• Tidak ada hasil yang ditemukan

10 Masalah Kependudukan Utama di Indones

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "10 Masalah Kependudukan Utama di Indones"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis 10 Masalah Kependudukan di Indonesia 1. Jumlah Populasi

Masalah kependudukan Indonesia yang pertama adalah tingginya populasi

penduduk. Tercatat, tahun 2012 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 243,3 juta jiwa, menduduki peringkat ke-4 negara yang penduduknya terbanyak di dunia, dan ke-3 di Asia. Jumlah penduduk di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun.

Provinsi Penduduk

1971 1980 1990 1995 2000 2010

Aceh 2008595 2611271 3416156 3847583 3930905 4494410

Sumatera Utara 6621831 8360894 10256027 11114667 11649655 12982204 Sumatera Barat 2793196 3406816 4000207 4323170 4248931 4846909

Riau 1641545 2168535 3303976 3900534 4957627 5538367

Jambi 1006084 1445994 2020568 2369959 2413846 3092265

Sumatera Selatan 3440573 4629801 6313074 7207545 6899675 7450394

Bengkulu 519316 768064 1179122 1409117 1567432 1715518

Lampung 2777008 4624785 6017573 6657759 6741439 7608405

Kepulauan Bangka Belitung - - - - 900197 1223296

Kepulauan Riau - - - - - 1679163

DKI Jakarta 4579303 6503449 8259266 9112652 8389443 9607787 Jawa Barat 21623529 27453525 35384352 39206787 35729537 43053732 Jawa Tengah 21877136 25372889 28520643 29653266 31228940 32382657 DI Yogyakarta 2489360 2750813 2913054 2916779 3122268 3457491 Jawa Timur 25516999 29188852 32503991 33844002 34783640 37476757

Banten - - - - 8098780 10632166

Bali 2120322 2469930 2777811 2895649 3151162 3890757

Nusa Tenggara Barat 2203465 2724664 3369649 3645713 4009261 4500212 Nusa Tenggara Timur 2295287 2737166 3268644 3577472 3952279 4683827 Kalimantan Barat 2019936 2486068 3229153 3635730 4034198 4395983 Kalimantan Tengah 701936 954353 1396486 1627453 1857000 2212089 Kalimantan Selatan 1699105 2064649 2597572 2893477 2985240 3626616 Kalimantan Timur 733797 1218016 1876663 2314183 2455120 3553143 Sulawesi Utara 1718543 2115384 2478119 2649093 2012098 2270596 Sulawesi Tengah 913662 1289635 1711327 1938071 2218435 2635009 Sulawesi Selatan 5180576 6062212 6981646 7558368 8059627 8034776 Sulawesi Tenggara 714120 942302 1349619 1586917 1821284 2232586

Gorontalo - - - - 835044 1040164

(2)

Maluku Utara - - - - 785059 1038087

Papua Barat - - - - - 760422

Papua 923440 1173875 1648708 1942627 2220934 2833381

INDONESIA 119208229 147490298 179378946 194754808 206264595 237641326

Catatan : Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut, Rumah Perahu, dan Penduduk Ulang-alik/Ngelaju) Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000 dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995

Jumlah penduduk yang besar ini sebenarnya bisa menjadi masalah, bisa juga menjadi aset suatu negara. Masalahnya adalah, penduduk bisa menjadi aset jikalau kualitas penduduknya pun baik. Dengan menempati posisi ke-4 jumlah penduduk terbanyak di dunia, Indonesia berada pada posisi 121 di dunia (2013) dalam kualitas penduduknya. Masih sangat jauh dengan China yang memiliki penduduk terbanyak di dunia, dan kualitas penduduknya yang sangat tinggi.

Masalah kualitas dalam jumlah penduduk yang besar sebenarnya kembali lagi kepada dimana keseriusan pemerintah menangani kesejahteraan yang sebesar-besarnya. Tercatat tahun 2013, 31,02 juta penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan. Angka ini berkurang sedikit dari setahun sebelumnya, yakni 32 juta jiwa. Hal ini diperparah dengan adanya kenaikan harga bbm, sembilan bahan pokok, serta krisis global.

