• Tidak ada hasil yang ditemukan

UTS Sejarah and Studi Pemikiran Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UTS Sejarah and Studi Pemikiran Islam"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Zulkifli Pelana NIM : 4415120305

Prodi : Pendidikan Sejarah (A)

UJIAN TENGAH SEMESTER Sejarah dan Studi Pemikiran Islam

1. Meskipun sama-sama focus of interest-nya studi tentang Islam, obyek formal dan obyek material Sejarah dan Studi Pemikiran Islam berbeda dengan Pendidikan Agama Islam maupun Sejarah Islam. Jelaskan perbedaan dimaksud!

Jawaban:

Adapun perbedaan mengenai obyek formal dan obyek material Sejarah dan Studi Pemikiran Islam, Pendidikan Agama Islam dan Sejarah Islam, yaitu:

Dalam konteks Sejarah dan Studi Pemikiran Islam, terdapat pengkajian terkait perkembangan dari waktu ke waktu berbagai aliran pemikiran yang bermuncul dalam Islam, yang mana hal itu di antaranya dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan penafsiran para ahli terhadap focus of interest (fokus kepentingan) tentang Islam. Selain itu, dengan adanya Sejarah Pemikiran Islam ini, kita dapat mengkaji secara historis terkait berbagai kejadian yang dalam studi tentang Islam dari berbagai perspektif, yang mana itu memang tak terlepas dari berbagai aliran pemikiran yang bermunculan tersebut. Pola kajian yang dikembangkan dalam konteks Sejarah dan Studi Pemikiran Islam ini adalah upaya kritis terhadap teks, sejarah, dokrin, pemikiran dan lembaga keislaman dengan menggunakan pendekatan-pendekatan interdisipliner, seperti ilmu kalam, fiqh, filsafat, tasawwuf, historis, antropologis, sosiologis, psikologis, dan sebagainya.

Lalu, Pendidikan Agama Islam (At-Tarbiyah Al-Islamiyah), pada konteksnya merupakan proses transmisi (penyaluran) ajaran agama, yang meliputi aspek pengetahuan tentang ajaran Islam (kognitif), serta aspek yang terkait sikap terhadap ajaran Islam (afektif) dan penerapan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari (psikomotorik).

(2)

keagamaannya, pemikirannya, maupun asal kemunculan dan perkembangan Islam sebagai agama maupun budaya.

2. Meskipun sumber ajarannya sama, transmitter pembawa risalahnya sama, namun dalam perkembangan sejarahnya telah muncul beragam aliran pemikiran dalam Islam, baik yang sekedar persoalan ikhtilaf (furu’iyah) maupun yang sudah masuk pada persoalan-persoalan ushul (furuqiyah). Berdasarkan analisa Anda, faktor-faktor apakah yang telah menyebabkan terjadinya keragaman aliran-aliran tersebut? Serta sikap seperti apa yang sebaiknya dilakukan oleh kaum muslimin dalam menyikapi masalah perbedaan pemikiran tersebut?

Jawaban:

Islam sebagai agama yang ajaran bersumber wahyu dari Allah SWT (yang dimaktubkan / dibukukan dalam Al-Qur’an) dan As-Sunnah (Hadits dan tindakan-tindakan Nabi Muhammad SAW) ternyata menimbulkan berbagai versi penafsiran yang bervariatif. Itu wajar saja dikarenakan setiap orang tentunya memiliki perspektif masing-masing dalam menginterpretasikan sumber ajaran Islam yang utama (Al-Qur’an dan As-Sunnah). Hal itu pula didasari oleh fitrah manusia sebagai makhluk yang berpikir, tentunya manusia akan memiliki pemikirannya masing-masing. Dari perbedaan perspektif tersebutlah yang kemudian menimbulkan pemahaman-pemahaman yang beranekaragam pula terkait ajaran Islam, baik yang sekadar persoalan ikhtilaf (furu’iyah) maupun yang sudah masuk pada persoalan-persoalan ushul (furuqiyah). Perbedaan perspektif terkait interpretasi sumber ajaran Islam ini makin marak semenjak wafatnya Rasulullah, karena saat Rasulullah masih hidup, berbagai persoalan dan pemecahannya dapat ditanyakan langsung kepada Rasulullah. Di samping itu, adapun faktor-faktor yang kemungkinan mempengaruhi adanya perbedaan pandangan dalam pengintrepretasian sumber ajaran Islam itu diantaranya, situasi sosiologis, kultural, dan intelektual, serta adanya kepentingan pribadi dan politik tertentu.

