perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(Studi Kasus Kota Surakarta)
GEOTECHNICAL INFORMATION SYSTEM BASED ON CPT DATA USING ArcGIS 9.2
(Case Study of Surakarta )
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana teknik pada
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh:
FENDI HARY YANTO
I 0108094
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Fendi Hary yanto, 2012, SISTEM INFORMASI GEOTEKNIK BERBASIS
DATA CPT DENGAN BANTUAN ArcGIS 9.2 (Studi Kasus Kota Surakarta),
Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Kota Surakarta merupakan kota yang memiliki perkembangan infrastruktur yang begitu pesat. Bangunan-bangunan infrastruktur tumbuh pesat seiring dengan perkembangan kota. Hampir di setiap penjuru kota dapat ditemui bangunan seperti mall, pusat perbelanjaan, perkantoran, hotel, pasar, apartemen/rumah susun, rumah sakit, perguruan tinggi atau sekolah. Hanya saja Pemerintah Daerah belum mempunyai sistem informasi data yang lengkap mengenai CPT. Sistem informasi data tersebut berguna untuk tinjauan awal pembangunan infrastruktur yang baru, khususnya bagi investor yang akan mendirikan bangunan di kota Surakarta. Salah satu lembaga yang sering diminta untuk melakukan uji CPT adalah Laboratorium Mekanika Tanah FT UNS. Ratusan data pengujian CPT masih tersimpan di lemari arsip laboratorium, dan belum pernah dianalisis dan dikompilasi untuk seluruh wilayah Surakarta.
Penelitian ini ditulis dalam rangka menyiapkan Sistem Informasi berbasis data CPT mengenai kedalaman tanah keras di seluruh wilayah kota Surakarta. Penelitian dilakukan dengan cara mengkompilasi seluruh data CPT yang ada, menganalisis, memplot pada peta, serta membuat profile tanah sepanjang wilayah Surakarta dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9.2. Permasalahan yang ada adalah penyebaran data CPT yang acak.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedalaman tanah keras qc 250 kg/cm2 di kota Surakarta yang paling dominan sedalam 3- 5 meter dari permukaan tanah. Evaluasi perbandingan kedalaman tanah keras sondir lapangan dengan GIS pada beberapa titik pengamatan menunjukan hasil yang hampir sesuai antara prediksi Sistem informasi GIS dengan hasil pengujian di lapangan. Disimpulkan bahwa sistem informasi geoteknik bebasis data CPT dengan menggunakan software ArcGIS mampu befungsi sebagai identifikasi pendahuluan dari suatu pekerjaan/proyek dan data penunjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Fendi Hary yanto, 2012, GEOTECHNICAL INFORMATION SYSTEM BASED
ON CPT DATA USING ArcGIS 9.2 (Case Study of Surakarta ), Final Assignment, Civil Engineering Department, Engineering Faculty, Sebelas Maret University.
Surakarta.
Surakarta is a city that has rapid development of infrastructure. The Buildings and Infrastructure are grow is rapidly in line with the growth of the city. Buildings like malls, shopping centers, office buildings, hotels, markets, apartments/flats, hospitals, universities, or school are found in almost every corner of the city. For the time bieng , unfortunable the governments does not have complete data the CPT. In front of geotechnical information system (GIS), this GIS of CPT data is able to be used for initial review of the construction of new buildings and infrastructure in Surakarata. Especially, for the investors who will build the buildings in the city of Surakarta. One institution that is often asked to perform CPT test is Soil Mechanics Laboratory FT UNS. Hundred of test data are still stored in laboratory. However , they have not been analyzed and compiled for further usage.
This research was written in order to set up a data-based Information Systems CPT on hard stratum depth across the city of Surakarta. This research was conducted by compiling all existing CPT data, analyzed, plotted on a map, and make the soil profile throughout the region Surakarta using the software ArcGIS 9.2. The main problems is the position on distribution of the CPT data are random.
The results of this research indicated that depth of 250 kg/cm2 qc of hard stratum in the city is dominantly 3-5 meters the depth in Surakarata. Comparative evaluation of the depth of field test of CPT a hard stratum and GIS at several observation points showed close results. Therefore, this geotechnical information system is adaptable to the data using the software ArcGIS CPT and able to be used as a preliminary identification of the work / projects and supporting data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. Dan Dialah
Maha Perkasa lagi Penyayang. Sebagai) janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak
akan menyalahi janjiNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka
hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang
(kehidupan) akhirat adalah lalai. “(Q.S. AR-Ruum (30) : 5-7)
“Barang siapa yang menempu suatu jalan yang menuntut ilmu, niscaya Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Muslim)
Ilmu lebih mulia dari harta, karena ilmu menjaga manusia, sedangkan harta dijaga
oleh manusia.
Orang yang berilmu banyak kawannya, sedangkan orang yang banyak hartanya
banyak musuhnya.
Ilmu bila diberikan akan bertambah, harta bila diberikan akan berkurang.
Ilmu tidak bisa dicuri, sebaliknya harta bisa dicuri.
Ilmu tidak akan habis sebelum pemiliknya meninggal, sedangkan harta sangat
mungkin lenyap sebelum pemiliknya mati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas limpahan
berkat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas
akhir guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini tentu tidak lepas dari berbagai pihak yang
mendukung, membantu, dan membimbing sehingga dengan kerendahan hati penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta beserta staf.
2. Bapak selaku Dr. Tech. Ir. Sholihin As’ad, MT Dosen Pembimbing I tugas akhir.
3. Bapak Ir Agus Prijadi Saido, MSc selaku Dosen Pembimbing II tugas akhir.
4. Bapak Ir. Budi Laksito selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen pengajar di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelum Maret Surakarta.
