• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Rusia dalam Penempatan Rudal AS di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Rusia dalam Penempatan Rudal AS di"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Belakangan ini sistem perpolitikan dunia diwarnai dengan teori yang dikemukakan oleh kaum realis. Teori yang dikemukakan itu berupa adanya hubungan antar negara di dunia yang bersifat anarkis yang mengarah pada konflik internasional. Hal inilah yang sedang diperlihatkan oleh adanya hubungan negara besar seperti Rusia dan Amerika Serikat. Kedua negara tersebut sedang terlibat dalam masalah besar yang apabila tidak segera diselesaikan, maka permasalahan tersebut akan mengarah kepada perang besar yang dapat menciptakan kekacauan didunia.

Permasalahan yang terjadi antara Rusia dan Amerika Serikat yaitu adanya krisis kepercayaan Rusia terhadap penempatan rudal – rudal AS yang termasuk dalam kategori

Anti Ballistic Missiles (ABM) atau Rudal Anti Balistik atas nama NATO di beberapa negara Eropa Timur seperti Polandia, Rumania, Spanyol, dan Turki. Hal inilah yang menimbulkan kemarahan dari pihak Rusia terhadap kebijakan Amerika Serikat tersebut.

Alasan utama dari penempatan ABM oleh NATO dan AS di beberapa negara Eropa Timur adalah semata – mata untuk melindungi negara – negara yang merupakan sekutunya dari serangan Iran yang juga sedang mengembangkan teknologi nuklirnya di Timur – Tengah1. Saat ini proses pembangunan tengah dilakukan di Polandia, Rumania, Spanyol. Sementara sistem radar akan dipusatkan di Turki. Untuk penghancur serangan rudal, NATO menggunakan SM-3 interceptors2.

Dalam pernyataannya, pada tanggal 5 Oktober 2011, Sekretaris Jenderal NATO, Andres Fogh Rasmussen menyatakan bahwa system pertahanan ABM AS – NATO akan segera siap pada tahun 2018, dan akan segera dioperasikan sebagai system peringatan. Pernyataan pertama Rasmussen tersebut merupakan salah satu dari semua kehormatan elemen pertahanan ABM di negara – negara Eropa Timur3.

Pada tanggal 14 September 2011 dilaksanakan penandatanganan antara Menteri Luar Negeri Turki, Feridun Sinirlioglu dan Duta Besar Amerika Serikat untuk Turki, Francis Richardson di Ankara, mengenai Memorandum perluasan Radar di Turki (memorandum on deployment of radar in Turkey). Dan perluasan ini akan lebih

1 Denny Armandhanu. “Krisis Rudal, Rusia Ancam AS dan NATO”. httpdunia.vivanews.comnewsread267093-beruang-merah-marah--mengancam-paman-sam/267093-beruang-merah-marah--mengancam-paman-sam.htm. Diakses, 8 November 2013.

(2)

difokuskan pada bagian Tenggara negara Turki, yaitu di Distrik Kuretcik, Propinsi Malatya, dan proses pengerjaan proyek tersebut diprediksikan akan selesai pada akhir tahun 20114.

Pada tanggal 20 Agustus 2008, Amerika Serikat menandatangani sebuah Persetujuan (agreement) dengan Polandia terkait rencana penyebaran dan perluasan Rudal SM – 3 yang dibuat sebagai Rudal Anti Balistik, di sekitar daerah Polandia yang dekat dengan Laut Baltik pada tahun 20185.

Beberapa fakta diatas menunjukan bahwa upaya NATO dan AS terkait penempatan Rudal Anti Balistik di beberapa negara Eropa Timur bukanlah hanya sebuah rencana yang biasa – biasa saja. Namun dibalik semua itu ada aspek penting yang terdapat di dalamnya, yaitu aspek pertahanan dan keamanan kepentingan AS di Eropa. Namun kebijakan ini telah menuai ancaman dengan berbagai tanggapan keras dari Rusia yang notabenenya merupakan negara yang memiliki kepentingan besar di Eropa Timur. Rusia menganggap bahwa tindakan AS dan NATO tersebut merupakan tindakan yang telah mendiskreditkan pemerintah Rusia, dan tindakan tersebut merupakan sebuah ancaman keamanana (Security Dilemma) bagi pemerintah Rusia sendiri.

