• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKOLOGI PERTANIAN EKOLOGI PERTANIAN EKOLOGI PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EKOLOGI PERTANIAN EKOLOGI PERTANIAN EKOLOGI PERTANIAN"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN STUDI LAPANG DI 3 TEMPAT YANG BERBEDA

(JATIKERTO, MALANG, DAN CANGAR)

Disusun Oleh Kelompok : IV

Kelas : K Asisten : Nurul Farida

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2012

(2)

STUDI LAPANG DI 3 TEMPAT YANG BERBEDA (JATIKERTO, MALANG, DAN CANGAR)

Oleh : KELOMPOK 4 Kelas K

Maimunah Amalia 125040101111153 Afif Maysyaroh 125040101111150 Yunita Wijayanti 125040101111155 Tiananda R. 125040101111152 Eka Indira Agustin 125040101111158 Fhendiane R. 125040101111160 Aditya Yudistira 125040101111163 Bariroh F. 125040101111165 Ridhuwan Pratama 125040101111164 Basa Uli S. 125040101111166 Dewi Mardiana U. 125040101111170 Anandita W.P. 125040101111168 Yuli Putri P. 125040101111178 Doni Suhendra 125040101111172 Nur Khasanah M. 125040101111180 Ardeka T.G.P. 125040101111174 Mutiara Novitaria 125040101111186 Chatarina P. 125040101111182 Ajeng Lutfiah 125040101111188 Emalia 125040101111184 Asisten : Nurul Farida

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2012

LEMBAR PENGESAHAN

(3)

Asisten CO Asisten

Nurul Farida Adi Setiawan

115040213111049

Tanggal Pengesahan

KATA PENGANTAR

(4)

Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi terciptanya laporan yang lebih baik.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami pada khususnya.

Malang, 26 November 2012

Penulis

DAFTAR ISI

(5)

Kata Pengantar... ... 4

Daftar isi... .... . 5

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang... ... 7

1.2 Rumusan Masalah... .... . 9

1.3 Tujuan... ... 9

1.4 Manfaat... ... 9

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Analisis Vegetasi, Faktor Abiotik : Suhu, Radiasi Matahari... . 10

2.2 Faktor Abiotik Tanah... ... 18

2.3 Arthopoda... ... 25

BAB III Metodelogi 3.1 Alat, Bahan Beserta Fungsinya... 34

3.1.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik (Suhu, Udara, Radiasi Matahari)... . 34

3.1.2 Faktor Abiotik (tanah)... ... 34

3.1.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthopoda pada Agroekosistem)... . 34

3.2 Langkah Kerja di Lapang... .. 35

3.2.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik(Suhu,Udara,Radiasi Matahari)... .. 35

3.2.2 Faktor Abiotik (Tanah) ... .. 36

(6)

BAB IV Hasil Dan Pembahasan

4.1 Perhitungan + Tabel Pengamatan... ... 38

4.1.1 Analisis Vegetasi dan Faktor Abiotik... . 38

4.1.2 Faktor Abiotik (Tanah)... ... 64

4.1.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthopoda pada Agro ekosistem... . 70

4.2 Pembahasan... ... 88

4.2.1 Analisis Vegetasi dan Faktor Abiotik... 88

4.2.2 Faktor Abiotik (Tanah)... .... 90

4.2.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthopoda pada Agro ekosistem... 90

BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan... ... 91

DAFTAR PUSTAKA... ... 93

LAMPIRAN - Perhitungan SDR... .... . 94 - Dokumentasi... ...

110

BAB I

PENDAHULUAN

(7)

Ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan makhluk hidup dan lingkungannya. Bumi memiliki banyak sekali jenis-jenis makhluk hidup, mulai dari tumbuhan dan binatang yang sangat kompleks hingga organisme yang sederhana seperti jamur, amoeba dan bakteri. Meskipun demikian semua makhluk hidup tanpa kecuali, tidak bisa hidup sendirian. Masing-masing tergantung pada makhluk hidup yang lain atupun benda lain disekelilingnya. Antar makhluk hidup yang saling membentuk hubungan timbal balik dengan lingkungannya disebut ekosistem. Ekosistem terdiri atas komponen yang bekerja secaara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan tak hidup disuatu tempat yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan tempat yang teratur. Keteraturan terjadi oleh adanya materi dan energi yang terkendali oleh arus informasi antara kompone dalam ekosistem.

Ekologi menunjukkan suatu keadaan atau susunan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu. Keadaan itu termasuk kepadatan/kerapaatan, biomassa, penyebaran potensi unsur-unsur hara, energi, faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang memberi karateristik kondisi sistem tersebut yang kadang-kadang mengalami perubahan. Sedangkan fungsinya menggambarkan peran setiap komponen yang ada dalam sistem ekologi dan ekosiste. Pada bidaabng pertanian yaitu seperti : tanah, biota tanah, vegetasi, hewan/ternak, komponen iklim (hujan, radiasi, matahari), nutrisi/pupuk, pestisida, sungai, air, manusia, teknologi, dan lain-lain.

Ekologi pertanian adalah aplikasi daari konsep ekologi yang prinsip-prinsipnya untuk menyusun serta mengatur agroekosistem berkelanjutan. Agroekosistem sebagai bentuk ekosistem binaan manusia ditujukan untuk memperoleh produksi pertanian dengan kualitas dan kuantitas yaang sesuai dengan kebutuhan manusia. Konsep agroekosistem yaitu terjadi interaksi antara komponen pertanian dan bila interaksi normal lebih besar maka akan terjadi keseimbangan.

Dalam sistem ekologi tumbuhan, kehidupan tanaman selalu mengalami interaksi terhadap lingkungannya. Baik pada sesama tumbuhan maaupun dengan lingkungan sekitarnya dan membuat suatu siklus yang selalu berkesinambungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan lingkungan dibagi menjadi dua yaitu :

1. Faktor Abiotik

(8)

 Suhu yaitu sesuatu yang berhubungan dengan ukuran derajat panas dinginnya suatu tempat dan pada waktu tertentu yang biasanya ditunjukkan dengan satuan celcius.

 Sinar matahari merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.

 Tanah adalah salah satu sumberdaya alam yang mempunyai fungsi penting dalam ekosistem.

 Air berpengaruh terhadap ekosistem, karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme.

 Ketinggian tempat menentukan jenis organismeyang hidup ditempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.

 Angin berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu .

2. Faktor Biotik

Adalah faktor hidup yang mempengaruhi pada suatu jenis tumbuhan antara lain :  Individu merupaakan organisme tunggal

 Populasi adalah sekumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan pada waktu tertentu.

 Komunitas adalah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.  Ekosistem adalah interaksi yang terjadi antara komunitas dan lingkungannya. Praktikum Ekologi pertanian ini dilakukan untuk mempelajari interaksi antara komponen – komponen yang ada dalam system pertanian atau lebih tepatnya mempelajari hubungan timbale balik antar komponen agroekosistem dan dinamika proses – proses Ekologi. Khusus untuk study lapang ekologi pertanian ini, dilakukan pada dataran rendah Jatikerto semusim yang akan membahas tentang analisis vegetasi dan keragaman Anthropoda.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan tema yang dibahas dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah yaitu : 1.2.1 Bagaimana mengetahui klasifikasi vegetasi dan faktor abiotik ( suhu, udara, dan

radiasi matahari ) pada tanaman semusim dan tahunan di Cangar, Malang dan Jatikerto.

(9)

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari study lapang yang dilakukan di Jatikerto semusim ini adalah :

1.3.1 Untuk mengetahui analisis vegetasi dan factor abiotik (suhu, udara, dan radiasi matahari) pada tanaman semusim dataran rendah Jatikerto.

1.3.2 Untuk mengetahui keragaman Anthropoda pada agroekosistem tanaman semusim dataran rendah Jatikerto.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penyusunan laporan ini adalah :

1.4.1 Menambah informasi tentang keragaman arthopoda disekitar kita

1.4.2 Menjadi referensi untuk pembelajaran dibidang ekologi pertanian khususnya 1.4.3 Menjaid sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Vegetasi, Faktor Abiotik : Suhu, Radiasi Matahari Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susuna (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisis vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakkan petak contoh, dan teknik analisis vegetasi yang digunakan (Hairiah, 2010).

(10)

anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan :

1. Luas minimum suatu petak yang dapat muewakili habitat yang akan diukur.

2. Jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang, jalur lyang mewakili jika mengunakan metode jalur.

Cara peletakan petak contoh ada dua, yaitu cara acak (random sampling) dan cara sistematik (systematic sampling), random sampling hanya mungkin digunakan jika v getasi homogeny, misalnya hutan tanaman atau padang rumput. Sedangkan untuk penelitian dianjurkan untuk mengyjunakan sistematik sampling, karena lebih mudah dalam pelaksanaannya dan data yang dihasilkan dapat bersifat (Hairiah, 2010).