6. Seluruh teman-teman mahasiswa Jurusan Teknik Sipil angkatan 2008.
7. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan laporan tugas akhir ini hingga
selesai.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, dan
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan. Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta, Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.2.3.1Perkembangan Uji Sondir dan Hubungannya dengan Indonesia .. 8
2.2.3.2Peralatan Umum ... 9
2.2.3.3Tipe Penetrometer CPT ... 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.2.3.5Parameter CPT ... 14
2.2.4 Interpretasi Data CPT ... 15
2.2.5 Konsep Sistem Informasi Geografis ... 19
2.2.5.1Geodatabase ... 22
2.2.5.2Geoprocessing ... 29
2.2.5.3Geovisualization ... 29
2.2.5.4 Kriging ……… ... 31
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 33
3.1. Lokasi Penelitian...33
3.2. Sumber Data...33
3.3. Langkah Penelitian... 33
BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN.... 40
4.1. Diskripsi Wilayah Penelitian...40
4.1.1. Letak dan Batas Daerah Penelitian...... 40
4.2. Data CPT Laboratorium Mekanika Tanah...41
4.3. Analisis Data... 41
4.3.1. Penentuan Kedalaman Tanah Keras Rerata………... 42
4.3.2. Penentuan Lokasi Data CPT………... 46
4.3.3. Pembuatan Layer Berdasarkan Data CPT…………... 46
4.4. Hasil Analisis dan pembahasan……..………... 56
4.4.1. Peta Sebaran Kedalaman Tanah Keras... 56
4.4.2. Hasil Cross Section... 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN... 76
5.1. Kesimpulan... 76
5.2. Saran... 76
DAFTAR PUSTAKA... xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Alat DCPT kapasitas 2,5 ton dengan penetrometer konus friksi ... 10
Gambar 2.2. Alat DCPT kapasitas 10 ton ... 11
Gambar 2.3. CPT kapasitas 20 ton dengan kombinasi truk ... 11
Gambar 2.4.a. Penetrometer konus tunggal mekanik... 12
Gambar 2.4.b. Penetrometer konus-friksi mekanik ... 12
Gambar 2.5. Penetrometer konus-friksi elektrik ... 13
Gambar 2.6. Ilustrasi Prosedur Kerja Alat CPT Kapasitas 2.5 ton ... 14
Gambar 2.7. aPola grafik tahanan ujung (qc) untuk tanah pasir ... 16
Gambar 2.7. bPola grafik tahanan ujung (qc) untuk tanah Lempung ... 16
Gambar 2.8. Diagram Korelasi qc dan Rf Schmertmann untuk Identifikasi Tanah .. 17
Gambar 2.9. Korelasi antara tahanan kerucut (qc) dan sudut geserdalam(ф)... 18
Gambar 2.10. Jendela Awal ArcMap ... 20
Gambar 2.11. Jendela Awal ArcCatalog... 20
Gambar 2.12. Contoh beberapa Layer Data Spasial dalam ArcGIS ... 21
Gambar 2.13. Sistem Pendukurng Informasi Geografis dalam ArcGIS ... 21
Gambar 2.14. Data Spasial dalam Bentuk Titik, Garis, dan Poligon ... 23
Gambar 2.15. Tipe data penyusun geodatabase ... 24
Gambar 2.16. Aturan topologi titik must be properly inside polygons ... 26
Gambar 2.17. Aturan topologi titik must be covered by line ... 26
Gambar 2.18. Aturan topologi garis must not overlap ... 26
Gambar 2.19. Aturan topologi garis must not intersect ... 27
Gambar 2.20. Aturan topologi poligon must not overlap ... 27
Gambar 2.21. Aturan topologi poligon must not have gaps ... 27
Gambar 2.22. Sistem Proyeksi... 30
Gambar 2.23. Zona UTM Dunia ... 30
Gambar 3.1. Contoh plotting data ... 35
Gambar 3.2. Contoh desain tampak atas ... 36
Gambar 3.3. Contoh desain cross section ... 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 4.1. Peta Administrasi Kota Surakarta…... 40
Gambar 4.2.a Grafik Hasil Pengujian S1 di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta………...44
Gambar 4.2.b Grafik Hasil Pengujian S2 di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta……….………...44
Gambar 4.2.c Grafik Hasil Pengujian S3 di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta………...45
Gambar 4.3. Seketsa posisi titik-titik sondir di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta………... 45
Gambar 4.4. Titik-Titik CPT Kota Surakarta…………... .. 47
Gambar 4.5. Attribute Table dari Data Spasial CPT Kota Surakarta…………... 48
Gambar 4.6. Kontur Wilayah Kota Surakarta…………... 49
Gambar 4.7. DEM 10X10………... 50
Gambar 4.8. Elevasi Kedalam CPT... 51
Gambar 4.9. Pembuatan Field Baru didalam ArcCatalog... 52
Gambar 4.10. Attribute Table Peta CPT Kota Surakarta…………... 53
Gambar 4.11. Pengisian Alamat File di Field Peta CPT Kota Surakarta... 54
Gambar 4.12. Pen-setting-an Hyperlink didalam ArcMap...54
Gambar 4.13. Eksekusi Hyperlink didalam ArcMap...55
Gambar 4.14. Peta Sebaran CPT Kota Surakarta………...58
Gambar 4.16. Peta Sebaran CPT Kec. Laweyan…...59
Gambar 4.17. Peta Sebaran CPT Kec. Jebres………...60
Gambar 4.18. Peta Sebaran CPT Kec. Pasar Kliwon…………...61
Gambar 4.19. Peta Sebaran CPT Kec. Serengan……...…………...62
Gambar 4.20. Peta Sebaran CPT Kel. Jebres………...64
Gambar 4.21. Lay out posisi uji CPT rencana pembangunan Asrama Mahasiswa UNS Ngoresan………...65
Gambar 4.22. Lay out cross section...66
Gambar 4.23. Cross Section Potongan 1………...67
Gambar 4.24. Cross Section Potongan 2………... 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 4.26.Cross Section Potongan 4………...…... 70
Gambar 4.27. Perbandingan kedalaman tanah keras hasil sondir lapangan dengan
GIS pada Pembangunan DED Youth Center Kota Surakarta…...72
Gambar 4.28. Perbandingan kedalaman tanah keras hasil sondir lapangan dengan
GIS pada Pembangunan Tennis Sport Centre...73
Gambar 4.29. Perbandingan kedalaman tanah keras hasil sondir lapangan dengan
GIS pada Pembangunan Rumah Tingal di Jl Kantil No 19 A
Badran………... 73
Gambar 4.30. Perbandingan kedalaman tanah keras hasil sondir lapangan dengan
GIS pada Pembangunan Audio Technica ……...74
Gambar 4.31. Perbandingan kedalaman tanah keras hasil sondir lapangan dengan
GIS pada Pembangunan Gedung Annisa RS PKU Muhammadiyah
………..…... 74
Gambar 4.32. Perbandingan kedalaman tanah keras hasil sondir lapangan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Metode In Situ Test dan Aplikasi secara umum... 7
Tabel 2.2. Hubungan antara konsistensi terhadap tekanan conus dan undrained
cohesion………... 18
Tabel 4.1. Jumlah Lokasi Data Pengujian CPT di Lab. Mekanika Tanah Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta... 41
Tabel 4.2.a Contoh Hasil Rekapitulasi Pengujian CPT di SMP Muhammadiyah 1
Surakarta………... 42
Tabel 4.2.b Contoh Hasil Rekapitulasi Pengujian CPT di SMP Muhammadiyah 1
Surakarta………... 43
Tabel 4.2.c Contoh Hasil Rekapitulasi Pengujian CPT di SMP Muhammadiyah 1
Surakarta………... 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Data Penelitian
Lampiran Peta
Lampiran Alat GPS
Lampiran Dokumentasi
Lampiran Surat-surat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Kota Surakarta merupakan daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup
pesat. Hal ini harus diantisipasi dengan perencanaan pembangunan prasarana fisik
seperti : bangunan-bangunan sipil berupa jalan raya, gedung, terminal, jembatan, dan
lain-lain.
Sebelum mendirikan bangunan infrastruktur perlu adanya surat ijin mendirikan
bangunan (IMB). Hal ini sering diabaikan karena di dalamnya terdapat berbagai
tinjauan antara lain investigasi geoteknik dari tempat tersebut seperti keadan fisik
tanah.
Secara geografis, kota Surakarta terletak pada dataran rendah, dengan ketinggian +
90 m di atas permukaan laut, di tepi sungai besar, yaitu Sungai Bengawan Solo. Pada
umumnya tanah di sekitar daerah wilayah sungai merupakan tanah endapan alluvial
yang bersifat lunak (soft soil). Tanah lunak biasanya sering menimbulkan masalah
terhadap bangunan sipil yaitu: kompresibilitas yang tinggi, daya dukung rendah, dan
kadang-kadang merupakan tanah yang berpotensi mengembang (swelling soil).
Mendirikan bangunan sipil pada tanah lunak umumnya perlu penanganan yang
khusus terutama dalam disain pondasi. Untuk mendisain pondasi diperlukan
informasi kualitas tanah yang mampu mendukung beban sehingga pondasi dapat
bertumpu dengan baik di atasnya. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui
penyelidikan tanah di laboratorium maupun secara langsung di lapangan lapangan (in
situ) dengan Uji Penetrasi Standar (SPT) maupun dengan Uji Penetrasi Kerucut (
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tetapi Pemerintah Daerah belum mempunyai data yang lengkap mengenai Uji
Penetrasi Kerucut (CPT). Padahal data tersebut digunakan untuk tinjauan awal
pembangunan infrastruktur yang baru. Demikian juga oleh investor yang akan
mendirikan bangunan di kota Surakarta. Salah satu lembaga yang sering diminta
untuk melakukan uji CPT adalah Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik
Sipil UNS. Puluhan data pengujian masih tersimpan di lemari arsip laboratorium, dan
belum pernah dianalisis dan dikompilasi untuk seluruh wilayah Surakarta.