Atas dasar kebijakan AS dan NATO seperti pada penjelasan diatas sehingga membuat penulis menguraikan lebih lanjut mengenai tanggapan lebih lanjut Pemerintah Rusia terhadap tindakan NATO dan AS tersebut. Selain menguraikan mengenai kebijakan luar negeri Rusia terkait penempatan ABM di negara – negara Eropa Timur, penulis juga menguraikan mengenai persiapan – persiapan yang sudah direncanakan oleh pemerintah Rusia apabila AS dan NATO tetap saja tidak mau membatalkan proyek pembangunan rudal anti balistik di Eropa Timur.

B. RUMUSAN MASALAH.

Sesuai dengan latar belakang pemilihan masalah dan judul yang telah diuraikan oleh penulis sebelumnya, maka penulis mengembangkan analisis makalah ini dengan rumusan masalah : Bagaimana Kebijakan Luar Negeri Rusia dalam Menanggapi Penempatan Rudal – Rudal NATO – AS di sejumlah negara Eropa Timur?

C. KERANGKA TEORI

Berangkat dari judul dan latar belakang permasalahan yang diangkat oleh kelompok kami, maka sebagian besar tinjauan makalah ini berangkat dari kerangka teori kebijakan

(3)

luar negeri sebuah negara, dalam hal ini Kebijakan Luar Negeri Rusia, dan tinjauan selanjutnya yaitu tinjauan dari teori dan konsep awal dari teori realis klasik.

a) Kebijakan Luar Negeri

Kebijakan luar negeri sebuah negara sangat erat hubungannya dengan Politik luar negeri suatu negara. Hal ini dikarenakan pengimplementasian sebuah kebijakan luar negeri sangat ditentukan oleh politik luar negeri suatu negara terhadap negara lain. Dengan kata lain, kebijakan luar negeri sangat bergantung pada politik luar negeri.

Politik luar negeri merupakan suatu kebijakan negara yang ditujukan untuk memperjuangkan kepentingan nasional suatu negara di luar batas wilayahnya. Menurut Jack C. Plano dan Roy Olton, bahwa politik luar negeri merupakan strategi atau rencan tindakan yang dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam menghadapi negara lain, atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional. Politik luar negeri yang spesifik dilaksanakan oleh sebuah negara sebagai suatu inisiatif atau reaksi terhadap inisiatif yang dilakukan oleh negara lain.

Dalam permasalahan di atas, penulis melihat bahwa Rusia mengeluarkan kebijakan luar negerinya untuk merespon inisiatif AS yang dapat mengancam kepentingan nasional Rusia. Oleh karena itu, penulis menggunakan kerangka berpikir atau kerangka teori dari kebijakan luar negeri untuk menjelaskan makalah ini mengenai tindakan Rusia melalui kebijakan luar negeri yang dikeluarkannya untuk merespon tindakan AS dan NATO yang ingin memperluas hegemoninya di Eropa Timur.

b) Teori Realis

(4)

Dari pemahaman secara umum kaum realis diatas, penulis melihat bahwa (berdasarkan data yang ada) kasus penempatan ABM System milik AS di Eropa Timur merupakan salah satu kepentingan nasional AS dalam menjamin keamanannya dan sekutunya NATO di Eropa Timur dari serangan potensial Iran dan Korea Utara. Namun Rusia melihat ini sebagai ancaman keamanan yyang sangat menjatuhkan eksistensi Rusia. Oleh karena itu Rusia berusaha untuk menciptakan perimbangan kekuasaan (balance of power) untuk mengimbangi kekuatan AS di Eropa Timur.

PEMBAHASAN

A. Hubungan Rusia – AS Pasca Perang Dingin.

Pada awal pasca perang dingin, kedua negara yang dahulu merupakan negara yang memiliki hegemoni didunia ini seiring dengan berjalannya waktu telah melakukan beberapa perjanjian internasional yang tujuannya adalah untuk menciptakan perdamaian di dunia. Hal ini didasari oleh niat baik kedua negara agar peperangan yang telah terjadi pada era Perang Dunia ke 2 tidak terjadi lagi. Misalnya saja penggunaan senjata nuklir yang dapat memusnahkan umat manusia merupakan sesuatu yang harus dihindari. Sejumlah pertemuan telah dilakukan oleh kedua negara ini untuk membahas mengenai permasalahan tersebut.

(5)

nuklir yang dimiliki oleh kedua negara (lebih dari 20,000 di pertengahan tahun 1992; diproyeksikan untuk menjadi 15,000-16,000 di akhir 1990an di bawah perjanjian tahun 1991) menjadi 7,000 atau kurang bahkan dibawahh 3,000-3,500 masing-masing negara pada tahun 2003. Akhirnya pada Desember perjanjian tersebut selesai dan ditandatangani kedua pemimpin negara pada 3 Januari 1993 perjanjian tersebut di tandatangani di Moskow dan dikenal dengan nama Strategic Arms Reduction Treaty II (Start II).