(3)

berpikir, manusia tentunya memiliki pemikirannya masing-masing, dan akan selalu berkembang.

3. Peristiwa SAQIFAH sering dianggap sebagai awal perselisihan Ummat Islam. Berikan penjelasan secara singkat tentang peristiwa Saqifah tersebut, sehingga jelas bagi pembaca apa yang menjadi latar belakang / pokok masalah berikut penyelesaian masalahnya!

Jawaban:

Pasca wafatnya Rasulullah pada tahun 632 M, timbul satu persoalan mendasar dalam umat Islam saat itu, yakni persoalan tentang siapakah pemimpin umat Islam sepeninggal Rasulullah. Untuk membahas perihal tersebut, golongan Anshar segera mengadakan pertemuan di Saqifah Bani Sa’idah sebagai sarana mencari solusi terbaik. Dari peristiwa tersebut, terjadilah perbedaan pendapat yang cukup pelik. Salah satu penyebab perbedaan pendapat itu adalah tidak pernah adanya kejelasan terperinci dari Rasullullah sendiri terkait kepemimpinan umat Islam setelah Rasulullah wafat, dikarenakan selama hidupnya Rasulullah tidak pernah menjelaskan hal ini dengan rinci. Nabi Muhammad SAW hanya menjelaskan prinsip-prinsip umum, semangat Islamiyah, tuntutan untuk melakukan akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang tercela, bertindak adil, penegakan hukum yang tegas, yang sesuai dengan Piagam Madinah.

Dari perdebatan panjang Saqifah, ada beberapa teori pemikiran, yakni:

Teori pertama yang membela kaum Anshar yang mengklaim diri mereka sebagai pihak yang berhak memegang jabatan kekhalifahan, dengan alasan merekalah yang membela Islam dengan segenap jiwa, raga dan harta mereka, memberikan tempat dan pertolongan pada awal perjuangan Rasulullah dan merekalah penduduk asli Madinah.

Teori kedua adalah pembelaan atas hak kaum Muhajirin atas jabatan kekhalifahan, dan membuktikan bahwa mereka lebih berhak atas jabatan kekhalifahan karena mereka merupakan pihak yang menyembah Allah pertama kali di muka bumi, serta mereka adalah orang kepercayaan dan sahabat terdekat Rasulullah ketika mengalami penganiayaan dari kaum Kafir Quraisy. Selain itu, muncul pula pemikiran bahwa sudah menjadi kebiasaan bangsa Arab yang menjadi penguasa sejak dahulu adalah suku Quraisy.

(4)

yang belum memberikan bai’at seperti: Ali bin Abu Thalib, Salman Al-Farisi, Abu Dzar Al-Ghifari, Bilal bin Rabah, Abbas bin Abdl Muttalib, Amar bin Yassir, Zubair bin Awwam, Abu Ayyub Al-Ansari, dan lain-lain.

Tokoh-tokoh yang belum memberikan bai’at pada saat pertemuan Saqifah tersebut merasa tersinggung, karena pertemuan itu cenderung mendahulukan perbincangan pemimpin dengan melalaikan pengurusan jenazah Rasulullah yang belum dimandikan dan dishalatkan, Ali sebagai tokoh terkemuka dari Ahlul Bayt Rasulullah pun tidak mau membai’at Abu Bakar sampai enam bulan pemerintahan Abu Bakar.

