ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI KEDELAI
(Studi Kasus di Kecamatan Weru)
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
YUDIHANA WAHYU N NIM. F0108130
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
“Jangan pernah ada kata menyerah dalam
mencapai sebuah kesuksesan, sebab
kesuksesan ada pada diri setiap orang,
dan pasti ada jalan untuk menuju sukses”.
(Penulis)
“ You can if you think you can”
(George Revees)
Karya ini penulis persembahkan untuk :
Orang tuaku tercinta ayah, ibu yang selalu
memberi doa, semangan dan support
rohani maupun materi untuk penulis
Dosen Pembimbingku yang telah
membimbing dan membantu
menyelesaikan karya ini
Teman-teman seperjuanganku yang selama
ini telah bersama-sama berjuang untuk
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin,
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan berkat – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul penelitian ini adalah “ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN
FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI KEDELAI (Studi Kasus di
Kecamatan Weru)”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih pada :
1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Supriyono, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan di
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta..
3. Ibu Izza Mafruhah, S.E, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin penulisan skripsi.
4. Ibu Dr. Yunastiti Purwaningsih, MP selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan banyak bantuan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
5. Kedua orang tua penulis, atas seluruh doa, cinta, pengorbanan, nasehat, dan
dukungan yang diberikan kepada penulis.
6. Adikku yang telah memberi inspirasi dan semangat.
7. Teman-teman seperjuangan Jurusan Ekonomi Pembangunan 2008, yang telah
memberi doa dan dukungan.
commit to user
Penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun
dari para pembaca, demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan penelitian selanjutnya.
Surakarta, Januari 2012
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRAC ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usaha Tani Kedelai 1. Usaha Tani ... 8
2. Tanaman Kedelai ... 8
3. Permasalahan Dalam Usaha Tani Kedelai ... 9
4. Teknik Bertanam Kedelai ... 11
B. Teori Produksi 1. Definisi Produksi ... 13
2. Fungsi Produksi ... 13
commit to user
5. Elastisitas Produksi ... 18
6. Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi ... 19
C. Penelitian Terdahulu ... 21
E. Definisi Operasional Variabel ... 29
F. Metode Analisis ... 30
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Kecamatan Weru ... 40
B. Karakteristik Responden ... 44
C. Analisis Data dan Pembahasan ... 50
1. Analisis Pengaruh Faktor-faktor Produksi Terhadap Out put ... 50
2. Uji Asumsi Klasik ... 52
3. Uji Statistik ... 55
4. Pembahasan dan Interpretasi Secara Ekonomi ... 57
5. Uji elastisitas ... 59
6. Return to Scale ... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 65 B. Saran ... 66
commit to user
DAFTAR TABEL
halaman Tabel 1.1 Perkembangan Luas Panen, Produktifitas dan Produksi Kedelai
di Indonesia Berdasar Wilayah 2008-2010 ... 3
Tabel 1.2 Luas Panen dan Produksi Kedelai di Kebupaten Sukoharjo Tahun 2011 ... 4
Tabel 3.1 Jumlah Petani Kedelai dan Jumlah Produksi Kedelai per Desa di Kecamatan Weru Tahun 2010 ... 27
Tabel 4.1 Luas Wilayah Berdasar Desa di Kecamatan Weru Tahun 2010 41
Tabel 4.2 Luas Penggunaan Lahan Sawah di Kecamatan Weru Tahun 2010 ... 42
Tabel 4.3 Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah di Kecamatan Weru Tahun 2010 ... 42
Tabel 4.4 Penduduk Berdasar Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Di Kecamatan Weru Tahun 2010 ... 43
Tabel 4.5 Luas Panen Berbagai Hasil Pertanian Kecamatan Weru Tahun 2010 ... 44
Tabel 4.6 Jumlah Petani Responden Berdasar Tingkat Usia ... 45
Tabel 4.7 Jumlah Petani Responden Berdasar Tanggungan Keluarga ... 46
Tabel 4.8 Jumlah Petani Responden Berdasar Tingkat Pendidikan ... 47
Tabel 4.9 Jumlah Petani Responden Berdasar Jenis Pekerjaan Pokok ... 48
Tabel 4.10 Jumlah Petani Responden Berdasar Luas Lahan Garapan ... 49
Tabel 4.11 Jumlah Petani Responden Berdasar Hasil Produksi ... 50
Tabel 4.12 Hasil Analisi Regresi Linier Berganda ... 51
Tabel 4.13 Hasil Uji Multikolinieritas dengan Metode Auxiliary Regretion 52
Tabel 4.14 Hasil Uji B-G Test ... 53
Tabel 4.15 Hasil Uji White ... 54
Tabel 4.16 Hasil Perbaikan Heteroskedastikitas dengan Metode White ... 54
Tabel 4.18 Perbandingan Produksi Rata-rata dengan Produksi Marginal
commit to user
DAFTAR GAMBAR
halaman Gambar 2.1 Kurva Produksi Total, Produksi Rata-rata dan Produksi
Marginal ... 14
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... 24
Gambar 3.1 Daerah Terima dan Tolak Uji F ... 34
ABSTRAK
ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI KEDELAI
(Studi Kasus di Kecamatan Weru)
Yudihana Wahyu N F0108130
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya pengaruh faktor-faktor produksi (luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk dan pestisida) yang digunakan terhadap hasil produksi kedelai, tingkat skala usaha tani serta tingkat efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis pada usahatani Kedelai di Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo.
Data dalam penelitian ini diambil dengan cara survey dan wawancara dengan petani responden. Sampel yang digunakan sebanyak 100 responden, yang diambil dengan menggunakan metode area proportional random sampling. Data dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda pada fungsi Cobb
Daouglas, Dengan metode Ordinary Least Square (OLS), pengujian skala usaha
tani dan pengujian efisiensi teknis serta efisiensi ekonomis.
Hasil analisis fungsi produksi menunjukkan bahwa secara statistik faktor-faktor produksi luas lahan, bibit dan pupuk berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi kedelai, sedangkan tenaga kerja dan pestisida tidak berpengaruh signifikan. Usahatani kedelai di Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo berada dalam keaadaan decreasing returns to scale. Dilihat dari kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi, menunjukan bahwa luas lahan, bibit dan pupuk tidak efisien secara teknis. Hasil analisis efisiensi ekonomi menunjukkan penggunaan luas lahan tidak efisien sedangkan penggunaan bibit dan pupuk belum efisien secara ekonomis. Oleh karena itu saran yang dapat diberikan adalah petani dapat meningkatkan penggunaan bibit dan pupuk agar dapat meningkatkan hasil produksi, kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi harusnya dilakukan lebih rasional agar lebih optimal efisien teknis dapat tercapai, untuk mencapai efisien secara ekonomis pemerintah perlu melakukan pengawasan terhadap pendistribusian dan mengawasi harga pupuk.
commit to user
ABSTRACT
AN EFFICIENCY ANALYSIS ON THE USE OF PRODUCTION FACTOR IN SOYBEAN AGRIBUSINESS
(A Case Study on Weru Subdistrict)
Yudihana Wahyu N F0108130
This research aims to analyze the effect of production factors (land width, labor, seed, fertilizer, and pesticide) used on the soybean productivity, agribusiness scale level as well as technical and economical efficiency levels in soybean agribusiness in Weru Subdistrict of Sukoharjo Regency.
The data of research was taken using survey and interview method with the respondent farmers. The sample used consisted of 100 respondents, taken using area proportional random sampling method. The data was analyzed using a multiple linear regression analysis in Cobb Douglass function, with Ordinary Least Square (OLS) method, agribusiness scale testing, and technical and economical efficiency examination.