Dan pada saat kepemimpinan Vladimir Putin, Rusia mengejar kebijakan luar negeri yang lebih kooperatif dengan negara barat. Pasca serangan teroris 9/11, Rusia menjadi salah satu negara kunci dalam memerangi teroris bersama Amerika dan untuk pertama kalinya pada Mei 2002 Rusia dan Amerika menandatangani perjanjian untuk mengurangi jumlah persenjataan diantara ke dua negara, dan dibulan yang sama Rusia menjadi anggota terbatas NATO. Namun, apa yang dikatakan dan dikemukakan oleh kaum realis bahwa cenderung dunia tidak memiliki moral internasional memang benar. Yang ada hanyalah kepentingan nasional setiap negara untuk memaksimalkan powernya agar bisa mendominasi negara lain demi tercapainya kepentingan nasional dari negara tersebut.

Menurut Hans J. Morgenthau, salah sorang tokoh utama dari kaum realis yang mengatakan bahwa power terdiri dari apa saja yang menciptakan dan mempertahankan pengendalian seseorang atas orang lain (dan itu) meliputi semua hubungan sosial yang mendukung tujuan (pengendalian) itu, mulai dari kekerasan fisik sampai ke hubungan psikologis yang paling halus dan dipakai oleh pikiran seseorang untuk mengendalikan pikiran orang lain6

. Hal ini ditunjukan oleh hubungan Rusia – AS ditandai dengan berbagai hubungan yang masih cenderung fluktuatif antara kedua negara. Hal ini terjadi karena terdapat berbagai perjanjian internasional yang dibuat oleh kedua negara tidak diimplementasikan dengan baik. Hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaan perjanjian tersebut, masih terdapat kepentingan – kepentingan nasional antar kedua negara yang selalu ingin menonjolkan diri dalam dunia internasional. Seperti yang telah dikemukakan oleh kaum realis, bahwa untuk menciptakan dominasi sebuah negara atas negara lain dapat diperoleh dengan melakukan peningkatan kapabilitas power melalui peningkatan kekuatan militer melebihi negara lain. Hal inilah yang

(6)

membawa kedua negara ini pada suatu hubungan yang sangat kompleks dalam bidang pertahanan dan keamanan.

Penempatan Rudal Anti Balistik milik AS – NATO di negara – negara Eropa Timur dipandang oleh Rusia sebagai adanya indikasi keinginan AS untuk melakukan hegemoninya terhadap Rusia di Eropa Timur. Walaupun alasan masuk akal yang dikemukakan oleh AS bahwa penempatan rudal anti balistiknya tersebut sebenarnya hanyalah sebagai bentuk tindakan pencegahan terhadap atas ancaman rudal nuklir yang sedang dikembangkan oleh Iran dan Korea Utara. Namun, tindakan AS tersebut dirasakan sebagai ancaman atas kedaulatan Rusia.

Setelah Perang Dingin berlangsung selama 44 tahun, ia berakhir juga secara simbolis pada tahun 1989 dengan runtuhnya Tembok Berlin yang menjadi pemisah antara Jerman Barat dan Jerman Timur. Pada tahun 1991, Uni Soviet benar-benar hancur setelah terpecah-pecahnya negara tersebut menjadi Commonwealth of Independent State (CIS) yang terdiri dari 12 negara: Belarusia, Kazakstan, Ukraina, Azerbaijan, Kirgiztan, Uzbekistan, Armenia, Georgia, Moldavia, Tadzikistan, Turkmenistan, dan Rusia sebagai pimpinannya serta tiga negara laut Baltik tidak ingin bergabung dengan CIS.2

Dalam waktu beberapa tahun kebelakang, Rusia terlihat kembali menguatkan cakar-cakarnya dalam politik internasional. Peningkatan perekonomian negara dan politik yang semakin stabil mengembalikan kepercayaan Rusia. Ini juga menciptakan perubahan dalam pola hubungan Rusia dengan AS. Memang, setelah kehancuran Uni Soviet, AS berjaya sebagai hegemon dengan pola unilapolar. Walau demikian Uni Soviet meninggalkan kekuatan militer yang masih perkasa kepada Rusia dan menempatkan semua negara di Eropa Timur sebagai negara satelitnya. Sekarang, Rusia sudah semakin kokoh dalam perekonomian, politik dan militer. Semakin matangnya Rusia ini mengubah pola hubungan yang terjalin selama ini antara AS dengan Rusia dari ketergantungan Rusia terhadap AS mengarah kepada persaingan untuk meningkatkan kapabilitas power masing-masing.