Untuk data vegetasi, kita tidak bias terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi focus dalam pengukuran vegetasi. Kompenen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :

1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.

2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup di permukaan tumbuhan lain. epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemit-parasit.

3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun. 4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya

tinggi, tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 cm dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.

5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongannya seperti kayu atau belukat.

6. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat di tanah , namun tidak menyerupai rumput, daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidakk lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.

(11)

Adapun parameter vegetasi yang diukur di lapangan secara langsung adalah: a. Nama jenis (Lokal atau botanis)

b. Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan

c. Penutupan tajuk untuk mengetahui presentase penutupan vegetasi terhadap lahan d. Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk menghitung

volume pohon

e. Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC), penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama deameter batang dapat diketahui ditaksir ukuran volume pohon (Soerianegara, 2005).

Analisis vegetasi menghasilkan data yang menggambarkan peranan suatu spesies di dalam vegetasinya. Dalam analisis ini termasuk penentuan distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan, kerimbunan (cover) dan luas bidang dasar spesies atau luas basal (basal area), yaitu:

1. Frekuensi

Frekuensi menggambarkan penyebaran suatu spesies tumbuhan disuatu vegetasi, dapat dinyatakan dengan perbandingan (persentase) tempat pengambilan contoh yang yang ditumbuhi spesies tersebut (Arisoesilaningsih, 2009). Frekuensi ini dipengaruhi beberapa faktor yaitu:

 Luas petak contoh  Distribusi tumbuhan  Ukuran jenis tumbuhan

Frekuensi Mutlak (FM)

(12)

2. Kerapatan

Kerapatan adalah nilai yang menunjukkan jumlah individu dari jenis-jenis yang menjadi anggota suatu komuditas tumbuhan dalam luasan tertentu. Sementara itu, kerapatan relative menunjukkan persentase dari jumlah individu dari jenis-jenis yang menjadi anggota suatu komunitas tumbuhan dalam luasan tertentu. Kesulitan-kesulitan dalam menghitung kerapatan ialah :

1) Banyak memakan waktu dalam menghitung, dan sulit untuk menentukan satuan pada jenis-jenis yang berimpun dan menjalar.

2) Harus dibuat suatu perjanjian untuk jenis-jenis tumbuhan yang berada pada tepi mpetak contoh, seperti daun yang berada diluar petak contoh, sedangkan akar dan batangnya berada didalam petak contoh.

Kerapatan Mutlak (KM)

Kerapatan Nisbi (KN)

3. Dominansi

Dominansi adalah parameter yang digunakan untuk menunjukkan luas suatu area yang ditumbuhi suatu spesies (jenis tumbuhan) atau kemampuan suatu jenis tumbuhan dalam hal bersaing terhadap jenis lainnya (Hairiah 2010). Dalam pengukuran dominansi, dapat digunakan persen kelindungan (penutupaan tajuk) dan luas basal area

=

=

(13)

Kelindungan Atau Penutup Tajuk

Dalam menghitung penutupan tajuk ini, biasanya dilakukan dengan cara mengukur luasan tajuk untuk tiap jenis yang terdapat dalam petak contoh,kemudian dicari dominasi relatifya. Selanjutnya persen penutupan tajuk dapat diukur dari proyeksi tajuk ke tanah.

Luas basal area

Satuan ini biasanya digunakan untuk komunitas yang terbentuk pohon. Pengukuran dilakukan dengan mengukur diameter batang pohon pada setinggi dada( 130 cm) atau 50 cm diatas akar papan(banir) untuk pohon yang mempunyai akar papan.

Dominasi Mutlak

Dominasi Nisbi

Luas basal area

Keterangan:

d1 = diameter terpanjang suatu spesies

d2 = diameter spesies yang tegak lurus dengan d1

4. Menentukan Nilai Penting (Importance Value = IV)

(14)

dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologi suatu jenis dalam komunitas.

5. Menentukan Summed Dominance Ratio (SDR)

Perbandingan nilai penting, menunjukkan nilai jumlah penting dibagi jumlah besaran dan nilainya tidak pernah lebih.

Summed Dominance Ratio (SDR) =

Faktor Abiotik

Faktor abiotik adalah factor yang berasal darialam semesta yang tidak hidup, misalnya udara, air,cahaya, dan lain-lain. Fungsi-fungsi komponen abiotik dalam pemenuhan kebutuhan manusia dan yang dapat mempengaruhi ekosistem antara lain:

1. Tanah

Tanah merupakan sumberdaya alam yang memilii fungsiyang penting dalam ekosistem. Fungsinya antara lain:

 Sebagai media tumbuh.

 Sebagai tempat habitat mikroba tanah.  Sebagai tempat penyimpanan bahan organik.  Sebagai pengatur tat air.

 Sebagai media konstruksi.

Tanah juga ditempati oleh komponen biotic seperti tumbuhan dan hewan yang melakukan aktifitasnya setiap hari.

2. Suhu atau Temperatur

(15)

Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan biasanya diekspresikan dalam skala derajat Celsius. Factor-faktor yang mempengaruhi suhu, antara lain:

 Ketinggian suatu tempat.  Sudut datang sinar matahari.  Lama penyinaran matahari.  Luas tajuk tanaman.

 Kmdungan air dalm tanah. 3. Sinar atau Cahaya Matahari

Sinar matahari mempengaruhi sistem secara global, karena sinar matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsure vitalyang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.

Radiasi matahari dalam suatu lingkungan berasal dari dua sumber utama: a. Temperature matahari yang tinggi.

b. Radiasi termal dari tanah, pohon, awan, dan atmosfir. 4. Air

Sekitar 80-90% tubuh makhluk hidup tersusun atas air. Zat ini digunakan sebagai pelarut di dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan osmosis sel, dan mencgah sel dari kekeringan. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan dan penyebaran biji, bagi hewan dan manusia air diperlukan untuk minum dan sarana hidup lain seperti transportasi bagi manusia dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain misalnya tanah dan batuan air digunakan sebagai pelarut dan pelapuk.

5. Udara

Selain berperan dalam menentukan kelembaban, angin juga berperan sebagai penyebaran biji tumbuhan tertentu. Angin diturunkan oleh pola tekanan yang luas dalam atmosfir yang berhubungan dengan sumber panas atau daerah yang dingin pada atmosfir. Udara di atmosfir tersusun atas nitrogen (N2) 78%, oksigen (O2) 21%, karbondioksida (CO2)

0,03%, dan gas lainnya. Jadi gas nitrogen merupakan udara terbesar di atmosfer bumi.

6. Mineral

(16)

Mineral tersebut digunakan untuk berlangsungnya metabolisme tubuh dan untuk penyusun tubuh. Selain itu, mineral juga untuk menjaga keseimbangan asam basa dan mengatur funsi fsikologi (faal) tubuh.

7. Keasaman (Ph)

Keasaman juga berpengaruh terhadap mahkluk hidup. Biasanya mamahkluk hidup memerlukan lingkungan yang memiliki Ph netra. Mahkluk hidup tidak dapat hidup di lingkungan yang terlalu asam atau basa. Sebagai contoh tanah di Kalimantan yang umumnya bersifat asam memiliki keanekaragaman yang rendah dibandingkan dengan di daerah lain yang tanahnya netral. Tanah di Kalimantan bersifat asam karena tersusun atas gambut. Oleh karena itu, sulit dijadikan areal pertanian jikatidak diolah dan dinetralkan terlebih dahulu. Tanah yang bersifat asam dapat dinetralkan dengan diberikan bubuk kapur. Sedangkan, tanah bersifat basa dsapat dinetralkan dengan diberi bubuk belerang.

8. Kadar Garam

Jika kadar garam tinggi, sel-sel akar tumbuhan akan mati dan akhirnya akan mematikan tumbuhan itu. Didaerah yang berkadaar garam tiggi hanya tumbuhan tertentu. Misalnya pohon bakau di pantai yang tahan terhadap lingkungan yang berkadar garan tinggi.

9. Topografi

Topografi artinya keadaan naik turunnya permukaan bumi disuatu daerah. Topografi berkaitan dengan kelembaban, cahya, suhu, serta keadaan tanah disuatu daerah. Interaksi berbagai factor itu membentuk lingkungan yang khas. Sebagai contoh keanekaragaman hayati di daerah perbukitan berbeda dengan di daerah datar. Organisme yang hidup di daerah berbukit berbeda dengan datar. Topografi juga mempengaruhi penyebaran mahkluk hidup.