The result of production function analysis showed that the production factors of land width, seed and fertilizer statistically affected significantly the soybean production, while labor and pesticide did not affect significantly. The soybean agribusiness in Weru Subdistrict of Sukoharjo Regency was at
decreasing returns to scale tendency. Viewed from combined use of production
factors, it could be seen that land width, seed, and fertilizer were not efficient technically. The result of economic efficiency analysis showed that the use of land width was not efficient while the use of seed and fertilized had not been efficient economically. For that reason, the recommendation given was that the farmer could increase the seed and fertilizer used in order to improve the productivity; combined use of production factors should be done more rationally in order to achieve the technical efficiency optimally; to achieve the efficiency economically, the government should oversee the fertilizer distribution and price.
Keywords: soybean production, production factors, Cobb Douglas, Return to Scale, efficiency.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang cukup besar, dengan sumber daya
alam yang cukup melimpah. Letak Indonesia yang berada di garis equator menyebabkan Indonesia beriklim tropis, didukung dengan tanah yang subur, menjadikan Indonesia cocok digunakan untuk melakukan usaha pertanian.
Indonesia juga merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya sebagian besar berprofesi sebagai petani.
Secara keseluruhan peran sektor pertanian di Indonesia masih menduduki posisi yang penting. Peran sektor pertanian yang tangguh, seperti halnya diharapkan dalam proses pembangunan, paling sedikit mencakup
empat aspek. Pertama kemampuan dalam menyediakan pangan bagi masyarakat, kedua memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat, ketiga
menghemat dan menghimpun devisa dan terakhir sebagai dasar yang memberikan dukungan bagi berkembangnya sektor lain. (Sumodiningrat, 1991: 6)
Menurut Laporan Kinerja Kementrian Pertanian (2012), pada tahun 2011 (sampai dengan Triwulan III), PDB sektor pertanian (di luar perikanan
commit to user
terhadap PDB nasional pada tahun 2011 tersebut mencapai 11,88%. Lebih
tinggi dibandingkan tahun 2010 yang baru mencapai 11,49%.
Tanaman pangan merupakan salah satu sub sektor dalam pertanian
yang memberikan sumbangan terhadap sektor pertanian. Padi sebagai bahan makanan pokok selama ini banyak di produksi di Indonesia. Selain padi banyak juga tanaman lain yang diproduksi seperti jagung, ketela dan salah
satunya adalah kedelai. Sebagai tanaman pangan pengganti padi, kedelai juga banyak diproduksi oleh petani di Indonesia.
Komoditas kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang menjadi perhatian pemerintah, saat ini kedelai dapat dikatakan sebagai salah
satu bahan pangang pokok, sebab tingkat konsumsi masyarakat akan kedelai saat ini sangatlah besar. Sementara disisi lain produksi dalam negeri belum mampu untuk memenuhinya. Setiap tahun kebutuhan kedelai mencapai 2 juta
ton, sedangkan produksi kedelai dalam negeri hanya 0,8 juta ton per tahun, sehingga untuk memenuhinya diperlukan impor sebanyak 1,2 juta ton per tahun. Di masa mendatang proyeksi permintaan kedelai akan terus meningkat
seiring dengan meningkatnya konsumsi kedelai oleh masyarakat Indonesia mengingat beberapa pertimbangan seperti: bertambahnya populasi penduduk,
peningkatan pendapatan per kapita, kesadaran masyarakat akan gizi makanan. Konsumsi per kapita dari 8.12 kg pada tahun 2005 menjadi 9,46 kg pada tahun 2020. atau meningkat rata-rata 1.02% per tahun (Sulastri, dkk. 2011).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah agar impor kedelai dapat dikurangi. Ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim yang
terampil dalam usahatani dan pasar komoditas kedelai masih terbuka lebar,
menjadikan prospek pengembangan kedelai di dalam negeri cukup baik. Apabila sumber daya yang ada dikelola secara baik dan efisien maka dapat
meningkatkan produksi kedelai dalam negeri, sehingga impor kedelai dapat dikurangi.
Tanaman kedelai merata di produksi di beberapa propinsi di
Indonesia. Sebagian besar produksi kedelai masih dilakukan di pulau Jawa, sebab pulau Jawa mempunyai lahan pertanian yang subur dan wilayah yang
mendukung untuk usahatani kedelai. Jawa Tengah merupakan salah satu propinsi penghasil kedelai di Indonesia. Sebagai daerah penghasil kedelai,
produksi kedelai di Jawa Tengah cukup baik. Dengan didukung luas panen dan produktifitas yang terus bertambah, dari tahun ke tahun hasil produksinya juga menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan produksi kedelai di Jawa
Tengah dapat dilihat dalam tabel 1.1 di bawah ini. Tabel 1.1
Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai di Indonesia Menurut Wilayah, 2008-2010
commit to user
Dari data dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun, baik produktifitas maupun
produksi kedelai di Jawa Tengah mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 mencapai 167.354 ton, tahun 2009 produksi meningkat sebesar 4,67% dan
pada tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar 7,32%. Rata-rata peningkatan produktifitas kedelai di Jawa tengah mencapai 4,86% per tahun.
Salah satu Kabupaten penghasil kedelai di Jawa Tengah adalah
Kabupaten Sukoharjo. Dengan kondisi wilayah berupa dataran rendah Kabupaten Sukoharjo mempunyai jenis tanah dan struktur tanah yang bagus,
menyebabkan Kabupaten Sukoharjo menjadi wilayah yang potensial dan sangat
cocok sebagai daerah pertanian, khususnya untuk usahatani kedelai. Salah satu
wilayah di Kabupaten Sukoharjo yang paling produktif sebagai daerah penghasil
Kedelai adalah Kecamatan Weru, seperti yang terlihat pada tabel 1.2 berikut.
Tabel 1.2
Luas Panen dan Produksi Kedelai di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011
Dari data dapat dilihat, dari beberapa Kecamatan penghasil kedelai di
Kabupaten Sukoharjo, Kecamatan Weru merupakan penghasil utama tanaman kedelai dengan hasil produksi mencapai 3.197 ton di tahun 2011.
Dengan produksi kedelai yang terbesar dan didukung dengan sistem pengairan dan lahan yang cukup, menjadikan usaha pertanian di Kecamatan Weru mempunyai prospek yang baik. Namun sumber daya alam yang ada
belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para petani. Dalam pelaksanaan proses produksi kedelai, petani juga dihadapkan pada masalah
baik dari dalam dan dari luar, masalah dari dalam diantaranya keterbatasan faktor produksi, baik kualitas maupun kuantitas. Dengan demikian petani
harus pandai memilih dan mengkoordinasikan jenis-jenis tanaman yang menguntungkan serta mengkombinasikan faktor produksi yang ada secara efisien sehingga produksi yang dilakukan dapat optimal sedangkan masalah
dari luar adalah kondisi alam atau musim serta serangan hama dan penyakit. Selain itu teknologi ditingkat petani sepertinya juga masih kurang, pada umumnya petani melakukan kegiatan usahatani masih didasarkan kebiasaan
semata sehingga rasionalitas sering terabaikan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Siregar dan
Sumaryanto (2003), diperoleh hasil luas tanah, benih, pupuk K2O, dan pestisida, positif dan secara signifikan mempengaruhi produksi kedelai,
sedangkan pupuk N dan P2O5, pompa irigasi, dan tenaga kerja tidak
.
Efisiensi teknis produksi kedelai di daerah ini adalah 83%.
commit to user
meningkatkan hasil produksi, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi,
bagaimana pengkombinasian dan penggunaan faktor-faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk dan pestisida pada usahatani kedelai di
Kecamatan Weru untuk mencapai produksi yang optimal, sekaligus mengetahui efisiensi teknis dan efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi tersebut.