(7)

Gedung Putih, Tommy Vietor, Kamis (24/11) berusaha meyakinkan bahwa program pertahanan rudal yang tengah dibangun tidak akan membahayakan nuklir Rusia. "Dalam berbagai kesempatan kami telah menjelaskan kepada pemerintah Rusia, bahwa sistem pertahanan rudal di Eropa tidak akan dan tidak bisa mengancam pertahanan Rusia," kata Vietor, dilansir dari Associated Press, Jumat (25/11). Proses pembangunan sistem pertahanan masih terus dilakukan di Eropa timur, tidak peduli ancaman Rusia. NATO dan AS membangun sistem pertahanan rudal berbasis darat dan laut, yaitu SM-3 interceptors, di Polandia, Rumania dan Spanyol. Sementara sistem radar akan dipusatkan di Turki. Pembangunan sistem ini dilakukan secara bertahap. Saat ini sistem pertahanan rudal dilakukan AS dari kapal induk di lautan. Pada tahun 2015, basis sistem pertahanan sudah berdiri di empat negara tersebut. Tahap ketiga dan keempat akan dilakukan hingga rampung pada 20207.

B. Penempatan Rudal AS di Beberapa Negara Eropa Timur

Mulai dari tahun 2007 sampai sekarang, pemerintah AS yang dimulai pada masa pemerintahan Presiden AS George W.Bush sampai pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama berupaya mencapai kesepakatan dengan pemerintah Polandia dan Ceko mengenai pembangunan pangkalan pertahanan rudal AS. Namun usaha AS tersebut ditentang oleh Rusia karena dianggap mengancam keamanan Rusia. Sebagai bagian dari sistem pertahanan misil (antirudal)-nya, AS berencana menempatkan 10 penangkal rudal di Polandia serta radar pembimbing di Ceko. Rencana pembangunan sistem pertahanan misil AS di Polandia dan Ceko meliputi penempatan alat penangkal rudal, yaitu 10 rudal pencegat (interceptor missiles) di Polandia dan sebuah stasiun radar (tracking radar site) di Republik Ceko.

Sistem pertahan misil anti rudal tersebut dimaksudkan AS untuk tujuan melindungi AS dan negara-negara sekutu di Eropa dari serangan sistem kerja rudal yang diluncurkan oleh Iran dan Korea Utara. Perisai rudal di Polandia dan Ceko dimaksudkan untuk menggagalkan serangan dari ‘negara-negara nakal’ seperti Iran, bukan untuk Rusia. Menurut Pentagon, sistem itu akan menjaga Eropa dari serangan-serangan rudal terbatas dari kekuatan-kekuatan militer yang lebih

7 “Hubungan Rusia dan AS kembali Memanas”.

(8)

kecil seperti Iran. Menurut PM Republik Ceko Mirek Topolanek, pembangunan sistem pertahanan itu justru berguna untuk menguji semangat bela negara masyarakat Eropa. Hal tersebut juga merupakan langkah untuk memperluas sistem pertahanan NATO pada negara-negara yang tidak terjangkau oleh AS.

Pada bulan Februari 2009, AS dan Polandia akhirnya menyepakati seluruh paket penempatan sistem pertahanan anti rudal AS. Di samping itu negosiasi Ceko dengan AS berjalan sukses dan kesepakatan tersebut akan ditandatangani pada awal bulan Mei. pemerintah Ceko menyatakan bahwa perjanjian tersebut merupakan langkah penting dalam usaha mereka untuk melindungi bangsanya sebagaimana dicerminkan dalam pernyataan berikut: “This agreement is an important step in our efforts to protect our nations and our NATO allies from the growing threat posed by the proliferation of ballistic missiles and weapons of mass destruction.”

Berikut ini adalah beberapa perjanjian perluasan penempatan Anti Balistic Missilles dan radar pemantau milik AS – NATO di beberapa negara Eropa Timur :

a) Pada tanggal 14 September 2011, Dubes AS untuk Turki melakukan

penandatanganan dengan Menteri Luar Negeri Turki Feridun Sinirlioglu, mengenai perjanjian perluasan radar rudal anti balistik milik AS yang ditempatkan di wilayah Turki bagian Tenggara, tepatnya di Distrik Kurecik, Propinsi Malatya.

b) Tanggal 20 Agustus 2008 AS dan Polandia menandatangani perjanjian mengenai

rencana perluasan Rudal SM – 3 yang didesain untuk menangkis serangan rudal balistik dari musuh. Rencanannya instalasi rudal tersebut akan dibangun di daerah Polandia yang dekat dengan Laut Baltik pada tahun 2008.

c) Pada tanggal 13 September 2011 Sekretaris Negara AS, Hillary Clinton, dan Menteri Luar Negeri Rumania, Theodor Bakonski, menandatangani persetujuan mengenai perluasan radar dan Rudal SM – 3 milik AS di wilayah teritori Rumania pada tahun 2015.

d) Pada tanggal 15 Oktober 2011, Perdana Menteri Spanyol, Jose Luis Sapatero, di

(9)

anti rudal balistik milik AS, dan membiarkan perluasan kapal perang AS dan penempatan rudal SM – 3 di basis Angkatan Laut milik Spanyol.