Penelitian ini ditulis dalam rangka menyiapkan Sistem Informasi berbasis data CPT
mengenai kedalaman tanah keras di seluruh wilayah kota Surakarta. Penelitian
dilakukan dengan cara mengkompilasi seluruh data CPT yang ada, menganalisis,
memplot pada peta, serta membuat profile tanah sepanjang wilayah Surakarta dengan
menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9.2. Permasalahan yang ada adalah
penyebaran data CPT yang acak.
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Bagaimana menganalisa dan menyiapkan Sistem Informasi Geoteknik data hasil
uji sondir ke dalam bentuk data spasial (peta dasar) yang telah ada (existing map)?
2) Bagaimana mengaplikasikan perangkat lunak ArcGIS 9.2 dalam pembuatan sistem
informasi geografis berbasis CPT di Kota Surakarta?
1.3.Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Peta dasar yang digunakan adalah peta rupa bumi digital yang dikeluarkan oleh
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) tahun
2002.
2) Data yang digunakan adalah data CPT yang diambil dari Lab. Mekanika Tanah
Jurusan Teknik Sipil UNS serta lokasi proyeknya telah teridentifikasi.
3) Kedalaman yang digunakan adalah kedalaman tanah keras rata-rata dalam lokasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4) Plotting titik sondir dalam peta menggunakan tiga cara yaitu : interpretasi
berdasarkan alamat lokasi, penentuan koordinat lokasi dengan bantuan GPS
(Global Positioning System) dan Google earth.
5) Koordinat lokasi bukan menunjukan posisi titik pengujian CPT melainkan lokasi
proyek.
6) Nilai qc setiap lokasi hasil sondir diambil nilai terdalam.
1.4.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
Menyiapkan Sistem Informasi berbasis data CPT mengenai mapping kedalaman
tanah keras berdasarkan nilai end bearing resistance sebagai identifikasi
pendahuluan dari suatu pekerjaan/proyek, membuat peta tematik baru berdasrakan
sebaran data CPT di wilayah kota Surakarta, dan membandingkan hasil sondir
lapangan dengan prediksi kedalaman tanah keras qc 250 kg/cm2 berdasarkan ArcGIS 9.2.
a. Mengetahui distribusi atau sebaran lapisan tanah keras di kota Surakarta.
b. Mendapatkan peta tematik baru berupa peta berbasis data CPT di kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 2
LANDASAN TEORI
3.1.Tinjauan Pustaka
Dalam perancangan bangunan geoteknik dikenal dua kelompok metode pengujian
yaitu, laboratory test, dan in situ test. Laboratory test menggunakan sampel tanah tak
terganggu dan terganggu yang didapatkan dari hasil pengujian trial pits dan boring
kemudian dianalisis di laboratorium. In situ test merupakan pengujian tanah di
lapangan yang sering dipakai untuk mendukung atau sebagai kombinasi dari
pengujian laboratorium. In situ test yang digunakan secara luas antara lain CPT
(Cone Penetration Test) dan SPT (Standard Penetration Test) yang berbasis
penetrometer. Beberapa in situ test lain yang juga sering dipraktekkan adalah : VST
(Vane Shear Test), DMT (Dilatometer Test) dan PMT (Pressuremeter Test).
Aplikasi CPT dalam bidang penyelidikan tanah semakin berkembang dan luas
cakupannya. Beberapa aplikasi terkini dari CPT antara lain : mengukur ketebalan dan
kuantitas properti tanah, menggambarkan deposit sedimen rekaman pra-historis
gempa bumi, mengidentifikasi gejala geologi, hidrologi dan lingkungan dan
memetakan elevasi horisontal stratigrafi (U.S Geological Survey, 2003). Namun
secara garis besar parameter hasil pengujian CPT mempunyai fungsi utama yaitu :
a. Estimasi kekuatan dan karakteristik deformasi tanah.
b. Pendugaan stratifikasi dan tipe tanah.
c. Penentuan parameter kekuatan geser.
d. Secara praktis, dapat digunakan sebagai acuan desain pondasi.
Beberapa keuntungan penggunaan CPT dibandingkan dengan prosedur pemboran
konvensional meliputi :
a. Memberikan data secara cepat, akurat dan detail.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Interval pengujian yang lebih pendek memungkinkan mengidentifikasi
lapisan-lapisan tanah bawah permukaan yang lebih tinggi.
d. Kecepatan pendugaan yang lebih tinggi dan ekonomis.
Walaupun demikian terdapat beberapa keterbatasan metode CPT, antara lain:
a. Tidak dapat menyajikan sample tanah undisturbed.
b. Prosedur terbatas bagi tanah-tanah yang tidak mengandung batuan besar atau
lapisan-lapisan keras (cemented), yang menghalangi penetrasi konus.
c. Efektif hanya pada kedalaman kurang dari 30 m.
d. Sulit mengetahui jenis dan warna lapisan tanah. (Dunn et al, 1980)
Penyelidikan tanah telah diketahui sebagai salah satu informasi penting untuk
keperluan desain dan konstruksi di bidang teknik sipil. Ketersediaan dan aksesibilitas
data tanah akan mampu mengurangi waktu dan biaya proyek, terutama selama tahap
studi kelayakan. Di dunia rekayasa geoteknik, formasi tanah dan sifat fisis tanah
merupakan informasi yang berharga bagi seorang engineer dalam membuat
keputusan dan desain yang tepat. Aplikasi teknologi informasi, termasuk Sistem
Informasi Geografis dan sistem basis data mampu menghasilkan suatu manajemen
dan interpretasi data dalam bidang geoteknik secara efektif (Suwanwiwattana, 2001).
Menurut Zakariya (2011) penyusunan basis data jembatan rangka baja dengan
menggunakan software ArcGIS 9.2 dirasakan mampu untuk memperbaiki beberapa
kekurangan sistem yang sudah ada. Maulana (2005) menyimpulkan nilai kedalaman
lapisan tanah keras dengan analisis manual, kedalaman tanah keras rata-rata di
wilayah kota Surakarta mempunyai interval 2 – 15 meter dari muka tanah. Nilai
rata-rata kedalaman 4.5-7.0 meter dari muka tanah merupakan nilai yang mendominasi.
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian Maulana namun fokus pada
penambahan data, pengamplikasian software ArcGIS 9.2 dan membandingkan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3.2.Dasar Teori
2.2.1 Parameter Tanah
Variabel alami suatu profil tanah membutuhkan perkiraan realistis parameter tanah
dengan cara penyelidikan dan pengujian tanah. Parameter-parameter tanah dapat
diperoleh melalui laboratory test dan in situ test. Kedua pengujian dapat berupa
sampel tanah terganggu (disturbed sample) ataupun sampel tak terganggu
(undisturbed sample). Disturbed samples, adalah sampel yang diperoleh dari
pengujian dengan alat boring antara lain : bor auger, split-spoon sampler pada SPT,
dan sampel hasil galian trial pits. Sedangkan undisturbed sample adalah sampel yang
diperoleh dari hasil pengeboran dengan alat tabung (thin walled tube). Sampel ini
dapat lebih menggambarkan struktur in situ lebih akurat dan
nyata.(Tomlinson,1995). Beberapa parameter tanah yang dibutuhkan dalam analisis
dan desain antara lain : kekuatan geser (τ), kepadatan relatif (Dr), indeks
kompresibilitas (Cc), dan data gravimetrik-volumetrik seperti porositas (n), rasio air
pori (e), spesifik gravitasi (Gs), berat volume tanah (γb), dan kadar air tanah
(wn).(Bowles, 1988)
Keterbatasan dalam memperoleh undisturbed sample untuk pengujian laboratorium
terutama pada deposit tanah non kohesif, maka parameter tanah seperti kekuatan,
densitas dan kompresibilitas tanah biasanya diuji dengan in situ tests.