B. Perumusan Masalah
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap usaha tani kedelai yang
berkaitan langsung dengan proses produksi. Untuk mengetahui pengaruh tersebut maka permaslahan dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh faktor-faktor produksi dalam proses produksi
kedelai pada usaha tani kedelai di Kecamatan Weru?
2. Bagaimanakah skala produksi usaha tani kedelai di Kecamatan Weru?
3. Bagaimanakah efisiensi teknis penggunaan faktor-faktor produksi pada
usaha tani kedelai di Kecamatan Weru?
4. Bagaimanakah efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi
pada usaha tani kedelai di Kecamatan Weru?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi dalam proses
2. Mengetahui bagaimana skala produksi usaha tani kedelai di Kecamatan
Weru.
3. Mengetahui bagaimana efisiensi teknis penggunaan faktor-faktor produksi
pada usaha tani kedelai di Kecamatan Weru.
4. Mengetahui bagaimana efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor
produksi pada usaha tani kedelai di Kecamatan Weru.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi petani, dapat dimanfaatkan dalam penentuan kerangka perencanaan
untuk melakukan produksi kedelai, sehingga produksi pada usaha tani kedelai dapat lebih efisien.
2. Bagi pemerintah, memberikan masukan dan menjadikan bahan
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Usaha Tani Kedelai 1. Usaha Tani
Usaha tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang
terdapat ditempat itu, yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tumbuhan, tanah, dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas
tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah dan sebagainya (Mubyarto, 1989:66).
Pertanian dibagi menjadi dua yaitu pertanian dalam arti sempit dan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti sempit dapat dikatakan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana
produksinya bahan makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian), tanaman sayuran dan buah-buahan. Pada umumnya sebagian hasil pertanian rakyat adalah untuk dikonsumsi
keluarga (Mubyarto, 1989:16).
2. Tanaman Kedelai
Kedelai merupakan tanaman semusim dan termasuk tanaman
basah, batangnya berdiri tegak. Tanaman ini mempunyai banyak cabang ada yang pendek dan ada cabang yang panjang tergantung dari jenis
Kedelai sudah cukup lama dibudidayakan di Indonesia dengan
berbagai jenis kedelai. Berbagai jenis tanaman kedelai secara garis besar diklasifikasikan menurut (Aak, 1989:23) :
a. Dasar penentuan Varietas dibedakan : 1) Berdasar umur
- Kedelai genjah : berumur pendek 75-85 hari - Kedelai tengahan : berumur 85-90 hari - Kedelai dalam : berumur lebih dari 90 hari
2) Berdasar warna biji
- Kedelai Putih/ kedelai kuning
- Kedelai hitam/ kedelai hijau 3) Berdasar tipe batang
- Batang lurus keatas (vertikal)
- Ujung batang melilit b. Varietas yang dianjurkan
Varietas kedelai yang dianjurkan mempunyai
criteria-kriteria tertntu, misalnya umur panen, produksi per hektar, daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Ada bayak jenis
varietas dalam klasifikasi ini misalnya: Muria, Galunggung, Sumbing, dan lain-lain.
3. Permasalahan dalam Usaha Tani Kedelai
commit to user
a. Harga kedelai
Harga kedelai yang kurang menarik menyebabkan petani kurang optimal dalam mengusahakan tanaman kedelai. Oleh karena itu,
dalam melakukan usaha tani kedelai petani cenderung menghemat pengeluaran. Dengan penggunaan input yang minimal maka produktifitas tanaman tidak dapat mencapai tingkat optimum.
b. Kurangnya benih
Kurangnya benih yang bermutu menjadi masalah yang masih sulit
dipecahkan. Upaya penyediaan benih bermutu oleh pemerintah melaui Dinas Pertanian, Umumnya tidak dapat berjalan dengan baik. c. Hama dan penyakit
Pada kedelai hama dan penyakit yang menyerang lebih banyak dibandingkan palawija lainnya. Hal menjadi kendala tersendiri
dalam proses pembudidayaan kedelai, perhatian yang lebih perlu diberikan pada tanaman kedelai untuk menangani masalah hama dan penyakit ini.
d. Ketersediaan lahan dan iklim
Menyediakan lahan untuk usaha tani kedelai merupakan tantangan
yang semakin besar karena dihadapkan kompetisi lahan dengan upaya meningkatkan produksi komoditas lainnya. Selain itu keadaan iklim yang saat ini sulit diprediksi menjadi maslah tersendiri bagi
4. Teknik Bertanam Kedelai
Banyak hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menanam kedelai antara lain (M. Arsyad, 1998) :
a. Waktu dan musim tanam, musim tanam kedelai di lahan sawah
adalah bulan Maret – April atau Juni-juli (musim kemarau), Februari-Maret (musim hujan).
b. Pemilihan benih, pilih benih yang bermutu tinggi sesuai dengan pola
dan musim tanam serta lokasi ekosistem setempat.
c. Persiapan atau pengolahan tanah, penanaman kedelai setelah panen
padi dapat dilakukan tanpa pengolahan tanah apabila cukup lembab,
bersih dari gulma, dan tunggul jerami padi dipotong sampai dekat permukaan tanah.
d. Cara dan jarak tanam , Penanaman benih kedelai perlu diperhatikan
beberapa hal antara lain :
1) Penanaman diawali dengan pembuatan lubang tanam tunggal
kurang lebih 3 cm.
2) Jarak lubang yang ideal antara lubang satu dengan yang lain
kurang lebih 20 x 20 cm. (disamping tunggul jerami) 3) Jumlah tanam bibit, setiap lubang diberi bibit 2-3 biji. e. Pemupukan
1) Pada lahan sawah yang tidak pernah dipupuk, pupuk yang
commit to user
2) Pada lahan kering diperlukan 50-75 kg urea, 75-100 kg TSP,
dan 50-75 kg KCL per hektar, pupuk kandang 3-5 ton per hektar.
f. Pengairan
Tanaman kedelai merupakan jenis tanaman yang tidak terlalu memerlukan banyak air, sehingga pengairan dilakukan sesuai
kebutuhan.
g. Pengendalian gulma dan hama
1) Pengndalian gulma dilakukan dengan mencabuti gulma dengan
tangan atau dibantu dengan alat seperti pacul, garu. Dilakukan
2-3 kali saat tanaman berumur 3,7 dan 10 minggu.
2) Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan hama
dan penyakit yang menyerang saat itu, h. Panen dan Pasca Panen
1) Waktu, cara dan alat yang digunakan dalam pemanenan dapat
mempengaruhi jumlah dan mutu hasil kedelai. Panen sebaiknya
diusahakan tepat waktu. Bila panen terlalu awal akan banyak biji muda dan perontokan biji sulit dilakukan. Sebaliknya, bila
panen terlambat biji banyak yang tercecer.
2) Penanganan pasca panen antara lain terdiri dari penjemuran
brangkasan tanaman, pembijian, pengeringan, pembersihan dan
B. Teori Produksi 1. Definisi Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi
output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi (Sugiarto, 2002)
Dalam proses produksi pertanian dibutuhkan bermacam-macam
faktor produksi antara lain tenaga kerja, tanah, modal dan manajemen pertanian. Tenaga kerja meliputi tenaga kerja yang berasal dari dalam
dan luar keluarga. Faktor produksi modal diartikan sebagai uang atau keseluruhan nilai dari sumber-sumber ekonomi non manusiawi
(Mubyarto, 1989: 70).
2. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang
dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input (Soekartawi, 2003).
