TUGAS PENGEMBANGAN LAHAN BASAH
KARAKTERISTIK LAHAN BASAH
KELOMPOK I:
1. Isdiyanto (1107136055)
2. Gustina Gultom (1207121336)
3. Oki suandi (1207154410)
TEKNIK SIPIL S-1
KARAKTERISTIK LAHAN BASAH
A. Pengertian Lahan Basah
Lahan basah atau wetland adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen atau musiman. Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadang-kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal. Lahan basah di antaranya adalah rawa-rawa (termasuk rawa bakau), paya, dan gambut. Air yang menggenangi lahan basah dapat tergolong ke dalam air tawar, payau atau asin. Lahan basah digolongkan baik ke dalam bioma maupun ekosistem. Lahan basah dibedakan dari perairan dan juga dari tataguna lahan lainnya berdasarkan tingginya muka air dan juga tipe vegetasi yang tumbuh di atasnya. Lahan basah dicirikan oleh muka air tanah yang relatif dangkal, dekat dengan permukaan tanah, pada waktu yang cukup lama sepanjang tahun untuk menumbuhkan hidrofita, yakni tetumbuhan yang khas tumbuh di wilayah basah.
Menurut Konvensi Ramsar, lahan basah adalah area rawa, lahan gambut atau air, baik alami atau buatan, permanen atau sementara, dengan air yang statis atau mengalir, segar, payau atau asin, termasuk area air laut dengan kedalaman saat surut tidak melebihi enam meter.
Gambar 1. Lahan basah
Sumber: Wikipedia.com
B. Karakteristik lahan basah
Lahan basah digolongkan baik ke dalam bioma maupun ekosistem. Lahan basah dibedakan dari perairan dan juga dari tataguna lahan lainnya berdasarkan tingginya muka air dan juga tipe vegetasi yang tumbuh di atasnya. Lahan basah dicirikan oleh muka air tanah yang relatif dangkal, dekat dengan permukaan tanah, pada waktu yang cukup lama sepanjang tahun untuk menumbuhkan hidrofita, yakni tetumbuhan yang khas tumbuh di wilayah basah. Lahan basah juga kerap dideskripsi sebagai ekoton, yakni wilayah peralihan antara daratan dan perairan.Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadang-kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal. Digolongkan ke dalam lahan basah ini, di antaranya, adalah rawa-rawa (termasuk rawa bakau), paya, dan gambut. Air yang menggenangi lahan basah dapat tergolong ke dalam air tawar, payau atau asin.
Beberapa tipe lahan basah yaitu Rawa, paya, gambut, hutan mangrove serta lahan basah buatan. Suatu lahan dapat disebut lahan basah jika memenuhi salah satu atau lebih dari tiga kondisi berikut :
Pertama, secara periodik terdapat tanaman air.
Kedua, merupakan areal yang cukup basah dalam jangka waktu yang lama.
C. Jenis-jenis lahan basah C.1. Lahan basah alami C.1.1 Gambut
Gambut berasal dari timbunan bahan organik yang terbentuk secara alami dari pelapukan vegetasi tumbuhan. Pelapukan ini terjadi karena suasana anaerob dan basah dalam waktu yang lama. Berdasarkan tingkat kematangannya, gambut terbagi atas tiga jenis yaitu gambut matang (saprik), gambut setengah matang (hemik) dan gambut mentah (fibrik). Gambut saprik memiliki karakteristik melapuk lanjut dan berwarna kecoklatan tua sampai hitam sedangkan gambut hemik masih setengah lapuk berwarna kecoklatan dan gambut fibrik belum lapuk dan masih bisa dikenali bahan aslinya (Permen No.14 Tahun 2009).