2.2.2 Pengujian Tanah In Situ (In situ Test)
In situ test merupakan metode penyelidikan tanah yang proses dan hasilnya dapat
diperoleh langsung dari suatu lokasi tanah yang ditinjau. Pada umumnya tanah
pondasi itu terdiri dari suatu zona pelapukan yang terbentuk di atas batuan dasar
yang segar dan keras. Metode in situ test seringkali digunakan untuk mengetahui atau
menduga suatu struktur geologi tanah yang digunakan sebagai dasar pondasi.
In situ test seringkali digunakan karena mampu memberikan data informasi tanpa
adanya efek gangguan seperti pada boring atau sampling tests. Secara umum metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Tomlinson,1995). SPT dan CPT termasuk pengujian in situ yang berbasis
penetrometer. Penjabaran ringkas jenis pengujian in situ dapat dilihat pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1. Metode In Situ Test dan aplikasi secara umum
S
* In ASCE Conference Use of In Situ Test in Geotechnical Engineering GT SP No.6 (1986) Code : A= Most applicable; B = May be used; C=Least applicable
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.2.3 Cone Penetration Test (CPT)
2.2.3.1Perkembangan Uji Sondir dan Hubungannya Dengan Indonesia
Uji sondir dikembangkan di Negara Belanda pada tahun 1932. Salah satu tokoh
mekanika tanah Belanda yang memimpin perkembangan sondir adalah AS Keverling
Buisman. Pada tahun 1934, Profesor Buisman mendirikan Delft Soil Mechanic
University yang menjadi suatu lembaga mekanika tanah yang terkenal dengan
penelitiannya dan pekembangan yang dilakukannya.
Tahun 1939, Buisman berangkat ke Indonesia untuk bertugas selama satu tahun di
‘de Thecnologi Highschool in Bandung (THB), yaitu suatu universitas teknik yang
kemudian menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB) yang terkenal sampai sekarang.
Setelah terjadi peperangan Eropa, Buisman tidak dapat kembali ke Belanda dan
diberi tugas di daerah Bandung sampai akhir perang Eropa. Sayang, perang juga
mulai di daerah pantai pada bulan Desember 1941 dengan serangan Jepang di Pearl
Harbour di Hawai. Tidak lama juga Indonesia di duduki tentara jepang dan semua
orang Belanda termasuk Buisman, tertahan dan dimasukan “intermment camps”. Dia
meninggal dunia pada tahun 1944. Saat meninggal, usianya masih muda, yaitu 54
dukung tiang pancang. Tiang semacam ini yang banyak ada di Belanda, dipancang
sampai lapisan pasir yang terdapat dibawah lapisan tanah lanau yang lunak. Dengan
demikian, daya dukungnya bergantung terutama pada perlawanan ujung, yang dapat
ditentukan dengan nilai konus saja. Perlawanan gesekan tidak diperhitungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perlawanan gesekan yang di ukur adalah jumlah sepanjang stang.
Dalam penelitian Begemann bahwa makin dalam pengujian makin kecil gesekan
antara stang dan tanah. Oleh karena itu Begemann mengusahakan supaya gesekan
dapat di ukur langsung, yaitu pada setiap kedalaman nilai sondir dapat diukur.
Hasilnya disebut Biconus mekanis yang masih sering di pakai di Indonesia dan
negara-negara lain. Dengan bikonus, gaya hambatan pelekat di ukur pada setiap
kedalaman, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan hambatan total.(
Wesley,2012)
2.2.3.2Peralatan Umum
Piranti CPT yang digunakan dalam pengujian, baik tipe mekanik maupun elektrik
telah ditetapkan dengan standar ASTM D 3441. Dimensi standar yang umumnya
dipakai pada CPT mekanik atau DCPT (Dutch Cone Penetration Test) adalah ujung
konus bersudut 60˚, diameter 35.7 mm, dan luas penampang 10 cm2. Komponen-komponen CPT dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Mesin sondir ringan kapasitas 2,5 ton ditunjukkan pada Gambar 2.1 atau mesin
sondir berat kapasitas 10 ton ditunjukkan pada Gambar 2.2.
b. Seperangkat pipa sondir lengkap dengan batang dalam sesuai dengan kebutuhan
dengan panjang masing-masing 1 (satu) meter.
c. Manometer masing-masing 2 (dua) buah dengan kapasitas :
Sondir ringan 0-50 kg/cm2 dan 0-250 kg/cm2 atau sondir berat 0 -250 kg/cm2 dan 0 - 600 kg/cm2.
d. Konus dan bikonus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Untuk mencapai hasil optimal telah dikembangkan mesin sondir dengan kapasitas
lebih besar dari 10 ton yang dikombinasikan dengan truk seperti terlihat dalam
Gambar 2.3. CPT berkapasitas lebih besar dari 30 ton memungkinkan melakukan
penetrasi lebih baik di daerah berpasir padat (dense sand) serta mampu menjangkau
kedalaman lebih dari 60 meter.
Keterangan :
1. jangkar helisoid
2. rak persneling
3. gear
4. loading head
Gambar 2.1. Alat DCPT kapasitas 2,5 ton dengan penetrometer konus friksi
(Sanglerat,1972)
3
4
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.2.Alat DCPT kapasitas 10 ton
(RMU Testing Equipment,1995)
Gambar 2.3.CPT kapasitas 20 ton dengan kombinasi truk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.2.3.3Tipe Penetrometer CPT
Menurut bentuk dan sifat kerjanya, konus pada CPT dibedakan menjadi dua, yaitu :
konus tunggal (Gambar 2.4.a) dan bikonus (Gambar 2.4.b). Konus tunggal adalah
alat yang mula-mula digunakan untuk mendapatkan nilai qc. Bikonus merupakan
pengembangan dari konus tipe pertama yang dapat digunakan untuk menentukan
nilai qc dan fs (lekatan/friksi) secara bersama. Kedua tipe biasa disebut konus friksi
mekanik, karena alat penetrometer digerakkan secara hidrolis. Tipe konus elektrik
dikembangkan untuk mempermudah dalam aplikasi disertai alat pencatat otomatis.
Gambar alat konus elektrik ditunjukkan pada Gambar 2.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.5. Penetrometer konus-friksi elektrik (ASTM,1997)
2.2.3.4Prosedur Kerja
Langkah-langkah kerja dari pengujian CPT baik mekanik maupun elektrik pada
dasarnya tidak jauh berbeda. Prosedur kerja untuk alat CPT dengan kapasitas 2,5 ton
dapat dilihat dari ilustrasi Gambar 2.6. Langkah pertama pemasangan jangkar
helisoid agar alat kuat menahan reaksi dari tanah. Pada kondisi awal ujung konus
diletakkan di atas tanah dan siap ditekan. Bagian inti didorong/ditekan sehingga
ujung konus masuk ke dalam tanah dengan kecepatan konstan (1–2 cm/detik). Gaya
penahan terukur disebabkan oleh tekanan dasar tanah yaitu ketika ujung konus
ditekan ke bawah saat batang dalam (inner rod) bergerak independen dari pipa sondir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.6. Ilustrasi prosedur kerja alat CPT kapasitas 2.5 ton (Sanglerat, 1972)
Pengukuran awal pada konus friksi sama dengan konus mantel, kemudian lengan
penahan (retaining sleeve) mengikutsertakan selubung friksi, akan didapat nilai
pengukuran kedua yaitu bikonus. Nilai friksi didapat dari hasil pengurangan nilai
bikonus dengan nilai konus. Prosedur ini diulangi dengan interval kedalaman
tertentu. Biasanya dilakukan setiap 0.2 m atau 0.25 m. Selama proses penetrasi, gaya
perlawanan ujung konus dan gaya friksi selubung akan terekam/terukur dalam kertas
kerja.
