• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menalaah Peran Negara dalam pemberdayaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Menalaah Peran Negara dalam pemberdayaan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Menalaah Peran Negara dalam

pemberdayaan terhadap

perempuan

Oleh Rinaldi Ikhsan Nasrulloh

“Men rise from one ambition to another: first, they seek to secure themselves against attack, and then they attack others. - Niccolo Machiavelli”

Melalui aturan-aturan perundang-undangan, institusi negara memiliki kekuasaan untuk membentuk suatu identitas yang dapat mengubah struktur sosial dalam masyarakat patriarkis agar dapat memberikan kesempatan pada perempuan tampil dalam ranah publik dan menunjukkan potensi serta bakat yang ia miliki. Inilah yang penulis harapkan dapat terwujud dikemudian hari, khususnya dalam skala nasional serta lingkungan sosial di sekitar kita agar tidak ada lagi pembatasan terhadap perempuan untuk tampil dalam ranah publik .

Manuel Castell (The Power of Identity, 2010) dalam konsep project identity

menjelaskan adanya identitas yang terjadi pada suatu kelompok dipengaruhi oleh nilai-nilai dominan yang ada di dalam suatu masyarakat. Secara substansial project identity adalah situasi atau kondisi dimana identitas seseorang atau kelompok mengalami perubahan dari yang lama dan menjadi identitas yang baru. Dalam konteks feminisme, perjuangan membentuk atau melawan nilai-nilai dominan yang sudah ada merupakan usaha ‘suci’ untuk mencapai suatu masyarakat yang baru tanpa adanya diskiminasi. Transformasi struktur sosial secara keseluruhan dengan membangun identitas baru diharapkan dalam argumen castell dapat menciptakan reposisi, dalam konteks perjuangan feminis reposisi perempuan melalui konsep project identity adalah perempuan dapat berada pada ranah publik dan berdaya. .

(2)

dan sumber daya yang ada dalam masyarakat. Kontruksi tersebut pada gilirannya menempatkan perempuan sebagai subjek dari hubungan yang bersifat asimetris. Relasi gender sendiri merupakan cerminan sosial, politik, ekonomi, budaya dan psikologi dari aspek material dan ideologi sistem gender. Relasi gender yang tidak setara menurut Barriteau bukan hanya dilihat dari hubungan antara laki-laki dan perempuan (interpersonal) saja, namun juga relasi perempuan dan negara.

Relasi perempuan yang dimaksud oleh Barriteau adalah bagaimana peran dari sebuah institusi legal yang bernama negara memiliki andil dalam melanggengkan budaya patriarkis yang ada di wilayah negara tersebut. Misalnya dalam ranah publik ketika perempuan ingin memberikan sumbangsihnya atas sebuah karya yang ingin ia kembangkan namun terbatas akibat adanya pelarangan yang berbasiskan gender. Hal ini tentu merugikan posisi perempuan. Pelarangan yang berbasiskan gender inilah yang disinggung oleh Barriteau sebagai salah satu peran yang ternyata terdapat adanya genderisasi, tidak hanya melulu membicarakan mengenai perempuan dan laki-laki tapi adanya ketimpangan pada negara yang memiliki relasi kuasa, sehingga berkontribusi pada pelanggengan budaya patriarkis di wilayah suatu negara.

Perempuan vs Negara

Dalam buku yang ditulis oleh Soetjipto, Ani (2013) dkk, seorang akademis gender yang berbasiskan Hubungan Internasional, dalam bukunya Gender dan HI :sebuah pengantar digambarkan mengenai diskriminasi yang dilegalkan dalam negara Iran. Ketidaksetaraan hubungan antara laki-laki dan perempuan memiliki satu tujuan, yaitu kontrol.

Lebih lanjut klasifikasi dalam kontrol negara yang dilakukan di Iran terbagi menjadi tiga jenis kontrol, yaitu kontrol terhadap seksualitas perempuan, kontrol terhadap budaya minoritas, dan kontrol terhadap pemikiran para intelektual dan aktivis politik. Dalam menjalankan kontrol negara tersebut, pemerintah fundamentalis Iran mempraktekkan segregasi (gender apartheid) melalui premisnya bahwa perempuan secara fisik, moral dan intelektual lebih rendah bila dibandingkan dengan laki-laki, sehingga tidak dimungkinkan adanya partisipasi yang setara bagi perempuan di bidang sosial dan politik.

(3)

dan menentukan nilai apa yang layak untuk diterapkan dan nilai yang tidak layak. Di titik ini kita dapat melihat bagaimana signifikansinya peran negara dalam kontribusinya memberdayakan perempuan dan menghilangkan mitos-mitos sulitnya perempuan untuk bersaing dalam ranah publik.

Peran Negara dalam pemberdayaan perempuan

Seiring perkembangan jaman dengan masuknya nilai-nilai demokrasi dan kesadaran mengenai pentingnya saling menghormati, Indonesia sebagai salah satu negara yang berbasiskan masyarakat kurang lebih sembilan puluh persen muslim, memberikan salah satu contoh nyata akan peran negara dalam hal ini organisasi masyarakat dalam memberdayakan kaum perempuan.

Peran gerakan Aisyah dalam tubuh Muhammadiyah yang berada di Indonesia, adalah bukti nyata salah satu pemberdayaan perempuan. Aisiyah secara resmi berdiri pada tanggal 27 Rajab 1335 H/19 Mei 1917 bersamaan dengan peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Peringatan itu baru kali pertama diselenggarakan oleh Muhammadiyah. Gerakan perempuan Muhammadiyah ini berfokus pada dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar melalui bidang sosial untuk mencapai terwujudnya masyarakat madani yang egaliter, meningkatkan kualitas perempuan Indonesia yang luhur akhlaknya (suara merdeka, 2010).