10. Garis Lintang

(17)

curah hujan yang tinggi, rata-rata 200-225 cm/tahun. Dengan curah hujan yang tinggi dan merata, cahaya matahari sepanjang tahun, dan suhu yang cukup hangat dengan suhu rata-rata 270, Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi.

Radiasi matahari adalah pancaran energy yang berasal dari proses thermonuklir yang terjadi di matahari. Ada beberapa radiasi solar, dan yang terpenting adalah radiasi elektromagnetik (yang berhubungan dengan listrik dan magnet). Radisimagnetik bias dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Radiasi yang terlihat oleh mata kita (visible radiation)

2) Radiasi yang tidak dapat kita rasakan (kulit, wajah), namanya radiasi infra merah

2.2 Faktor Abiotik Tanah

Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organic, air dan udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman.

Tanah tersusun dari empat bahan utama, yaitu: Pertama bahan mineral, dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan, oleh karena itu susunan mineraldi dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan susunan mineral batu-batuan yang dilapuk. Kedua bahan organik, umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5% tetapi pengaruh terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat-sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah:

 Untuk memperbaiki struktur tanah  Sumber unsur hara

 Menambah kemampuan tanah untuk menahan air

 Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur  Sumber energi bagi mikroorganisme.

Ketiga air, terdapat di dalam tanah karena ditahan karena keadaan drainase yang kurang baik. Baik kekurangan air ataupun kelebihan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Gunanya air bagi pertumbuhan tanaman adalah:

 Sebagai unsur hara tanaman

 Sebagai pelarut unsur-unsur hara yang terlarut dalam air, diserap oleh akar-akar tanaman dari larutan tersebut.

(18)

Keempat udara, udara dan air mengisi pori-pori tanah.

Horison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk yang terbentuk karena hasil dari proses pembentukan tanah. Proses pembentukan tanah dimulai dari proses pelapukan batuan induk menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses percampuran bahan organik dengan bahan mineral di permukaan tanah, pembentukan struktur tanah, yang dapat menghasilkan horison-horison tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah (Hardjowigeno, 1987) Sifat dan ciri horison:

 Horison A: horison di permukaan tanah yang terdiri atas campuran bahan organik dan bahan mineral. Banyak mengandung sisa tanaman, sehingga banyak mengandung humus, warnanya kelam muda hingga tua.

 Horison B: bagian-bagian tanah yang halus dari horison A, akibat dari pelunturan oleh air. Lapisan ini dapat mengandung/menyerap banyak air dan tebalnya hanya tidak lebih dari 1-2 meter. Lapisan ini tidak mengandung bahan organis, namun banayk mengandung zaat-zat mineral yang luntur ke bawah.

 Horison C: horison ini banyak mengandung zat-zat mineral, namun tidak

 Horizon O, horizon ini ditemukan terutama pada tanah-tanah hutan yang belum terganggu. Merupakan horizon organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral. Ciri-ciri tanah subur antara lain: tekstur dan struktur tanahnya baik, yaitu butir-butir tanahnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil; banyak mengandung garam yang berguna untuk makanan tumbuh-tumbuhan; dan banyak mengandung air untuk melarutkan garam-garaman.

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif partikel pasir, debu, dan liat dalam tanah. Tanah dengan proporsi liat yang tinggi umumnya dinyatakan sebagai tanah liat atau lebih ringkas disebut liat. Tanah yang sangat berpasir dapat dinyatakan sebagai pasir. Tanah yang mempunyai proporsi pasir, debu, dan liat dalam keadaan yang imbang dinyatakan sebagai lempung.

(19)

Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk mengalirkan air atau udara. Dalam kaitan drainase tanah, permeabilitas adalah kecepatan pergerakan udara dan air dalam tanah. Pergerakan ini dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah. Jika permeabilitas tinggi: air bergerak cepat, jika permeabilitas rendah: air bergerak lambat. Drainase adalah frekuensi dan durasi (lama) kejenuhan (waktu pada kondisi tanah tergenang). Drainase tanah dipengaruhi oleh posisi landscape dan permeabilitas tanah. Permeabilitas dipengaruhi oleh diameter atau ukuran pori-pori tanah dan kontinuitas atau lancar tidaknya pori-pori-pori-pori.

Temperature tanah akan menentukan kecepatan penguraian seresah, aktifitas kehidupan flora-fauna tanah serta penyerapan nutrisi oleh akar tanaman. Pengukuran temperature tanah dilakukan dengan termometer tanah. Sedangkan kelembaban tanah menggambarkan banyaknya air yang dikandung sejumlah tanah disuatu tempat. Kelembaban tanah yang tinggi tidak selalu diiringi oleh ketersediaan air tanah yang tinggi pula. Hal ini dipengaruhi oleh teksture tanah. Ketersediaan air tanah menggambarkan besarnya energi yang diperlukan untuk membebaskan air dari substratnya (handayanto,2009).

Sifat kimia tanah, salah satunya adalah keasaman atau pH. Penentuan pH tanah sangat diperlukan dalam bidang ekologi. Alasan utama nilai pH tanah sangat penting untuk diketahui adalah untuk menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman, pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman dan pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam tanah.

Senyawa organik falam tanah berasal dari penguraian sampah atau seresah oleh flora-fauna tanah. Bahan organik ini mempun yai daya serap air dan mineral yang baik dan dapat ratusan kali lebih besar daripada tanah liat.

Warna tanah, warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, maka warna makin gelap. Warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe(besi) yang didapat (Hardjowigeno,1987).

Fungsi tanah adalah  Media tumbuh

(20)

 Penyediaan kebutuhan primer tanaman  Tempat hidup habitat tanah(mikroorganisme)  Tempat penyimpanan bahan organik

 Pengatur tata air(pelepasan dan penyimpanan air)  Tanah sebagai media kostruksi

JENIS TANAH

Dalam ilmu tanah dikenal nama nama jenis tanah yang dibentuk menurut situasi dan kondisi setempat atau lenih luas lagi yang biasa disebut dengan “zona” atau daerah yang luas. Maka dikenal antara lain:

 Tanah zona dingin berada di dekat Antartika, dengan nama tanah tundra  Tanah gurun, berada di daerah yang kering

 Tanah prairie, berada di daerah semi arid hingga semi basah dan basah. Daerah ini penuh dengan rumput

 Tanah hutan beriklim tropis di beri nama tanah latosol coklat, merah, dan kuning Dilihat dari kesuburannya, tanah dibedakan atas:

 Tanah muda, berciri unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya belum banyak sehingga belum subur.

 Tanah dewasa, berciri unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya belum banyak sehingga tanah ini sanagat subur. Tanah inilah yang sangat baik untuk pertanian.  Tanah tua, berciri unsur atau zat hara makanan yang terkandung di dalamynyasangat

kurang.

 Tanah sangat tua, berciri unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya sudah sangat sedikit, bahkan hampir habis sehingga ada yang menyebutkan jenis tanah ini sebagai tanah yang mati tanah ini sangat tidak subur.

Di Indonesia sendiri dikenal beberapa jenis tanah misalnya: 1. Tanah Dataran Rendah

Tanah Latosol atau Laterit

(21)

tanah ini banyak mengandung liat, tetapi mempunyai permeabilitas yang baik (Handayanto,2009). Tanah tidak subur yang tadinya subur dan gaya akan unsur hara namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh Kalimantan Barat dan Lampung.

Sifat-sifatnya:

 Profilnya dalam (profil tanah adalah irisan atau penampang tegak tanah yang menampakkan semua horizon ke bahan induk).

 Warna tanah bagian atas atau top-soil sesuai dengan umurnya dan tinggi, rendah kadar humusnya, warnanya merah, coklat,kuning.

 Air hujan mudah menyerap ke bawah

 Strukturnya gembur, mudah dikerjakan setiap waktu.  Miskin akan zat hara,terutama zat fosfat kalium,nitrogen  pH 4,5-5

 zat fosfat dalam laterit mudah bersenyawa dengan unsure besi dan aluminium, sehingga sukar dihisap oleh akar tanaman

 Kadar humusnya mudah menurun karena iklim yang panas dan mudah luntur  Kadar zat kapurnya lambat laun menurun, sehingga tanahnya menjadi masam  Memerlukan perabukan komplit (Rismunandar,1993).

