• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERNIKAHAN NABI MUHAMMAD SAW dan ZAINAB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERNIKAHAN NABI MUHAMMAD SAW dan ZAINAB"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERNIKAHAN NABI MUHAMMAD SAW dan ZAINAB BINT JAHSYI R.A. Oleh Ceceng Muhajir

A. Pendahuluan

Setelah selesai melakukan pembacaan terhadap beberapa referensi yang memuat kisah pernikahan Nabi Muhammad s.a.w dan Zainab bint Jahsyi1,

penulis menilai ada perbedaan terkait sikap para ahli terhadap validitas kisah pernikahan seorang nabi dengan putri bangsawan ini. Adanya perbedaan tersebut tentunya pengaruh dari psikologis dan latar belakang keilmuan yang dimiliki oleh para ahli teresebut. Ada yang terdorong oleh keimanan dan kecintaannya terhadap Nabi Muhammad s.a.w., namun terkesan membuktikan bahwa Nabi Muhammad s.a.w suci dari sifat-sifat kemanusian (a’ra>d} al-basyariyyah) dan tidak pantas dimiliki oleh manusia yang telah mendapatkan wahyu kenabian (al-nubuwwah). Ada pula ahli yang berusaha untuk bersikap objektif dalam memaparkan kisah pernikahan tersebut. Mereka bersikap balance dalam mendialogkan antara nubuwwah dan a’ra>d} basyariyyah Nabi Muhammad s.a.w. Karena kedua sifat tersebut memang sudah ada nashnya dalam al-Qur’an2. Dia ini mengungkap sisi kemanusian Nabi Muhammad

sebagaimana manusia biasa, namun sifat tersebut tetap dihiasi oleh nubuwwah . Selain itu ada juga yang terdorong oleh kefanatikan dan kebencian terhadap Nabi Muhammad s.a.w., sehingga karyanya menjadi media untuk menebarkan kesan-keasn dan sisi-sisi negatif yang diangkat dari kisah pernikahan Nabi Muhammad s.a.w. dan Zainab bint Jahsi.

Dari perbedaan di atas, setidaknya menimbulkan pertanyaan apakah riwayat-riwayat yang memaparkan kisah pernikahan Nabi Muhammad dengan Zainab r.a. masuk dalam al-dakhil al-salabiyy atau tidak? Di sini penulis memaparkan kisah pernikahan Nabi dengan Zaid serta sikap para ahli terhadap kisah tersebu.

B. Sekilas tentang Zainab bin Jahsyi

Dia bernama lengkap Zainab bint Jahsyi bin Ri’ab al-Asadiyyah. Dia adalah sepupu Rasulullah, putri dari bibi Rasul sendiri, Umaimah bint ‘Abdul Muthlib. Pada saat Rasul menikahinya Zainab memiliki nama asli Barrah, kemudian Rasul

1 Ada dua pembacaan terkait nama ayah Zainab yaitu Jahsyi dan Jahasyi.

2 Qul innama> ana basyarun mis}lukum yu>h}a> . . . .(Q.S. al-Kahfi: 110) dan wama>

(2)

memberinya nama Zainab. Zainab nikah dengan Rasul pada tahun ke-3 hijrah-ada yang mengatakan ke-5 hijriyah-.3 ada yang mengatakan, ketika nikah dengan

Rasul umurnya sekitar 35 tahun. Ini berdasarkan pada penanggalan pernikahan menurut tahun masehi, yaitu tahun 628 M, sedangkan tahun kelahirannya adalah 593 M4. adapun Rasulullah lahir pada tahun 571 Masehi. Jadi Zainab kurang lebih

22 tahun lebih mudah dari Rasulullah s.a.w.5

Para ahli menceritakan bahwa Zainab putih kulitnya, gemuk, dan termasuk di antara wanita-wanita sempurna di kalangan masyarakat Quraisy. Zainab merasa bangga dengan kecantikannya dan juga bangga keturunannya yang mulia. Ditambah lagi pelaksanaan pernikahannya denga Rasul merupakan intruksi ilahi, wahyu dari Allah s.w.t. hal-hal ini yang mendorong salah satu istri Rasul, Hafsah putri Umar bin Khattab menasehati Aisyah untuk menyimpan perasaan cemburunya terhadap Ummu Salamah, karena akan ada istri Rasul yang lebih pantas untuk dicemburui oleh Aisyah, yaitu Zainab bint Jahsyi.6 Ini artinya Zainab

merupakan satu-satunya istri Rasul yang paling dicemburui oleh Aisyah. Dalam kitab al-Is}a>bah dipaparkan:

تلاق

:

اي بنيز

لوسر

هللا

ينإ

هللاو

ام

انأ

ىدحإك

كئاسن

تسيل

ةأرما

نم

كئاسن

لإ

اهجوز

اهوبأ

وأ

اهوخأ

وأ

اهلهأ

يريغ

كينجوز

هللا

نم

ءامسلا

7

Terjemah Penulis:

Zainab berkata: “wahai Rasulullah, sungguh aku ini tidak seperti istri-istrimu yang lain. Mereka dinikahkan oleh ayahnya atau saudaranya atau keluarga. Akan beda denganku, Allah menikahkanku denganmu dari langit”

Selain pernikahan yang diresmikan oleh Allah dan memiliki paras yang cantik, Zainab juga memiliki keistimewahan dalam budi pekerti. Dia memiliki akhlak sosial yang sangat tinggi, khususnya pada anak-anak yatim sehingga dia mendapat gelar umm al-mu’mini>n umm al-masa>ki>n. bahkan dia disebut istri Rasul yang paling panjang tangannya. Ini merupakan ungkapan metafor yang pernah

3Ibn al-As}i>r, usd al-g|a>bahm, Jld. III, hal. 357.

4 Lihat hhtp://en.wikipedia.org/wiki/zaynab_bint_Jahsh

5 Namun masih banyak pendapat-pendapat lain yang beda tentang hal ini. Aisyah bint al-syathi

mengatakan pada saat wafat, Zainab berumur 35 tahun. Lihat dalam Chadidjah Nasution, Istri-istri Nabi terj., Nisa>’ al-Nabiyy, . . . .hal. 67.

6 Lihat dalam Chadidjah Nasution, Istri-istri Nabi terj., Nisa>’ Nabiyy, karya ‘aisyah bint

al-Sya>thi. Hal. 48.

(3)

disabdakan oleh Rasul yang kemudian disampaikan oleh Aisyah tatkala mendengar berita wafat Zainab:

ن

ن ك

ك عكرسأ

ااقوحلك

يب

ن

ن ك

ك لكوطأ

اادي

8

"

Terjemah Penulis:

Nabi Muhammad: Yang paling cepat menyusul saya ialah yang paling panjang tangannya.

Terkait dengan ungkapan ini, Aisyah bint Syathi menambahkan ketika Rasulullah wafat para istri Rasul jika berkumpul di salah satu rumah mereka, mereka mengulurkan tangan ke dinding dan mengukur mana yang paling panjang tangannya. Setelah Zainab wafat mereka sadar bahwa Zainab yang lebih dulu wafat bukan yang paling panjang tangannya. Mereka sadar bahwa yang dimaksud oleh Rasul paling panjang tangannya bukanlah panjang tangan secara sebenarnya, melainkan yang paling banyak bersedekah di jalan Allah9.

C. Ayat-ayat al-Qur’an terkait pernikahan Nabi Muhammad s.a.w. dan Zainab bint Jahsyi

Sebelum mengarah pada pemaparan riwayat-riwayat yang memuat kisah pernikahan Nabi Muhammad dan Zainab, perlu untuk dipaparkan terlebih dahulu ayat-ayat al-Qur’an yang terkait dengan kisah ini. Hal ini karena hampir semua yang mengkaji tentang pernikahan Nabi Muhammad yang satu ini memasukan ayat-ayat al-Qur’an; Q.S. al-Ahzab ayat-ayat 5, ayat-ayat 36, ayat-ayat 37, dan ayat-ayat 40. ( - 5 – 36 – 37 – 40 – ),

1. Al-Ahzab ayat 5

م

م هكوع

ك دما

م

م ههئهاببله

ب

وبهك

ط

ك س

ب قمأ

ب

د

ب نمعه

ههلنلا

. . . . .

Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan memakai nama bapak-bapak mereka

Para ahli (pengkaji kisah pernikahan Nabi) menjadikan ayat tersebut sebagai bukti data bahwa dalam kurun waktu yang cukup lama, Zaid, mawla> (bekas budak) Nabi Muhammad pernah dipanggil Zaid bin Muhammad, kemudian setelah turun ayat di

8Ibn al-As}i>r, usd al-g|a>bahm, Jld. III, hal. 358.

9 Lihat dalam dalam Chadidjah Nasution, Istri-istri Nabi terj., Nisa>’ Nabiyy, karya ‘aisyah bint

(4)

atas, panggilan namanya kembali dinasabkan kepada ayah kandungnya yaitu Haritsah, menjadi Zaid bin Haritsah. Setelah turun ayat tersebut, Zaid bin Haritsah merasa sepi dan asing, karena sebelum itu pribadinya selalu dinasabkan kepada manusia termulia, Rasul yang agung.

2. Q.S. Al-Ahzab ayat 36

امبوب

ن

ب اك

ب

ن

ن مهؤممكله

لبوب

ةننبمهؤممك

اذبإه

ىض

ب قب

هكلنلا

هكلكوس

ك ربوب

اراممأب

ن

م أب

ن

ب وك

ك يب

م

ك هكلب

ةكربيبخهلما

ن

م مه

م

م ههرهممأ

ب

ن

م مبوب

ص

ه

عميب

هبلنلا

هكلبوس

ك ربوب

د

م قبفب

ل

ن ض

ب

لالبض

ب

انايبهمك

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata.

Setelah Rasul mengetahui keadaan jiwa mawla>nya yang pernah mengabdi dengan penuh kesetiaan dan kecintaan, Rasul menikahkan Zaid bin Harits dengan Zainab bint Jahsyi. Namun pada awalnya Zainab enggan menikah dengan Zaid dengan alasan kebangsaannya lebih tinggi dari pada Zaid. Kemudian turunlah ayat di atas sebagai respons keengganan Zainab untuk menikah. Akhirnya Zaid bin Haritsah menikah dengan Zainab bint Jahsyi.

3. Q.S. Al-Ahzab ayat 37

ذمإهوب

ل

ك وقكتب

يذهلنله

م

ب عبنمأ

ب

هكلنلا

ههيملبعب

ت

ب ممعبنمأ

ب وب

ههيملبعب

ك

م س

ه ممأب

ك

ب يملبعب

ك

ب جبومزب

ق

ه تناوب

هبلنلا

يفهخمتكوب

يفه

ك

ب س

ه فمنب

امب

هكلنلا

ههيدهبممك

ىش

ب خ

م تبوب

س

ب

اننلا

هكلنلاوب

ق

ق حبأ

ب

ن

م أب

هكاش

ب خ

م تب

امنلبفب

ىض

ب قب

د

د يمزب

اهبنممه

اراط

ب وب

اهبكبانبجمونزب

ي

م ك

ب له

لب

ن

ب وك

ك يب

ىلبع

ب

ن

ب ينهمهؤممكلما

جدربحب

يفه

جهاوبزمأ

ب

م

م ههئهايبعهدمأ

ب

اذبإه

اومض

ب قب

ن

ن هكنممه

اراط

ب وب

ن

ب اك

ب وب

ركممأب

ههلنلا

لاوعكفممب

(5)

Selama perjalanan rumah tangga Zaid dan Zainab, mereka selalu tidak mencapai seiya sekata, tidak jarang Zaid merasakan ketidaknyamanan atas sikap Zainab yang masih membawa kebangsaannya dari keturunan keluarga terpandang, sedangkan Zaid sendiri merupakan eks-hamba sahaya. Sehingga Zaid pun mengadu kepada Rasul atas ketidaknyamanan rumah tangganya tersebut. Dengan petunjuk ayat di atas, Rasul memerintahkan Zaid untuk tetap mempertahankan rumah tangganya dengan Zaid.