Dalam pertemuan Saqifah dapat ditelaah bagaimana pertentangan terjadi di antara para sahabat dan keluarga utama Rasulullah. Abu Bakar yang didukung kuat Umar bin Khattab dan sebagian besar sahabat dari Anshar, Muhajirin dan suku Quraisy berhadapan dengan Bani Hasyim atau Ahlul Bayt Rasulullah yang menginginkan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Meskipun persoalan itu mulai mereda dengan bai’at Ali enam bulan pasca pemilihan Abu Bakar, tetap saja masih ada potensi perpecahan umat Islam, dalam hal ini terlihat dari munculnya golongan Sunni dan Syiah.

Dari peristiwa Saqifah tersebut, kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran bahwa perbedaan pendapat itu sah-sah saja, karena manusia memiliki fitrahnya sebagai makhluk yang berpikir dan berpendapat. Namun, hendaklah kita pahami dan waspadai bahwa jangan sampai akibat perbedaan pendapat tersebut dapat memicu terpecahnya umat Islam, bahkan sampai adanya pertumpahan darah. Dan juga hendaklah, sebagai umat Islam kita harus kembali kepada basic ajaran Islam, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah.

4. Terhadap persoalan apakah manusia memiliki kebebasan dan kuasa sepenuhnya dalam menentukan nasib dan perbuatannya ataupun nasib dan perbuatannya telah digariskan oleh Allah baginya sejak azali, telah melahirkan pandangan yang berbeda antara faham Qadariyah, Jabariyah, dan Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Jelaskan perbedaan pandangan tersebut!

Jawaban:

Berikut ini merupakan perbedaan pandangan Qadariyah, Jabariyah, dan Ahlu Sunnah wal Jama’ah:

(5)

keburukan. Kemauan dan kehendak manusia itu terlepas dari kemauan dan kehendak Allah.

Jabariyah (fatalism atau predestination), berasal dari kata “Jabara” (bahasa Arab), yang berarti “memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu”. Dalam pandangan aliran pemikiran ini, manusia terpaksa dalam melakukan perbuatannya serta tidak memiliki pilihan di antara beberapa alternatif, dan manusia hanya mengikuti saja segala yang harus dikerjakan, sehingga manusia tidak bebas berbuat dan berkehendak sesuai dengan pilihannya. Ini dikarenakan bahwa kemauan dan kehendak manusia telah ditentukan oleh Allah.

Referensi

Dokumen terkait

mengenai landasan yang menjadi sumber dasar pendidikan Islam adalahD. al-Qur’an, as-Sunnah, pemikiran Islam, sejarah Islam dan

Standar Kompetensi : Mampu mengenali mana Sejarah Peradaban Islam dan mana Sejarah Kebudayaan Islam, mampu menganalisa perkembangan Peradaban Islam yang menyangkut

Sejarah Islam Liberal di Indonesia melewati empat tahap, yaitu: Pertama, tahap awal yang masih menyatu dengan pemikiran Neo-Modernisme, yang terkenal dengan tokoh

Sejarah kebudayaan Islam adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan kronologi berbagai peristiwa-peristiwa, yang mana dengan adanya Sejarah

Artikel ini menelaah peran isteri sesuai dengan sejarah sosial pemikiran hukum Islam, memahami konteks peran isteri dan meneladani motivasi pada setiap tahap sejarah,

Atas dasar sudut pandang apakah (perspektif sifat pemikiran, corak pemikiran, objek.. pemikiran, atau perspektif-perspektif lainnya) sehingga pemikiran Islam Faisal Ismail

Oleh karenanya, dalam makalah ini akan dibahas secara mendalam terkait dengan kritikan-kritikan dari aliran sejarah terhadap pemikiran kaum klasik maupun

membahas tentang perspektif Pembaruan Pemikiran dalam