Fungsi Produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang
dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu. Secara matematis fungsi produksi dapat dituliskan
sebagai berikut (Sugiarto, 2002):
commit to user
Keterangan :
Q = output
K,L,X,E = input (kapital, tenaga kerja, bahan baku, keahlian
keusahawanan)
Menurut Soekartawi (2003) Dalam melakukan produksi, ada dua pendekatan yang akan digunakan oleh seorang produsen yang
pertama yaitu profit maximization dengan pendekatan ini seorang produsen akan selalu berusaha untuk mengalokasikan input yang
dimilikinya sefisien mungkin untuk dapat menghasilkan output yang maksimal. pendekatan kedua yaitu cost minimization pendekatan ini
akan dilakukan oleh seorang produsen apabila produsen dihadapkan pada keterbatasan biaya dalam melakukan usahanya, mereka akan berusaha memperoleh keuntungan yang besar dengan meminimumkan
biaya produksi. profit maximization dan cost minimization keduanya mempunyai tujuan yang sama yaitu sama-sama bertujuan untuk memaksimal keuntungan dengan pengalokasian penggunaan
Ada 3 tahap dalam fungsi produksi yang masing-masing
memiliki sifat yang khusus. Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut (Adiningsih, 1995) :
1) Tahap I
Pada Tahap ini PR meningkat, PM juga meningkat. Ini berarti input tetap digunakan dengan penggunaan input
variabel. Oleh karena itu tahap ini bukan tahap yang rasional bagi produsen, karena tiap tambahan satu unit
input variabel akan menambah tambahan output yang lebih besar. Sehingga produsen yang rasional tidak akan
berproduksi pada tahap ini. 2) Tahap II
Pada Tahap ini PR menurun, PM juga menurun. Ini
berarti penggunaan input tetap maupun input variabel sudah rasional, karena pada tahap ini tambahan penggunaan input variabel sudah mulai menurunkan PR
maupun PM. Sehingga tahap ini adalah tahap yang rasional bagi produsen untuk berproduksi.
3) Tahap III
Pada Tahap ini PR menurun, PM juga menurun hingga dibawah 0. Ini berarti penggunaan input variabel relative
commit to user
produsen untuk berproduksi, karna tambahan input
variabel justru akan menurunkan tingkat total output.
3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (2003) Fungsi produksi Cobb Douglas
adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, yaitu variabel dependen (Y) dan variabel independen (X).
Biasanya penyelesaian hubungan antara Y dan X dilakukan dengan cara regresi. Secara matematik, fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut :
Y =
=
Bila persamaan tersebut dilogaritmakan maka persamaan tersebut dapat
diubah menjadi bentuk linier berganda. Logaritma dari persamaan di atas adalah sebagai berikut (Soekartawi, 2003):
Log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 + v
Y* =
di mana:
Y* = log Y X*= log X v* = log v
Ada tiga alasan pokok mengapa fungsi Cobb-Douglas lebih
banyak dipakai oleh para peneliti, yaitu (Soekartawi, 2003:165-166): a. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah
dibandingkan dengan fungsi yang lain, seperti fungsi kuadratik b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan
menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan
besaran elastisitas. Jadi besaran b pada persamaan diatas adalah angka elastisitas.
c. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran
return to scale. Jadi seperti pada persamaan diatas, dimana:
Y* =
dan besaran b adalah elastisitas, maka jumlah dari elastisitas adalah merupakan ukuran return to scale.
4. Skala Produksi Terhadap Hasil (Return To Scale)
Retutn to Scale (RTS) perlu diketahui untuk mengetahui apakah
kegiatan dari suatu usaha yang diteliti tersebut mengikuti kaidah
increasing, constant atau decreasing return to scale. Berdasarkan
persamaan diatas maka RTS persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai
berikut (Soekartawi, 2003:162-163): 1 < b1 + b2 < 1
commit to user
a. Decreasing return to scale, bila βı + β2 < 1. Dalam keadaan demikian,
dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi.
b. Constant return to scale, bila βı + β2 = 1. Dalam keadaan demikian
penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.
c. Increasing return to scale, bila βı + β2 > 1. Ini artinya bahwa proporsi
penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi
yang proporsinya lebih besar.
5. Elastisitas Produksi
Elastisitas produksi (Ep) adalah prosentase perubahan dari output sebagai akibat dari prosentase perubahan input. Ep ini dapat
dituliskan melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi,2003:40) :
atau
Keterangan :
∆Y = Perubahan output ∆X =Perubahan input
Y = output X = input
Karena adalah PM, maka besarnya Ep tergantung dari besar kecilnya
6. Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi
Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan manajemen (pengelolaan). Masing-masing faktor
mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Apabila salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor terdahulu, antara lain tanah, modal, dan
tenaga kerja (Daniel, 2002 :52).
Menurut Soekartawi (2003) Pengertian “efisiensi” sangat relatif,
efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Efisien dapat
digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu : efisiensi teknis, efisiensi alokatif (efisiensi harga ) dan efisiensi ekonomi.
a. Efisiensi Teknis
Jika elastisitas produksi dari suatu input dan produksi rata-ratanya diketahui, maka dapat diturunkan produk marginal dari input tersebut sebagai berikut (Soekartawi, 1993):
MPPXi = Epi . APPXi Keterangan :
MPPXi = marginal produk input Xi Epi = elastisitas produksi input Xi APPXi = Produksi rata-rata Xi
commit to user
Keterangan :
1) MPPx > APPx, berarti penggunaan input belum mencapai
efisiensi teknis.
2) MPPx < APPx, berarti penggunaan input tidak mencapai
efisiensi teknis.
3) MPPx = APPX, berarti penggunaan input sudah mencapai
efisiensi teknis.
Tinggi Rendahnya tingkat efisiensi dapat dilihat dari nilai konstanta,
semakin tinggi konstanta maka semakin tinggi tingkat efisiensi.
b. Efisiensi Ekonomi
Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang
sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal (NPM) untuk
suatu input sama dengan harga input tersebut atau dapat dituliskan (Soekartawi,1993:59) :
NPMx = Px ; atau
= 1
Dari sini apabila nilai produk marginal (NPMx) sama dengan
harga input (Px) maka penggunaan faktor produksi dapat dikatakan sudah optimal. Namun pada kenyataannya nilai produk marginal
> 1 berarti penggunaan faktor produksi x tersebut belum efisien, bila
NPMx/Px < 1 berarti penggunaan faktor produksi x tidak efisien.
C. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian Siregar dan Sumaryanto (2003) yang berjudul “Estimating Soybean Production Efficiency in Irrigated Area Of
Brantas River Basin” Penelitian ini menggunakan model frontier stokastik,
diperoleh hasil luas tanah, benih, pupuk K2O, dan pestisida, positif dan
secara signifikan mempengaruhi produksi kedelai, sedangkan pupuk N dan
P2O5, pompa irigasi, dan tenaga kerja tidak
.
Efisiensi teknis produksi kedelaidi daerah ini adalah 83%.