Waktu demi waktu berjalan, rumah tangga putra bekas hamba sahaya dan putri bangsawan ini tetap tidak berbunga ketentraman. Pada akhirnya terjadi perceraian kedua suami istri tersebut. Kemudian Rasul dinikahkan langusng oleh Allah dengan mantan istri dari eks-hamba sahayanya dan pernikahan yang langsung diresmikan oleh Allah ini menimbulkan gejolak sosial di kalangan orang-orang munafik pada saat itu. Mereka berkata:

:

نأ اولاقو

اادمنحبمك

مررحي

حاكن

ءاسن

،دلولا

دقو

جوزت

ةأبربمما

هنبا

ديز

10

Penulis:

Orang-orang munafik berkata: “Muhammad selalu mengharamkan menikahi putri anak laki-lakinya, sedangkan Muhammad menikah dengan perempuan anak lelakiny sendiri, Zaid. ”

4. Q.S. Al-Ahzab ayat 40

امب

ن

ب اك

ب

د

د منحبمك

اببأب

دنحبأب

ن

م مه

م

م ك

ك لهاجبره

ن

م ك

ه لبوب

ل

ب وس

ك رب

ههلنلا

م

ب تباخبوب

ن

ب يييبهننلا

ن

ب اك

ب وب

هكلنلا

ل

ي ك

ك به

ءني

م ش

ب

امايلهعب

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Setelah adanya gejolak sosial dari kalangan munafik, makan turunlah ayat di atas yang menegaskan bahwa Muhammad bukanlah bapak asli dari Zaid bin Haritsah.

D. Kisah Pernikahan Nabi Muhammad dan Zainab binti Jahsyi 1. Dalam Kitab Tarikh al-Thabari

Al-Thabari, dalam kitab Tarikh al-Thabari memaparkan dua riwayat. Pertama sanadnya yang ittis}a>l pada Ibnu Hibban dan kedua ittis|al pada Ibnu Zaid.

a. Riwayat Ibnu Hibban

مث

تناك

ةنسلا

ةسماخلا

نم

ةرجهلا

يفف

هذه

ةنسلا

جوزت

لوسر

هللا

ىلص

هللا

هيلع

و

ملس

بنيز

تنب

شحج

(6)

تثدح

Terjemah Penulis:

Kemudian tahun kelima Hijriyah. Pada tahun ini Rasul menikah dengan Zainab binti Jahsyi. Aku menceritrakan dari Muhammad bin Umar, dia berkata telah menceritrakan kepadaku Abdullah bin ‘Amir al-Aslami dari Muhammad bin Yahya bin Hibban, dia berkata “Rasulullah datang ke rumah Zaid bin Haritsah-Zaid tatkala itu suka dipanggil Zaid bin Muhammad- Pada suatu hari Rasulullah kehilangan Zaid. Beliau berkata: “dimana Zaid?” kemudian Rasul mendatangi rumahnya dan mencarinya namun tidak menemukannya. Zainab cepat-cepat menghampiri Rasulullah dan Rasul langsung berpaling dari Zainab. Zainab berkata” Zaid tidak ada di sini Ya Rasul, masuklah –demi ayahku, kamu, dan ibuku-” . kemudian Rasul enggan masuk. Sungguh pada saat Zainab menghampiri Rasul, Zainab tergesa-gesa sambil merapikan pakaiannya. Kemudian Rasul tertarik dan memalingkan muka sambil mencetuskan kata-kata, yang kata-kata tersebut dipahami oleh Zainab bahwa Rasul mengatakan ‘Maha Suci Allah Yang Maha Agung, Maha Suci Allah Yang Membuat hati berubah-rubah’”. Kemudian Zaid datang kepada Zainab dan Zainab menyampaikan bahwa Rasul datang ke rumah. Zaid bertanya”tidakkah kamu menyurunya masuk? Zainab menjawab: “ya, telah aku persilahkan untuk masuk, tapi Rasul enggan masuk, Zaid: apakah kamu

