Bahasa Indonesia Penutur Asing di Bandung tahun 1999.

4. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

(15)

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia dijunjung tinggi sama dengan bendera nasional, Merah Putih, dan lagu nasional, Indonesia Raya. Dalam melaksanakan fungsi ini, bahasa Indonesia tentu harus memiliki identitasnya sendiri, sehingga serasi dengan lambang kebangsaan lainnya. Bahasa Indonesia dapat mewakili identitasnya sendiri apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa, sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain, yang memang benar-benar tidak diperlukan, misalnya istilah atau kata dalam bahasa Inggris yang sering diadopsi padahal istilah atau kata tersebut ada padanannya dalam bahasa Indonesia (Muslich, 2010: 35). Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh masyarakat pemakai bahasa Indonesia. Mereka seharusnya menggunakan bahasa Indonesia apabila sudah ada padanannnya daripada menggunakan istilah atau kata asing. Sebagai contoh, dalam kalimat “dia sudah tidak care denganku” sebaiknya diganti dengan “dia sudah tidak peduli denganku.”

Bangsa Indonesia sangat perlu untuk menggunakan bahasa nasional mereka di tengah fenomena negatif yang terjadi di masyarakat. Kenyataan-kenyataan dan akibat-akibat dari fenomena tersebut kalau tidak diperbaiki akan berakibat terhambatnya perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia harus dibina dan dikembangkan dengan baik karena bahasa Indonesia adalah salah satu identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Setiap orang Indonesia patutlah memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia, janganlah menganggap remeh dan mempunyai sikap negatif serta mengerahkan usaha agar selalu cermat dan teratur menggunakan bahasa Indonesia. Sebagai warga Indonesia yang baik, mestilah mengembangkan budaya malu apabila tidak menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Jika tidak, kenyataan-kenyataan tersebut akan berdampak lanjut antara lain sebagai berikut.

(16)

alternative, airport, masing-masing untuk “halaman”, “latar belakang”, “kenyataan”, “kemungkinan (pilihan)”, dan “lapangan terbang” atau “bandara”.

b. Banyak orang Indonesia menghargai bahasa asing secara berlebihan, sehingga ada kata dan istilah asing yang “amat asing” atau “terlalu asing”. Hal ini disebabkan salah pengertian dalam menerapkan kata-kata asing tersebut, misalnya rokh, insyaf, fihak, fatsal, syarat (muatan), (dianggap) syah. Padahal, kata-kata tersebut cukup diucapkan dan ditulis roh, insaf, pihak, pasal, sarat (muatan), dan (dianggap) sah.

c. Banyak orang Indonesia mempelajari dan menguasai bahasa asing dengan baik tetapi menguasai bahasa Indonesia apa adanya. Terkait dengan itu, banyak orang Indonesia mempunyai bermacam-macam kamus bahasa asing tetapi tidak mempunyai satu pun kamus bahasa Indonesia. Seolah-olah semua kosakata bahasa Indonesia telah dikuasainya dengan baik. Akibatnya, jika mereka kesulitan menjelaskan atau menerapkan kata-kata yang sesuai dalam bahasa Indonesia, mereka akan mencari jalan pintas dengan cara sederhana dan mudah. Sebagai contoh, penggunaan kata yang mana yang kurang tepat, pencampuradukkan penggunaan kata tidak dan bukan, pemakaian kata ganti saya, kami, kita yang tidak jelas (Muslich, 2010: 40).

Berbagai masalah ada dalam upaya mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Misalnya, banyak orang menggunakan bahasa Indonesia “asal orang mengerti”, memakai bahasa prokem, bahasa plesetan, bahasa gaul, bahasa alay, dan bahasa jenis lain

(17)

martabat bahasa Indonesia sesungguhnya menunjuk pada banyak sedikitnya penghargaan yang diberikan kepada bahasa Indonesia oleh pemakainya. Prinsip kehematan maupun kejelasan hendaknya digunakan secara tepat dan penuh pertimbangan dalam setiap praktik kebahasaan, termasuk bahasa promotif. Preferensi yang berlebihan terhadap salah satu kutub di antara kedua pilihan justru membuat bahasa yang digunakan menjadi sangat tidak efektif bahkan bisa jadi akan sangat merepotkan.

(18)

Individu dan lembaga-lembaga yang seharusnya mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia adalah masyarakat Indonesia sendiri, universitas, swasta, dan pemerintah. Masyarakat Indonesia hendaknya bangga menggunakan dan mempertahankan bahasa Indonesia pada era globalisasi ini. Para dosen hendaknya menggunakan dan mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar kepada mahasiswa-mahasiswanya. Pihak swasta hendaknya menggunakan bahasa Indonesia dalam tulisan di produk mereka sebaliknya daripada menggunakan bahasa asing. Media massa juga berperan dalam menjaga eksistensi bahasa Indonesia. Para wartawan, reporter, dan penulis media massa hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pemerintah hendaknya menggunakan bahasa Indonesia sewaktu menyampaikan pidato mereka dan memberikan fasilitas untuk pembinaan bahasa Indonesia.