Penempatan system Rudal Anti Balistik milik AS merupakan ancaman bagi Rusia. Hal ini berkaitan dengan ambisi AS yang ingin melakukan hegemoninya di belahan Eropa Timur, dan hal tersebut merupakan sebuah upaya diplomasi deterrence AS terhadap eksistensi Rusia yang saat ini sedang maju di bidang ekonomi dan militer.

C. Tanggapan Rusia Terhadap Perluasan Rudal dan ABM System milik AS di Eropa Timur.

Permasalahan yang timbul dari penempatan sistem pertahan misil anti rudal tersebut menimbulkan kecurigaan Rusia bahwa rencana penempatan sistem antirudal AS di Polandia dan Ceko adalah langkah strategis untuk proses perluasan NATO ke arah timur. Rusia berpendirian bahwa rencana antirudal itu akan merusak perimbangan strategis AS dan Rusia di Eropa. Rencana ini juga akan memperkuat NATO dalam mengawasi dan mengontrol penempatan dan pengerahan tentara Rusia, yang akan meningkatkan kemampuan NATO untuk menyerang Rusia.

Konflik AS-Rusia tidak pelak lagi akan menyebabkan ketegangan di dalam hubungan internasional secara keseluruhan. Ketegangan utamanya akan terjadi di wilayah Eropa Timur dan Eropa Tengah. Wilayah ini sangat penting bagi AS dan Rusia yang sama-sama sedang memperkuat supremasinya di dunia. AS dan Rusia tetap percaya terhadap apa yang dikatakan oleh ahli geopolitik Halford Mackinder bahwa siapa yang menguasai heartlad (Ukraina, Rusia dan Eropa Tengah) akan menguasai World-Island (Eurasia/Eropa Asia dan Afrika), siapa menguasai World-Island akan menguasai dunia. Terbukti doktrin ini telah menyebabkan dua Perang Dunia dan Perang Dingin. Atas dasar itu maka baik AS maupun Rusia akan berusaha dengan cara apa saja untuk menguasai wilayah Eropa Timur dan Eropa Tengah.

a) Kebijakan Luar Negeri Rusia Terkait Perluasan ABM System Milik AS.

(10)

memperluas ABM System milik AS di Eropa Timur. Ia secara tegas menyatakan bahwa militer Rusia akan melakukan tindakan berupa serangan frontal terhadap proyek militer AS tersebut.

Presiden Rusia Dmitry Medvedev menegaskan akan menembakkan rudal untuk menghancurkan sistem pertahanan rudal NATO di Eropa, tanpa memedulikan perjanjian yang telah diteken dengan Amerika Serikat. Langkah ini akan diambil jika tuntutan Rusia soal sistem pertahanan NATO tetap diacuhkan. Medvedev mengatakan, Rusia akan menembakkan rudal balistik baru berkemampuan lebih canggih dalam menembus sistem pertahanan musuh. Rusia juga akan mematikan sistem anti-rudal yang dimiliki oleh NATO dan AS. Jika ini gagal, maka Medvedev punya rencana B. "Jika gagal, Rusia akan menurunkan persenjataan dengan sistem serang canggih di barat dan selatan negara ini. Salah satunya adalah rudal Iskandar di wilayah Kalinigrad. Hal ini kami lakukan agar dapat menghancurkan semua sistem pertahanan rudal AS di Eropa," kata Medvedev dalam sebuah siaran langsung, dilansir dari kantor berita CNN, Rabu 23 November 20118.

Kemarahan Rusia ditegaskan oleh Presiden Dmitry Medvedev dalam pernyataannya Rabu waktu setempat. Pemerintahnya menolak rencana Amerika Serikat dan NATO membangun sistem pertahanan rudal (anti-ballistic missile defense/ABM) di beberapa negara di Eropa Timur. NATO berdalih, sistem yang akan rampung 2020 ini demi melindungi sekutu-sekutu AS dari serangan Iran9.

