• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pegembangan kawasan Wilayah Dengan Mempertimbang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pegembangan kawasan Wilayah Dengan Mempertimbang"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Pegembangan Wilayah Dengan

Mempertimbangkan Konsep Mitigasi Bencana

(Studi Kasus: Bencana Tsunami Di Aceh)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2015

Tugas IV Perencanaan Wilayah

Oleh:

Rofiqoh Etika Amalin

3612100003

Ahmad Ikhfan Efendi

3612100013

Hera Windy W

3612100023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pegembangan Wilayah Dengan Mempertimbangkan Konsep Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gempa Dan Tsunami Di Aceh Tahun 2004) ”. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Kami juga menyampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surabaya, 19 Mei 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan... 2

1.3 Sistematika Penulisan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Review Literatur ... 4

2.1.1 Pengertian Bencana ... 4

2.1.2 Jenis dan Karakteristik Bencana Alam ... 4

2.1.3 Pengertian Bencana Tsunami ... 5

2.1.4 Penyebab dan Dampak Tsunami ... 6

2.1.5 Upaya Penanganan Tsunami yang sudah ada ... 7

BAB III PEMBAHASAN ... 9

3.1 Gambaran Umum Wilayah... 9

3.2 Analisis Persoalan Pengembangan Wilayah ... 9

3.3 Konsep penanganan persoalan pengembangan wilayah Berbasis Mitigasi Bencana ... 12

BAB IV PENUTUP ... 15

4.1 Kesimpulan... 15

4.2 Lesson Learned ... 15

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah wilayah kepulauan yang berada di atas pertemuan tiga lempeng raksasa yaitu Lempeng Benua Eurasia, Lempeng Samudera Pasifik dan Lempeng Samudera Indo-Australia. Lempeng benua ini saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya interaksi antar lempeng tersebut dapat menimbulkan kerentanan terjadinya gempabumi.

Gambar 1 Persebaran pusat gempa bumi

Pada gambar diatas, titik coklat merupakan pusat-pusat gempa bumi yang pernah terjadi. Pada wilayah yang sering terjadi gempa biasa disebut subduksi. Subduksi merupakan proses yang berlangsung terus sejak jutaan tahun lalu dan akan terus berlangsung. Hasil dari subduksi ini menyebabkan Indonesia menjadi wilayah yang memiliki beribu-ribu pulau dengan ratusan gunung berapi nan indah, yang abunya menyuburkan tanah sehingga menghijau daratannya karena dipenuhi ribuan jenis tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat untuk kehidupan manusia yang ditakdirkan tinggal di di dalamnya. Selain itu juga terdapat kekayaan alam berbagai mineral, minyak bumi, batubara di bumi Indonesia. Namun subduksi tersebut juga menimbulkan beberapa bencana seperti tsunami dan gempabumi.

(5)

rentan terjadi di kawasan subduksi ini. Wilayah Indonesia yang rentan yakni barat Sumatra, bagian selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Halmahera, Sulawesi Utara, sampai dengan Papua bagian utara. Tsunami pernah terjadi di Indonesia, lebih tepatnya pada wilayah Aceh.

Dari peristiwa tsunami tersebut, menimbulkan dampak yang sangat banyak bagi kehidupan masyarakat di tempat yang terkena bencana tersebut. Dampak Buruk Bagi Ekosistem yakni kehidupan yang dinamis dari suatu ekologi akan terputus mata rantainya sebab manusia, tumbuhan dan hewan yang tersapu gelombang tersebut akan terganggu kehidupannya bahkan tak sedikit yang kehilangan nyawa. Rusaknya berbagai mata rantai ekosistem ini tentu akan berpengaruh banyak pada kehidupan manusia dari berbagai aspek, baik itu ekonomi, sosial maupun budaya. Dampak Buruk Bagi Kehidupan Sosial Masyarakat dapat dirasakan pada sendi-sendi ekonomi masyarakat akan lumpuh. Hal ini ditimbulkan dampak tsunami dalam lingkup ekonomi ini cukup sulit dipulihkan meskipun bangunan fisik sebagai infrastruktur kegiatan masyarakat sudah pulih. Dengan dampak yang telah ditimbulkan dari adanya tsunami tersebut, perlu adanya pengembangan wilayah yang meninjau pada daya dukung dan kerentanan bencana.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Mereview beberapa referensi yang terkait dengan faktor penyebab timbulnya persoalan resiko bencana, dampak dan implikasinya, serta upaya dan rekomendasi penanganan persoalan penanggulangan risiko bencana