2.2.3.5Parameter CPT
Hasil pengukuran dari pengujian CPT adalah sebagai berikut :
1) Tahanan konus (Cone Resistance), qc
Tahanan atau perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam
gaya per satuan luas. Nilai qc secara langsung dapat digunakan untuk
mengestimasi nilai relative density, Dr serta nilai undrained strength, cu untuk
tanah kohesi (www.cee.princeton.edu). Secara tidak langsung, nilai qc
digunakan untuk menentukan kapasitas daya dukung ultimit, qult dari suatu
lapisan tanah berdasarkan variasi model dan persamaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2) Tahanan lekat (Friction Resistance ),fs
Perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus (sleeve friction) dalam gaya
persatuan luas. Tahanan lekat didapatkan dari hasil pengurangan nilai bikonus
dan nilai konus.
3) Rasio friksi (Friction Ratio), Rf
Perbandingan tahanan lekat (fs) dengan tahanan ujung (qc), fs / qc yang
dinyatakan dalam persen. Nilai ini secara langsung dapat digunakan untuk
mengestimasi klasifikasi jenis tanah dalam batas yang ditentukan dalam suatu
pengujian. (Bowles, 1988)
2.2.4 Interpretasi Data CPT
Hasil pengujian CPT digunakan untuk menduga jenis lapisan tanah dan
mengevaluasi parameter geoteknik dari suatu lapisan tanah.
a. Identifikasi Karakteristik Tanah
Dalam pengujian CPT ketika konus didorong ke dalam tanah, tekanan yang terjadi di
ujung dari konus merupakan indikasi langsung dari kekuatan dan kekakuan tanah
yang ditinjau. Pengujian yang dilakukan terhadap tanah berkarakteristik pasir padat
akan lebih sulit ditekan daripada tanah dengan karakteristik lempung.
Dalam melakukan identifikasi variasi lapisan tanah terdapat tiga kriteria baik untuk
pasir maupun lempung, yaitu :
1) Pasir
§ Penetrasi konus ke dalam tanah berpasir akan menghasilkan tahanan ujung tinggi. § Penetrasi konus ke dalam tanah berpasir akan menghasilkan friksi rasio rendah.
§ Penetrasi konus ke dalam tanah berpasir akan menghasilkan tekanan pori rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2) Lempung
§ Penetrasi konus ke dalam tanah lempung akan menghasilkan tahanan ujung
rendah.
§ Penetrasi konus ke dalam tanah lempung akan menghasilkan friksi rasio tinggi.
§ Penetrasi konus ke dalam tanah lempung akan menghasilkan tekanan pori tinggi
(permeabilitas rendah).
Contoh pola grafik tahanan ujung (qc) tanah pasir dan lempung dapat dilihat pada
Gambar 2.7.a dan 2.7.b.
a
b
Gambar 2.7.a Pola grafik tahanan ujung (qc) untuk tanah pasir Gambar 2.7.b Pola grafik tahanan ujung (qc) untuk tanah lempung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengidentifikasian tanah secara praktis salah satunya dapat menggunakan
pendekatan yang dikembangkan Schmertmann tahun 1978 yang ditunjukkan pada
Gambar 2.8 di bawah.
Gambar 2.8 Diagram korelasi qc dan Rf Schmertmann untuk Identifikasi Tanah
Brouwer, 2002)
b. Parameter Geoteknik
Parameter kuat geser tanah dijelaskan dari dua jenis tanah yaitu :
Tanah berkohesi (lempung) yang termasuk di dalamnya adalah kekuatan geser tak
terdrainase (undrained shear strength, cu). Hubungan antara konsistensi terhadap
tekanan conus dan undrained cohesion adalah sebanding dimana semakin tinggi nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 2.2. Hubungan antara konsistensi terhadap tekanan conus dan undrained
cohesion (Bowles, 1988)
Konsentrasi tanah
Tekanan Konus qc
(kg/cm
2)
Undrained Cohesion
(T/m
2)
Very Soft
< 2,50
< 1,25
Soft
2,50 - 5,0
1,25 - 2,50
Medium Stiff
5,0 - 10,0
2,50 - 5,0
Stiff
10,00 -20,00
5,0 - 10,0
Very Stiff
20,0 - 40,0
10,0 - 20,0
Hard
> 40,0
> 20,0
Tanah non kohesi/granular (pasir) yang termasuk di dalamnya adalah sudut geser
dalam (internal friction angle, ф). Korelasi antara tahanan kerucut (qc) dan sudut
geser dalam (internal friction angle, ф terlihat pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Korelasi antara tahanan kerucut (qc) dan sudut geserdalam(ф)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.2.5 Konsep Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi yang berfungsi untuk
mengelola data yang berupa informasi keruangan (spasial). Secara umum terdapat
dua jenis data yang digunakan untuk memodelkan suatu objek, yaitu:
1) Jenis data yang mempresentasikan aspek-aspek keruangan dari objek yang
bersangkutan. Jenis data ini sering disebut dengan data posisi, koordinat, ruang
atau spasial.
2) Jenis data yang merepresentasikan aspek-aspek deskriptif dari objek yang
dimodelkan. Aspek deskriptif mencakup items atau properties dari objek yang
bersangkutan hingga dimensi waktunya. Jenis data ini sering disebut dengan data
atribut atau non spasial.
Menurut Prahasta (2001), sub sistem yang ada dalam sistem informasi geografis
adalah:
1) Data Input.
Sub sistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial
serta data atribut dari berbagai sumber serta mengonversi format-format data asli
kedalan format yang digunakan oleh SIG.
2) Data Output.
Sub sistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran basis data, baik dalam
bentuk softcopy maupun hardcopy seperti tabel, grafik dan peta.
3) Penyimpanan Data (Manajemen Data).
Sub sistem ini mengorganisasikan data spasial dan data atribut ke dalam sebuah
basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diperbaharui (update)
maupun diedit.
4) Manipulasi dan Analisis Data.
Sus sistem ini menentukan informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG dan
melakukan manipulasi serta pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ArcGIS merupakan salah satu aplikasi perangkat lunak sistem informasi geografis
yang dikembangkan oleh Environmental Systems Research Institute (ESRI). Dalam
penelitian ini menggunakan perangkat lunak ArcGIS Versi 9.2. Didalam ArcGIS
terdapat ArcMap dan ArcCatalog. ArcMap adalah jendela untuk membuat,
meng-edit, menganalisis, dan manajemen sistem informasi geografis. Sedangkan
ArcCatalog adalah jendela untuk mengelola dan mengatur semua informasi dari
sistem informasi geografis. Gambar Jendela Awal ArcMap dan ArcCatalog
ditunjukkan pada Gambar 2.10 dan 2.11.
Gambar 2.10. Jendela awal ArcMap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Suatu model aplikasi dari perangkat lunak ArcGIS memerlukan kerjasama seluruh
sub sistem yang ada. Data-data yang diperlukan dimasukkan oleh User atau
pengguna kemudian hardware/mesin komputer akan melakukan analisis dan
manipulasi data menggunakan perangkat lunak ArcGIS dan menyimpannya apabila
diperlukan sehingga menghasilkan output data sesuai dengan kebutuhan user. Sistem
informasi geografis menampilkan obyek geografis dalam bentuk peta yang memuat
beberapa informasi atau data spasial yang masing-masing ditampilkan dalam bentuk
layer per layer. Berikut ini adalah contoh beberapa layer data spasial dalam ArcGIS
pada Gambar 2.12.
Gambar 2.12. Contoh beberapa layer data spasial dalam ArcGIS
(Sumber: What is ArcGIS)
Beberapa sistem pendukung didalam perangkat lunak ArcGIS yang diperlukan dalam
melengkapi informasi geografis dapat dilihat pada Gambar 2.11.
Gambar 2.13. Sistem pendukurng informasi geografis dalam ArcGIS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sistem Pendukung Informasi Geografis terdiri dari 3 elemen yaitu: goedatabase,
geoprocessing, dan geovisualization yang masing-masing mempunyai fungsi yang
berbeda yaitu:
2.2.5.1Geodatabase.
Geodatabase adalah sistem manajemen database yang berisi kumpulan data-data
spasial yang mempresentasikan informasi geografis, dari model data SIG yang umum
seperti raster, topologi, dan jaringan. Sub sistem ini dijalankan di ArcCatalog. Model
representasi permukaan bumi dalam SIG ada dua macam yaitu data vektor dan raster.
a. Model Data Vektor.