Pelestarian bahasa Indonesia harus dimulai dari sekarang. Hal ini dikarenakan bahasa Indonesia menghadapi banyak tantangan pada era globalisasi ini. Tantangan tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar. Sedini mungkin upaya melestarikan dan menjaga eksistensi bahasa Indonesia dilakukan, maka tantangan-tantangan tersebut akan dapat diatasi. Masyarakat perlu memfiltrasi bahasa-bahasa yang dapat mengancam eksistensi bahasa nasional, bahasa Indonesia, sejak saat ini. Bangsa Indonesia hendaknya menggunakan bahasa Indonesia sekarang karena hal ini dapat mempengaruhi eksistensi bahasa tersebut.

(19)
(20)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam pergaulan pada era globalisasi ini harus dipertahankan dan dijaga oleh bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia masih digunakan dan dipelajari oleh orang-orang, baik di dalam maupun di luar negeri. Masyarakat hendaknya menggunakan bahasa Indonesia dengan bangga daripada menggunakan bahasa asing. Penggunaan bahasa prokem, bahasa plesetan, bahasa gaul, bahasa alay, dan bahasa jenis

lain yang tidak mendukung eksistensi dan perkembangan bahasa Indonesia hendaknya diminimalisir. Upaya untuk mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia hendaknya dimulai dari sekarang. Muslich (2010: 21-25, 42) menjelaskan bahwa upaya-upaya tersebut yaitu (a) mengembangkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia, (b) merencanakan bahasa sebagai upaya menanggulangi tantangan, (c) meningkatkan peran media massa, (d) mengajarkan tentang kebangsaan, (e) melaksanakan KTSP bahasa Indonesia, (f) memperbaiki mutu guru bahasa Indonesia, (g) memberikan penyuluhan bahasa Indonesia, (h) melibatkan organisasi pemuda, (i) meningkatkan kepedulian para petinggi terhadap eksistensi bahasa Indonesia, dan (j) menerapkan disiplin berbahasa Indonesia.

(21)

B. Saran

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Bagoes, N. (2013). Pengertian eksistensi dan kajian usabha candidasa part I. Diakses tanggal 22 November 2013, dari www.congkodok.blogspot.com.

Die, W.Y. (2012). Perkembangan teknologi dan globalisasi terhadap bahasa

indonesia. Diakses pada tanggal 22 November 2013, dari

www.slideshare.net.

Hanin, K. (2012). Sejarah bahasa indonesia bahasa nasional. Diakses pada

tanggal 22 November 2013, dari

www.kumpulansejarah1001.blogspot.com.

Muslich, M. (2010). Bahasa indonesia pada era globalisasi: kedudukan, fungsi, pembinaan, dan pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Rahardi, K. (2006). Dimensi-dimesi kebahasaan-aneka masalah bahasa indonesia terkini. Jakarta: Erlangga.

(23)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ayunda Silvia Dewi Ernawan

Tempat, tanggal lahir : Bantul, 22 September 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen

Status : Belum menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Pedukuhan V Cerme 018/009, Kulon

Progo, DIY, 55655

Telepon : 085725700978

Email : ayundasilviadewi@yahoo.com

Pendidikan:

1995-1997 : TK An-Nur, Yogyakarta

1997-2001 : SDN 1 Maguwoharjo, Yogyakarta 2001-2003 : SDN Cerme

2013 : Mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Pendidikan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Pekerjaan:

2009 : SPG Crrantee Cosmetic, Kebumen 2009-2010 : Wiyata bakti bahasa Inggris SDN 1

(24)

2012-2013 : Wirausaha di bidang les privat dan desain busana, Yogyakarta

2013 : Mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Pendidikan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Yogyakarta

Organisasi:

2003-2004 : Bendahara II OSIS SMPN 1 Panjatan 2004-2005 : Ketua OSIS

SMPN 1 Panjatan

2013 : Keluarga Mahasiswa Kristiani (KMK) Kenisa Universitas PGRI Yogyakarta Hobi dan minat : Membaca, mendesain, menulis cerpen,

mempelajari bahasa asing, menyanyi, dan mendengarkan musik

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan dapat dipertanggungjawabkan.

Hormat saya,

(25)

Referensi

Dokumen terkait

Mengembangkan pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta) menjadi pelabuhan Utama Internasional (International Hub Port) secara penuh, sehingga mampu melayani kapal peti kemas generasi ke

Pernyataan tanggung jawab yang disusun oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Pengguna Anggaran dan Kuasa Pengguna Anggaran serta Penanggung jawab unit akuntansi belum

Dengan menggunakan state machine mendeteksi perangkat lain yang sama, maka perangkat dapat mengenali lebih dari satu perangkat lain pada jaringan yang sama.. Hasil dari

Penyebab dari overconfidence yaitu kepercayaan diri yang berlebihan bahwa informasi yang diperoleh mampu dimanfaatkan dengan baik karena memiliki kemampuan analisis

Pangruwating Diyu adalah sebuah ilmu sebagai kunci orang dapat memahami isi indraloka pusat tubuh manusia yang berada di dalam rongga dada yaitu pintu gerbang atau kunci rasa

Berdasarkan pengalaman pengguna, dosis rendah hingga sedang (1-5 gram) serbuk daun kratom memiliki efek stimulan ringan yang menyenangkan, pada dosis lebih tinggi

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, anugerah dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penelitian skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil

Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang cukup berarti dan signifikan antara komunikasi formal dengan motivasi kerja karyawan di Instalasi Farmasi RSUD