2. Mengidentifikasi faktor penyebab timbulnya persoalan pengembangan wilayah serta mampu menilai dampak/ implikasi persoalan risiko bencana

3. Mampu menyusun upaya dan rekomendasi untuk mengatasi persoalan resiko bencana yang telah diidentifikasi

4. Mampu menyususn lesson learned terkait dengan upaya untuk mengatasi persoalan penanggulangan risiko bencana yang telah dijabarkan

1.3 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini adalah:

(6)

Bab II Tinjauan Pustaka : yang berisi penjelasan tentang pengembangan kawasan

perdesaan, dikotomi dan interaksi desa-kota.

Bab III Pembahasan : yang berisi tentang gambaran umum wilayah studi, analisis yang digunakan beserta konsep penanganannya

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Review Literatur

2.1.1 Pengertian Bencana

Bencana merupakan suatu periatiwa di alam atau di lingkungan buatan manusia yang berpotensial merugikan kehidupan manusia, harta, benda atau aktivitas manusia (Sri Harta, 2009). Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor (menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana). Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dikenal pengertian dan beberapa istilah terkait dengan bencana.

a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

b. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

c. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

d. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

2.1.2 Jenis dan Karakteristik Bencana Alam

Jenis dan karakteristik bencana alam yang terjadi tentunya berbeda antar satu jenis bencana dengan bencana alam lainnya. Terkadang terdapat beberapa bencana alam yang terjadi dalam satu kejadian seperti misalanya angin badai/ angin topan/ puting beliung disertai dengan banjir, atau banjir disertai dengan tanah longsor dan lainnya.Klasifikasi bencana alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

(8)

Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen). Yang termasuk dalam bencana alam geologis adalah gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami.

b. Bencana Alam Klimatologis

Bencana alam klimatologis merupakan bencana alam yang disebabkan oleh faktor angin dan hujan. Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir, badai, banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, dan kebakaran alami hutan (bukan oleh manusia).

Gerakan tanah (longsor) termasuk juga bencana alam, walaupun pemicu utamanya adalah faktor klimatologis (hujan), tetapi gejala awalnya dimulai dari kondisi geologis (jenis dan karakteristik tanah serta batuan dan sebagainya).

c. Bencana Alam Ekstra-Terestrial

Bencana alam Ekstra-Terestrial adalah bencana alam yang terjadi di luar angkasa, contoh: hantaman/impact meteor. Bila hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi maka akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi.Konsep Pengembangan Wilayah dengan mempertimbangan Mengurangi Resiko bencana banjir dan bencana geologis.

2.1.3 Pengertian Bencana Tsunami

Terdapat berbagai pengertian mengenai tsunami menurut banyak penulis, pengertian tsunami tersebut, yakni:

- Abdillah Rikito, Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh macam-macam gangguan di dasar samudra.

- Noname, Tsunami adalah gelombang transien yang disebabkan oleh gempa tektonik ataupun oleh letusan gunung berapi. Tsunami juga berasal kata dari bahasa Jepang dimana artinya gelombang yang sering terjadi di daerah-daerah pelabuhan di pantai Jepang (Tsu = Pelabuhan dan Nami = gelombang).

- Ali Nurjaya, Ali Nurjaya, Tsunami berasal dari bahasa Jepang. Tsu berarti "pelabuhan", dan namiberarti "gelombang", sehingga tsunami dapat diartikan sebagai "gelombang pelabuhan".

(9)

kecepatan yang sangat tinggi menuju daratan. Hal ini di Jepang disebut dengan “Gelombang Pelabuhan” dimana juga berarti sama bahwa gelombang yang menuju daratan.