Tanah Podsolik

Dijumpai pada daerah dengan topografi bergelombang sampai berbukit pada ketinggian kurang dari 25 meter di atas permukaan laut. Vegetasi dominan adalah hutan tropika basah, dan pada alang-alang. Tanah bewarna merah sampai kuning. Kandungan liat cukup tinggi, bersr=tuktur gumpal, kandungan bahan organic antar rendah sampai sedang, kandungan unsure hara umumnya rendah, dan permeabilitas lambat sampai cepat (Handayanto, 2009). Tanah podsolik adalah tanah yang subur umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah atau dingin. Banyak terdapat di daerah Sumatera, Kalimantan, dan Nusa Tenggara. Sifat tanah ini basah mudah diserang erosi. Untuk keperluan produksi pangan, memerlukan perabukan yang komplit dan diusahakan tidak terjadi erosi. Tanah ini sangat baik untuk sebagai lahan perladangan, kebun karet, kopi, dan teh (Rismunandar, 1993).

Tanah Gromusol atau Tanah Rancaminyak

(22)

belum diusahakan untuk pertanian). Kandungan liatsangat tinggi, lekat bila basa, keras bila kering, kandungan bahan organic rendah. Gromusol mempunyai sifat fisik yang jelek, dan problem-problem pengolahan tanah selalu muncul untuk Gromusol, karena berat untuk diolah bila basah (sangat lekat), tetapi sangat keras bila kering (Handayanto, 2009).

Banyak terdapat di daerah Cirebon, antar Cianjur dan Bandung, Bojonegoro, Jogja, Solo, Madiun, dan Jawa Timur. Fisis tanah ini tergolong jelek, namun secara kimiawi cukup kaya (subur). Untuk produksi pangan memerlukan rabuk fosfat dan perbaikan struktur (Rrismunandar, 1993).

Tanah Andosol

Andosol mempunyai cirri khas di daerah bergunung yang mempunyai curah hujan, sekitar 2000 mm/tahun yang hamper tidak mempunyai musim kering, dijumpai pada daerah yang mempunyai ketinggian lebih dari 1000 meter dengan topografi bergelombang, agak rata, dan dataran tinggi gunung berapi, bewarna hitam sampai kekuningan.

Andosol merupakan tanah yang masih muda, sehingga proses pembentukan tanah masih lemah, konsistensi tanah gembur, mempunyai sifat tidak pulih bila kering. Tekstur dicirikan oleh kandungan debu yang tinggi, kandungan bahan organic tinggi dilapisan atas tapi menurun dilapisan bawah, kandungan unsure hara umumnya rendah. Andosol mempunyai permeabilitas yang baik, tapi sangat peka terhadap erosi, baik erosi air maupun angin (Handayanto, 2009).

Berada di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Di Sumatera banyak terdapat di dataran Deli naik ke Gunung Sibayak dan di Jawa di daerah pegunungan.

2. Tanah Daerah Pegunungan Tanah Podsol

Berada di daerah dataran tinggi di atas 1000 meter terkeculi di dataran rendah Pulau Bangka dan Kalimantan. Horizon A nya cukup tebal, banyak mengandung sisa-sisa tanaman. Relatif masih belum dimanfaatkan oleh produksi pangan. Kebabyakan di hutan atau untuk tanaman berumur panjang misalnya kina. Dikenal dengan tanah podsol bewarna coklat keabu-abuan hingga coklat tua.

(23)

Tanah Alluvial

Adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian. Tanah alluvial atau endapan, banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, maupun kanan kiri aliran sungai besar, Dataran alluvial terdapat di daerah Sumatera bagian Timur, Jawa bagian utara, Kalimantan bagian selatan dan tengah, dan Papua bagian selatan. Pada umumnya banyak mengandung pasir dan tanh liat (Rismunandar, 1993).

Tanah Mediteran

Terbentuk pada daerah yang mempunyai topografi bergelombang sampai berbukit antara 0-700 meter di atas permukaan laut, dengan vegetasi asli adalah savanna dan hutan. Warna tanah berkisar dari kuning sampai merah. Tekstur tanah berkisar dari lempung sampai liat, bahan organiknyarendah, kandungan unsure hara sedang sampai tinggi. Permeabilitas tanah baik.

Tanah Regosol

Regosol merupakan tanah muda yang masih belum mempunyai perkembangan profil. Topografi berkisardari gelombang, berombak, dan bergunungdengan vegetasi iklim yang bervariasi, bewarna kelabusampai kuning, kandungan pasir dan debu melebihi 60%, bahan organiknya rendah. Permeabilitas rendah dan sangat peka terhadap erosi, terutama erosi air (Handayanto, 2009).

2.3 Keragaman Anthopoda

Arthnopoda berasl dari kata arthro yang artinya ruas, sedangkan poda berasal darikata pod merupakan filum yang terbesar dalam masyarakatbinatabg. Yang merupakan hewan yang memiliki cirri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen. Segmen tersebut juga terdapat pada tubuhnya. Dalam filum belakang ruas perut yang kesembilan terletak pada bawah(ventral).

(24)

banyak juga serangga bernafas dengan cara mengembang dan mengempiskan dinding dorsal dan ventral perut, sehingga terjadi gelombang pasang udara sepanjang trakea. Penarikan napas serangga itu pasif, sedangkan pengeluaran pernapasan aktif dengan mengerakan otot dan ini berlawan dengan gerakan pernapasan pada manusia.

Serangga mengalami metamorfosis dalam perkembangannya menuju dewasa. Metamorfosis adalah perubahan brentuk tubuh serangga mulai dari larva sampai dewasa. Berdasarkan metamorfosisnya, serangga dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

A. Hemimetabola

Adalah serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Dalam daur hidupnya, hemimetabola serangga mengalami tahapan perkembangan sebagai berikut:

1. Ordo Homoptera

Merupakan serangga yang sayap depan dan belakannya tersusun sama. Habitatnya, ada yang hidup di pohon-pohon tinggi, diberbagai tanaman musim, dan di pohon buah-buahan yang biasanya terlindung di bawah perisai. Umumnya sebagai perusak tanaman, antara lain menyebabkan daun pucat, berkerut-kerut, keriting, kerdil, dan dapat berakibat matinya tanaman tersebut.

Ciri-ciri Ordo Homoptera:

 Metamorfosis tidak sempurna, tetapi jenis jantan kedang mempunyai metamrfosis lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai stadium pupa.  Antena bervariasi, kadang pendek dan kaku seperti rambut, kadang

panjang seperti benang.  Tipe mulut penghisap. Contoh Ordo Homoptera:

a. Tonggeret (Dundubia manifera) b. Wereng hijau (Nephotetix apicalis) c. Wereng cokelat (Nilapervata lugens) d. Kutu kepala (Pediculushumanus capitis) e. Kutu daun (Aphid sp.)

2. Ordo Hemiptera

(25)

tanaman, sebagai penghisap darah dan vektor penyakit, dan juga sebagai predator serangga lain.

Ciri-ciri ordo Hemiptera:

 Ukuran tubuh kecil sampai besar.

 Sayap dengan pangkalnya yang menebal, ujung membraneus, sayap belakang membraneus.

 Antenanya pendek atau panjang.  Tipe mulut penghisap.

 Warna tubuh bervariasi.  Metamorfosis tidak sempurna. Contohnya:

a. Walang sangit (Leptocorixa acuta) b. Kumbang coklat (Podops vermiculata) c. Kutu busuk (Eimex lectularius)

d. Kepinding air (Lethoverus sp.)

3. Ordo Odonata

Merupakan serangga yang sayapnya memanjang. Nimfa bersifat aquatic, dewasa dapat ditemukan disekitar nimfa hidup atau di udara bebas sekitar pertanaman. Nimfa dan dewas bertindak sebagai predator, pemangsa nyamuk, lalat, berbagai hama terutama yang terbang dan serangga kecil lainnya.

Ciri-cirinya:

 Tubuh panjang dan ramping.

 Sayap memanjang, bentuk dan ukuran sayap depan dan belakang hamper sama.  Antenna pendek seperti bulu keras.

 Tipe mulut pengunyah.

 Metamorfosis tidak sempurna.

 Terdapat sepasang mata majemuk yang besar. Contohnya:

a. Capung berabdoen bengkak (Famili Gomphodae) b. Capung bermata besar (Famili Aeshnidae)

c. Capung peluncur (Famili Libellulidae) 4. Ordo Orthoptera

(26)

ada yang merusa bahan simpanan, dan sedikit yg sebagai predator. Beberapa jenis mampu untuk bermigrasi ketempat yang jauh.

Ciri-cirinya:

 Mempunyai dua pasang sayap lurus, sayap depan panjang dan menyempit, biasanya mengeras seperti kertas perkamen.