Kegiatan perempuan seperti tersebut di atas dalam ranah publik dapat mengambil beberapa bentuk :

(a) hak kebebasan berbicara;

(b) kebebasan berekpresi melalui media masa;

(c) proses politik dan musyawarah secara independen di semua tingkatan;

(d) perencanaan struktur sosio ekonomi dan penggunaan sumber daya dan alokasi keuangan dan menjamin hak hak asasi manusia.

(4)

menginginkan adanya kesamaan dalam hak untuk berada di ranah publik memicu adanya usaha lebih dalam memperjuangkan.

Contoh gerakan yang kedua oleh gerakan Aisyah merupakan realitas yang ada di dalam lingkungan suatu masyarakat dengan adanya peran negara, dimana ternyata terdapat gerakan yang membuat perempuan dapat berkontribusi dan mengekspresikan dirinya di hadapan publik dan pro aktif dalam memperjuangkan nilai-nilai kebaikan dalam lingkup sosial, politik dan budaya.

Inilah konsep yang dimaksudkan oleh Castell mengenai adanya usaha untuk transformasi dan reposisi pada Project Identity, dalam konteks feminis konstruksi sosial pada perempuan diubah bahwa perempuan mampu dan berdaya untuk berada pada ruang publik serta tidak layak menerima diskriminasi dalam bentuk apapun.

Mengubah pandangan dan perempuan berdaya

Penulis meyakini bahwa kontruksi patriarkis yang ada di masyarakat melalui kontruksi gambaran mengenai perempuan merupakan adanya kesalahan dalam tafsir dan egoisme untuk menguasai satu dengan yang lainnya merupakan akar dari adanya kontruksi sosial di dalam masyarakat yang kemudian berbuah pada diskriminasi dalam berbagai bentuk pada tataran kehidupan. perempuan dapat mengembangkan dirinya jauh lebih baik serta memiliki etos kerja yang tidak kalah dengan laki-laki dalam pekerjaan atau kegiatan yang berada pada ranah publik.

Untuk mengubah dan mereposisi ketidaksetaraan gender, Rao dan Kelleher (2003) berargumen bahwa untuk mengurangi ketidaksetaraan gender secara global maka institusi semestinya diubah. Lebih diutarakan bahwa hal-hal yang perlu diubah mencakup aturan yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial dan ekonomi serta menentukan siapa mendapatkan apa, siapa melakukan apa, dan siapa yang menentukannya.

(5)

Pemberdayaan perempuan yang penulis ingin gambarkan dalam tulisan ini adalah bagaimana Negara dan masyarakat berfikir ulang mengenai pandangan kita tentang gender pada perempuan, baik itu yang berada pada lingkungan sekitar kita maupun perempuan pada umumnya. Hal ini menjadi penting, mengingat sebuah kalimat populer dari seorang filsuf terkenal asal Yunani, Descarter yang mengatakan aku berpikir maka aku ada. Lewat perspektif manusia dapat menginternalisasi setiap tindakan dan perbuatan melalui proses kinerja otak dalam alam bawah sadarnya.

Negara juga dihadapkan dapat menjadi salah satu komponen penting yang mendorong adanya usaha reposisi dalam kontruksi patriarkis di dalam masyarakat, dan menghapuskan adanya budaya diskriminasi yang berbasiskan gender. Dalam konteks Feminis, kita berharap dapat membuahkan hasil pada tidakan nyata dimana tidak ada lagi diskriminasi dalam memandang gender dalam segala aspek kehidupan. Castell memang tidak berbicara secara eksplisit menjelaskan bagaimana feminisme secara menyeluruh, namun lewat konsep Project Identity yang dimaksudkan oleh Castell, ia memberikan contoh feminisme ke dalam kajian identitas dan memberikan sebuah wacana kritis yang dapat bermanfaat bagi kaum perempuan khususnya dalam persoalan pembedayaan perempuan.

DAFTAR REFERENSI

Manuel Castells. (2010) . The Power of Identity. Barcelona : A John Wiley & Sons, Ltd., Publication.

Soetjipto, Ani et al. (2013) .Gender dan Hubungan Internasional : Sebuah Pengantar. Yogyakarta : Jalasutra.

Referensi

Dokumen terkait

Rata-rata tingkatan adopsi teknologi sosial media oleh UMKM di Kota Surakarta sampai pada tahap “interest” yaitu UMKM tertarik atau berminat menggunakan TSM dan

Rosebrand Santan Kelapa 1000ml Balduci Pasta Spaghetti/Linguine 500gr. Sasa Bontabur Level 35 35gr Level

Pada penulisan tesis yang berjudul kompetensi dosen dalam meningkatkan kualitas sumber daya tenaga pendidik dan implikasinya terhadap ketahanan prajurit TNI AD, peneliti

Demikian pula dalam Pasal 129 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, antara lain dijelaskan bahwa Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara yang merupakan suatu

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2olg tentang Tahapan, Program dan Jadwal penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur, Bupati dan wakil

Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur konstruk perbaikan proses berkesinambungan mempunyai kisaran korelasi antara 0,580 sampai dengan 0,917 lebih dari angka

perbedaan yang signifikan tingkat ketrampilan mahasiswa dalam memasang infus dengan menggunakan metode belajar dengan media audiovisual dan demonstrasi oleh

Namun, terminator rho-dependent berisi dua urutan tambahan: urutan 50-90 nukleotida- pasangan hulu dari urutan berulang terbalik yang menghasilkan untai RNA dengan banyak c