2.1.4 Penyebab dan Dampak Tsunami

Tsunami terjadi karena adanya gangguan implusif terhadap air laut akibat terjadinya perubahan bentuk dasar laut secara tiba-tiba. Ini terjadi karena tiga sebab, yaitu: gempa bumi, letusan gunung api dan longsoran (land slide) yang terjadi didasar laut. Dari ketiga penyebab tsunami, gempa bumi merupakan penyebab utama. Besar kecilnya gelombang tsunami sangat ditentukan oleh karakteristik gempa bumi yang menyebabkannya. Bagian terbesar sumber gangguan implusif yang menimbulkan tsunami dahsyat adalah gempa bumi yang terjadi di dasar laut. Walaupun erupsi vulkanik juga dapat menimbulkan tsunami dahsyat, seperti letusan gunung Krakatau pada tahun 1883.

Gempa bumi di dasar laut ini menimbulkan gangguan air laut, yang disebabkan berubahnya profil dasar laut. Profil dasar laut iniumumnya disebabkan karena adanya gempa bumi tektonik yang bisa menyebabkan gerakan tanah tegak lurus dengan permukaan air laut atau permukaan bumi. Apabila gerakan tanah horizontal dengan permukaan laut, maka tidak akan terjadi tsunami.Apabila gempa terjadi didasar laut, walaupun gerakan tanah akibat gempa ini horizontal, tetapi karena energi gempa besar, maka dapat meruntuhkan tebing-tebing (bukit-bukit) di laut, yang dengan sendirinya gerakan dari runtuhan in adalah tegak lurus dengan permukaan laut. Sehingga walaupun tidak terjadi gempa bumi tetapi karena keadaan bukit/tebing laut sudah labil, maka gaya gravitasi dan arus laut sudah bisa menimbulkan tanah longsor dan akhirnya terjadi tsunami. Hal ini pernah terjadi di Larantuka tahun 1976 dan di Padang tahun 1980.

Gempa-gempa yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami adalah : 1. Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.

2. Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km.

3. Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 Skala Richter.

4. Jenis pensesaran gempa tergolong sesar naik atau sesar turun. Gaya-gaya semacam ini biasanya terjadi pada zona bukaan dan zona sesar.

Berikut merupakan dampak yang diakibatkan oleh bencana Tsunami :

(10)

 Kerusakan Infrastruktur

 Rusaknya mata pencaharian

 Pemerintah akan kewalahan dalam pelaksaan pembangunan pasca bencana karna faktor dana yang besar

 Dll.

2.1.5 Upaya Penanganan Tsunami yang sudah ada

Menurut Dwi Jokowinarno upaya meminimalisir dampak dari bencana tsunami yakni dengan cara mitigasi. Dimana mitigasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau meminimalkan potensi dampak negatif dari suatu bencana. Terdapat 6 (enam) langkah yang bisa diupayakan dalam melakukan mitigasi bencana tsunami

1. Melakukan upaya-upaya perlindungan kepada kehidupan, infrastruktur dan lingkungan pesisir.

2. Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat pesisir terhadap kegiatan mitigasi bencana gelombang pasang.

3. Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana.

4. Meningkatkan koordinasi dan kapasitas kelembagaan mitigasi bencana.

5. Menyusun payung hukum yang efektif dalam upaya mewujudkan upaya-upaya mitigasi bencana yaitu dengan jalan penyusunan produk hukum yang mengatur pelaksanaan upaya mitigasi, pengembangan peraturan dan pedoman perencanaan dan pelaksanaan bangunan penahan bencana, serta pelaksanaan peraturan dan penegakan hukum terkait mitigasi.

6. Mendorong keberlanjutan aktivitas ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui melakukan kegiatan mitigasi yang mampu meningkatkan nilai ekonomi kawasan, meningkatkan keamanan dan kenyamanan kawasan pesisir untuk kegiatan perekonomian.

Sedangkan mitigasi menurut Danny (2007) adalah dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut :

1. Mengupayakan pengetahuan yang” up to date” tentang potensi sumber bencana alam,

(11)

2. Membuat program nasional jangka panjang untuk menggalakan riset dibidang kebencanaan, terus menerus meng-update database potensi sumber bencana dan juga peta-peta kebencanaan.