Berdasarkan hasil penelitian Fauziyah (2007) yang berjudul “Analisis Efisiensi Usaha Tani Kedelai di Desa Sukosari Kecamatan
Gondanglegi Kabupaten Malang”, dengan fungsi produksi frontier Cobb
Douglas yang dianalisis dengan Frontier diperoleh hasil, dari lima variabel
yang digunakan hanya variabel luas lahan yang berpengaruh signifikan, sedangkan variabel tenaga kerja, bibit, pupuk dan pestisida tidak berpengaruh secara signifikan. Indeks efisiensi pada 30 populasi petani
kedelai di Sukosari menggambarkan bahwa mereka sudah mampu mencapai efisiensi teknis. Efisiensi ekonomis telah dicapai oleh 80% petani kedelai,
sedangkan 6 petani belum dapat mencapai efisiensi alokasi dan ekonomis karena indeks efisiensinya lebih kecil dari 0,7.
commit to user
ini menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas yang diestimasi dengan
metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil analisis fungsi produksi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi
kedelai secara nyata adalah tingkat pengalaman petani, jumlah angkatan kerja dalam keluarga, jumlah pupuk urea, jumlah pupuk KCl, jumlah pupuk organik, dummy status kepemilikan lahan sistem bagi hasil, dummy varietas
kedelai (varietas unggul), dummy jarak tanam (40 x 15 cm dan 40 x 10 cm),
dan dummy tipe lahan. Secara ekonomis efisiensi produksi dalam usahatani
kedelai belum optimal.
Berdasar penelitian Adebanjo (2010) yang berjudul “Constraints and
determinants of technical efficiency in medium-scale soybean production in
Benue State, Nigeria”, dengan menggunakan model frontier stokastik untuk
memperkirakan faktor-faktor penentu efisiensi teknis dari petani. Diperoleh
hasil efisiensi teknis rata-rata faktor-faktor penentu efisiensi teknis yang secara statistik signifikan adalah jenis kelamin, usia dan pengalaman. Jenis kelamin dan usia memiliki hubungan terbalik dengan inefisiensi teknis dari
petani sementara pengalaman memiliki hubungan langsung. Indeks efisiensi teknik sebesar 73%.
Berdasarkan penelitian Sulastri (2011) yang berjudul “Analisis Usahatani Kedelai (Glycine max L) yang Berkelanjutan di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo”, dengan analisis fungsi produksi
Cobb-Douglass. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi atau input produksi secara bersama-sama berpengaruh terhadap produski kedelai,
produksi kedelai di lahan sawah adalah luas lahan, bibit, tenaga kerja pria dan
tenaga kerja wanita, sedangkan di lahan tegal adalah pupuk organik. Dari hasil analisis efisiensi penggunaan input pada usahatani kedelai lahan tegal
dan sawah menunjukkan, di lahan tegal secara ekonomi penggunaan faktor produksi belum efisien.
D. Kerangka Pemikiran
Usaha tani kedelai merupakan usaha yang prospektif untuk
dikembangkan di Kecamatan Weru, hal ini ditunjukkan dengan produktifitas kedelai yang tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain di kabupaten
Sukoharjo, seperti yang terlihat pada tabel 1.2.
Dari kerangka dapat dilihat bahwa faktor produksi luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja digunakan untuk produksi tanaman kedelai,
sehingga akan menghasilkan output berupa kedelai. Dengan melihat perbandingan perubahan semua faktor–faktor produksi dan perubahan hasil produksi yang, dapat diketahui apakah usaha tani padi tersebut dalam keadaan
increasing, decreasing, atau constant return to scale.
Efisiensi ekonomi dari usaha ini dapat diketahui dengan cara
membandingkan antara biaya yang dikeluarkan untuk faktor-faktor produksi dengan nilai produk yang diperoleh petani, sedangkan efisiensi tekniknya dapat diketahui dengan membandingkan antara jumlah perubahan
commit to user
Kerangka pemikiran digunakan untuk mempermudah dalam mencapai
tujuan penelitian, secara skematis kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
E. Hipotesis Penelitian
Dari penelitian yang ada tersebut maka dapat diabil beberapa hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga bahwa faktor produksi luas lahan, bibit, pestisida, pupuk dan
tenaga kerja berpengaruh positif terhadap hasil produksi usaha tani
kedelai di Kecamatan Weru.
2. Diduga keadaan skala usaha pada usaha tani kedelai di Kecamatan Weru
berada dalam kondisi increasing return to scale.
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini dilakukan pada usaha tani kedelai di Kecamatan Weru
Kabupaten Sukoharjo
2. Produksi kedelai yang dihasilkan petani diasumsikan untuk dijual semua 3. Petani yang dimaksud adalah pengusaha sektor pertanian, baik petani
pemilik lahan sendiri ataupun petani penyewa yang mengusahakan usaha
tani kedelai
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan petani kedelai sebagai unit analisisnya. Daerah penelitian berada di Kecamatan Weru
Kabupaten Sukoharjo, Kecamatan Weru dipilih sebagai daerah penelitian karena mempunyai produktifitas kedelai yang tertinggi diantara kecamatan lain di Kabupaten Sukoharjo, seperti yang terlihat pada Tabel 1.2. Penelitian
dikhususkan pada pertanian kedelai di Kecamatan Weru yang dapat panen dua kali satu tahun, penelitian dilakukan pada musim tanam April-Juni.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para petani kedelai di wilayah Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo, yang pada tahun 2010 berjumlah 3.760 orang (Tabel 3.1). Untuk menentukan besarnya sampel
dari desa terpilih dihitung dengan rumus Slovin (Uma Sekaran, 2000 dalam Warsana, 2007) :
n =
Keterangan :
n = Jumlah petani sampel
N = Jumlah populasi petani empat desa
e = Batas kesalahan yang dapat ditolelir (10%)
Dari rumus yang ada maka dapat ditentukan jumlah sampel sebagai berikut :
n =
=
97,40 dibulatkan menjadi 100100 sampel tersebut akan diambil dari 13 desa yang ada. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode area proportional random
sampling.
Tabel 3.1
Jumlah petani kedelai, jumlah sampel per Desa di Kecamatan Weru tahun 2010
No Desa Jumlah
Tabel 3.1 menunujukkan banyaknya jumlah sampel dari masing-masing desa yang ada di Kecamatan Weru. Besaran sampel ditentukan
berdasarkan proporsi jumlah petani dari masing-masing desa,sehingga setiap petani di tiap desa mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi
commit to user
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian terdiri dari dua
macam jenis data yaitu :
1. Data primer : yaitu data dari petani kedelai sampel atau petani responden,
dan pengamatan langsung di lapangan. Data primer yang digunakan adalah data mengenai hasil produksi kedelai, input yang digunakan, harga
input dan harga output. Data diperoleh melalui kuesioner dan wawancara dengan petani sampel.
2. Data sekunder : yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang
ada hubungannya dengan penelitian, meliputi Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Weru, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Sukoharjo, Kantor Kecamatan Weru, Kantor-kantor Kelurahan di Kecamatan Weru, serta pustaka yang relevan dengan masalah yang
diteliti.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Interview, yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan
wawancara langsung dengan responden mengenai permasalahan yang
diteliti. Wawancara langsung tersebut menggunakan kuisioner yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu
2. Pencatatan, yaitu pengumpulan data sekunder dengan mencatat data yang
diperlukan dari instansi atau lembaga yang berkaitan dengan penelitian ini.
3. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung dan pencatatan
E. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Definisi operasional variabel-variabel tersebut sebagai
berikut :
1. Dalam penelitian ini variabel dependen adalah hasil produksi tanaman
kedelai (Y), yang diukur dalam satuan kilogram (Kg), sedangkan harga
kedelai diukur dalam rupiah per kilogram (Rp/Kg). 2. Variabel independen, terdiri dari :
a. Luas lahan (X1)
Adalah luas lahan sawah garapan petani yang digunakan untuk
usahatani kedelai selama satu kali musim tanam, dinyatakan dengan satuan meter persegi (m2). sedangkan harga luas lahan diperhitungkan sesuai harga sewa yang berlaku di daerah tersebut,
diukur dalam rupiah per patok atau 3300 m2 (Rp/patok). b. Tenaga Kerja (X2)
Yaitu seluruh tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani kedelai,
selama satu musim tanam, baik tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar, dinyatakan dalam satuan Hari Orang Kerja (HOK). Nilai
tenaga kerja berdasarkan upah dan dinyatakan dalam rupiah per Hari Orang Kerja (Rp/HOK).
c. Bibit (X3)
commit to user
yang dibeli (bibit bersertifikasi). Bibit diukur dengan satuan
kilogram (Kg), dan di perhitungkan sesuai harga pasar dengan satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).
d. Pupuk (X4)
Pupuk yang digunakan petani dapat terdiri lebih dari satu macam pupuk, diukur dalam satuan kilogram (Kg) dan diperhitungkan
sesuai harga pasar dengan satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg). e. Pestisida (X5)
Pestisida yang digunakan petani dalam pemeliharaan tanaman kedelai selama satu kali musim tanam, diukur dalam satuan liter (L)
dan diperhitungkan sesuai harga pasar dengan satuan rupiah per liter (Rp/L).
F. Metode Analisis
Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui seberapa besar variabel independen dalam hal ini luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tanaga kerja mempengaruhi
hasil produksi kedelai sebagai variabel dependen. Maka dilakukan regresi terhdap fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Dalam penelitian Fauziyah (2007) fungsi produksi Coob
Douglas untuk menganalisis usahatani kedelai dapat dituliskan dalam bentuk linear yang dilogaritmakan sebagai berikut :
Keterangan:
Y = hasil produksi tanaman kedelai (Kg) β0 = konstanta
β1 . . . β5 = koefisien regresi variabel
X1 = luas lahan (m2) X2 = tenaga kerja (HOK)
X3= bibit (Kg) X4 = pupuk (Kg)
X5= pestisida/ obat-obatan (L) ui = error term
i = Responden 1-100
Pengujian validasi model dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Uji Asumsi Klasik
Untuk melihat apakah regresi bermasalah atau tidak dan supaya
menghasilkan koefisien regresi yang tidak bias maka dalam penelitian
ini digunakan metode kwadrat terkecil (OLS = Ordinary Least Square)
untuk mencari koefisien regresi. Agar diperoleh koefisien regresi yang
linier terbaik tidak bias harus dipenuhi beberapa asumsi klasik. Uji
multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas dilakukan untuk
mengetahui apakah ada pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik
tersebut atau tidak (Gujarati, 1999).
1) Uji Multikolinearitas
commit to user
menjelaskan dari model regresi (Gujarati, 1999). Untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan diantara variabel bebas dalam model regresi, dapat dideteksi dengan menggunakan
metode Auxiliary Regression dengan pendekatan Koutsoyiannis, yaitu dengan membandingkan nilai r2 dengan nilai R2. Model dikatakan terbebas dari masalah multikolinearitas jika nilai r2 <
R2.
2) Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah adanya korelasi diantara angota observasi
yang diurutkan menurut waktu (seperti data dalam deret berkala) atau ruang (seperti data lintas-sektoral) (Gujarati, 1999).
Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi maka dapat digunakan Uji Breush-Godfrey (B-G Test) dengan menggunakan program Eviews, (B-G Test) dilakukan dengan lankah-langkah sebagai
berikut (Winarno, 2009):
a) Meregres persamaan regresi untuk mendapatkan nilai
obs*R-squared dan nilai probabilitas.
b) Ada tidaknya masalah autokorelasi pada model dapat
diketahui dengan membandingkan nilai probabiltas dengan
tingkat signifikansi yang digunakan (α = 5%). Dengan kriteria sebagai berikut :
3) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi apabila varian dari unsur-unsur disturbance (Ui) adalah σ2, menunjukkan ketidaksamaan
observasi (bervariasinya observasi satu ke observasi yang lain). Hal ini dapat ditunjukkan simbol (Gujarati,1999):
E (Ui) = σ2i : i = 1, 2, 3, … n
Apabila tiap unsur disturbance (Ui) merupakan suatu angka konstan yang sama dengan σ2
, maka hal ini disebut
homoskedastis. Secara simbol dapat dituliskan sebagai berikut (Gujarati, 1999):
E (Ui) = σ2 : i = 1, 2, 3, … n
Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model dapat digunakan beberapa cara, dan salah satunya dengan
melakukan Uji White menggunakan program Eviews. Dalam Uji White ada tidaknya maslah heteroskedastisitas dapat diketahui dengan cara melihat nilai probabilitasnya, apabila nilai probabilitas > α =5% maka tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas. Selain itu jugamembandingkan nilai Obs*R-Squared dengan nilai χ2
tabel, dengan ketentuan sebagau berikut (Winarno, 2009) :
- Apabila nilai Obs*R-Squared < nilai χ2 tabel maka tidak
ada masalah heteroskedastisitas.
commit to user
b. Uji Statistik 1) Uji F
Untuk mengetahui apakah variabel independen secara
bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan, maka dilakukan pengujian variabel-variabel
independen secara keseluruhan dan serentak. Uji F dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut (Gujarati, 1999):
a) Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0 (tidak ada pengaruh antara
variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara
bersama-sama).
Ha : β1 ≠ β2 ≠β3 ≠ β4 ≠ β5≠ 0 (ada pengaruh antara variabel
bebas terhadap variabel tidak bebas secara bersama-sama).
b) Tingkat keyakinan (level of significance) α = 0,05
F tabel: Fα ; k – 1; n – k
c) Daerah kritis
Ho diterima apabila F tabel ≤ Fα; k -1 ; k(n – 1)
Ho ditolak apabila F > F α; k -1 ; k(n – 1)
Daerah terima Daerah tolak
F tabel F tabel = Fα; k-1 ; n – k
d) F hitung :
F hitung =
e) Kesimpulan Ho diterima apabila F hitung ≤ F tabel,
dapat dikatakan bahwa semua koefisien regresi secara
bersama-sama tidak signifikan pada tingkat α
Ho ditolak apabila F hitung > F tabel, dapat dikatakan
bahwa semua koefisien regresi secara bersama-sama
signifikan pada tingkat α
2) Uji R2 (Koefisien Deteminasi)
Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel independen terhadap naik turunnya variabel dependen, maka digunakan R2. Dirumuaskan sebagai berikut (Gujarati,1999):
R2 =
Keterangan :
k = Banyaknya parameter dalam model, termasuk unsur intersep.
n = Banyaknya observasi.
3) Uji t
commit to user
a) Ho :βi = 0 (tidak signifikan)
Ha : βi > 0 (signifikan) b) Nilai t tabel:
Keterangan :
α = derajat signifikansi
n = jumlah data yang diobservasi
k = jumlah parameter dalam model termasuk intersep
c) Daerah kritis
Daerah tolak Daerah terima Daerah tolak - T tabel + T tabel
Gambar 3.2. Daerah Terima dan Daerah Tolak Uji t
d) T hitung:
T hitung =
e) Kesimpulan Apabila t hitung > t tabel atau t hitung < -t
tabel maka Ho ditolak, berarti signifikan. Hal ini dapat dikatakan bahwa Xi secara statistik berpengaruh terhadap
Y pada tingkat α
Apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima berarti tidak signifikan. Hal ini dapat dikatakan bahwa Xi secara
2. Pengujian Skala Hasil (Return to Skill)
Analisis skala hasil menunjukan hubungan antara perbandingan perubahan semua input dan perubahan output yang
diakibatkannya, skala usaha digolongkan menjadi 3 macam incresing,
decreasing, atau constant return to scale. Skala usaha dari suatu unit
produksi dapat diketahui dengan cara menjumlahkan elastisitas βı +
β2 + β3 + β4 + β5 (Soekartawi, 2003) :
a. Decreasing return to scale, bila (βı + β2 + β3+ β4 + β5 < 1). Artinya proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi
penambahan produksi.
b. Constant return to scale, bila (βı + β2 + β3 + β4 + β5= 1). Artinya penambahan faktor produksi akan proporsional dengan
penambahan produksi yang diperoleh.
c. Increasing return to scale, bila (βı + β2 + β3+ β4 + β5 > 1). Artinya
bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.