Model data vektor adalah model data berbasis koordinat yang menampilkan,
menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis,
dan bidang. Sebagian besar aplikasi pemetaan digital dilakukan dalam format
data vektor karena memiliki keuntungan menghasilkan ukuran file yang lebih
kecil dibandingakn dengan data raster. Definisi titik, garis dan bidang dalam
ArcGIS adalah:
1) Titik (point).
Titik adalah representasi obyek tidak berdimensi dan merupakan sepasang
koordinat x,y. Titik merepresentasikan obyek yang terlalu kecil untuk
ditampilkan sebgaia garis atau poligon dalam skala peta tersebut. Contoh
data yang ditampilkan sebagai titik antara lain: gedung, bandara, ibu kota,
dan lain-lain.
2) Garis (line).
Garis adalah representasi obyek satu dimensi yang memiliki panjang dan
arah tetapi tidak memiliki luasan dan menghubungkan minimal dua pasang
koordinat x,y. Garis merepresentasikan obyek yang terlalu kecil untuk
ditampilkan sebagai poligon dalam skala peta tersebut atau obyek yang
tidak memiliki luas tetapi membentuk batas dari poligon. Contoh data yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3) Bidang (polygon).
Bidang/poligon adalah representasi obyek dua dimensi yang memiliki
minimal tiga sisi yang merepresentasikan luasan. Contoh data yang
ditampilkan sebagai luasan antara lain: wilayah administrasi, lautan, dan
lain-lain.
Gambar 2.14. Data spasial dalam bentuk titik, garis, dan poligon
(Sumber: What is ArcGIS)
b. Model Data Raster.
Model data raster adalah model data berupa array dua dimensi atau sel dimana
setiap selnya memiliki nilai. Selain itu tinggi dan lebar setiap sel adalah sama.
Nilai sel di dalam setiap model data raster dapat merepresentasikan empat tipe
data yaitu nominal data, ordinal data, interval data, dan ratio data.
Geodatabase memiliki beberapa tipe data penyusun antara lain feature dataset,
feature class, table, relationship class, topology, geometric network, survey
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.15. Tipe data penyusun geodatabase
(Sumber: What is ArcGIS)
1) Feature Dataset.
Feature dataset merupakan kumpulan dari feature class yang memiliki
referensi spasial yang sama. Di dalam penelitian ini feature dataset dibagi
ke dalam 3 jenis yaitu administrasi, jalan dan jembatan.
2) Feature Class.
Feature class merupakan objek spasial yang berbentuk titik, garis, maupun
poligon dan bereferensi spasial yang sama. Di dalam penelitian ini feature
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id spasial garis) dan batas administrasi (objek spasial poligon). Semua data
yang ada di dalam kelompok ini merupakan data geografi.
3) Table.
Table merupakan kumpulan data dalam bentuk baris dan kolom (tabel).
Table adalah salah satu unsur geodatabase yang tidak bereferensi geometri
dan spasial. Fungsi dari table adalah memberikan input data pada
geodatabase selain objek spasial.
4) Relationship Class.
Relationship class merupakan penghubung objek dari feature class atau
tabel ke objek di feature class atau table lain. Relationship class di dalam
ArcGIS ada 3 macam yaitu one to one, one to many, dan many to many.
Masing-masing objek dihubungkan satu dengan yang lainnya
menggunakan foreign key dan primary key. Kedua key tersebut harus
memiliki karakteristik yang sama sehingga dapat saling terkoneksi satu
dengan yang lain.
5) Topology.
Topology merupakan pendefinisian secara matematis yang menerangkan
hubungan relatif antara objek yang satu dengan objek yang lain. Dalam
ArcGIS, topology didefinisikan oleh user sesuai dengan karakteristik data
seperti titik, garis, maupun poligon. Setiap karakteristik data tertentu
memiliki rule (aturan) tertentu. Rule tersebut secara default telah
disediakan oleh perangkat lunak ArcGIS. Sebagai contoh untuk objek titik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a) Titik harus berada di dalam poligon (must be properly inside polygons).
Gambar 2.16. Aturan topologi titik must be properly inside polygons
(Sumber: Topology Rules Poster)
b) Titik harus berada di dalam garis (must be covered by line).
Gambar 2.17. Aturan topologi titik must be covered by line
(Sumber: Topology Rules Poster)
Untuk objek tipe garis aturan umum yang diberlakukan adalah:
a) Antar objek tidak boleh saling tumpang-tindih (must not overlap).
Gambar 2.18. Aturan topologi garis must not overlap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b) Antar poligon tidak boleh saling memotong (must not have gaps).
Gambar 2.19. Aturan topologi garis must not intersect
(Sumber: Topology Rules Poster)
Sedangkan objek tipe poligon aturan umum yang diberlakukan adalah:
a) Antar poligon tidak boleh saling tumpang-tindih (must not overlap).
Gambar 2.20. Aturan topologi poligon must not overlap
(Sumber: Topology Rules Poster)
b) Antar poligon tidak boleh ada celah (must not have gaps).
Gambar 2.21. Aturan topologi poligon must not have gaps
(Sumber: Topology Rules Poster)
6) Geometric Network.
Geometric network merupakan aturan untuk mengatur hubungan antar fitur
didalam satu set feature class. Contoh penerapan dari elemen ini adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7) Survey Dataset.
Survey dataset terdiri atas pengukuran survei yang digunakan dalam
perhitungan koordinat yang terhubung dengan geometri feature dalam
survey-aware feature classes.
8) Raster Dataset.
Raster Dataset terdiri atas objek spasial raster yang merepresentasikan
fenomena geografis.
Geoprocessing Tools merupakan kumpulan dari proses aliran data dan
pekerjaan untuk melakukan manajemen, analisis, dan pemodelan data.
Terdapat 3 tipe dari geodatabase, yaitu:
a. File Geodatabase.
b. Personal Geodatabase.
c. ArcSDE Geodatabase.
Langkah dasar dalam mendesain geodatabase yaitu:
a. Membuat model dari data yang ditinjau.
b. Mendefinisikan objek dan hubungannya (relationship).
c. Memilih model geografi dari objek tersebut.
d. Memasukkan data ke dalam elemen geodatabase.
e. Mengorganisasikan struktur geodatabase.
Dalam penelitian ini tipe geodatabase yang dipergunakan adalah personal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
personal geodatabase menyimpan data dalam bentuk file Microsoft Access
sehingga memungkinkan pengguna aplikasi berbasis Microsoft Access untuk
mengakses file tersebut.
2.2.5.2Geoprocessing.
Geoprocessing merupakan sekumpulan tool pengubah informasi yang dapat
menghasilkan informasi geografis baru dari kumpulan data yang sudah ada. Sub
sistem ini dijalankan dalam ArcMap yang dilengkapi dengan ArcToolbox.
2.2.5.3Geovisualization.
Geovisualization merupakan kemampuan dari ArcGIS untuk memperlihatkan
data-data spasial beserta hubungan antar data-data spasial tersebut yang merupakan
representasi dari permukaan bumi dalam berbagai bentuk digital seperti peta
interaktif, tabel dan grafik, peta dinamis, dan skema jaringan. Sub sistem ini
dijalankan dalam ArcMap.
Sistem informasi geografis selalu berkaitan dengan 2 hal, yaitu referensi geografis
dan skala. Adapun penjabaran kedua hal tersebut yaitu:
a. Referensi Geografis.
Referensi geografis merupakan syarat mutlak bagi data spasial di dalam sistem
informasi geografis agar bisa digambarkan dengan tepat. Eddy Prahasta (2002)
menyebutkan bahwa referensi geografis terdiri dari beberapa hal, antara lain:
1) Datum.