3. Melaksanakan pemantauan (sumber) bencana alam yang berbasis pengetahuan kebencanaan yang memadai.

4. Melakukan pemantauan ini mencakup: jaringan seismometer & GPS pemantau proses gempabumi, jaringan pemantau cuaca, jaringan sensor pemantau gunung api, jaringan sensor pemantau gerakan tanah, jaringan sensor pemantau banjir.

5. Menambahkan pendidikan dan pengetahuan untuk para pejabat pemerintahan dan petugas pelaksana penanggulangan bencana dan juga untuk masyarakat umum untuk membangun kesiapan masyarakat dan sarana-fasilitasnya dalam mengurangi efek bencana di masa datang dan menyiapkan pelaksanaan kondisi darurat apabila bencana terjadi, usaha rehabilitasi, dan rekonstruksi.

6. Meningkatkan kesiapan manajemen dan infrastruktur apabila bencana terjadi, yaitu untuk membantu pelaksanaan evakuasi, tindak tanggap darurat, rehabilitasi,dan rekonstruksi. Usaha ini meliputi misalnya: pelebaran atau pembuatan jalan-jalan untuk membantu evakuasi, membuat bangunan khusus untuk tempat berlindung bagi masyarakat dari tsunami, menyiapkan sarana-fasilitas untuk membantu korban dalam situasi tanggap darurat, menyiapkan bahan makanan ditempat yang aman dan strategis untuk para korban, dsb.

7. Melakukan rencana pembangunan dan pengembangan wilayah yang aman bencana alam. Dalam hal ini berarti mengantisipasi dimana saja daerah yang padat penduduk dan infrastruktur yang sudah kadung berada di daerah rawan bencana. Kemudian untuk selanjutnya tidak lagi mengembangkan suatu daerah tanpa memperhitungkan resiko bencana alam.

(12)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Wilayah

Secara geografis daerah Aceh adalah Provinsi Aceh terletak di bagian barat Indonesia tepatnya di bagian ujung Pulau Sumatera. Secara geografis Aceh terletak antara 2° - 6° lintang utara dan 95° – 98° lintang selatan, dengan ketinggian rata-rata 125 meter diatas permukaan laut Secara kewilayahan, propinsi ini berbatasan dengan daerah disekitarnya. Adapun batas-batas wilayah Propinsi Nangroe Aceh Darussalam antara lain meliputi :

• Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka • Di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia • Di sebelah timur berbatasan dengan Selat Malaka

• Di sebelah selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Utara

Gempa dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh dan sekitarnya bagaimana pun harus disikapi secara khusus. Baik masyarakat yang tinggal di wilayah tsunami maupun pemerintah, instansi, badan dan masyarakat dunia lainnya perlu sama-sama mempersiapkan diri menghadapi kejadian serupa di masa datang. Perhatian khusus perlu diberikan mengingat Indonesia dan puluhan negara berada di wilayah pertemuan lempeng tektonik yang rentan gempa dan tsunami. sunami ditimbulkan oleh gempabumi berkekuatan 9,3 SR yang berpusat di 3,3 LU - 95,98 BT Gempa tersebut telah menimbulkan getaran kuat dan patahan sepanjang ± 1200 km yang membentang dari Aceh sampai ke Andaman India. Tragedi tsunami akhir tahun 2004 tersebut telah meninggalkan kesedihan dan penderitaan luar biasa bagi masyarakat Provinsi Aceh dan Sumatera Utara khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Merujuk data dari BNPB, 173.741 jiwa meninggal dan 116.368 orang dinyatakan hilang, sedangkan di Sumatera Utara 240 orang tewas.

3.2 Analisis Persoalan Pengembangan Wilayah

(13)