Diprediksi beberapa tahun ke depan, masalah populasi yang terus bertambah akan tetap terjadi, bahkan justru semakin parah jika tidak adanya keseriusan penanganan dari pemerintah dan kesadaran dari masyarakat. Diprediksi pada tahun 2015 dan 2025 jumlah penduduk di Indonesia mencapai 255,7 dan 278 juta jiwa. Hal ini

mengakibatkan menumpuknya penduduk, dengan kualitas yang diragukan.

2. Prevalensi Kontrasepsi

(3)

Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi adalah angka yang menunjukkan berapa banyaknya PUS yang sedang memakai kontrasepsi pada saat pencacahan dibandingkan dengan seluruh PUS. Angka Prevelensi Kontrasepsi ini sering disebut dengan CPR (Contraceptive Prevalence Rate).

Informasi tentang besarnya CPR sangat bermanfaat untuk menetapkan kebijakan pengendalian kependudukan, serta penyediaan pelayanan KB baik dalam bentuk mempersiapkan pelayanan kontrasepsi seperti sterilisasi, pemasangan IUD, persiapan alat dan obat kontrasepsi, serta pelayanan konseling untuk menampung kebutuhan dan menanggapi keluhan pemakaian kontrasepsi.(5)

Hasil Susenas 2002 menunjukkan bahwa Angka Prevalensi Kontrasepsi Indonesia adalah 54,2%. Artinya satu diantara dua pasangan usia subur di Indonesia pada tahun 2002 sedang memaki sesuatu cara KB. Perbedaan Angka Prevalensi Kontrasepsi di wilayah perkotaan dengan wilayah perdesaan amat kecil, yang menunjukkan bahwa strategi pendekatan program KB di daerah perkotaan dan pedesaaan hampir sama kuatnya.

(4)

Di samping itu, hak-hak dan kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana (KB) yang merupakan dasar terwujudnya keluarga kecil berkualitas belum dipahami oleh sebagian masyarakat dan keluarga. Dari data SDKI 2002-03 hanya 60,3 persen pasangan usia subur (PUS) yang ingin ber-KB dapat terpenuhi permintaannya, sedangkan 8,6 persen PUS yang sebenarnya tidak ingin anak atau menunda

kehamilannya, tidak memakai kontrasepsi (unmet need).Sebagian masyarakat, orang tua maupun remaja sendiri belum memahami hak-hak dan kesehatan reproduksi remaja. Masyarakat dan keluarga masih enggan untuk membicarakan masalah reproduksi secara terbuka dalam keluarga. Para anak dan remaja lebih merasa nyaman mendiskusikannya secara terbuka dengan sesama teman. Hal ini disebabkan oleh pemahaman nilai-nilai adat, budaya, dan agama yang menganggap pembahasan kesehatan reproduksi sebagai hal yang tabu.

Sementara itu, pusat atau lembaga advokasi dan konseling hak-hak dan kesehatan reproduksi bagi remaja yang ada saat ini masih terbatas jangkauannya dan belum memuaskan mutunya. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui jalur sekolah nampaknya juga belum sepenuhnya berhasil. Semua ini mengakibatkan banyaknya remaja yang kurang memahami atau mempunyai pandangan yang tidak tepat tentang masalah kesehatan reproduksi. Pemahaman yang tidak benar tentang hak-hak dan kesehatan reproduksi ini menyebabkan banyaknya remaja yang berperilaku menyimpang tanpa menyadari akibatnya terhadap kesehatan reproduksi mereka. (6)

(5)

3. Angka Kematian Kasar

Angka kematian kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian untuk setiap 1000 orang penduduk pada pertengahan tahun yang terjadi pada suatu daerah pada waktu tertentu.(1)

CDR = DP x1000

Keterangan :

CDR = angka kematian kasar

D = jumlah kematian pada tahun tertentu

P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun itu

Angka kematian kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan pengaruh umur penduduk. Sehingga angka ini berguna untuk memberikan gambaran kepada kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila

dikurangkan dari angka kelahiran kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah.(1)

Angka kematian kasar Indonesia menurut PBB adalah sebesar 6 dari 1000 penduduk Indonesia. Angka kematian bayi saat ini di Indonesia sudah membaik, namun angka kematian ibu melahirkan masih tinggi. Hal tersebut terjadi karena kurangnya perhatian terhadap ibu hamil dan bayinya pada saat mengandung.