3. Pengujian Efisiensi Teknis
Efisiensi teknis dapat diketahui dengan membandingkan antara jumlah
commit to user
MPPxi = APPxi
Menghitung MPPxi dengan cara sebagai berikut:
Kriteria :
a. MPPxi > APPxi, berarti penggunaan input belum mencapai
efisiensi teknis.
b. MPPxi < APPxi, berarti penggunaan input tidak mencapai
efisiensi teknis.
c. MPPxi = APPxi, berarti penggunaan input sudah mencapai
efisiensi teknis.
Dalam fungsi produksi Cobb-Duoglass, tinggi rendahnya efisiensi
teknis dapat dilihat pada besarnya nilai konstanta, semakin besar nilai konstanta maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi dalam
penggunaan input.
4. Pengujian Efisiensi Ekonomis
Untuk menguji efisiensi ekonomis digunakan cara sebagai berikut (Soekartawi, 2003) :
NPMxi = Pxi atau = 1
Rumus dari NPM adalah : NPM = MPxi . Pq Rumus dari MPPx adalah :
Kriteria :
a. Jika MPPxi >
maka pengunaan faktor produksi belum
mencapai efisiensi.
b. Jika MPPxi <
maka pengunaan faktor produksi tidak
mencapai efisiensi.
c. Jika MPPxi = maka pengunaan faktor produksi sudah
mencapai efisiensi
Efisiensi ekonomis dapat tercapai jika nilai MPP dari suatu faktor produksi sama dengan perbandingan antara harga faktor produksi
commit to user
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Kecamatan Weru 1. Letak Geografis
Kecamatan Weru merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Sukoharjo yang letaknya berada di paling selatan, luas wilayah
Kecamatan Weru adalah 41.98 km2, terletak di daerah dengan ketinggian 118 m diatas permukaan laut. Secara administratif Kecamatan Weru
terbagi dalam 13 Desa, wilayah tersebut terdiri dari 48 dusun dengan 137 RW dan 397 RT.
Batas-batas wilayah Kecamatan Weru adalah sebagai berikut: - Sebelah utara : Kecamatan Tawangsari.
- Sebelah timur : Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri. - Sebelah selatan : Kecamatan Semin, Daerah Istimewa Yogyakarta.
- Sebelah barat : Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten.
2. Luas Wilayah
Kecamatan Weru mempunyai luas wilayah sekitar 8,99 % (4.198 Ha) dari luas Kabupaten Sukoharjo (46.686 Ha), yang terbagi dalam 13
Tabel 4.1
Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Weru Tahun 2010
Desa Ngreco merupakan desa yang mempunyai wilayah paling luas yaitu 476 Ha atau sekitar 11,34% dari seluruh luas wilayah Kecamatan Weru. Sedangkan desa dengan wilayah paling sempit adalah Desa Grogol, yang
hanya mempunyai luas 213 Ha atau sekitar 5,07% dari luas total.
3. Penggunaan Lahan
Lahan di Kecamatan Weru terbagi kedalam dua kelompok, lahan
sawah dan lahan bukan sawah. Lahan sawah sebesar 47,38 % atau 1.989 Ha. Sebagian besar lahan sawah merupakan sawah tehnis yaitu sebesar
25,77% atau 1.082 Ha. Sisanya 0,47 % merupakan lahan ½ tehnis, 12,17 % lahan sederhana dan 8,95 % merupakan lahan tadah hujan. Pada musim penghujan lahan sawah biasa ditanami padi sedangkan pada musim
commit to user
Tabel 4.2
Luas Penggunaan Lahan Sawah di Kecamatan Weru Tahun 2010
Sumber: UPTD Pertanian Kecamatan Weru 2011
Luas lahan bukan sawah di Kecamatan Weru sebesar 2.209 Ha atau
52,62 %. Lahan bukan sawah ini digunakan untuk tegal, pekarangan, hutan rakyat, dan lain-lain. Penggunaan lahan bukan sawah dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3
Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah di Kecamatan Weru Tahun 2010
Sebagian besar lahan bukan sawah digunakan untuk pekarangan yaitu
sebesar 1.470 Ha atau 64,74 % dari total luas lahan bukan sawah. Pekarangan tersebut bisa digunakan untuk menanam tanaman bukan pertanian, rumah, halam, kolam dan lain-lain. Prosentase tersebut
4. Keadaan penduduk
a. Penduduk Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk di Kecamatan Weru pada tahun 2010 adalah
66.893 jiwa, yang terdiri dari 32.909 jiwa atau 49,19% penduduk laki-laki dan 33.984 jiwa atau 50,81% adalah perempuan. Dilihat dari jumlah penduduk laki dan perempuan, prosentase penduduk
laki-laki dan perempuan di Kecamatan Weru bisa dikatakan seimbang, karna jumlahnya hampir sama.
Tabel 4.4
Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin di Kecamatan Weru Tahun 2010
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 0-14
Sumber: Kecamatan Weru Dalam Angka, 2011
b. Penduduk Menurut Usia
Untuk mengetahui jumlah angkatan kerja dan jumlah tenaga kerja, maka dapat dilihat dari pengelompokan penduduk menurut usia. Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa di Kecamatan Weru jumlah
penduduk yang tergolong usia produktif sebesar 65,60% atau 43.882 jiwa. Sisanya sebesar 22,14 % merupakan penduduk usia belum
produktif. Sisanya sebesar 12,25 % adalah penduduk yang sudah tidak produktif.
5. Keadaan Pertanian di Wilayah Kecamatan Weru
commit to user
Weru mencapai 1.989 Ha. Lahan sawah di wilayah Kecamatan weru tidak
hanya ditanami tanaman pangan saja seperti padi, jagung, tetapi juga ditanami berbagai tanaman lain seprti kedelai, palawija, kacang-kacangan,
dan juga umbi-umbian.
Tabel 4.5
Luas Panen Bebagai Hasil Pertanian Kecamatan Weru Tahun 2010
Jenis Tanaman Luas Panen (Ha) Padi Sumber: UPTD Pertanian Kecamatan Weru 2011. Data diolah
Dapat dilihat dalam tabel 4.5 sebagai tanaman pangan dan juga tanaman pokok di daerah sampel, padi mempunyai luas panen yang paling
besar mencapai 3.374 Ha. Tanaman yang memiliki luas panen paling sedikit adalah kacang hijau dengan luas panen 9 Ha. Luas panen tanaman
kedelai mencapai 1673 Ha. Di daerah sampel tanaman kedelai di tanam dua kali dalam satu tahun, penanaman dilakukan setelah dua kali musim tanam padi.
B. Karakteristik Responden
Dalam penelitian yang berjudul Analisis Efisiensi Penggunaan
Faktor-Faktor Produksi Usaha Tani Tanaman Kedelai di Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo ini. Diambil sampel sebanyak 100 petani kedelai yang tersebar di 13 desa yang akan digunakan sebagai daerah penelitian.
1. Karakteristik Responden Berdasar Jenis kelamin
Berdasarkan data yang sudah diperoleh dari lapangan, dari 100 orang responden petani kedelai semuanya berjenis kelamin laki-laki.