Gelombang tsunami menggerakan seluruh badan air dan dengankecepatan yang sangat tinggi. Dilaut dalam kecpatan gelombang tsunami mencapai 700 km/jam. Makin mendekat ke pantai, laut makin dangkal sehingga kecepatannya berkurang, namun hal ini membuat amplitudo gelombang semakin besar. Oleh karena itu tsunami bisa sangat berbahaya, walaupun dengan tingi gelombang yang hanya 1-3 meter sama seperti gelombang badai biasa tapi daya momentumnya jauh lebih besar. Efek terjangan tsunami dapat menimbulkan kerusakan hebat pada lingkungan alam dan lingkungan hidup manusia seperti yang terjadi tsunami Aceh tahun 2004. Berdasarkan katalog gempa (1629 – 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 109 kali, yakni 1 kali akibat longsoran (landslides), 9 kali akibat gunung berapi dan 98 kali akibat gempa bumi tektonik. Gempa yang menimbulkan tsunami sebagian besar berupa gempa yang mempunyai mekanisme fokus dengan komponen dip-slip, yang terbanyak adalah tipe thrust (Flores, 1992) dan sebagian kecil tipe normal (Sumba, 1977). Gempa dengan mekanisme fokus strike slip kecil sekali kemungkinan untuk menimbulkan tsunami.

Berdasarkan pengamatan dan survai lapangan yang telah dilakukan, gelombang tsunami telah masuk sejauh tidak kurang dari dua kilometer di banyak bagian yang morfologinya relatif datar seperti kota~kota Banda Aceh dan Meulaboh. Aspek morofologi yang relatif datar ini akan menjadi bagian penting bagi pertimbangan pembangunan kembali Aceh pasca bencana gempa dan tsunami.

(14)

Bencana di Aceh memberikan pelajaran beberapa aspek penting yang perlu dipelajari dan diperhatikan dalam pembangunan kembali Aceh pasca bencana tsunami. Aspek penting tersebut adalah didasarkan atas:

- Kajian tingkat kerusakan, pemetaan daerah terkena tsunami dan kondisifisik dan ekologis kawasan pesisir pasca bencana tsunami.

- Pemetaan kembali wilayah pesisir terutama akibat adanya penurunan daratan kawasan pesisir

- Pembuatan zonasi kerentanan multibencana (gempa, tsunami, banjir, longsor dan lain-lain).

- Aspek pendidikan bencana

Dalam penataan ruang tidak hanya berkaitan dengan perencanaan dan pemanfaatan ruang, tetapi juga pengendalian pemanfaatan ruang, termasuk pengendalian terhadap kemungkinan terjadinya bencana, sehingga mampu berkontribusi dalam pengurangan resiko bencana. Hal ini dapat dilakukan melalui pengakomodasian kajian dan pemetaan zona kebencanaan sebagai salah satu dasar dalam merumuskan struktur dan pola ruang dalam RTRW. Tidak sekedar menempatkan kawasan rawan bencana sebagai salah satu zona, tetapi juga menempatkan kawasan budidaya dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya bencana pada kawasan tersebut.

Pada dasarnya kebencanaan merupakan suatu aspek yang tidak dapat terpisahkan dengan ilmu perencanaan wilayah dan kota sendiri. Bencana yang terjadi karena adanya pertemuan antara Hazard dan Vulnerability, bukanlah sesuatu hal yang sama sekali tidak dapat dihindari atau paling tidak diminalisir dampaknya. Resiko dari terjadinya bencana pun akan semakin meningkat ketika tidak adanya kapasitas yang dimiliki oleh masyarakat di daerah tersebut.

Upaya menempatkan pengurangan resiko bencana sebagai investasi pembangunan dalam kerangka yang lebih luas, taat azas, mengikat dan berkelanjutan adalah menempatkan substansi pengurangan resiko bencana ke dalam kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Penataan Ruang Berbasis Bencana dimaksudkan sebagai penataan ruang yang memuat pengurangan resiko bencana sebagai dasar dalam alokasi pemanfaatan ruang bagi pembangunan. Dalam hal ini, dapat diintegrasikan dengan gagasan Penataan Ruang Istimewa.

(15)

Jadi penataan ruang istimewa bukan sekedar penataan ruang wilayah yang mengakomodasi ruang-ruang keistimewaan, tetapi juga berbasis pada pengurangan resiko bencana.

3.3 Konsep penanganan persoalan pengembangan wilayah Berbasis Mitigasi Bencana

Pengurangan resiko bencana, atau lebih populer dengan mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Pengertian ini menunjukkan bahwa pengurangan resiko bencana bersifat preventif dan harus diletakkan pada aktivitas yang berkelanjutan melalui instrumen yang mengikat bagi pelaku pembangunan. Instrumen ini berperan sebagai guidence pembangunan sekaligus memastikan bahwa secara substansial memuat rekomendasi pemanfaatan ruang yang mampu mengurangi resiko bencana. Hal ini menunjukkan bahwa investasi pengurangan resiko bencana dapat diletakkan melalui penataan ruang.