Dengan angka kematian kasar sebesar itu, Indonesia berada pada peringkat 52 diantara negara-negara di dunia. Namun di ASEAN, angka kematian kasar Indonesia lebih baik dibandingkan Laos, Kamboja, Myanmar, Thailand, dan Timor Leste. Sedangkan angka kematian kasar terkecil di dunia diduduki oleh Timur Tengah.

Berdasarkan jumlah kematian pada tahun 2007. Angka kematian kasar menurut jenis kelamin terlihat bahwa pada laki-laki AKK lebih tinggi yaitu 5,3 perseibu, sedangkan pada perempuan 3,9 perseribu. Secara keseluruhan AKK di Indonesia berada pada angka 4,6 perseribu.(2)

(6)
(7)

Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa angka kematian kasar di Indonesia meningkat seiring dengan meningkatnya angka kelahiran. Hal ini terjadi karena banyaknya penduduk Indonesia yang kurang memperhatikan dan mampu mengendalikan tingkat kelahirannya yang dibarengi dengan kurangnya perhatian terhadap janin maupun ibu hamil. Sehingga angka kematian ibu pun tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan angka kematian kasar semakin meningkat.

Pemerintah seharusnya lebih tegas dalam memberikan kebijakan dan penyuluhan tentang pentingnya mengendalikan tingkat kelahiran seperti program keluarga berencana maupun pentingnya dalam memberikan perhatian terhadap janin dan ibu hamil serta melakukan perbaikan di sektor kesehatan dimana kelahiran dapat ditekan, kematian bayi dan ibu menurun sehingga penduduk Indonesia lebih mengerti tentang pentingnya menekan angka kematian kasar yang tinggi tersebut dan kehidupan penduduk Indonesia pun lebih sejahtera.

4. Angka Ketergantungan

Rasio ketergantungan (dependency ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk umur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun ke atas

(keduanya disebut dengan bukan angkatan kerja) dibandingkan dengan jumlah pendduk usia 15-64 tahun (angkatan kerja).(3)

Keterangan:

RK = Rasio Ketergantungan

P(0-14) = Jumlah Penduduk Usia Muda (0-14 tahun)

P(65+) = Jumlah Penduduk Usia Tua (Di atas 65 tahun)

P(15-64) = Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64 tahun)

(8)

di atas 65 tahun. Angka ketergantungan Indonesia terdapat pada peringkat 95 diantara seluruh negara di dunia.

Untuk melihat Indonesia sebagai negara yang maju atau belum maju akan dilihat rasio ketergantungan di Indonesia. Rasio ketergantungan Indonesia akan dihitung berdasarkan data sensus, yaitu sensus tahun 1971, sensus tahun 1980, sensus tahun 1990, dan sensus tahun 2000. Karena data sensus tahun 2010 belum ada maka selanjutnya akan digunakan data SUPAS tahun 2005.

(9)
(10)

Dari Sensus tahun1971 dependency ratio sebesar 81,487, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 81 orang usia tidak produktif. Rasio ketergantungan pada sensus 1971 tinggi, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia tahun 1970 an belum baik. Indonesia belum merupakan Negara maju. Sensus 1980 dependency

ratio-nya sebesar 79,117, artiratio-nya setiap 100 orang usia produktif menanggung 79 orang usia tidak produktif. Ratio ketergantungan pada sensus 1980 masih tinggi, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia tahun 1980 an belum juga baik. Indonesia masih belum maju.