Datum adalah besaran atau konstanta yang bertindak sebagai referensi atau
dasar untuk hitungan besaran-besaran lainnya. Ada beberapa jenis datum
antara lain datum lokal, datum regional, dan datum global. Saat ini datum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2) Sistem Proyeksi.
Sistem proyeksi adalah konversi matematika yang digunakan untuk membuat
lengkungan bumi (elipsoid 3 dimensi) menjadi gambar pada bidang datar (2
dimensi). Setiap proyeksi peta akan membuat distorsi pada jarak, luasan,
bentuk dan arah. Untuk itu diperlukan konversi matematika agar jarak, luasan,
bentuk dan arah di dunia dengan di peta setelah diproyeksi.
Gambar 2.22. Sistem Proyeksi (Sumber: Using ArcGIS Desktop)
Di Indonesia sistem yang telah dibakukan atau digunakan oleh
BAKOSURTANAL adalah UTM (Universal Transvers Mecator). Awaludin,
Nur (2010) menyebutkan proyeksi UTM digunakan karena kondisi geografis
negara Indonesia membujur di sekitar garis khatulistiwa atau garis lingkar
equator dari barat sampai ke timur yang relatif seimbang. Dengan proyeksi
UTM distorsi yang dihasilkan bisa minimal. Proyeksi UTM membagi
permukaan bumi menjadi 60 bagian yang disebut zona UTM. Setiap zona
dibatasi oleh meridian selebar 60 dan memiliki meridian tengah sendiri. Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zona UTM yaitu mulai zona 46 sampai 54.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3) Sistem Koordinat.
Sistem koordinat adalah pernyataan besaran geometrik yang menentukan
posisi satu titik dengan mengukur besar vektor terhadap satu posisi acuan
yang telah didefinisikan. Sistem koordinat yang digunakan dalam sistem
proyeksi UTM adalah sistem koordinat kartesian. Setiap zona UTM memiliki
sistem koordinat tersendiri dengan titik nole sejati pada perpotongan antar
meridian sentralnya dengan equator. Untuk menghindari nilai negatif,
meridian tengah diberi nilai awal absis (x) 500.000 meter sedangkan pada
ordinat (y) 10.000.000 meter.
b. Skala.
Skala adalah perbandingan antara ukuran di peta dengan ukuran yang sebenarnya
di bumi. Skala besar jika memiliki bilangan pembagi yang kecil, sedangkan skala
yang kecil bila bilangan pembaginya besar. Semakin besar skala semakin baik
ketelitiannya. Skala bisa digambarkan dalam bentuk skala fraksi atau skala grafis.
2.2.5.4Kriging
Kriging adalah suatu metode geostatika yang memanfaatkan nilai spasial pada lokasi
tersempel dan variogram untuk memprediksi nilai dari lokasi lain yang belum
dan/atau tidak ada dimana nilai prediksi tersebut tergantung pada kedekatannya
terhadap lokasi sampel. Pada penerapanya, kriging di bawah asumsi kestasioneran
dalam rata-rata dan varians (σ2), sehingga jika asumsi kestasioneran tersebut
dilanggar maka kriging menghasilkan nilai yang kurang presisif. Selain itu,
sebagaimana pada metode analisis data non-spasial (cross-sectional, time series,
panel, dll), kriging juga dapat menghasilkan nilai kurang presisif jika diantara data
yang ada terdapat pencilan (outlier). Outlier didefinisikan sebagai nilai yang ekstrim
dari nilai amtan lainnya yang kemungkinan dapat disebabkan oleh kesalahan
pencatatan, kalibrasi alat yang tidak tepat atau kemungkinan lainya. Ada beberapa
model kriging yang umum digunakan diantaranya adalah ordinary kriging dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id lanjut, pengembangan ordinary kriging adalah robust kriging yang mentrasformasi
bobot pada variogram klasik sehingga menjadi variogram robust terhadap outlier.
Nilai interpolasi kriging Z (x0) dari bidang acak Z (x) (misalnya elevasi Z dari suatu
daerah sebagai fungsi dari x lokasi geografis) di lokasi pengamatan zi = Z (xi) , i =
1, ..., n medan acak pada lokasi terdekat x
1, …, xn. kriging menghitung estimator
terbaik berisi linier Ź (x0) dari Z (x0) berdasarkan model stokastik dari
ketergantungan spasial di ukur baik dengan variogram γ (x,y) atau dengan ekspektasi µ (x) = E [Z (x)] dan fungsi kovarians c (x,y) dari bidang acak. Formula
Kriging disusun oleh kombinasi linier
Ź (x0) = ∑ni 1 ωi⽰X0 Z⽰Xi ………...(1)
Dari nialai-nilai yang diamati zi = Z(xi) dengan bobot wi(x0), i = 1,…, n dipilih
bahwa varians (disebut juga varians kriging atau kesalahan kriging):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di wilayah Kota Surakarta.
3.2.Sumber Data
3.2.1 Data Utama
Data utama berupa data-data CPT yang diambil dari Lab. Mekanika Tanah Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
3.2.2 Data Pendamping
Data pendamping berupa peta-peta antara lain :
a. Peta Digital RBI Wilayah Surakarta nomor lembar peta 1408-343
b. Peta Geologi Teknik Daerah Surakarta skala 1: 25.000 produksi Direktorat
Geologi Tata Lingkungan edisi 1989
c. Peta Kontur Surakarta skala 1:5000 dari PDAM Surakarta
d. Peta Pariwisata Surakarta 1:12.500
3.3.Langkah Penelitian
a. Kompilasi Data
Kompilasi atau mengumpulkan data dari Lab. Mekanika Tanah Teknik Sipil
UNS berupa data-data CPT hasil pengujian. Data-data lain yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Sortir Data
Melakukan penyortiran terhadap data CPT yang pernah dilakukan di wilayah
kota Surakarta. Data dipilih berdasarkan alamat lokasi proyek yang jelas.
c. Identifikasi Lokasi
Melakukan identifikasi awal terhadap lokasi data CPT. Data-data CPT yang
digunakan hanya data yang lokasinya telah teridentifikasi.
d. Editing Peta
Langkah selanjutnya adalah mengubah (editing) peta digital RBI dengan
menetapkan batas-batas administrasi wilayah kota Surakarta sehingga terbentuk
peta kota Surakarta beserta dengan unsur-unsur peta antara lain jalan, sungai,
kontur, titik tinggi dan bangunan penting.
e. Analisis Data
Analisis data CPT yang dilakukan adalah :
1)Menentukan kedalaman lapisan tanah keras rata-rata
Kedalaman tanah keras dari titik yang ditinjau didapatkan mengamati grafik
atau tabel. Langkah selanjutnya adalah mencari nilai kedalaman tanah keras
rata-rata berdasarkan nilai qc 250 kg/cm2 dari beberapa titik pengujian yang berada dalam satu lokasi proyek. Pengambilan kedalaman qc rata-rata adalah
dengan mengambil nilai qc terdalam.
2)Menentukan koordinat lokasi dengan alat GPS dan Google Earth.
Penelitian ini memerlukan data berupa titik lokasi, maka diperlukan survei
penentuan koordinat dari lokasI CPT. Salah satu metode yang sekarang lazim
digunakan adalah dengan penitikan lokasi menggunakan GPS. Global
Positioning System (GPS) adalah suatu sistem radio navigasi penentuan posisi
dengan menggunakan satelit. GPS dapat memberikan posisi suatu objek di
muka bumi dengan akurat dan cepat (tiga dimensi koordinat x, y, z) dan
memberikan informasi waktu serta kecepatan bergerak secara kontinyu di
seluruh dunia. Satelit GPS mempunyai konstelasi 24 satelit dalam enam orbit
yang mendekati lingkaran. Setiap orbit ditempati oleh 4 buah satelit dengan
interval antara yang tidak sama. Orbit satelit GPS berinklinasi 550 terhadap bidang equator dengan ketinggian rata-rata dari permukaan bumi sekitar 20.200
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3)Menentukan elevasi muka tanah lokasi
Menentukan elevasi permukaan tanah lokasi CPT berdasarkan koordinat lokasi
tersebut kemudian di plot pada peta. Kemudian dilakukan interpolasi kontur
kota Surakarta, hasil koordinat dari GPS yang telah di plot di peta akan
bersinggungan dengan kontur yang telah di interpolasi dengan bantuan fasilitas
ArcGIS yaitu 2D analyst dan 3D analyst (Topo to Raster).
f. Plotting Data
Plotting data adalah proses memasukkan lokasi data-data CPT ke dalam peta
dasar (base map) yang dibangun dari peta digital Rupa Bumi Indonesia.