Hingga kini terdapat berbagai kesulitan untuk mengintegrasikan aspek kebencanaan didalam perencanaan tata ruang. Tanpa kita sadari permukiman sudah banyak terbangun di perbukitan yang rawan longsor ataupun banjir. Seperti bangun dari tidur, pada akhirnya muncul berbagai program atau kegiatan mitigasi baik struktural maupun non-struktural untuk menghadapi permasalahan tersebut. Karena bukanlah hal yang mudah untuk merelokasi permukiman yang sudah terbangun di suatu tempat ke area lain yang dianggap relatif lebih aman terhadap bencana. Berbagai program atau kegiatan mitigasi bencana tersebut menjadi suatu pengungkit tersendiri yang diharapkan mampu mengurangi kerentanan ataupun meningkatkan kapasitas.

Ada beberapa mitigasi bencana yang dapat di lakukan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat bencana gempabumi dan tsunami, yaitu :

a. Hazard Assessment (Mengadakan analisis bahaya yang akan ditimbulkan)

Gempa bumi berakibat langsung dan tak langsung. Akibat langsung adalah getaran, bangunan rusak/roboh, gerakan tanah (tanah terbelah, bergeser), longsor, liquification (berubah sifat menjadi cairan), tsunami dan lain-lain. Sedangkan akibat tidak langsung adalah gejolak sosial, kelumpuhan ekonomi, wabah penyakit, gangguan ekonomi, kebakaran dan lain-lain. Sebenarnya akibat gempa ini tergantung dari kekuatan gempa dan lokasi kejadian. Lokasi kejadian apakah di kota, di desa atau di hutan, tentunya tingkat bahaya akan lebih tinggi bila terjadi di kota.

(16)

Untuk melaksanakan mitigasi bencana , salah satu tindakan adalah membuat suatu sistem peringatan dini. Seperti kita ketahui bahwa gempabumi dan tsunami yang terjadi di Aceh yang lalu telah menalan banyak korban dan keruskan di berbagai negara dan Indonesia mengalami dampak paling parah.

Prinsip dasar pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah bahwa ada selang/jeda waktu antara terjadinya gempabumi dengan tsunami. Jeda waktu antara kejadian gempabumi dengan tsunami yang tiba dipantai terjadi karena dalam pembentukan tsunami perlu proses dan adanya perbedaan kecepataan antara gelombang gempaumi dengan tsunami. Kecepatan gelombang gempabumi jauh lebih cepat dibandingkan dengan gelombang tsunami. Sehingga gelombang gempabumi akan lebih dahulu sampai di pantai dibandingkan gelombang tsunami.

Saat ini BMG telah mengoperasikan system TREMORS (Tsunami Risk Evaluation Through Seismic Moment from a Real-time System) untuk mendeteksi gempa bumi yang menimbulkan tsunami . Namun belum efektif, karena informasi yang keluar lebih dari 30 menit setelah gempabumi terjadi. Hal ini karena TREMORS bekerja berdasarkan pembacaan waktu tiba gelombang primer, gelombang sekunder, gelombang permukaan dan amplitudo. Hal ini menyebabkan sistem ini tidak efektif sebagai peringatan dini tsunami lokal

c. Educational Program (Program Pendidikan)

Pengetahuan dan pemahaman mengenai bencana alam sangat penting untuk semua lapisan masyarakat, sehingga perlu dimasukan dalam program pendidikan sejak usia dini atau sejak pendidikan dasar. Sebelum resmi masuk di dalam kurikulum pendidikan maka BMG Wilayah I telah melakuakn sosialisasi tentang peningkatan pemahaman masyarakat ini ke sekolah-sekolah di Sumatera Utara, tujuannya adalah agar siswa paham bahwa di wilayah Indonesia khususnya Sumatera Utara ini merupakan daerah yang rawan bencana alam. Sejak dini para siswa diharapakan mampu mengantisipasi bila bencana datang agar dampak bencana dapat diminimalkan.

d. Land Use Manajemen

Dalam penggunaan lahan juga sangat perlu diperhatikan kemungkinan terjadi bencana. Misalnya: untuk mengurangi laju arus tsunami di pinggir pantai perlu dipelihara/ditanam tanaman yang mampu mengurangi laju gelombanga tsunami, mislanya mangrove harus tetap dipertahankan, menanam pohon-pohon dengan skala luas di sekitar pantai dsb.