(7)

mendengar Rasul mengatakan sesuatu?”. Zainab menjawab: “aku mendengar, pada saat berpaling, Rasul mengatakan Maha Suci Allah Yang Maha Agung, Maha Suci Allah Yang Membuat hati berubah-rubah ”. Setelah itu Zaid pergi mendatangi Rasul dan bertanya: “Ya Rasul telah sampai kepadaku bahwa engkau datang ke rumahku, kenapa engkau tidak masuk, demi ayahku dan ibuku? barang kali Zainab membuatmu tertarik, maka aku akan menceraikannya? Kemudian Rasul menjawab: ”pertahankanlah istrimu! ” Kemudian Zaid tidak kuasa mempertahankan rumah tangganya kemudian Zaid menceraikan dan melepaskannya. Maka ketika Rasul berbincang-bincang dengan Aisyah tiba-tiba Rasul diliputi ketidak sadaran (proses penerimaan wahyu) kemudian tidak lama kemudian Rasul tersenyum sambil berkata kepada Aisyah “siapa yah yang akan pergi ke Zainab untuk memberitakan bahwa Allah telah menikahkanku dengan Zainab. Kemudian Rasul membaca ayat. . . . wa iz{ taqu>lu lillaz}i> an’ama alla>hu ‘alaihi. . . . .”

b. Riwayat Ibnu Zaid

ينثدح

memberitakan kepada kami Ibnu Wahb, dia berkata bahwa telah berkata Ibnu Zaid: “Nabi s.a.w. menikahkan Zaid bin Haritsah dengan Zainab binti Jahsyi, putri bibi Nabi s.a.w. pada suatu hari Rasul berkeinginan untuk pergi ke rumah Zaid. Pada pintu rumah Zaid ada sehelai penutup dari rambut kemudian angin menyibakan penutup tersebut sedangkan Zainab berada di

(8)

dalam dalam keadaan “terbuka” bila> dar, maka timbullah dalam hati Nabi ketertarikan kepada Zainab. Setelah kejadian tersebut Zainab tidak menyukai Zaid. Kemudian datanglah Zaid kepada Nabi dan bertanya: “Ya Rasul, aku ingin menceraikan Zainab. Rasul: apakah ada sesuatu yang kurang dari Zainab? Zaid: tidak. Ya Rasul sungguh tidak ada yang kurang dari pada Zainab, aku tidak melihatnya kecuali kebaikan. Kemudian Rasul berkata: “Pertahankanlah istrimu dan bertaqwalah kepada Allah. Itulah firman Allah wa iz{ taqu>lu lillaz}i> an’ama alla>hu ‘alaihi. . . . ” ”

Kedua riwayat di atas juga dipaparkan dalam karya Ibnu Jarir al-Thabari yang lain seperti al-Muntakhab min z|ail al-Muz|i>>l13

2. Tafsir al-Kasysyaf karya al-Zamakhsyari

Kisah yang dipaparkan al-Zamaksyari semakna dengan riwayat yang dipaparkan Ibnu Jarir al-Thabari, dengan beberapa redaksi kalimat yang sedikit berbeda dan lebih jelas

ىقلأو

هللا

يف

هسفن

ةهارك

اهتبحص

ةبغرلاو

اهنع

لوسرل

هللا

ىلص

هللا

هيلع

ملسو

14

Terjemah Penulis:

Dan Allah memasukan dalam dirinya (Zaid) kebencian terhadap pelayanan Zainab untuk Rasulullah.

` Selain Tafsir al-Kasysyaf, masih banyak tafsir yang memuat kisah di atas, seperti Tafsir al-Qurthubi (Jld. IV, hlm. 190), al-Nasafi (Jld. III, hlm. 67), Jalalain (Halaman 354) dan pengarang kitab tersebut sama sekali tidak memberi komentar tentang kesohihan tau kedhoifan riwayat tersebut. 15

E. Sikap Para Ahli terhadap Kisah Pernikahan Nabi Muhammad dan Zainab

Di sini penulis akan memaparkan beberapa ahli yang memberi sikap terhadap kisah atau riwayat yang meceritakan pernikahan Nabi Muhammad dan Zainab. Sikap dari pada para ahli ini akan berimplikasi pada status kisah atau riwayat tersebut. Apakah termasuk kategori al-dakhil al-i>ja>bi> atau al-dakhi>l al-salabi>.