Tetapi dibandingkan dengan dependency ratio tahun 1971 tahun 1980 lebih baik, walaupun perbedaannya tidak terlalu besar. Sensus 1990 dependency ratio-nya sebesar 67,830, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 68 orang usia tidak produktif. Ratio ketergantungan pada sensus 1990 tidak tinggi lagi tetapi belum rendah (menengah). Dibanding tahun 1971 dan 1980 rasio ketergantungan turun.

Kondisi ekonomi Indonesia tahun 1990-an sudah jauh lebih baik. Walaupun belum merupakan Negara maju, tetapi Indonesia menuju ke Negara maju. Sensus 2000

(11)

masih diposisi menengah, tidak tinggi lagi tetapi belum rendah. Dibanding tahun 1990 sudah turun, yang berarti kondisi ekonomi Indonesia tahun 2000 sudah lebih baik dari tahun 1990.

Apalagi bila dibanding tahun 1971 dan 1980 kondisi ekonomi Indonesia jauh lebih baik. Dependency ratio-nya sebesar, artinya setiap 100 orang usia produktig

menanggung orang usia tidak produktif Supas 2005 dependency rationya sebesar 50,812, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 51 orang usia tidak produktif.(4)

Sebenarnya hal yang menyebabkan angka ketergantungan menjadi salah satu masalah penting terkait kependudukan di Indonesia adalah tingginya tingkat kelahiran, sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia, pendapatan yang relatif rendah, dan rendahnya kualitas pendidikan yang dimiliki penduduk usia produktif. Tingginya tingkat kelahiran menimbulkan beban yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif semakin tinggi pula. Sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia menimbulkan masalah pengangguran sehingga banyak penduduk usia produktif tidak mampu menanggung biaya hidup penduduk usia muda dan usia tidak produktif. Selain itu, rendahnya pendapatan yang dimiliki oleh penduduk usia produktif menimbulkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan, sanitasi, kesehatan, dan kesejahteraan penduduk usia muda dan usia tidak produktif yang harus ditanggungnya. Rendahnya pendapatan seseorang mempengaruhi kemampuan dalam memperoleh pendidikan berkualitas tinggi sehingga mereka penduduk usia produktif pun sulit dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Selain itu, dapat kita ketahui bahwa pendidikan yang tersedia di banyak daerah pedesaan di Indonesia tergolong rendah sehingga penduduk usia produktif pun sulit untuk mendapatkan lapangan pekerjaan yang layak.

(12)

Jadi nantinya dependency ratio akan semakin kecil dengan tanggungan terbesar untuk kelompok usia 65 tahun+. Gambaran ini merupakan hasil dari kelompok usia produktif besar, yang seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik. Sedangkan kelompok usia muda (0 – 15 tahun) menurun dan usia tua (65 tahun+) bertambah, sehingga bentuk piramida penduduk akan berubah menjadi bentuk ke 3 (sarang tawon).

(4)

Selain itu, hal ini dapat terjadi apabila penduduk Indonesia mampu mengendalikan tingkat kelahirannya yang didukung dengan kebijakan pemerintah seperti lebih

menegaskan dalam berjalannya program keluarga berencana, pemerintah dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan layak serta kemampuan penduduk usia produktif untuk mengetahui bagaimana cara memperoleh pekerjaan yang layak sehingga mampu menanggung kebutuhan penduduk usia muda dan usia produktif dan mampu mencegah timbulnya masalah sosial yang terjadi di Indonesia.

5. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate)

Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) merupakan angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Angka kelahiran kasar dihitung untuk mengetahui tingkat kelahiran yang terjadi di suatu daerah tertentu pada waktu tertentu. Angka Kelahiran Kasar (CBR) dihitung dengan membagi jumlah kelahiran pada tahun tertentu (B) dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama (P). (Triyuli, Kurnia. 2010)

P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun, P = (Po + P1)/2,

Po = jumlah penduduk pada awal tahun, dan

(13)

Saat ini angka kelahiran kasar di Indonesia berada pada angka 21 di setiap 1000 penduduk di Indonesia. Negara Indonesia berada pada peringkat 104 di dunia bersama dengan negara Maroko dan El Salvador. Menurut data BPS, Bappenas, UNSPA, angka kelahiran kasar tertinggi di Indonesia terjadi pada tahun 2010 dan terjadi paling banyak di Maluku Utara, Maluku, Riau, dan Kepulauan Riau, sementara paling rendah berada di Provinsi Yogyakarta, Bali, dan Sulawesi Utara. Setiap tahun, terjadi empat juta kelahiran di Indonesia, dan angka ini setara dengan jumlah penduduk Singapura. BPS telah meprediksikan angka kelahiran kasar di Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan berada pada angka 17 orang dari 1000 penduduk Indonesia.

6. Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate)

Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) adalah rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia suburnya. TFR merupakan gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar negara atau antar daerah dapat menunjukkan keberhasilan daerah dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonominya. Angka TFR yang tinggi dapat merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan program KB yang dilaksanakan selama tiga dekade ini.

Diketahuinya TFR untuk suatu daerah akan membantu para perencana program pembangunan untuk meningkatkan rata-rata usia kawin, meningkatkan program pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan Ibu hamil dan perawatan anak, serta untuk mengembangkan program penurunan tingkat. (7)

Dari angka kelahiran total, dapat diketahui indikator yang menyangkut kesehatan ibu. Jika angka kelahiran total tinggi maka hal ini mencerminkan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan perempuan yang rendah, tingkat sosial ekonomi rendah, dan tingkat kemiskinan tinggi. Total Fertility Rate pada tahun 2007 mencapai 2,6% per wanita, angka ini lebih baik daripada tahun 1970 yang mencapai 5,6% per wanita.

(14)

tinggi, dan berada pada peringkat 106 di dunia, setara dengan El Salvador dan Bangladesh.

7. Harapan Hidup

Harapan hidup adalah jumlah diharapkan (dalam arti statistik) tahun kehidupan yang tersisa pada usia yang diberikan. Ini dilambangkan oleh e'' x'', yang berarti

rata-rata jumlah tahun-tahun berikutnya kehidupan seseorang yang sekarang berusia '' x'', menurut pengalaman kematian tertentu. Dalam literatur teknis, simbol ini berarti jumlah rata-rata '' lengkap '' tahun hidup tersisa, termasuk pecahan setahun. Statistik terkait termasuk pecahan tahun, arti normal harapan hidup, memiliki simbol dengan lingkaran kecil '' e''.

Harapan hidup dari sekelompok individu bergantung pada perawatan. Istilah yang dikenal sebagai harapan hidup ini paling sering digunakan dalam konteks populasi manusia, tetapi juga digunakan dalam tanaman atau hewan ekologi; dihitung dengan analisis kehidupan tabel (juga dikenal sebagai aktuaria tabel).

Istilah harapan hidup juga dapat digunakan dalam konteks benda-benda yang diproduksi dan 49.0 tahun Jepang (2008 EST), meskipun Jepang tercatat harapan hidup mungkin telah sangat sedikit meningkat oleh menghitung banyak kematian bayi sebagai anaknya. Usia tertua rekaman dikonfirmasi untuk setiap manusia adalah 122 tahun (Jeanne Calment). Ini disebut sebagai "maksimum harapan hidup", yang merupakan batas atas kehidupan, jumlah maksimum tahun setiap manusia dikenal memiliki tinggal.

Dari film yang telah disaksikan, untuk Indonesia sendiri sekarang memiliki harapan hidup rata-rata berumur 71 tahun yang sekrang berada di peringkat 109 dunia. Ini menandakan kesehatan di Indonesia sendiri mulai meningka, mulai dari akses kesehatan dan perbaikan gizi membuat angka harapan hidup menjadi bertambah.

Meningkatnya kesehatan bisa dilihat dari tabel jumlah akses kesehatan berikut:

Jumlah Sarana Kesehatan

Satuan

Rumah

Sakit* Puskesmas Pustu** Posyandu Apotik Tempat Tidur Dokter Bidan/ perawat

(15)
(16)

2

Sumber: Statistik Indonesia dan Profil Kesehatan berbagai Edisi

** Sebelum tahun 1978 masih bernama BKIA Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak

Dari data diatas dapat dilihat bahwa akses kesehatan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Maka dari itu kesehatan di Indonesia pun lambat laut semakin meningkat dan sekaligus harapan hidupnya pun meningkat.