 Sedangkan, sayap belakangnya lebar dan berbentuk membraneus.  Antenna panjang atau pendek.

 Serangga jantan mempunyai alat penghasil suara, yaitu dengan menggunakan tungkai belakangnya pada ujung sayap depan. Suara ini berfungsi untuk menarik perhatian serangga betina atau untuk mengusir saingannya

 Serangga betina mempunyai ovipositor sebagai tempat telur, bentuknya seperti pedang atau jarum.

 Tipe mulutnya penggigit Contohnya :

A. Belalang ( Dissostura sp. )

B. Belalang sembah ( Stagmomantis sp.)

C. Belalang ranting ( Bactrocoderma aculiferum ) D. Kecoak ( Blatta orientalis )

E. Gangsir tanah ( Gryllotalpa sp. ) F. Jangkrik ( Gryllus sp. )

5. Ordo Isoptera

Merupakan serangga yang bentuk dan ukurang sayap depan dan belakangnya sama. Ciri - cirinya :

 Bentuk dan ukuran sayap depan dan belakang sama, bentuknya tipis seperti jaringan

 Metamorfosis tidak sempurna  Tipe mulut penggigit

Contohnya:

Rayap ( Reticulitermis flavipes )

B. Holometabola

Adalah serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah :

Telur larva pupa imago

(27)

ternjadi penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago adalah fase dewasa atau fase perkembangbiakan. Berdasarkan ciri sayap dan alat mulutnya, kelompok Holometabola meliputi enam ordo, yaitu:

1. Ordo Neuropetra

Merupakan serangga yang urat-urat sayapnya berbentuk seperti jala. Sebagian besar larva hidup di darat, berpupa dalam kokon, dewas ditemukan disekitar pertanaman. Larva dan dewasa bertindak sebagai predator.

Ciri-cirinya :

 Mempunyai dua pasang sayap yang urat-uratnya berbentuk seperti jala  Ukuran sayap depan dan belakang hampir sama, tetapi sayap belakang

pangkalnya agak melebar

 Tipe mulut penggigit dan pengunyah, ada yang mempunyai mandi bula berbentuk sabit

 Antenanya relatif panjang

 Mengalami metamorfosis sempurna Contohnya:

a. Sayap jala (Famili Chrtsopidae) b. Undur-undur (Famili Mymeleontidae) 2. Ordo Lepidopetra

Merupakan serangga yang sayapnya dilapisi oleh bulu dan sisik. Hampir semua larva sebagai pemakan tanaman, yaitu makan daun, batang bunganya cacap. Ciri-cirinya:

Mempunyai dua pasang sayap, sayap belakang sedikit lebih kecil dari sayap depan.

Sayap ditutupi dengan bulu - bulu atau sisik

Ngengat bersayap kusam, sedangkan kupu - kupu bersayap indah dan menarik Antena panjang, ramping dan kadang - kadang plumose (banyak rambut) atau

membonggol pada ujungnya

 Larva dengan tiga pasang kaki thorakal dan lima pasang kaki abdominal atau kurang

 Tubuh ada yang berbulu dan ada yang tidak Mengalami metamorfosis sempurna

Tipe mulut penghisap Contohnya :

(28)

B. Hama daun pisang ( Erlonata thrax ) C. Kupu - kupu pastur ( Attacus atlas ) D. Kupu ulat sutra ( Bombyx mori )

3. Ordo Diptera

Merupakan serangga yang sayap belakangnya dimodifikasi menjadi halter, yang berfungsi menjaga keseimbangan.

Ciri - ciri ordo Diptera :

 Mempunyai sepasang sayap depan, sayap belakang mereduksi menjadi halter yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan saat terbang

 Mengalami metamorfosis sempurna  Tubuhnya relatif lunak

 Antena pendek  Mata majemuk besar

 Tipe mulut ada yang menusuk dan mengisap atau menjilat dan mengisap

Contohnya :

A. Lalat ( Musca domestica ) B. Nyamuk biasa ( Culex natigans ) C. Nyamuk anopheles

D. Aedes (inang virus demam berdarah) 4. Ordo Coleoptera

Insekta ini memiliki sayap yang keras ( perisai ) Ciri ciri ordo coleoptera, antara lain:

1. Sayap depan keras, tebal dan mengandung zat tanduk yang disebut dengan elitra. Sedangkan, sayap belakang membraneus dan melipat dibawah sayap depan saat tidak digunakan.

2. Bentuk tubuh bulat, oval, oval memanjang, oval melebar, ramping memanjang, pipih

3. Alat mulut bertipe pengigit dan pengunyah 4. Tipe antena bervariasi, trasi selalu 3-5 ruas 5. Mengalami metamorfosis sempurna

Contoh :

(29)

B. Kumbang buas air ( Dytisticus marginalis) C. Kumbang beras ( Calandra oryzae )

5. Ordo Siphonoptera Ciri - Cirinya :

- Serangga ini tidak bersayap, kaki sangat kuat yang fungsinya untuk meloncat - Mempunyai mata tunggal

- Tipe mulut pengisap

- Segmentasi tubuh tidak jelas ( batasan antara kepala, dada, dan perut tidak jelas)

- Mengalami metamorfosis sempurna Contoh :

A. Pinjal Manusia ( Pubek irritans ) B. Pinjal anjing ( Ctenocephalus canis ) C. Pinjal Kucing ( Ctenocepalus felis ) D. Pinjal tikus ( Xenopsylla cheopis ) 6. Ordo Hymenoptera

Merupakan serangga yang sayapnya mirip seperti selaput Ciri - cirinya :

- Mempunyai dua pasang sayap yang bersifat membran - Antena sedang atau panjang

- Beberapa jenis ruas perta abdomennya sempit dan memanjang

- Jenis betina mempunyai ovipositor panjang, tapi ada yang ovipositornya mengalami modifikasi menjadi alat penyengat

- Tipe mulut penggigit

- Mengalami metamorfosis sempurna Contohnya :

A. Lebah madu ( Apis mellifera )

B. Kumbang pengisap madu ( Xylocopa )

C. Parasit pinggang pendek ( Famili Braconidae ) D. Parasit pinggang ramping ( Famili Ichneumonidae )

Peranan arthopoda dalam mempengaruhi eksositem di alam ada 3 macam .Peranan arthopoda tersebut yaitu :

1. Hama

(30)

tanaman padi yang menyebabkan gagalnya panen, serangan Crocidolomia binotalis yang menyerang pucuk tanaman kubis kubisan.

2. Predator

Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa binatang lainnya. Contoh : Menochilus sexmaculatus yang memangsa aphid sp.

3. Parasitoid

Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga atau binatang arthopoda lainnya. Parasitoid bersifat parasitik pada fase pradewasa dan pada fase dewasa mereka hidup bebas tidak terikat pada inangnya. Contoh : Diadegma insulare yang merupakan parasitoid telur dari Plutella xylostela. Apabila telur yang terparasit sudah menetas maka D. Insulare akan muncul dan hidup bebas dengan memakan nektar ( Hairiah, 2010)

(31)

3.1 Alat, Bahan Beserta Fungsinya

3.1.1 Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik(suhu udara dan Radiasi Matahari) Alat dan Bahan

Analisis Vegetasi

1. Tali rafia, digunakan untuk membuat plot

2. Meteran bangunan, digunakan untuk mengukur plot

3. Penggaris, digunakan untuk mengukur tinggi dan lebar vegetasi 4. Gunting, digunakan untuk memotong tali rafia

5. \Kertas tabel dan peralatan tulis, digunakan untuk mencatatat data hasil pengamatan.

6. Blangko pengamatan untuk menuliskan data.  Faktor Abiotik

Suhu Udara

Thermometer untuk mengukur suhu udara  Radiasi Matahari

Lux Meter untuk mengukur radiasi matahari.  Suhu Tanah, RH Tanah

Soil Tester adalah alat ukur parameter

3.1.2 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda Pada Agroekosistem) Alat Dan Bahan

1. Swept net berfungsi sebagai penangkap serangga

2. Plastik ukuran 1 kg, sebagai tempat serangga yang didapat dari swept net 3. Fial film, sebagai tempat serangga yang sudah terperangkap di pitfall

4. Pitfall, untuk “lubang” jebakan pada serangga yang diletakkan pada pojok plot sejajar permukaan tanah (terdiri dari gelas air mineral yang di dalamnya terdapat deterjen dan air)

5. Steroform, untuk tempat serangga yang telah didapat (dari swept net dan pitfall dijadikan satu)

6. Kapas yang telah ditetesi Etil Asetat (5 tetes), berfungsi untuk membius serangga agar mati (diletakkan di dalam plastik dan langsung ditutup agar tidak menguap)

3.2 Teknis Lapangan

(32)

1. Menentukan lokasi pengamatan

2. Menentukan petak plot utama dengan luasan 5x5 m2, petak pengamatan dibuat

dengan tali rafia dan kayu penahan di setiap pojokan dengan pengulangan lima kali untuk di plot pendukung ( plot utama tidak ada pengulangan ).