1. Ibnu Katsir

Dalam menafsirkan awal ayat 37 surat al-Ahzab, Ibnu Katsir tidak panjang lebar dalam memaparkan kisah pernikahan nabi dengan Zainab. Dia hanya memparkan tentang pengaduan Zaid kepada Rasul dan Rasul memerintahkan Zaid untuk mempertahankannya. Kemudian Ibnu Katsir mengatakan:

13 lihat al-Muntakhab min z|Ail al-Muz|i>l, jld. I hlm. 99 14 Al-Zamakhsyari, Jld. 5 al-Kasysyaf, hlm. 329.

(9)

ركذ

Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim menyebutkan beberapa atsar dari sebahagian ulama salaf r.a. dan kami menyukai untuk berpaling dari memaparkan atsar-atsar tersebut karena tidak ada kesahihan riwayatnya.

2. Al-Khazin

Al-Khazin, dalam kitab tafsirnya Ketika menafsirkan ayat 37 surat al-Ahzab mengatakan: menjelaskan adanya kecintaan kepada Zainab dalam hati Nabi s.a.w. ketika melihatnya dan adanya keinginan Nabi supaya Zaid menceraikan Zainab adalah a’z|am al-h}araj (sebesar-besarnya dosa) dan adanya sesuatu yang tidak layak bagi derajatnya seorang Nabi tentang mengarahkan pandangannya pada bunga-bunga kehidupan dunia, menurutku ini suatu keberanian yang begitu besar dari pembicanya dan karena sedikitnya wawasan tentang kebenaran dan keutamaan yang dimiliki Nabi, bagaimana bisa, Nabi melihat Zainab yang kemudian Zainab membuat Nabi tertarik kepadanya, sedangkan Zainab sendiri putri bibi Nabi sendiri, yang Nabi sering melihatnya sejak kecil.

3. Rumzi al-Na’na>’ah

Dalam karyanya, Rumzi menawarkan sabab al-nuzu>l yang dipaparkan dalam kitab Fath} al-Ba>ri> yang riwayatnya dinilai sahih dan mu’tamad. Menurutnya Ibnu Hajar mengutip sabab al-nuzu>l dari kitab Sahih Bukhori dalam kita>b al-tafsi>r. Redaksinya sebagai berikut:

ننفأف

16 Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Az|i>m, Jld.VI, hlm. 424

(10)

منفثأ

اهفننفإه

ت

ل يفضهرف

امفبه

عفنفصف

لوسأرف

هلنفلا

ىلنفصف

هلنفلا

ههيللفعف

مفلنفسفوف

اهفجفونفزففف

هأاينفإه

،

منفثأ

مفلفعلأف

هلنفلا

زنفعف

لنفجفوف

هأينفبهنف

ىلنفصف

هلنفلا

ههيللفعف

مفلنفسفوف

دأعلبف

اهفننفأف

نلمه

هجاوفزلأف

نفاكففف

يحهتفسليف

نلأف

رفمأأليف

اهفقهالفطفبه

،

نفاكفوف

الف

لازفيف

نوكأيف

نفيلبف

ديلزف

بنفيلزفوف

امف

نوكأيف

نلمه

ساننفلا

،

هأرفمفأففف

لوسأرف

هلنفلا

ىلنفصف

هلنفلا

ههيللفعف

مفلنفسفوف

نلأف

كفسهمليأ

ههيللفعف

هجولزف

نلأفوف

يفقهتنفيف

هلنفلا

،

نفاكفوف

ىشفخليف

ساننفلا

نلأف

اوبأيعهيف

ههيللفعف

اولأوقأيفوف

جفونفزفتف

ةأفرفملاه

هنبلاه

،

نفاكفوف

دلقف

ىننفبفتف

ادريلزف

18 "

Terjemah Penulis:

Ayat ini turun kepada Zainab binti Jahsyi, ibunya bernama Umaimah binti ‘Abdul Muthlolib, bibinya Rasul. Rasul berkeinginan menikahkan Zainab dengan mawlanya, Zaid, maka Zainab tidak menyukai untuk dinikahkan dengan Zaid. Kemudian pada akhirnya Zainab rela denga apa yang akan dilakukan Nabi. Maka nikahlah Zaid dengan Zainab. Kemudian Allah mengabarkan kepada Nabi bahwa suatu saat nanti Zainab akan menjadi salah satu istrinya. Maka Rasul pun sungkan untuk memerintahkan Zaid untuk menceraikannya. Pada saat itu, rumah tangga Zaid dan Zainab tidak seperti rumah tangga lainnya. Lalu Rasul memerintahkan Zaid untuk tetap mempertahankan dan menasehatinya untuk bertaqwa kepada Allah. Sehingga Rasul takut masyarakat mencelanya dan mereka berkata bahwa Rasul sendiri menikahi putri putranya, Zaid. Sedangkan Rasul sudah mengadopsinya.

4. Aisyah bint al-Syathi

Dalam karyanya, Nisa>’ al-Nabiyy, Aisyah bint al-Syathi, mencoba menawarkan penyajian dan pemahaman baru tentang kisah pernikahan Nabi dan Zainab. Berbeda dengan tiga para ahli di atas, dia mengemukakan mentalitas keilmuannya dengan mengutip dan menyetujui riwayat yang dipaparkan oleh ahli sejarah terdahulu, Ibnu Jarir al-Thabari. Dia mencoba memaparkan interpretasi kisah pernikahan Nabi dan Zainab yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Ibnu Zaid. Dalam pemaparan tersebut Aisyah juga mengkritik Muhammad Husain Haikal, penulis buku “Sejarah Hidup Muhammad”

Setelah memaparkan kisah dari kitab Tarikh al-Thabari, Aisyah memaparkan hal-hal yang tidak disetujui dari pada Mua\hammad Husein Haikal.:

Pertama Aisyah berkata:”saya tidak tahu apakah yang tidak disetujui oleh Dr. Haikal dalam berita itu(yang diriwayatkan Ibnu Jarir al-Thabari) sehingga beliau

(11)

terdorong untuk menolaknya, sebagai berita yang diada-adakan oleh kaum orientaslis dan para penyiar agama Kristen yang menambahkan pada berita itu khayalan-khayalan menurut mereka sendiri. . . .. . .kemudian beliau mengatakan cukuplah untuk menolak cerita itu dari dasarnya, bahwa pembaca mengetahui bahwa Zainab bint Jahsyi ini adalah putrid dari saudara perempuan dari ayah Rasul.19

Kedua Aisyah tidak menyetujui pendapat Husein Haikal yang menyatakan perkawinan Rasulullah dengan Zainab tidaklah terdorong oleh perasaan tertarik atau senang, tetapi semata-mata melaksanakan perintah Allah, membatalkan hak-hak yang ditetapkan menurut tradisi mengambil anak angkat.20

Masih banyak pendapat-pendapat Husein Haikal yang tidak disetujui oleh Aisyah. Kemudian setelah memaparkan ketidaksetujuan pada Husein Haikal, Aisyah berkata: “sungguh ini adalah suatu penolakan yang agung, kalaulah tidak karena cerita itu lebih terdahulu ada (cerita tertariknya Rasul melihat Zainab, cerita gorden dari rambut (sehelai penutuh pada pintu), kembalinya Rasul dari rumah Zaid sambil mengatakan “maha suci Allah. . . ”) itu semua sudah ditulis sebelum dunia ini mendengar istilah perang salib, ditulis dengan pena para ahli sejarah Islam dan biografi yang tidak dilontarkan kepada mereka tuduhan memusuhi Nabi atau menjelekan Agama Islam.21

Menurut penulis, di sini Aisyah ingin mengatakan bahwa para ahli sejarah islam terdahulu pun seperti Ibnu Jarir al-Thabari memaparkan ketertarikan Rasul kepada Zaid dan tidak melontarkan tuduhan-tuduhan kepada orientalis memusuhi Nabi.

Setelah itu Aisyah melontarkan pertanyaan-pertanyaan:

1. Apakah dalam peristiwa itu (kisah pernikahan Nabi dan Zainab sebagaimana dalam riwayat al-Thabari) ada sesuatu yang meragukan?

2. Apakah tidak dapat disetujui, bahwa terhadap seorang manusia yang menjadi Rasul akan melihat orang seperti Zainab dan lalu tertarik?