Karna bertani bukan merupakan pekerjaan yang ringan, sehingga sudah sepantasnya bila pekerjaan ini banyak dikerjakan oleh laki-laki. Peran wanita dalam usaha tani kedelai ini biasanya hanya membantu pada saat
penanaman saja.
2. Karakteristik Responden Berdasar Usia
Dilihat dari usia, rata-rata usia petani responden berada pada
tingkat kelompok usia 41 – 50 tahun yakni sebanyak 45 % dari total 100 responden. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar
petani masih tergolong dalam usia produktif. Tabel 4.6
Jumlah Petani Responden Berdasar Tingkat Usia
No. Tingkat Usia (tahun) Jumlah Responden Prosentase (%)
1. < 30 3 3
2. 30 – 40 16 16
3. 41 – 50 45 45
4. > 50 36 36
Jumlah 100 100
Sumber: Data primer diolah, 2012
Petani sampel yang termuda berusia 27 tahun dan yang tertua berusia 81
tahun. Jumlah petani yang berusia lebih dari 50 tahun mempunyai prosensate yang cukup besar yaitu mencapai 36 %. Dilihat dari usia
commit to user
3. Karakteristik Responden Berdasar Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keseriusan petani dalam berusaha tani, petani yang
mempunyai jumlah tanggungan keluarga yang semakin banyak akan semakin serius dalam berusaha tani. Sebab petani dengan jumlah tanggungan keluarga yang banyak maka tanggungan untuk mencukupi
kebutuhan keluarganya juga akan semakin besar. Tabel 4.7
Jumlah Petani Responden Berdasar Jumlah Tanggungan Keluarga No. Jumlah tanggungan Jumlah Responden Prosentase (%)
1. 1 – 2 orang 25 25
2. 3 – 4 orang 46 46
3. 5 – 6 orang 19 19
Jumlah 100 100
Sumber: Data primer diolah, 2012
Berdasar tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani responden mempunyai jumlah tanggungan keluarga 3-4 orang, yaitu
mencapai 46%. Petani responden mempunyai jumlah tanggungan keluarga 1-2 orang yaitu sebesar 25%. Sisanya sebanyak 19% dari petani sampel mempunyai jumlah tanggungan keluarga 5-6 orang. Jumlah
tanggungan keluarga yang cukup banyak ini kebanyakan dimiliki oleh petani yang sudah berumur cukup tua karna pada jaman dahulu belum
mengenal KB.
4. Karakteristik Responden Berdasar Tingkat Pendidikan
Latar belakang tingkat pendidikan para petani kedelai di Kecamatan Weru cukup bervariasi mulai dari tidak pernah bersekolah,
belakang yang berbeda-beda, hal ini menyebabkan pola pikir dan
rasionalisme terhadap budidaya kedelai juga berbeda-beda satu dengan yang lain. Data mengenai tingkat pendidikan petani responden tersaji
dalam tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8
Jumlah Petani Responden Berdasar Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Prosentase (%)
1. Tidak bersekolah 17 17
2. Tamat SD 37 37
3. Tamat SLTP 13 13
4. Tamat SLTA 24 24
5. Tamat Perguruan tinggi 9 9
Jumlah 100 100
Sumber: Data primer diolah, 2012
Tabel 4.8 Menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden adalah tamatan SD, yaitu mencapai 37 %. Prosentase petani responden yang tamat SLTA sebesar 24%, Prosentase petani responden yang belum
pernah bersekolah sebesar 17%, petani responden yang tamat SLTP sebesar 13%. Sedangkankan petani responden yang berhasil menamatkan
pendidikannya hingga perguruan tinggi mempunyai prosentase sebesar 9%.
5. Karakteristik Responden Berdasar Jenis Pekerjaan Pokok
Berdasarkan survei yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tidak semua petani responden mempunyai pekerjaan pokok sebagai petani. Sebagian dari responden ada yang menjadikan usahatani sebagai
commit to user
Tabel 4.9
Jumlah Petani Responden Berdasar Jenis Pekerjaan Pokok No. Jenis Pekerjaan Pokok Jumlah Responden Prosentase (%)
1. Petani 64 64
Sumber: Data primer diolah, 2012
Dari data yang telah dikumpulkan bahwa sebagian besar petani responden di daerah penelitian bekerja sebagai petani yaitu sebesar 64%.
Mereka menjadikan pertanian sebagai sumber penghasilan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain bertani responden juga
mempunyai pekerjaan sampingan. Jumlah responden yang yang menjadikan pertanian bukan sebagai pekerjaan pokok sebanyak 36% yang terdiri dari 4 orang peternak, 10 orang pedagang, 7 orang buruh, 5 orang
tukang, 3 orang PNS, 4 orang wiraswasta, 2 orang karyawan, dan 1 orang bekerja sebagai perangkat desa. Para petani responden ini melakukan
usahatani untuk menambah penghasilan.
6. Karakteristik Responden Berdasar Luas Lahan Garapan
Luas tidaknya lahan garapan dapat mempengaruhi besarnya hasil
pribadi, dan yang lainnya menggarap lahan yang berstatus lahan sewaan.
Data hasil survei dapat dilihat dalam tabel 4.10 berikut: Tabel 4.10
Jumlah Petani Responden Berdasar Luas Lahan Garapan No. Luas Lahan (m2) Jumlah Responden Prosentase (%)
1. <1000 10 10
2. 1000- 2000 29 29
3. 2001- 3000 14 14
4. 3001- 4000 35 35
5. 4001 - 5000 12 12
Jumlah 100 100
Sumber: Data primer diolah, 2012
Berdasar Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa sebanyak 35% petani menggarap lahan dengan luas antara 3001 – 4000 m2. Sebagian besar
petani di daerah sampel menggarap lahan seluas 1 patok dengan luas sekitar 3.300 m2 (satu patok). Petani dengan luas garapan kurang dari 1000 m2 berjumlah 10 orang, dengan luas lahan terkecil 500 m2. 14%
mempunyai luas lahan 1000 – 2000 m2, 29% mempunyai luas lahan 2001-3000 m2. Sisanya sebanyak 12% petani responden mempunyai luas lahan
4001-5000 m2, dengan luas lahan terbesar mencapai 5000 m2.
7. Karakteristik Responden Berdasar Hasil Produksi
Hasil survei yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hasil panen yang diperoleh 100 responden cukup bervariasi jumlahnya, namun secara
commit to user
Tabel 4.11
Jumlah Petani Responden Berdasar Hasil Produksi
No. Hasil Produksi (kg) Jumlah Responden Prosentase (%)
1. < 100 3 3
Sumber: Data primer diolah, 2012
Berdasar tabel 4.11 dapat dilihat petani yang mempunyai hasil panen lebih dari 600 kg ada 7 orang dengan hasil produksi paling besar
mencapai 725 kg. Rata-rata petani mempunyai hasil panen antara 100-200 kg dan 40-500 kg yang masing-masing berjumlah 23 orang. Sedangkan
petani yang mempunyai hasil panen kurang dari 100 kg sebanyak 3 orang dengan hasil panen terendah 50 kg. Dari 100 petani responden semua mempunyai hasil panen kurang kurang dari 1 ton, hal ini disebabkan oleh
beberapa hal antara lain karna terbatasnya luas lahan.
C. Analisis Data dan Pembahasan
1. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Terhadap Output
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing faktor
produksi sebagai variabel independen, luas lahan, tenaga kerja, jumlah bibit, jumlah pupuk, dan pestisida terhadap hasil produksi kedelai sebagai
variabel dependen. Maka digunakan analisis regresi linier berganda pada fungsi Cobb Douglas. Selanjutnya data yang akan dianalisis dalam fungsi produksi Cobb Douglas dilogaritmakan agar dapat diregresi secara linier,