(17)
(18)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bencana tsunami telah terjadisejak beberapa ribu tahun yang lalu seperti halnya di kawasan Mediteranean. Tsunami juga dipercaya telah menghancurkan peradaban Minoan di daerah Pulau Kreta. Konsep mitigasi bencana semakin menjadi penting sejak terjadinya gempa bumi dan tsunami di kawasan Aceh pada 26 Desember 2006. Beberapa aspek penting pasca tsunami di Aceh tersebut yang muncul nyata diantaranya adalah pentingnya pembuatan zonasi multi bencana, pemetaan kembali kondisi fisik dan ekologis Wilayah pesisir terutama akibat adanya penurunan daratan kawasan pesisir.

4.2 Lesson Learned

 Untuk memulai usaha penanggulangan dan mitigasi bencana secara nasional adalah menginventarisasi semua informasi tentang potensi kebencanaan dari semua instansi yang terkait, termasuk mengumpulkan semua peta kebencanaan yang ada.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

desriansyah, y. (2012, May 28). Tsunami Aceh 2004. Diambil kembali dari yogie desriansyah: http://yogieogik.blogspot.com/2012/05/tsunami-aceh-2004.html

Hariadi, H. (2014, Oktober 12). SEBAB TIMBULNYA GELOMBANG TSUNAMI YANG

MENDERA MASYARAKAT ACEH. Diambil kembali dari hengkihariadi.blogspot.com:

http://hengkihariadi.blogspot.com/

Naryanto, H. S. (2003). Mitigasi Kawasan Pantai Selatan Kota Bandar Lampung, Propinsi Lampung Terhadap Bencana Tsunami. vol. 8.

Natawidjaja, D. H. (2007). Gempabumi dan Tsunami di Sumatra dan Upaya Untuk Mengembangkan Lingkungan Hidup Yang Aman Dari Bencana Alam.

Tejakusuma, I. G. (2005). Analisi Pasca Bencana Tsunami Aceh. vol. 10.

Gambar

Gambar 1 Persebaran pusat gempa bumi
Gambar 1. Sumber Gempa Bumi di Lepas Pantai Barat Sumatera

Referensi

Dokumen terkait

Pada sisi reheater katup pengaman diset lebih rendah dari pada sisi masuknya dengan tujuan yang sama% yaitu men$egah pipa reheater o6erheat Banyaknya katup pengaman dengan ukuran

Listing program menyalakan semua port (set tiap port sebagai luaran). Pada gambar 4.1 hasil yang diperoleh adalah semua port akan mengeluarkan tegangan sebesar ±

TSK Aspek Toleransi adalah tes yang bertujuan mengukur tingkat kedewasaan anda dalam  bertoleransi (menerima dan membantu) orang lain yang sedang mengalami

dengan judul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum t erhadap Belanja Modal” (Studi Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

1 menunjukkan distribusi frekuensi efek samping penggunaan IUD dengan 18 akseptor (34,6%) mengalami perubahan pola menstruasi, 17 akseptor (32,7%) mengalami menstruasi dengan

Sudah selayaknyalah bahwa baik isteri maupun suami dalam suatu rumah tangga harus dapat saling bekerjasama dengan memiliki kewajiban dan hak yang sama, dengan

Asas ini beranjak dari pengertian toksikologi itu sendiri, dimana pada dasarnya toksikologi mengangkut suatu pemahaman tentang segala efek dari zat kimia pada organisme

Kasus Selakarang di Indonesia pada kuda masih ada khususnya di Maros Sulawesi Selatan, dengan tersebarnya populasi kuda di seluruh Provinsi Sulawesi,