(12)

3. Apakah yang diharapakan dalam ketinggian budi pekertinya dan kemampuan mengendalikan muka dari orang yang menarik perhatiannya, sambil

bertasbih kepada Allah?

Dari pertanyaan-petanyaan di atas bisa dipahami bahwa Aisyah ingin meyakinkan bahwa apa yang dikemukakan Al-Thabari benar-benar terjadi dan tidak ada keraguan dalam kisah tersebut. Artinya suatu ketertarikan yang dimiliki Rasul adalah salah satu sifat basyariyahnya sebagai manusia biasa, dan itu tidak mengurangi derajat nubuwwahnya. Kemudian Aisyah menyatakan bahwa Husein Haikal tersalah, di saat beliau ingin membela Nabi. Menurutnya kesalahannya adalah Husein Haikal tidak menyetujuii tertariknya Rasul kepada Zainab. Ini malah menyelebungi persoalan itu dengan keragu-raguan yang member kesan bahwa tertariknya hati adalah suatu kesalahan. Terakhir Aisyah mengatakan: “itu hanyalah kemanusiaan yang menghadapi sesuatu kemauan yang tidak dapat ditolaknya, lalu berusaha bertahan dan tidak mengerjakan sesuatu yang sebenarnya oleh Allah.22

Dari pemaparan pendapat para ahli di atas setidaknya ada lima para ahli yang mengkaji topik pernikahan Nabi s.a.w. dan Zainab binti Jahsyi. Tiga ahli pertama menolak riwayat al-Thabari yang ittis|al pada Ibnu Zaid dan Ibnu Hibban. Ditambah lagi Muhammad Husein Haikal yang pemaparannya fokus pada kritik terhadap orientalis. Tokoh terakhir, Aisyah binti Syathi, menyetujui riwayat al-Thabari dan menyatakan bahwa ketertarikan Rasul adalah hal yang wajar, sebagai bentuk sifat basyariyyahnya. Inilah yang penulis maksud dengan tipologi sikap para ahli terhadap validitas kisah pernikahan Nabi dan Zainab.

Jadi, apakah riwayat kisah pernikahan Nabi dan Zainab yang tertera dalam kita Tarikh al-Thabari dan kitab lainnya termasuk al-dakhi>l al-i>ja>bi> atau al-dakhi>l al-salabi>. Jika memegang pendapat tiga tokoh pertama di atas dan setuju dengan pendapat Muhammad Husein Haikal maka riwayat tersebut adalah dakhi>l salabi>. Dan jika berpegang pada pendapat Aisyah binti al-Sya>thi maka al-dakhi>l al-I<ja>bi>. Dalam hal ini penulis lebih condong pada pendapat Aisyah bint al-Syathi. Namun penulis sendiri masih mempertanyakan apakah jika melakukan kritik sanad riwayat Ibnu Jari al-Thabari yang dinilai ittis|al kepada Ibnu Hibban dan Ibnu Zaid bisa diterima validitasnya? Apakah Ibnu Zaid

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kasus ini pelaku melakukan penganiayaan yang tergolong ringan sehingga penyidik dapat melakukan upaya restorative justice sehingga tidak harus menindak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi hijabers tentang pendidikan karakter, model pendidikan karakter dalam komunitas Hijabers, faktor penghambat dan

Agar tidak menyulitkan, sebaiknya field-field yang ada dalam kotak tersebut dihapus saja dengan menekan tombol Delete atau bisa juga memanfaatkan field tersebut namun Anda

Pengunjung juga dapat memberikan kritik, saran dan pertanyaan tentang kebudayaan Betawi yang ditampilkan dalam halaman website dengan mengisi identitas

bahwa q angle tidak akurat diukur pada posisi berdiri karena dislokasi lateral os. patellae dapat memberikan kesan q angle normal. Pengukuran q angle lebih akurat.. pada posisi

Berdasarkan kepustakaan tidak ada pengaruh pemberian antibiotika terhadap hasil pemeriksaan Tubex TF ® dan PCR, karena pada Tubex TF ® yang berperanan adalah imunoglobulin

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usaha pembesaran udang vanname,