Karakteristik dari lahan gambut dapat ditentukan berdasarkan sifat fisik dan kimianya. Sifat Fisik dan kimia tersebut berupa:
Warna. Gambut berwarna coklat tua sampai kehitaman, meski bahan dasarnya berwarna kelabu, cokelat atau kemerah-merahan, tetapi setelah mengalami dekomposisi muncul senyawa humik berwarna gelap;
Berat isi. Berat isi tanah organik bila dibandingkan tanah mineral adalah rendah. Tanah gambut yang telah mengalami dekomposisi lanjut memiliki berat isi berkisar antara 0,2 – 0,3;
Kapasitas menahan air. Akibat berat isi yang rendah, maka gambut memiliki kapasitas menyimpan air yang besar, sekitar 2 – 4 kali dari berat bobot keringnya, bahkan gambut lumut yang belum terdekomposisi dapat menyimpan air 12 atau 15 bahkan 20 kali dari bobotnya sendiri;
Sifat kolidal. Tanah gambut memiliki luas adsorbsi yang besar, yaitu sampai 4 kali lebih besar dibanding liat montmorillonit;
Reaksi masam. Dekomposisi bahan organik akan akan menghasilkan asam-asam organik yang terakumulasi pada tubuh tanah, sehingga akan meningkatkan keasaman tanah gambut;
tanah gambut membutuhkan lebih banyak kapur untuk menaikkan pH pada tingkat nilai yang sama dengan tanah mineral. Begitupun tanah gambut membutuhkan dosis pupuk yang lebih tinggi dari tanah mineral;
Gambar 2. Gambut
Sumber: Wikipedia.com
C.1.2 Rawa
Rawa- rawa disebut juga dengan rawa adalah daerah rendah yang tergenang air. Pada umumnya permukaan air rawa selalu di bawah lapisan atmosfer bumi atau setara dengan permukaan air laut, sehingga airnya selalu menggenang dan permukaan airnya selalu tertutup oleh tumbuhan- tumbuhan air. Pengertian lain dari rawa adalah lahan yang tergenang oleh air secara ilmiah dan terjadi secara terus menerus atau terjadi secara musiman yang diakibatkan karena drainase yang terhambat serta mempunyai ciri- ciri khusus secara fisika, secara kimiawi, dan juga secara biologis. Ada pula definisi tentang rawa lainnya yakni tanah berlumpur yang terbuat secara alami, atau dengan cara mencampurkan air tawar dan juga air laut yang dilakukan secara permanen maupun sementara, termasuk juga daerah laut yang kedalaman airnya kurang dari 6 meter.
kita merupakan rang yang awam dengan kenampakan- kenampakan alam yang ada di bumi ini, pastilah kita akan mudah tertipu antara rawa dengan sungai ini. Namun jika kita serigkali mengamati kenampakan- kenampakan alam bumi ini maka kita tidak akan mudah tertipu. Rawa ini mempunyai beberapa ciri khusus yang membedakannya dengan sungai.
Beberapa karakteristik khusus dari rawa antara lain:
Dilihat dari segi air, rawa memiliki air yang asam dan berwarna coklat, bahkan sampai kehitam- hitaman.
Berdasarkan tempatnya, rawa- rawa ada yang terdapat di area pedalaman daratan, namun banyak pula yang terdapat di sekitar pantai.
Air rawa yang berada di sekitar pantai sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya iar laut.
Ketika air laut sedang pasang, maka permukaan rawa akan tergenang banyak, sementara ketika air laut surut, daerah ini akan nampak kering bahkan tidak ada air sama sekali. (baca : manfaat pasang surut air laut)
Rawa yang berada di tepian pantai banyak ditumbuhi oleh pohon- pohon bakau, sementara rawa yang berada di pedalaman banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon palem atau nipah.
Gambar 3: Rawa
Dari segi kandungan airnya ini rawa- rawa dibedakan menjadi tiga macam yakni:
1. Rawa air tawar
Rawa air tawar ini merupakan rawa yang airnya tawar dan airnya tidak mengalami pergerakan. Rawa yang demikian ini biasanya terdapat di area hutan-hutan dengan lokasinya dekat dengan aliran sungai. Air rawa jenis ini mempunyai sifat asam dikarenakan banyak sisa- sisa jasad makhluk hidup yang membusuk. 2. Rawa air asin
Rawa yang memiliki air asin biasanya terdapat di sekitar pantai. Pada jenis rawa ini, air dapat mengalami pergerakan sehingga terjadi pergantian air. Hal ini terjadi karena adanya gelombang laut pasang yang merendam sebagian atau seluruh kawasan rawa. Air rawa jenis ini biasanya tidak terlalu asam seperti jenis rawa yang pertama.
3. Rawa air payau
Rawa air payau ini merupakan rawa yang memiliki air yang bercampur dari air tawar dan juga air asin. Rawa yang seperti ini biasanya berada di dekat muara sungai dan air rawa ini dapat mengalami pergerakan, sehingga airnya dapat mengalami pergantian. Sama seperti rawa air asin, rawa jenis ini biasanya airnya tidak terlalu asin.
C.1.3 Hutan mangrove
Hutan mangrove merupakan hutan didominasi atau hampir semuanya pepohonan mangrove atau pepohonan bakau. Hutan mangrove berada di lingkungan perairan payau dan sangat dipengaruhi okeh keberadaan pasang surut air laut. Kekhasan ekosistem hutan mangrove adanya pelumpuran di wilayah hutan tersebut. Ciri ciri Hutan Mangrove
Beberapa karakteristik atau ciri- ciri yang dimiliki oleh hutan mangrove ini antara lain adalah sebagai berikut:
Tumbuh di kawasan perairan payau, yakni perairan yang terdiri atas campuran air tawar dan air asin
Sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut
Keberadaannya terutama di daerah yang mengalami pelumpuran dan juga terjadi akumulasi bahan organik
Jenis tanahnya berlumpur, berlempung, atau berpasir dengan bahan-bahan yang berasal dari lumpur, pasir, atau pecahan karang.