Nutrisi

Indikator Terpilih 1992 1995

Perempuan Laki-laki L+P

% dari anak berumur lima ke Bawah yang Ternutrisi

dengan Baik 55.53 66.7 61 63.86

Indikator Terpilih

1995

Perkotaan Pedesaan Perkotaan +Pedesaan

% dari Perempuan Usia Hamil yang Ternutrisi dengan

Baik 78.98 74.21 76.04

Indikator Terpilih 1996 1997 1998

% dari Rumahtangga yang Mengkonsumsi Garam

Beryodium 58.01 62.1 65.18

Indikator Terpilih Unit 1990 1993 1996

Rata-rata Harian Konsumsi Protein Per Kapita (tidak

(17)

Rata-rata Harian Konsumsi Protein Per Kapita (termasuk estimasi kasar konsumsi protein makanan jadi)

Gram 47.39 48.89 54.49

Rata-rata Harian Konsumsi Kalori Per Kapita (tidak

termasuk konsumsi kalori makanan jadi) KKal

1896.0 5

1869.5 2

1849.2 1

Rata-rata Harian Konsumsi Kalori Per Kapita (termasuk estimasi kasar konsumsi kalori makanan jadi)

KKal 1983.23 2018.97 2019.79

Dapat dilihat dari nutrisi di tahun 90an pun nutrisi di Indonesia sudah baik dan dari beberapa indikator adanya peningkatan di 3 tahun terakhir. Kecuali pada indikator Rata-rata Harian konsumsi kalori Per Kapita.

Sebenarnya hal ini akan terus menjadi masalah di Indonesia. Karena saat ini pemerintah Indonesia akan terus berusaha meningkatkan kesehatan dan harapan hidup masyarakat. Walaupun akses kesehatan dan nutrisi di Indonesia sudah baik, Indonesia harus bisa terus meningkatkan angka harapan hidupnya seperti negara China yang sudah mencapai angka 83 tahun.

8. Angka Pertumbuhan

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.

Menurut film yang kami tonton, angka pertumbuhan di Indonesia terus meningkat dikarenakan angka kelahiran yang terus meningkat dan mulai menurunnya tingkat kematian di Indonesia.

(i) Kelahiran (Fertilitas)

(18)

(Tabel 1 Lampiran) (ii) Kematian (Mortalitas)

Faktor Kematian (mortalitas) merupakan pengurangan penduduk melalui kematian disuatu wilayah pada suatu priode tertentu. Menurunnya angka kematian (mortalitas) bisa dilihat pada tabel berikut:

(Tabel 2 Lampiran)

Dari tabel diatas bisa dilihat fakta dari terus naiknya angka kelahiran di Indonesia yang dikarenakan masih banyaknya yang tidak mengikuti program KB dan menurunnya tingkat kematian dikarenakan akses kesehatan Indonesia yang semakin membaik. Hal-hal tersebutlah yang membuat angka pertumbuhan di Indonesia terus menanjak.

Masalah ini pun akan terus menjadi masalah jangka panjang di Indonesia. Hal ini menurut kami mungkin dikarenakan semakin baiknya Indonesia untuk mengurangi jumlah kematian dari perbaikan kesehatan. Sebenarnya itu hal yang baik, tetapi bisa juga menjadi peledakan jumlah penduduk. Lalu dari jumlah kelahiranpun kemungkinan masih sulit karena rakyat-rakyat di daerah masih banyak yang berpikir “banyak anak banyak rejeki” sehingga merekapun masih banyak yang tidak mau mengikuti program KB.

9. Angka Kematian Bayi

Angka kematian bayi adalah salah satu indicator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena dapat menggambarkan kesehatan penduduk secara umum. Angka kematian tersebut dapat di definisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (BPS).