Plot 5

Plot 3 Plot 4

Plot 1 Plot 2

3. Identifikasi atau inventarisasi vegetasi yang masuk dalam plot pengamatan. Amati vegtasi didalam plot pengamatan yang terdiri dari spesies, jumlah individu dan luas bidang dasar.

4. Bila terdapat spesies yang belum dikenali, maka diberi kode X, jika ada spesies lain yang belum diketahui beri kode X1, X2, dan seterusnya.

5. Hitung besarnya kerapatan nisbi, frekuensi nisbi, dan dominansi nisbi. Kemudian indeks nilai penting (Important Value) dari masing-masing data vegetasi yang sudah diambil.

Faktor AbiotikSuhu Udara

Thermometer untuk mengukur suhu udara di luar naungan dan di dalam naungan tanaman semusim yang diamati.

Radiasi Matahari

Lux Meter untuk mengukur besarnya radiasi matahari yang diamati, baik dari dalam naungan tanaman maupun dari luar naungan tanaman semusim yang diamati.

2,5 meter

2,5 meter

1,

2

(33)

Suhu Tanah, RH Tanah

Soil Tester 4 in 1 adalah alat ukur parameter tanah yang terdiri dari gabungan antara Alat Pengukur Suhu Tanah (Thermometer Tanah Digital), pH Meter Tanah digital (Soil pH Meter, pH Tester Digital), alat ukur kelembaban tanah (soil

moisture meter) serta pengukur intensitas cahaya

(Environment Sunlight Intensity) yang dirangkai dalam satu alat.

3.2.2 Faktor Biotik (Keragaman Arthopoda pada Agroekosistem)

1. Memasang pitfall traps satu hari sebelum hari pelaksanaan praktikum lapang pada masing-masing lahan yang akan diamati. Pemasangan dengan metode pengambilan contoh secara sistematis pada garis diagonal atau pada pojok plot. 2. Menangkap serangga dengan sweep net dengan urutan lokasi searah metode

pengambilan dengan ayunan ganda. Memasukkan serangga hasil tangkapan ke dalam plastik, kemudian meneteskan Etil Asetat sebanyak 5 tetes ke kapas dan memasukkannya ke dalam plastik (segera ditutup agar Etil Asetat tidak menguap). 3. Mengamati pitfall dengan urutan metode yang sama, mengambil serangga yang

terperangkap dan memasukkannya ke dalam fial film. Kemudian fial film dimasukkan ke dalam steroform.

(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan + Tabel Pengamatan ( Cangar, Malang, Jatikerto )

4.1.1 Analisis Vegetasi dan Faktor Abiotik ( Suhu Udara, Radiasi Matahari )

Analisis vegetasi adalah masyarakat tumbuhan yang hidup di dalam suatu tempat dalam suatu ekosistem. Masyarakat tumbuhan (komunitas) adalah kumpulan populasi yang menempati suatu habitat vegetasi yang satu jenis komunitas disebut konsosiasi, sedangkan bermacam-macam jenis disebut asosiasi.

Lokasi : Cangar Semusim Luas plot : 5×5 m

 Tabel Pengamatan Vegetasi ( Cangar, Malang, Jatikerto )  Cangar

Lokasi : Cangar Semusim Luas plot : 5×5 m

N

No Spesies

D1 (cm)

D2 (cm)

Petak Contoh

1 2 3 4 5

(35)

carota L)

2. Bit (Beta

Vulgaris) 61,8 48,2 480 0 56 0 56

3.

Ciplukan (Physallis peruviana L)

66,7 36,3 11 7 5 0 3

4.

Semanggi (Marsilea drummondii L.)

16,2 10 175 125 110 8 0

5.

Bandotan (Ageratum conyzoides L.)

24,1 9,5 8 7 6 5 0

6.

Rumput Teki

(Cyperus rotundus)

5 15 205 181 121 5 3

7. Bayam

(Amaranthus sp.) 16,8 8,2 20 15 13 3 2

 Jatikerto

Lokasi : Jatikerto Semusim Luas plot : 5×5 m

Spesies D1(cm) D2(cm) Petak contoh

1 2 3 4 5

Singkong 120 105 10 3 - 1 1

Putri malu 12 6 13 4 7 4 8

Pohon Kapuk ( Randu ) 30 14 1 - - -

(36)

 Sumbersari ( Malang )

Lokasi : Sumbersari ( Malang ) Tahunan Luas Plot : 5×5 m

 Tabel Pengamatan Faktor Abiotik (Cangar, Malang, Jatikerto )  Cangar

1 Jatikerto 35,9’C 29’C 50 35,9 1045 795 392

2 Jatikerto 35,5’C 31’C 51 35,5 1045 795 392

3 Jatikerto 36,9’C 31’C 49 36,9 1045 795 39

(37)

5 Jatikerto 36,4’C 31’C 49 36,4 1045 795 392

 Sumbersari

No Lokasi Suhu udr RH udr

1 Sumbersari 26,4 oC 78%

 Klasifikasi Vegetasi  Cangar 1. Klasifikasi Wortel

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Apiales

Famili : Apiaceae 2. Klasifikasi Bit

Kingdom : Plantae SubKingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida SubKelas : Caryophyllidae

Ordo : Caryophyllales

Famili : Chenopodiaceae Genus : Beta

(38)

3. Klasifikasi Ciplukan Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Physalis 4. Klasifikasi Semanggi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Divisi : Pteridophyta (paku-pakuan)

Kelas : Pteridopsida Ordo : Salviniales Famili : Marsileaceae Genus : Marsilea

Spesies : Marsilea crenata 5. Klasifikasi Bandotan

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Ageratum

Spesies : Ageratum conyzoides L.

6. Klasifikasi Rumput Teki

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

(39)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Cyperales

Famili : Cyperaceae

Genus : Cyperus

Spesies : Cyperus alternifolius 7. Klasifikasi Bayam

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Ordo : Caryophyllales Famili : Amaranthaceae SubFamili : Amaranthoideae Genus : Amaranthus L. Spesies : A.Hybridus

 Jatikerto

1. Klasifikasi Singkong

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz 2. Klasifikasi Putri Malu

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

(40)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)

Genus : Mimosa

Spesies : Mimosa pudica Duchass. & Walp 3. Klasifikasi Pohon Kapuk ( Randu )

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Malvales

Famili : Bombacaceae Genus : Ceiba

Spesies : Ceiba pentandra L. Gaertn 4. Klasifikasi Ilalang

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Imperata

 Sumbersari ( Malang ) 1. Klasifikasi Padi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

(41)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L. 2. Klasifikasi Kangkung

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Convolvulaceae (suku kangkung-kangkungan) Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea aquatica Forsk. 3. Klasifikasi Enceng Gondok

Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Alismatidae

Ordo :Alismatales

Famili :Butomaceae Genus :Eichornia

Spesies : Eichornia crassipes (Mart.) Solms 4. Klasifikasi Genjer

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

(42)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Alismatidae

Ordo : Alismatales

Famili : Limnocharitaceae Genus : Limnocharis

Spesies : Limnocharis flava (L.) Buch 5. Klasifikasi Azola Pinata

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Divisi : Pteridophyta (paku-pakuan)

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Salviniales

Famili : Azollaceae

Genus : Azolla

Spesies : Azolla pinnata R. Br.