Medvedev khawatir, alih-alih pertahanan, rudal tersebut akan digunakan AS untuk mengincar persenjataan nuklir Rusia. Padahal, nuklir adalah salah satu kartu Rusia dalam mempertahankan diri pasca Perang Dingin yang berakhir 1991 lalu. Tidak peduli terikat perjanjian pengurangan penggunaan senjata atau yang disebut START (Strategic Arms Reduction Treaty) dengan AS, Medvedev menyatakan pemerintahnya akan bertindak agresif jika tuntutan mereka tidak dipenuhi. Dalam siaran langsung di televisi, Medvedev mengatakan telah memberikan beberapa perintah kepada militer Rusia10, yaitu :

8 Denny Armandhanu. “Rusia Ancam Hancurkan Rudal NATO di Eropa”.

httpdunia.vivanews.comnewsread266937-rusia-ancam-hancurkan-rudal-nato-di-eropa/266937-rusia-ancam-hancurkan-rudal-nato-di-eropa.htm. diakses, 8 November 2013.

9 Denny Armandhanu. “Krisis Rudal, Rusia Ancam NATO dan AS”. httpdunia.vivanews.comnewsread267093-beruang-merah-marah--mengancam-paman-sam/267093-beruang-merah-marah--mengancam-paman-sam.htm. Diakses, 8 November 2013.

(11)

 Pertama, kata Medvedev, dia telah memerintahkan Kementerian Pertahanan untuk menempatkan stasiun radar peringatan dini serangan rudal di Kalinigrad, daerah di Rusia yang berbatasan dengan Polandia. Stasiun ini akan segera memberian sinyal bahaya jika ada rudal yang meluncur menuju Rusia.

 Kedua, Medvedev memerintahkan dipasangnya selubung pelindung di persenjataan nuklir Rusia.

 Ketiga, Medvedev memerintahkan dipasangnya rudal strategi balistik terbaru milik

angkatan laut dan angkatan rudal strategis Rusia di sistem rudal penetrasi pertahanan. Rudal-rudal tersebut, memiliki hulu ledak baru yang lebih canggih dan efektif.

 Keempat, Medvedev memerintahkan angkatan bersenjata Rusia untuk mengantisipasi langkah dan mencari cara melumpuhkan sistem data pertahanan dan pemandu rudal musuh. "Langkah ini sangat tepat, efektif dan lebih murah," kata Medvedev.

 Kelima, langkah antisipasi jika semua langkah di atas tidak mampu mengubah niat

NATO, Rusia akan menempatkan sistem serang yang modern di bagian Barat dan Selatan. Puncaknya, kata Medvedev, adalah peluncuran rudal Iskandar. "Langkah ini untuk memastikan bahwa kita mampu menghancurkan sistem pertahanan rudal AS di Eropa," tegasnya.

b) Persiapan Kekuatan Militer Rusia.

Walaupun tidak secara eksplisit Rusia menyatakan bahwa peningkatan kapabilitas militer yang di lakukan pada 2010 yang lalu adalah untuk meng – counter kekuatan hegemoni AS di Eropa Timur, namun terdapat indikasi bahwa hal tersebut sengaja dilakukan untuk mempersiapkan diri Rusia dari ancaman potensial yang datang dari barat dan sekutunya.

(12)

pemerintahan Perdana Menteri Vladimir Putin menganggarkan US$9 miliar (Rp80,4 triliun). Hal ini disampaikan Putin di galangan kapal Sevmash di Laut Putih ketika meresmikan kapal selam nuklir kelas Borei milik Rusia, Rabu 9 November 2011. Kapal selam ini dipersenjatakan rudal antar benua Bulava yang baru saja diujicoba. "Saya yakin pelaksanaan program ini, baik dari sisi tujuan dan pendanaannya, akan dapat memodernisasi militer dan armada laut kita dalam skala besar," kata Putin, dilansir dari kantor berita Reuters. Putin tidak menyebutkan lebih lanjut perihal program kapal selam nuklir tersebut. Namun, staf Sevmash yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan Rusia berencana membuat kapal selam nuklir kelas Yasen. Biaya pembuatan satu kapal diperkirakan seharga US$1,3 miliar (Rp11,6 triliun). Dibandingkan kapal selam kelas Borei yang seharga US$759 juta (Rp6,7 triliun), Yasen jauh lebih besar. Yasen dipersenjatai dengan rudal jelajah, tidak membawa rudal balistik jarak jauh seperti Bulava11.