(19)
(20)

Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi sehingga kematian bayi masih merupakan masalah di Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya pembangunnan di bidang kesehatan, hal ini bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh

pelayanan kesehatan secara mudah, murah, dan merata. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan tercapainya kesehatan masyarakat yang baik. Bila pembangunan kesehatan berhasil, maka secara langsung akan berefek langsung pada peningkatan kesejahteraan di Indonesia. Karena pembangunan di bidang kesehatan mempunyai keterkaitan dengan peningkatan mutu SDM, oleh sebab itu program kesehatan harusnya lebih di pusatkan pada bayi dan balita.

10. Migrasi

Penduduk merupakan sumber daya utama yang berpengaruh besar terhadap pembangunan suatu wilayah. Menurut, Population Reference Bureau (PRB) (2011), jumlah penduduk di dunia pada tahun 2011 sekitar 6,987 milyar dan diperkirakan Jumlah penduduk dunia telah menembus 7 miliar jiwa pada tahun 2013 ini. Tahun 2011 jumlah penduduk Indonesia sekitar 238,2 juta jiwa.

Jumlah penduduk yang besar akan bermanfaat jika daerah tersebut merupakan daerah yang produktif, akan tetapi butuh modal yang sangat besar. Sehingga jika tidak terpenuhi akan menjadi suatu masalah. Migrasi penduduk merupakan salah satu dari tiga komponen demografi yang menyebabkan perubahan struktur penduduk, yaitu perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah yang lain dengan melewati batas administrasi atau politik suatu negara (Salmah, 2010).

(21)

Hasil Sensus Penduduk 2010 (BPS, 2012) mencatat 5.396.419 penduduk atau 2,5% penduduk merupakan migrant masuk risen antar propinsi. Pada tahun 2010 migrant masuk tertinggi di Indonesia berada di Propinsi Jawa Barat yaitu sekitar 1.048.964 jiwa, sedangkan migrant keluar risen tertinggi dari Banten yaitu sebanyak 979.860 jiwa.

(22)

Migrasi secara umum bukan merupakan masalah bagi Indonesia, tetapi migrasi yang tidak merata lah yang menjadi masalah di Indonesia. Dilihat dari persentase jumlah penduduk yang terpusat di Pulau Jawa yang menyebabkan pembangunan yang tidak merata.

(23)

Kesimpulan & Saran 1. Kesimpulan

Masalah kependudukan di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari jumlah populasi, prevalensi kontrasepsi, angka kematian kasar, angka ketergantungan, dan lainnya. Masalah-masalah ini akan terus terjadi di Indonesia jika tidak adanya penanganan yang serius dari pemerintah, mulai dari kebijakan-kebijakan yang ada, dibantu dengan pasrtisipati aktif dari masyarakat mengatasi masalah yang ada.

Sebenarnya jumlah penduduk Indonesia cukup besar dapat menjadi potensi dan asset untuk negara, namun faktanya jauh dari harapan. Angka kematian, kelahiran, migrasi, dan lainnya yang tidak bisa diatur dengan sedimikian rupa menyebabkan masalah-masalah kependudukan ini tiada habisnya. Sekali lagi, dibutuhkan keseriusan pemerintah serta bantuan dari masyarakat agar masalah-masalah kependudukan terus berkurang atau bahkan turun seminim mungkin.

2. Saran

(24)

FOOTNOTES

(1)Data Statistik Indonesia. 2014. Angka Kematian Kasar. Dalam: http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?

option=com_content&task=view&id=410&Itemid=410&limit=1&limitstart=0.

(2) Irianto, Joko, dkk. 2007. Angka Kematian Di Berbagai Propinsi Di Indonesia. Dalam: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek/article/viewFile/1681/pdf.

(3)Badan Pusat Statistik. 2014. Rasio Ketergantungan. Dalam: http://sirusa.bps.go.id/index.php?r=indikator/view&id=95.

(4)Dewi, Sita. 2014. Rasio Ketergantungan Analisa untuk Indonesia. Dalam: http://stdewi.files.wordpress.com/2014/04/rasio-ketergantungan.pdf.