6. Klasifikasi Patikan Kebo

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheophyta (Tumbuhan berpembuluh) Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji|) Kelas : Dicotyledonae (Berkeping dua) Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae Genus : Euphorbia Spesies : Euphorbia hirta 7. Klasifikasi Rumput Ilalang

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

(43)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan) Genus : Imperata

Spesies : Imperata cylindrica (L.) Beauv.  Identifikasi Tumbuhan

 Cangar 1. Wortel

Daun wortel bersifat majemuk menyirip ganda dua atau tiga, anak-anak daun berbentuk lanset (garis-garis). Setiap tanaman memiliki 5-7 tangkai daun yang berukuran agak panjang. Tangkai daun kaku dan tebal dengan permukaan yang halus, sedangkan helaian daun lemas dan tipis. Batang tanaman wortel sangat pendek sehingga hampir tidak nampak, batang bulat, tidakberkayu, agak keras, dan berdiameter kecil (sekitar 1-1,5 cm). Pada umumnya batang berwarna hijau tua. Batang tanaman tidak bercabang, namun ditumbuhi oleh tangkaidaun yang berukuran panjang, sehingga kelihatan seperti bercabang. Tanaman wortel memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Dalam pertumbuhannya akar tunggang akan mengalami perubahan bentuk dan fungsi menjadi tempat penyimpanan cadangan makanan. Bentuk akar akan berubah menjadi besar dan bulat memanjang, hingga mencapai diameter 6 cm dan panjang sampai 30 cm, tergantung varietasnya. Akar tunggang yang telah berubah bentuk dan fungsi inilah yang sering disebut atau dikenal sebagai “Umbi Wortel”. Wortel merupakan tanaman sayuran umbi semusim, berbentuk semak yang dapat tumbuh sepanjang tahun, baik pada musim hujan maupun kemarau. Batangnya pendek dan berakar tunggang yang fungsinya berubah menjadi bulat dan memanjang. Warna umbi kuning kemerah-merahan, mempunyai karoten A yang sangat tinggi, Umbi wortel juga mengandung vitamin B, Vitamin c dan mineral.

(44)

Daun pada banyak dikotil (dan sebagian monokotil) bersifat dorsiventral, yaitu memiliki permukaan atas (adaxial) dan bawah (abaxial) yang berbeda secara morphologis. Batang berfungsi terutamanya untuk mendukung daun sehingga daun selalu terekspos ke sinar matahari. Bunga dan buah juga tumbuh pada batang dan cabang – cabangnya. Batang bertugas membawa air dan larutan mineral ke atas dan mengantarkan hasil fotosintesis pada daun ke arah bawah. Banyak batang termodifikasi sebagai tempat penyimpanan makanan, ada juga yang berfungsi sebagai organ berfotosintesis, lainnya merupakan alat perbanyakan vegetative (reproduksi aseksual). Tanaman berpembuluh, akar menjadi bagian sporofit yang terletak di bawah tanah dan terutama terlibat dalam penyerapan air dan mineral, serta membuat tanaman dapat berdiri tegak. Dua fungsi lainnya adalah sebagai tempat penyimpanan dan penghubung. Kebanyakan akar berfungsi sebagai penyimpan, seperti pada wortel, bit gula dan ketela rambat.

3. Ciplukan

Ceplukan atau ciplukan adalah nama sejenis buah kecil, yang ketika masak tertutup oleh perbesaran kelopak bunga. Bunga di ketiak, dengan tangkai yang tegak, keunguan, dan dengan ujung yang mengangguk. Kelopak berbagi lima, dengan taju yang bersudut tiga dan meruncing, hijau dengan rusuk keunguan. Mahkota serupa lonceng, berlekuk lima dangkal, kuning muda dengan noda kuning tua dan kecoklatan di leher bagian dalam, 7-9 mm tingginya. Tangkai sari kuning pucat dengan kepala sari biru muda. Buah dalam bungkus kelopak yang menggelembung berbentuk telur berujung meruncing, hijau muda kekuningan, dengan rusuk keunguan, 2-4 cm panjangnya. Buah buni di dalamnya bulat memanjang, 1,5-2 cm, kekuningan jika masak, dan manis.

4. Semanggi

Morfologi tumbuhan marga ini khas, karena bentuk entalnya yang menyerupai payung yang tersusun dari empat anak daun yang berhadapan. Akibat bentuk daunnya ini, nama "semanggi" dipakai untuk beberapa jenis tumbuhan dikotil yang bersusunan daun serupa, seperti klover. Semua anggotanya heterospor: memiliki dua tipe spora yang berbeda kelamin.

(45)

sebagai bahan makanan. Semanggi M. crenata diketahui mengandung fitoestrogen (estrogen tumbuhan) yang berpotensi mencegah osteoporesis.[1] Tumbuhan ini juga

berpotensi sebagai tumbuhan bioremediasi, karena mampu menyerap logam berat Cd dan Pb. Kemampuan ini perlu diwaspadai dalam penggunaan daun semanggi sebagai bahan makanan, terutama bila daunnya diambil dari lahan tercemar logam berat.

5. Bandotan

Batang bulat berambut panjang, jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang (compositae), helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10 cm, lebar 0,5-6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau. Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya putih. Panjang bonggol bunga 6-8 mm, dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil.

6. Rumput Teki

Tanaman rumput teki memiliki bagian-bagian akar seperti batang akar, cabang akar, dan serabut akar. Sistem perakarannya adalah akar serabut. Rumput teki mempunyai cabang batang yang disebut geragih, yaitu cabang-cabang kecil panjang yang tumbuh merayap di permukaan tanah, dari buku-bukunya ke atas keluar tunas baru dan ke bawah tumbuh akar-akar.

7. Bayam

(46)

Alat reproduksi (perbanyakan tanaman) umumnya secara generatif (menggunakan biji). Biji berukuran sangat kecil dan halus, berbentuk bulat dan berwarna coklat tua mengkilap sampai hitam tua.

 Jatikerto 1. Singkong

Tanaman singkong memiliki akar serabut dan pada akarnya ini biasanya terdapat bagian yang mengalami pembesaran bagian inilah yang merupakan tempat menyimpan cadangan makanan. Cadangan makanan yang dis impan sebagian besar berupa zat tepung oleh karena itu akar atau umbi singkong banyak di konsumsi bahkan di beberapa daerah dijadikan makanan pokok pengganti nasi.

2. Putri Malu

Daun putri malu atau sikejut berupa daun majemuk menyirip ganda dua yang sempurna. Jumlah anak daun pada setiap sirip sekitar 5 - 26 pasang. Helaian anak daun berbentuk memanjang sampai lanset, ujung runcing, pangkal memundar, tepi rata. Jika kita raba pada permukaan atas dan bawah daun terasa licin, panjang 6 - 16 mm, lebar 1-3 mm. Batang tumbuhan putri malu berbeda dengan tumbuhan lainnya, yaitu batang putri malu berbentuk bulat. Pada seluruh batangnya terdapat rambut dan mempunyai duri yang menempel , batang tumbuhan putrid malu dengan rambut sikat yang mengarah secara miring kepermukaan tanah atau kearah bawah. Putri malu atau sikejut mempunyai akar pena yang sangat kuat berbeda dengan akar-akar tanaman-tanaman lainnya, jika kita cabut langsung terangkat seluruh akar-akar nya Bunga

Putri malu biasanya mempunyai bunga yang berbentuk bulat seperti bola dan tidak mempunya mahkota atau kelopak bunga yang besar seperti bunga-bunga yang lain. Buah putri malu berbetuk polong, pipih seperti garis dan berukuran sangat kecil jika disbandingkan dengan buah-buah tumbuhan lainnya. Sama halnya seperti buah, tanaman putri malu juga memiliki biji, yang berukuran kecil dan bulat,berbentuk pipih . putri malu termasuk kedalam tumbuhan yang berbiji tertutup (Angiospermae) dan berkembangbiak dengan biji.

3. Pohon Kapuk ( Randu )

(47)

berbentuk bertulang menyirip. Tepi daun berbentuk rata. Ujung daun bersifat meruncing. Pangkal daun (basis) berbentuk meruncing. Permukaan daunnya bersifat licin suram. Sedangkan pada duduk daunnya tersebar.

4. Ilalang

Imperata cylindrica atau alang-alang dengan family Poaceae. Merupakan tumbuhan yang semua daunnya seakan-akan keluar dari bagian atas akar disebut roset akar (rosula). Memiliki batang yang termodifikasi menjadi akar dan tumbuh ke dalam tanah

 Sumbersari ( Malang ) 1. Padi

Akar tanaman padi dapat dibedakan atas : Radikula, Akar serabut , Akar rambut , Akar tajuk (crown roots) . Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung kosong. Pada kedua ujung bubung kosong itu bubungnya ditutup oleh buku. Panjangnya ruas tidak sama. Ruas yang terpendek terdapat pada pangkal batang. Ruas yang kedua, ruas yang ketiga, dan seterusnya adalah lebih panjang daripada ruas yang didahuluinya. Pada buku bagian bawah dari ruas tumbuh daun pelepah yangmembalut ruas sampai buku bagian atas.Tepat pada buku bagian atas ujumg dari daun pelepah memperlihatkan percabangan dimana cabang yang terpendek menjadi ligula (lidah) daun, dan bagian yamg terpanjang dan terbesar menjadi daun kelopak yang memiliki bagian auricle pada sebelah kiri dan kanan. Daun kelopak yang terpanjang dan membalut ruas yang paling atas dari batang disebut daunbendera. Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi ligula dan daun bendera, di situlah timbul ruas yang menjadi bulir padi. Padi termasuk tanaman jenis rumput-rumputan mempunyai daun yang berbeda-beda, baik bentuk, susunan, atau bagian bagiannya. Ciri khas daun padi adalah adanya sisik dan telinga daun. Hal inilah yang menyebabkan daun padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain. Adapun bagian-bagian daun padi adalah :

(48)

Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air

Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan merayap (menjalar).

Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung .

Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generative.

3. Enceng Gondok

Tumbuhan air - mengapung, tumbuh berumpun, tinggi 4 - 8 cm .Akar serabut. Batang tidak ada. Daun tunggal, bertangkai, tersusun berjejal di atas akar (roset akar), warna hijau, panjang 7 - 25 cm, bentuk bulat telur (ovata), ujung meruncing (acuminatus), pangkal meruncing (acuminatus), tepi rata (tidak bergerigi), permukaan mengkilat (nitidus), tangkai menggelembung. Bunga majemuk, bentuk bulir (spica), panjang mahkota 2 - 3 cm, daun mahkota tidak berlekatan (polypetalus). Buah kotak sejati (capsula), beruang tiga, warna hijau, bentuk biji bulat - berwarna hitam. Perbanyaan Generatif (biji).

(49)

Berdasarkan ada tidaknya batang, tumbuhan genjer ini termasuk pada tumbuhan berbatang jelas, karena batangnya terlihat dengan jelas. Berbeda dengan acaulis, selain tidak terlihat batangnya biasanya acaulis letak daun-daunnya sangat merapat. Berdasarkan sifat batang genjer termasuk pada batang basah (herba), karena batang ini biasanya mengandung air, tidak berkayu dan berwarna hijau. Batang tanaman genjer berbentuk bundar (globosus). Berdasarkan arah batang di atas tanah genjer memiiki batang yang tegak (erectus) dengan berarah tegak lurus ke atas.

Tumbuhan genjer ini biasa hidup di air, sawah ataupun rawa-rawa. Apabila dilihat tanaman ini mempunyai akar serabut. Akar lembaga dari tanaman ini dalam perkembangan selanjutnya mati atau kemudian disusul oleh sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang. Akar-akar ini karena bukan berasal dari calon akar yang asli yang dinamakan akar liar, bentuknya seperti serabut, oleh karena itu dinamakan akar serabut (radix adventicia).

Berdasarkan pada letaknya, bunga pada tanaman genjer ini terdapat di ketiak daun (flos lateralis atau flos axillaries). Majemuk, bentuk payung, di ketiak daun, terdiri dari 3-15 kuntum, tangkai panjang 15-25 cm, hijau, kelopak lepas, bentuk kuku, hijau, benang sari 3, tangkaj putik kuning, kepala putik bulat, mahkota lepas, ujung melengkung ke dalam, kuning.Habitatnya Dangkal rawa,kolam dan sawah yang biasanya temapt tergenang air tawar

5. Azola Pinata

(50)

bercabang-cabang terdapat akar yangmenempel tersusun rapih seperti rambut yang lebat, dan tumbuh lurus, sertatidak bercabang, masuk ke dalam air.

6. Patikan Kebo

Patikan kebo (Euphorbia hirta) merupakan suatu tumbuhan liar yang banyak ditemukan di daerah kawasan tropis. Di Indonesia tumbuhan patikan kebo dapat ditemukan di antara rerumputan tepi jalan, sungai, kebun-kebun, atau tanah pekarangan rumah yang tidak terurus. Petikan kebo merupakan tanaman terna yang tegak, tinggi kurang lebih 20 cm, batang berambut, percabangan selalu keluar dan pangkal batangtumbuh ke atas, warna merah atau keunguan.

Daun petikan kebo berbentuk jonong meruncing sampai tumpul, tepi daun bergerigi. Perbungaan petikan kebo berbentuk bola keluar dan ketiak daun bergagang pendek, berwarna dadu atau merah kecoklatan.

Bunga petikan kebo mempunyai susunan satu bunga betina dikelilingi oleh lima bunga yang masing-masing terdiei atas empat bunga jantan.

7. Ilalang

Terna rumput, berumur panjang (perenial), tumbuh berumpun, tinggi 30 - 180 cm. Akar rimpang, menjalar, berbuku-buku, keras dan liat, berwarna putih. Batang berbentuk silindris, diameter 2 - 3 mm, beruas-ruas. Daun warna hijau, bentuk pita (ligulatus), panjang 12 - 80 cm, lebar 2 - 5 cm, helaian daun tipis tegar, ujung meruncing (acuminatus), tepi rata, pertulangan sejajar (parallel), permukaan atas halus, permukaan bawah kasap (scaber). Bunga majemuk, bentuk bulir (spica), bertangkai panjang, setiap bulir berekor puluhan helai rambut putih sepanjang 8 - 14 mm, mudah diterbangkan angin. Buah bentuk biji jorong, panjang +/- 1 mm, berwarna cokelat tua. Perbanyaan vegetatif (akar rimpang)

(51)

2 Bit 118,4 17,07 0,6 6,97 18,94 31,76 469,15 55,8 18,54

3 Ciplukan 5,2 0,74 0,8 9,30 15,39 25,81 381,34 35,85 11,88

4 Semanggi 83,6 12,05 0,8 9,30 1,03 1,72 25,515 23,07 7,62

5 Bandotan 5,2 0,74 0,8 9,30 1,456 2,43 36,05 17,67 4,08

6 Rumput

Teki 103 14,85 1 11,62 1,7 2,85 11,812 29,32 9,68

7 Bayam 10,6 1,528 1 11,62 0,876 1,45 21,697 14,598 4,77

 Jatikerto

1. Singkong 4,8 16,90 0,8 15,38 79,38 87,65 1984,5 119,93 39,97

2. Putri malu 7,2 25,35 1 19,23 0,4536 0,5 11,34 45,08 15,02

3. Pohon

kapuk 0,2 0,70 0,2 3,84 2,646 2,92 66,15 7,46 2,48

4.

Alang-alang 2,2 7,74 0,6 11,53 0,819 0,9 20,475 20,17 6,72

 Sumbersari ( Malang )

NO Spesies

1 Padi 93,4 83,6 1 18,51 21,49 38,91 537,42 141,11 47,03

2 Kangkung 6,4 5,73 0,8 14,81 6,68 12,09 167,20 32,63 10,87

3 Enceng

Gondok 5 4,48 0,8 14,81 2,66 4,81 66,56 24,1 8,03

4 Genjer 1,2 1,07 0,6 11,11 3,68 6,71 92,04 18,84 6,28

5 Azola

pinata 1,6 1,43 0,6 11,11 0,20 0,36 5,09 12,9 4,3

6 Patikan

Gambar

Tabel Pengamatan Vegetasi ( Cangar, Malang, Jatikerto )
Tabel Pengamatan Faktor Abiotik (Cangar, Malang, Jatikerto )
Tabel SDR Cangar
Gambar Literatur Yang Didapat

Referensi

Dokumen terkait

Untuk membuat histogram mula-mula data disusun mulai dari yang terkecil hingga yang paling besar dan grafik histogram yang dibuat memuat kode laboratorium vs hasil analisis,

2 Beberapa hal penting yang dapat disampaikan berkaitan dengan tujuan, antara lain: a Memahami sejauh mana kondisi penerapan sistem pengendalian dan pengelolaan risiko pada

Setiap vertebrata (hewan bertulang belakang) memiliki dua tipe kelenjar : pertama, kelenjar eksokrin : yang mngeluarkan senyawa ke dalam saluran dan berahir pada rongga

Dari tabel di atas terlihat bahwa terjadi penduduk Kota Padang yang masih melakukan BABS yang semula 33% pada tahun 2010 berkurang menjadi 7,32% pada awal tahun 2015

Jefkins yang dikutip oleh Rachmadi dalam bukunya Public Relations dalam Teori dan Praktek (1994:18) menyatakan bahwa humas adalah sesuatu yang menerangkan keseluruhan

Orang tua adalah pendidik dalam keluarga. Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi orang yang berkembang secara sempurna. Mereka menginginkan anaknya yang

Para teman dan sahabat yang sudah banyak memberikan masukan, semangat, dan dukungan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Umumnya, penyaring bernilai tinggi kurang distorsi dari pass filter setara rendah.Sebuah aplikasi yang sangat umum pass filter pasif tinggi, adalah