Indonesia memiliki hutan bakau terluas di dunia, kemudian disusul Nigeria, Meksiko, dan Australia. Menurut perkiraan, luas hutan bakau di Indonesia mencapai 4,25 juta hektare (Giesen, 1993). Sekarang luas tersebut sudah mengalami penyusutan akibat berbagai alih fungsi lahan menjadi lahan pertambakan, pertanian, dan permukiman. Hutan bakau terluas di Indonesia terdapat di Papua (58%), Sumatra (19%), dan Kalimantan (16%).
Gambar 4. Hutan Mangrove
Sumber: Wikipedia.com
C.1.4 Paya
terna sejenis bakung, teratai dan sebangsanya. Lingkungan paya mungkin digenangi oleh air tawar, payau atau asin. Paya bisa jadi wilayah ekoton (peralihan) antara danau, sungai dan hutan rawa air tawar.
Wilayah yang berpaya-paya ini seringkali kaya akan jenis-jenis ikan, sehingga menjadi habitat yang penting bagi pelbagai margasatwa, terutama burung-burung merandai, bebek liar serta angsa liar. Juga berjenis-jenis buaya dan reptil lainnya seperti ular sanca dan anakonda.
Gambar 5. Paya
Sumber: Wikipedia.com
C.2 Lahan basah buatan
tambang. Pembangunan lahan basah bautan sebagai ekosistem baru dapat memberikan kesempatan baru untuk mencegah kepunahan serta meningkatkan populasi suatu jenis flora dan fauna. Sebagai contoh pembangunan kolam dapat memberikan keempatan berbagai jenis tumbuhan dan hewan air seperti teratai, ikam dan katak untuk berkembang biak.
Klasifikasi Habitat Lahan Basah Buatan :
1. Klasifikasi habitat lahan basah buatan berdasarkan Sistem Klasifikasi Ramsar (Ramsar Convention on Wetlands, The, 2004):
a. Kolam budidaya organisme air (misalnya: ikan dan udang).
b. Kolam; termasuk kolam-kolam pertanian, kolam bibit, dan tangki-tangki air berukuran kecil (umumnya di bawah 8 Ha).
c. Lahan teririgasi; termasuk saluran irigasi dan sawah.
d. Lahan pertanian yang tergenang air secara musiman; termasuk padang rumput berumput basah yang dikelola secara intensif.
e. Lahan eksploitasi garam, meliputi ladang penguapan dan pendulangan garam. f. Area penampungan air; misalnya: bendungan/waduk, bendung, dan tandon. g. Lubang/kolam di area pertambangan; yaitu lubang/kolam yang terbentuk akibat
kegiatan pertambangan (misalnya: pertambangan batu, kerikil, dan batu bara). h. Area pengolahan air limbah; meliputi saluran pembuangan air limbah, kolam
sedimentasi, kolam oksidasi, dsb. i. Kanal, saluran drainase, dan parit.
2. Klasifikasi habitat lahan basah buatan berdasarkan IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dalam Dugan, 1990:
a. Budidaya perairan/perikanan
Kolam budidaya perikanan, termasuk kolam ikan dan udang. b. Pertanian
Lahan beririgasi dan saluran irigasi.
Lahan yang tergenangi secara musiman. c. Eksploitasi garam
Lahan pendulangan garam d. Urban/industri
Penggalian, termasuk lubang galian dan tambang yang tergenangi air
Daerah pengolahan limbah termasuk penampungan limbah, kolam pengolahan, dan kolam oksidasi limbah.
e. Daerah penampungan air
Penampungan/reservoir air untuk irigasi dan/atau untuk air minum.
Dam-dam air dengan fluktuasi air mingguan atau bulanan secara teratur
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Lahan_basah
http://geograph88.blogspot.co.id/2015/09/tipe-lahan-basah-dan-klasifikasinya.html https://id.wikipedia.org/wiki/Gambut
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/ciri-ciri-tanah-gambut http://ujiansma.com/mengenal-tanah-gambut
http://bibitbunga.com/blog/ciri-ciri-dan-manfaat-tanah-gambut/
http://www.artikelsiana.com/2014/10/pengertian-rawa-ciri-ciri-rawa-rawa-contoh.html
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/rawa-rawa
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/ciri-ciri-hutan-magrove http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/hutan-mangrove
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/ciri-ciri-hutan-bakau https://id.wikipedia.org/wiki/Paya