(5)Data Statistik Indonesia. 2014. Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi. Dalam: http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?

option=com_content&task=view&id=331&Itemid=331

(6)Draft Bappenas. 2014. Pengendalian Pertumbuhan Penduduk, Pembangunan Kependudukan, dan Keluarga Kecil Berkualitas. Dalam:

http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8111/1653/

(7)Badan Pusat Statistik. 2014. Angka Kelahiran Total. Dalam: www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Arifin, dkk. 2012. Proyeksi Angka Migrasi Penduduk Indonesia Tahun 2005-2010. Dalam:

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/8502/JURNAL.pdf? sequence=1. Bandung. Diakses tanggal 17 Mei 2014 pukul 12.44.

Anonim. 2011. Harapan hidup - Apakah harapan hidup?. Dalam: http://www.news-medical.net/health/Life-Expectancy-What-is-Life-Expectancy-%28Indonesian %29.aspx . Diakses pada tanggal 17 Mei 2014 pukul 20.16.

Anonim. 2012. Data Statistik Indonesia. Dalam: http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?

option=com_content&task=view&id=312&Itemid=312&limit=1&limitstart=1. Diakses pada tanggal 17 Mei 2014 pukul 19.18.

BPS. 2012. Angka Kematian Bayi menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1994, 1997, 2000, 2002, 2007, 2010 dan Kematian Dibawah Usia Lima Tahun menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1994, 1997, 1999 dan 2007. Dalam:

http://bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=5, Bandung. Diakses tanggal 17 Mei 2014 pukul 16.33.

BPS. 2012. Migrasi Risen (Recent Migration) Tahun 1980, 1985, 1990 , 1995, 2000, 2005, dan 2010. Dalam: http://bps.go.id/tab_sub/view.php?

kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=9, Bandung. Diakses tanggal 17 Mei 2014 pukul 10.29.

BPS. 2012. Migrasi Seumur Hidup (Life Time Migration) Tahun 1971, 1980, 1985,

1990,1995, 2000, 2005, dan 2010 . http://bps.go.id/tab_sub/view.php?

(26)

Data Statistik Indonesia. 2014. Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi. Dalam: http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?

option=com_content&task=view&id=331&Itemid=331 Diakses pada tanggal 17 Mei 2014 pukul 21.32.

Draft Bappenas. 2014. Pengendalian Pertumbuhan Penduduk, Pembangunan Kependudukan, dan Keluarga Kecil Berkualitas. Dalam:

http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8111/1653/ Diakses pada tanggal 17 Mei 2014 pukul 22.05.

Saragih, Yan Chrisly. 2013. Pertumbuhan Penduduk. Dalam:

http://yancsdotme.wordpress.com/2013/03/30/pertumbuhan-penduduk/. Diakses pada 17 Mei 2014 pukul 19.45.

Salmah, A Ummu. 2010. Kompilasi Bahan Ajar Kependudukan. Jurusan

Biostatistik/KKB Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar.

Triyuli, Kurnia. 2010. Angka Kelahiran Kasar. Dalam:

Referensi

Dokumen terkait

perusahaan, maka penulis tertarik untuk menulis laporan akhir dengan judul “Analisis Rasio Profitabilitas Pada PT Tiga Putri Mutiara Di Palembang”.

Surabaya : Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Bahasa dan Seni Katholik Widya Mandala. Skills And Keguruan dan

Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tinggi badan ibu dengan kejadian stunting, hal ini sejalan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa tinggi

All family members will gather together to worship, reminisce about their ancestors and wish good luck for a brand new year During the first three days of the year, Vietnamese

Studi Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, 2012) yang berjudul Pengaruh Kagiatan Ekstrakurikuler Robotika Terhadap Kecerdasan

Matahari dapat menghasilkan energi setiap saat dengan jumlah yang sangat besar karena proses yang terjadi di dalam intinyaa. Perubahan energi yang terjadi selama proses ini

4.3.1 siswa dapat menyesaikan permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan kaidah pencacahan pada aturan penjumlahan, aturan perkalian dan faktorial.. PETA KONSEP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan pendekatan ordinary least square (OLS), maka dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel yang berasal dari sektor riil yaitu