Data-data CPT yang telah terkumpul diidentifikasi sesuai lokasi atau alamat kemudian
diplot ke dalam peta dasar dengan menggunakan simbol dan warna tertentu.
Contoh plotting data dapat dilihat pada Gambar 3.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
g. Desain Tampak Atas dan Cross Section
Mendesain tampak atas dan cross section dalam dua arah yaitu, arah
utara-selatan dan arah barat-timur. Untuk contoh desain tampak atas dan cross section
dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan 3.2.
Gambar 3.2 Contoh desain tampak atas
Gambar 3.3 Contoh desain cross section
Langkah-langkah penelitian ini dapat disederhanakan dengan bagan alir seperti yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1. Letak dan Batas Daerah Penelitian
a. Letak Astronomis
Berdasarkan peta rupa bumi lembar Surakarta (1408-343), daerah penelitian secara
astronomis terletak di antara 9168424 mU – 9160415 mU dan 485583 mT- 474430
mT atau 110° 45’ 15”dan 110° 45’ 35” Bujur Timur dan antara 7°36’ dan 7° 56’
Lintang Selatan.
b. Letak dan batas administrasi
Secara administratif, daerah penelitian yaitu kabupaten Surakarta termasuk dalam
propinsi Jawa Tengah. Batas administrasi Daerah penelitian adalah sebagai berikut:
Batas-batas administrasi :
Ø Sebelah Utara : Boyolali
Ø Sebelah Timur : Karanganyar
Ø Sebelah Selatan : Sukoharjo
Ø Sebelah Barat : Boyolali
Kota Surakarta terbagi menjadi lima kecamatan, yaitu: Kecamatan Laweyan.,
Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon., Kecamatan Jebres., Kecamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4.2.
Data CPT Laboratorium Mekanika Tanah
Data-data CPT yang diambil dan diplot adalah data-data yang berlokasi dalam
wilayah Kota Surakarta yang telah teridentifikasi lokasinya. Data-data lokasi proyek
yang tersimpan di Lab. Mekanika Tanah Fakultas Teknik UNS ditunjukkan pada
Tabel 4.1. sebagai berikut :
Tabel 4.1. Jumlah lokasi data pengujian CPT di Lab. Mekanika Tanah Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Lokasi Data Jumlah
Lokasi data CPT di Kota Surakarta 1987-2011 270
Lokasi data CPT yang diplot dalam peta 132
(Lab.Mektan FT UNS)
Data-data CPT yang tidak masuk dalam peta mempunyai jumlah yang cukup
signifikan, hal itu disebabkan kurang atau tidak adanya pencantuman alamat suatu
lokasi proyek secara jelas. Data sondir yang dianalisis berupa grafik hasil pengujian
CPTyang memuat variabel nilai tahanan konus, qc , nilai tahanan lekat, fs, dan nilai
kedalaman (depth). Mesin CPT yang dipakai oleh Lab. Mekanika Tanah Teknik Sipil
mempunyai manometer dengan skala ukuran (gauge scale) sebesar 250 kg/cm2 sebagai penentuan kedalaman tanah keras.
4.3.
Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah data-data CPT terkompilasi serta lokasi data telah
teridentifikasi. Analisis data dalam penelitian ini diperlukan untuk mengetahui
parameter yang dibutuhkan dalam proses pemetaan seperti kedalaman tanah keras
rata-rata, posisi lokasi dan elevasi muka tanah. Langkah analisis data dijelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4.3.1 Penentuan Kedalaman Tanah Keras Rerata
Salah satu hasil rekapitulasi pengujian CPT oleh Lab. Mektan FT UNS serta
grafiknya yang dilakukan di lokasi proyek Pembangunan SMP Muhammadiyah I
Surakarta pada tanggal 2 Agustus 2007 ditunjukkan oleh Tabel 4.2 dan Gambar 4.2.
Kedalaman tanah keras dari titik yang ditinjau didapatkan mengamati grafik atau
tabel. Langkah selanjutnya adalah mencari nilai kedalaman tanah keras rata-rata
berdasarkan nilai qc 250 kg/cm2 dari beberapa titik pengujian yang berada dalam satu lokasi proyek. Pengambilan kedalaman qc rata-rata adalah dengan mengambil nilai
qc terdalam.
Tabel 4.2.a Contoh hasil rekapitulasi pengujian CPT di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
S1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Conus Biconus Friction HL = Total Local
No. Depth ( qc ) (H) (qf) (H-qc)xD/A HT = SHL Friction
Conus Biconus Friction HL = Total Local
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 4.2.a Grafik hasil pengujian S1 di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
`
Gambar 4.2.c Grafik hasil pengujian S3 di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta
Gambar 4.3. Sketsa posisi titik-titik sondir di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta 0
1
2
3
4
5
6
0 50 100 150 200 250
D
e
p
th
(
m
)
conus (kg/cm2) local friction *10 (kg/cm2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4.3.2 Penentuan Lokasi Data CPT
a. Identifikasi Awal
Peta pariwisata kota Surakarta digunakan untuk mengidentifikasi secara umum
lokasi-lokasi yang mudah dikenali seperti bank, sekolah, tempat ibadah, bangunan
penting dan lain-lain.
b. Bantuan Alat GPS
Melakukan survey lapangan ke lokasi-lokasi yang telah diidentifikasi dengan
bantuan alat GPS. Output dari alat GPS dalam penelitian ini adalah koordinat
UTM.
4.3.3 Pembuatan Layer Berdasarkan Data CPT
Layer baru berdasarkan data CPT diolah dengan menggunakan bantuan perangkat
lunak pemetaan ArcGIS 9.2. Langkah pembuatan layer atau tema baru dijelaskan
sebagai berikut :
1. Data Spasial CPT
Data spasial CPT dibuat dengan memasukkan titik survei CPT. Titik-titik CPT
tersebut dibuat dengan memasukkan koordinat titik yang diperoleh pada saat survei
CPT dilakukan. Adapun langkah dalam pembuatan data spasial CPT adalah sebagai
berikut:
a. Titik-titik koordinat yang telah diperoleh dari survei kemudian disimpan dalam
file dengan menggunakan microsoft excel. Kemudian data berformat excel
tersebut dimasukkan kedalam lembar kerja ArcGIS dengan memilih tools–add xy
data. Kemudian di export ke dalam shapefile dengan export data–to shapefile
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 4.4. Titik-Titik CPT Kota Surakarta.
b. Setelah itu melengkapi data CPT berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Bina Marga Kota Solo, dengan mengaktifkan toolbar editing kemudian buka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 4.5. Attribute Table dari data spasial CPT Kota Surakarta.
2. Penentuan Ketinggian Permukaan
Ketinggian permukaan tanah atau kontur yang muncul sebagai salah satu variabel
dalam cross section didapatkan dengan cara interpolasi interval kontur. Gambar 4.6
menunjukkan kontur wilayah kota Surakarta, kontur dibagi atas beberapa
ketinggian garis kontur yaitu hijau tua 125 m, hijau muda 112,5 m, orange 106,5 m,
merah 100 m, kuning 93,75 m, dan jingga 87,5 m. Pada Gambar 4.7 menunjukkan
hasil DEM 10X10. Kontur bayangan didapatkan dari hasil interpolasi menggunakan
fasilitas ArcGIS yaitu 2D analyst dan 3D analyst (Topo to Raster) dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id