Sampai saat ini belum ada tanda tangan kontrak antara pemerintah Rusia dengan perusahaan pembuat kapal selam. Juru bicara perusahaan pembuatan kapal Rusia mengatakan, masih dilakukan tawar menawar masalah harga antara kedua pihak. Sebelumnya, berbicara masalah modernisasi militer Rusia, Putin meminta para pembuat senjata untuk mengurangi harga dan meningkatkan kualitas produk. Putin mengatakan, pemerintah Rusia menjamin keuntungan 35 persen yang akan diterima perusahaan pembuat senjata. Angkatan laut Rusia mengambil porsi terbesar dari jatah anggaran peningkatan kapasitas kemiliteran Rusia. Rencananya, Rusia akan menghabiskan dana hingga US$653 miliar (Rp5.836 triliun) sebelum tahun 2020 untuk keperluan pembaruan persenjataan.

Rusia, baru-baru ini mengancam akan menempatkan rudal-rudalnya di perbatasan dengan Uni Eropa (UE), untuk menanggapi Amerika Serikat (AS) yang bersikeras melaksanakan keinginan menempatkan sistem rudal pertahanannya di Eropa timur. Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan Rusia siap menempatkan rudal Iskander di eksklave Kaliningrad, yang membatasi dua anggota UE, Polandia dan Lithuania. Rudal yang mampu mengenai sasaran sejauh 500 km itu juga akan ditempatkan di selatan, dekat dengan Georgia dan Turki, untuk digunakan menghancurkan sistem rudal pertahanan AS di Eropa12.

11 Denny Armandhanu. “Rusia Akan Buat Lima Kapal Selam Nuklir”. httpdunia.vivanews.comnewsread262931-rusia-berencana-beli-lima-kapal-selam-nuklir/262931-rusia-berencana-beli-lima-kapal-selam-nuklir.htm. Diakses, 8 November 2013.

(13)

Medvedev memperingatkan jika Barat terus menekan dengan bersikeras menjalankan rencananya, Federasi Rusia akan menempatkan sistem persenjataan modern mereka di barat dan selatan, yang bisa digunakan untuk menghancurkan komponen rudal AS di Eropa. Medvedev memerintahkan kementerian pertahanan segera menempatkan sistem radar di Kaliningrad, untuk mewaspadai serangan rudal pada mereka13.

Dia juga menegaskan bahwa rudal balistik Rusia akan diberi kapasitas untuk mengatasi sistem pertahanan rudal, serta hulu ledak baru yang sangat efektif. Arogansi AS untuk tetap menempatkan rudal-rudalnya di negara-negara yang berbatasan dengan Rusia, berulangkali menjadi penghalang perbaikan hubungan Rusia dan AS. Medvedev memperingatkan rencana penempatan rudal AS juga bisa berdampak pada penghentian Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (START), yang mengatur pengurangan jumlah senjata nuklir Rusia dan AS, ditandatangani oleh Medvedev dan Presiden AS Barack Obama, April 2010. “Itu akan menjadi dasar bagi keluarnya kami dari START,” ujarnya14.

Berangkat dari pemikiran kaum realis, di sini terlihat jelas bahwa Rusia telah melakukan peningkatan kekuatan militer (walaupun baru pada kapal selam) terdapat sebuah indikasi yang menunjukan bahwa Rusia berusaha untuk merespon tindakan AS tersebut. di sini terlihat adanya perimbangan kekuatan (balance of power) yang sedang diusahakan oleh Rusia.

Selain melakukan peningkatan kapabilitas militernya, Rusia juga menjalin hubungan aliansi dengan beberapa negara yang notabenenya merupakan musuh potensial dari AS dan sekutunya, seperti Iran, Cina, dan Korea Utara. Hal ini menunjukan bahwa perimbangan kekuasaan dengan menciptakan aliansi secara tidak langsung menjadi salah satu kekuatan andalan Rusia dalam menghadapi ancaman AS dan NATO.

Salah satu contoh kebijakan Rusia dalam menentang dominasi AS adalah Rusia menolak rayuan dan bujukan dari AS sebagai anggota Dewan Keamanan Tetap PBB untuk memberikan sanksi terhadap program nuklir Iran yang dilaporkan oleh IAEA.

(14)

Silang pendapat antara Washington dan Moskow tidak terhenti sampai di Iran. Kedua musuh Perang Dingin itu juga berbeda dalam menyikapi isu Suriah. AS mendukung kelompok oposisi Suriah dan menyusun berbagai skenario untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar Assad. Akan tetapi, Assad mengancam akan menyerang rezim Zionis Israel dan memperpanas situasi di Timur Tengah jika NATO melancarkan operasi militer ke Suriah. Resolusi untuk pemberlakuan sanksi ke Suriah gagal tercapai setelah Rusia dan Cina menggunakan hak vetonya. Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin bahkan memperingatkan Barat terhadap intervensi militer di Suriah, menggambarkan setiap tindakan semacam itu terhadap Damaskus tidak dapat diterima15.

Rusia baru-baru ini mengirim kapal perang ke perairan Suriah dalam sebuah langkah yang bertujuan untuk mencegah setiap serangan asing terhadap wilayah Suriah. Menurut sumber Rusia, langkah terakhir bertujuan menyampaikan pesan bahwa Moskow akan memblokir setiap serangan yang dipimpin NATO di bawah kedok intervensi kemanusiaan16.

PENUTUP

Saat ini dunia menjadi semakin tegang dengan adanya upaya dari negara – negara superpower yang notabenenya dipegang oleh AS berusaha untuk meningkatkan kapabilitas militernya diberbagai kawasan. Salah satunya di Eropa Timur.

Perluasan ABM System milik AS di Eropa Timur mendapat kecaman keras dari pihak Rusia sendiri. Hal ini terjadi karena Rusia menganggap bahwa hal tersebut mengancam keamanan nasional Rusia.

Rusia, dengan kebijakan luar negerinya berusaha untuk menciptakan balance of power dengan AS beserta sekutunya. Hal inilah yang menimbulkan terjadinya dilemma keamanan (security dilemma).

15 “Isu Global, dan Hubungan Tegang AS – Rusia”. HTTPIN~1.IR%25/isu-global-dan-hubungan-tegang-as-rusia.htm. Diakses, 8 November 2013.

(15)

Bukan hal tidak mungkin bahwa Perang Dunia Ketiga dapat terjadi. Mengingat system hubungan internasional saat ini bersifat multipolar yang sangat kompleks. Negara - negara berkembang berusaha untuk menjalin hubungan dengan negara – negara maju untuk menjamin keamanan negaranya. Dan hal ini yang sedang terjadi saat ini.

Namun, Perang Dunia Ketiga mungkin saja terjadi apabila negara – negara besar tidak dapat menahan diri untuk menciptakan perang besar antar sesame negara kuat yang akan menyeret negara – negara kecil ke dalam peperangan tersebut. dan dari hal tersebut, jelas sudah bahwa perang besar tidak dapat terhindarkan lagi oleh negara – negara di dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

 Mas,Oed, Mochtar. “Ilmu Hubungan Internasional”.1990. (Disiplin dan Metodologi). Jakarta : LP3S.

Websites :

(16)

httpdunia.vivanews.comnewsread267093-beruang-merah-marah--mengancam-paman-sam/267093-beruang-merah-marah--mengancam-paman-sam.htm. Diakses, 8 November 2013.

. “Rusia Ancam Hancurkan Rudal NATO di Eropa”.

httpdunia.vivanews.comnewsread266937-rusia-ancam-hancurkan-rudal-nato-di-eropa/266937-rusia-ancam-hancurkan-rudal-nato-di-eropa.htm. diakses,8 November 2013.

 “Hubungan Rusia dan AS kembali Memanas”.

http//:www.jurnalmedan.co.idindex.phpoption=com_content&task=view&id=69942&Ite mid=55/index.php.htm. diakses,8 November 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Antara Polimorfisme Gen Fat Mass Obesity Associated (FTO) rs 9939609, Asupan Makanan, Aktivitas Fisik dan Mikrobiota Usus dengan Obesitas Pada Remaja.

Dari permasalahan y ang ada maka perlu dipikirkan j alan keluar untuk meningkatkan tarap hidup mas y arakat dengan menggali potensi y ang dimiliki oleh mas y arakat desa

Model pada penelitian ini akan berfokus bagaimana tingkat kompetensi yang dimiliki auditor berpengaruh terhadap perencanaan audit yang dimoderasi oleh pemahaman

3. Siswa dapat menentukan posisi titik koordinat tertentu dengan menggunakan pola titik koordinat sebelumnya untuk membuat sebuah garis yang bersesuaian..

Baginda pun makan dan bersabda: Telah berbuka puasa di sisi kamu mereka yang berpuasa, telah makan makanan kamu mereka yang baik dan telah berselawat ke atas kamu para

Berdasarkan uji linearitas yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada deviation from linearity untuk variabel dukungan sosial akademik

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (9) dan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, mengamanatkan kepada Menteri Dalam

• Selain itu hal yang terpenting dalam mempelajari struktur data adalah eratkaitannya dengan pemilihan struktur data yang tepat membuat suatu algoritma yang